Anda di halaman 1dari 41

UANG, INSTITUSI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN

MONETER

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Makro Ekonomi Islam

Dosen Pengampu:

Ririn Tri Puspita Ningrum, MSI

Disusun oleh:

Egidia Dhea Denina 20401112

Ahmad Faiz Yulianta 20401147

Khanana Imroatul Fadhila 20401166

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ”Uang, Institusi
Keuangan dan Kebijakan Moneter” dengan sebaik-baiknya dan tepat pada
waktunya. Shalawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan oleh Ibu Ririn Tri Puspita Ningrum, MSI selaku dosen pengampu mata
kuliah Makro Ekonomi Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan mengenai uang, institusi keuangan dan kebijakan moneter
baik bagi pembaca maupun penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih
ada kesalahan dan kekurangan baik dari segi kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran agar dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih atas partisipasi dari semua pihak,
khususnya kepada dosen pengampu yang telah membimbing dalam penulisan
makalah.
Demikian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
pembaca.

Kota Kediri, 06 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

A. Definisi, Sejarah, dan Fungsi Uang.............................................................. 3

B. Uang Perspektif Ekonomi Islam ................................................................ 10

C. Fungsi Bank Sentral dan Bank Umum ....................................................... 15

D. Proses Penciptaan Uang Giral .................................................................... 17

E. Permintaan Uang ........................................................................................ 18

F. Pengertian Kebijakan Moneter................................................................... 29

G. Instrumen Kebijakan Moneter .................................................................... 32

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 35

A. Kesimpulan ................................................................................................ 35

B. Saran ........................................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 37

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Uang merupakan bagian yang penting bagi kehidupan kita dalam
kegiatan sehari-hari. Bahkan ada yang berpendapat bahwa uang merupakan
darah dalam sebuah perekonomian. Stabilitas ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi suatu Negara ditentukan sejauh mana peranan uang dalam
perekonomian oleh masyarakat dan otoritas moneter. Maka dari itu apabila
tidak ada uang mungkin perekonomian suatu Negara akan kacau akibat tidak
adanya uang untuk transakasi. Dan oleh sebab itulah uang tercipta untuk
mempermudah jalannya perekonomian sebuah Negara. Dalam perekonomian
modern sekarang ini hampir tidak bisa meninggalkan peranan uang dalam
kegiatan ekonomi dalam kehidupan kita.
Dalam peredarannya uang sangat ditentukan oleh otoritas pemerintah
yaitu penguasa moneter seperti Bank Indonesia sebagai bank sentral. Karena
jumlah uang beredar di luar kendali pemerintah dapat menimbulkan
konsekuensi atau pengaruh yang buruk bagi perekonomian secara keseluruan.
Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat mendorong
peningkatan harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga akan
mengganggu pertumbuhan ekonomi contohnya seperti inflasi. Sebaliknya,
peningkatan jumlah uang beredar yang sangat rendah akan menciptakan
kelesuan ekonomi. Kondisi ini mendorong pemerintah sebagai otoritas moneter
mengendalikan jumlah uang beredar dalam perekonomian. Kegiatan
pengendalian jumlah beredar tersebut dapat dikatakan sebagai kebijakan
moneter.
Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai uang, institusi
keuangan dan kebijakan moneter secara lebih mendalam agar dapat menambah
wawasan kepada pembaca sehingga dapat menunjang terwujudnya stabilitas
moneter dalam rangka menjaga keadilan, ketentraman, dan keharmonisan
sosio-ekonomi masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan uang?
2. Bagaimana sejarah awal munculnya uang?
3. Apa saja fungsi uang dalam aktivitas ekonomi masyarakat?
4. Apa yang dimaksud dengan uang dalam perspektif ekonomi Islam?
5. Apa saja fungsi bank sentral dan bank umum yang ada di Indonesia?
6. Bagaimana proses penciptaan uang giral?
7. Bagaimana analisis dan teori mengenai permintaan uang?
8. Apa yang dimaksud dengan kebijakan moneter?
9. Apa saja yang termasuk dalam instrumen kebijakan moneter menurut pakar
ekonomi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian uang secara umum.
2. Untuk mengetahui sejarah dan tahapan munculnya uang.
3. Untuk mengetahui fungsi uang dalam aktivitas ekonomi masyarakat.
4. Untuk mengetahui pengertian uang dalam perspektif ekonomi Islam.
5. Untuk mengetahui fungsi bank sentral dan bank umum di Indonesia.
6. Untuk mengetahui proses penciptaan uang giral.
7. Untuk mengetahui analisis dan teori mengenai permintaan uang.
8. Untuk mengetahui pengertian kebijakan moneter.
9. Untuk mengetahui instrumen dalam kebijakan moneter menurut pakar
ekonomi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi, Sejarah, dan Fungsi Uang


1. Definisi Uang
Dalam kehidupan sehari-hari, uang didefinisikan sebagai sesuatu
yang disetujui dan diterima oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk
melakukan pertukaran atau perdagangan. Uang adalah standar kegunaan
yang terdapat pada barang dan tenaga. Uang didefinisikan sebagai sesuatu
yang dipergunakan untuk mengukur tiap barang dan tenaga. Misalkan
harga adalah standar untuk barang, sedangkan upah adalah standar untuk
manusia, yang masing-masing merupakan perkiraan masyarakat terhadap
nilai barang dan tenaga orang. Perkiraan nilai-nilai barang dan jasa ini di
negeri manapun dinyatakan dengan satuan-satuan, maka satuan-satuan
inilah yang menjadi standar yang dipergunakan untuk mengukur kegunaan
barang dan tenaga yang kemudian menjadi alat tukar (medium of exchange)
dan disebut dengan satuan uang.
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap
alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu berupa benda
apa saja yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses
pertukaran barang dan jasa. Sedangkan uang dalam ilmu ekonomi modern,
yang didefinisikan oleh beberapa ahli dalam Raharjo (2009):
a. AC Pigou dalam bukunya The Veil of Money pada tahun 1950-an
mengatakan bahwa uang segala sesuatu yang dipergunakan sebagai alat
tukar.
b. DH Robertson dalam bukunya Money 1922 mengatakan bahwa uang
adalah sesuatu yang bisa diterima dalam pembayaran untuk
mendapatkan barang-barang.
c. RG Thomas dalam bukunya Our Modern Banking mengatakan bahwa
uang adalah sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai
alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta
kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang.

3
d. RS. Sayers dalam bukunya Modern Banking 1938 mengatakan bahwa
uang adalah segala sesuatu yang diterima sebagai pembayar utang.
e. Albert Gailorrt Hart dalam bukunya Money Debt and Economic
Activity pada tahun 1950-an mengatakan bahwa uang adalah kekayaan
di mana si pemilik dapat melunaskan utangnya dalam jumlah tertentu
pada waktu itu juga.
f. Rollin G. Thomas dalam bukunya Our Modern Banking and Monetary
System 1957 mengatakan bahwa uang adalah segala sesuatu yang siap
sedia dan biasanya diterima umum dalam pembayaran pembelian
barang-barang, jasa-jasa dan pembayaran utang.
Sebagai alat pertukaran, maka keberadaan uang menjadi sangat
penting dalam perekonomian. Suatu benda dapat dijadikan sebagai uang
jika benda tersebut telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Beberapa syarat-
syarat uang antara lain:
a. Diterima secara umum (acceptability). Uang harus dapat diterima oleh
seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Agar dapat diakui sebagai alat
tukar umum suatu benda harus memiliki nilai tinggi atau setidaknya
dijamin keberadaannya oleh pemerintah yang berkuasa.
b. Memiliki nilai yang cenderung stabil (stability of value). Nilai uang
seharusnya stabil, tidak berfluktuasi dari waktu ke waktu.
c. Ringan dan mudah dibawa (portability). Keberadaan uang seharusnya
tidak memberatkan pemiliknya dan mudah dibawa ke mana-mana dan
mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility).
d. Tahan lama (durability). Uang harus memiliki sifat tahan lama dan
tidak mudah rusak, oleh karena itu pemilihan bahan sangat menentukan
ketahanan uang.
e. Kualitasnya cenderung sama (uniformity). Uang harus memiliki
kualitas yang cenderung sama.
2. Sejarah Uang
a. Tahap Sebelum Perdagangan Barter
Kebutuhan manusia memiliki sifat tidak terbatas, sementara alat
pemuas kebutuhan sangat terbatas sehingga manusia kesulitan untuk

4
memenuhi kebutuhannya sendiri. Awalnya, setiap orang berusaha
memenuhi kebutuhannya melalui usaha sendiri. Usaha tersebut
dilakukan antara lain dengan cara berburu, membuat pakaian sendiri
dari bahan-bahan yang sederhana, serta mencari buahbuahan untuk
konsumsi sendiri. Perkembangan selanjutnya manusia dihadapkan pada
kenyataan bahwa apa yang dilakukannya tidak cukup untuk memenuhi
seluruh kebutuhannya.
b. Tahap Perdagangan Barter
Ketika menyadari bahwa kebutuhan sehari-hari tidak bisa
dicukupi sendiri dan adanya keterbatasan alat pemuas kebutuhan maka
manusia berupaya memperbanyak ragam alat pemuas kebutuhan
dengan jalan melakukan pertukaran. Pada tahap awal mereka
melakukan penukaran antara barang dengan barang dari masyarakat
yang saling membutuhkan, akibatnya muncullah sistem barter. Sistem
barter yaitu barang yang ditukar dengan barang. Sistem barter ini
merupakan tingkat kedua dari perkembangan perekonomian. Barter
adalah pertukaran atas suatu barang terhadap jenis barang yang lain.
Dalam suatu pertukaran dengan menggunakan cara barter ini harus
dipenuhi syarat berupa adanya kesamaan keinginan (double
coincidence of wants) dari pihak yang terlibat barter. Menyamakan
keinginan dari pihak-pihak yang terlibat barter ini tidaklah mudah,
sehingga syarat ”double coincidence of want” ini sekaligus menjadi
hambatan yang terjadi dalam transaksi dengan menggunakan cara
barter ini.
Namun demikian bukan berarti masalah pemenuhan semua
kebutuhan bisa diatasi. Dalam perkembangannya mulai timbul
kesulitan-kesulitan dalam penerapan sistem ini. Setidaknya ada dua
kesulitan yang timbul dari adanya perdagangan barter antara lain adalah
kesulitan menemukan orang yang mempunyai barang yang diinginkan
dan juga mau menukarkan barang yang dimilikinya serta kesulitan
untuk memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya
dengan nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya.

5
Dengan demikian bisa dicatat beberapa kelemahan dalam
perdagangan barter:
1) pola perdagangan barter hanya dapat dilakukan dalam skala kecil
dan tidak bisa dilakukan secara besar-besaran
2) pola perdagangan barter pertukaran apabila dilakukan akan
memerlukan waktu yang relatif lama karena menunggu adanya
double coincidence of wants
3) perekonomian yang menggunakan pola barter sulit berkembang
karena terhambat adanya double coincidence of wants yang
memerlukan waktu yang relatif lama
4) nilai barang dalam pola perdagangan barter akan sangat kabur
karena tidak ada alat ukur nilai yang pasti.
c. Tahap Uang Barang (Commodity Money)
Untuk mengatasi kesulitan yang timbul pada perdagangan
barter, maka ada pemikiran untuk menggunakan benda-benda tertentu
untuk digunakan sebagai alat tukar. Benda-benda yang ditetapkan
sebagai alat pertukaran itu adalah benda-benda yang diterima oleh
umum (generally accepted) benda-benda yang dipilih bernilai tinggi
(sukar diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik), atau benda-
benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari misalnya garam
yang oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun sebagai
alat pembayaran upah. Pengaruh orang Romawi tersebut masih terlihat
sampai sekarang; orang Inggris menyebut upah sebagai salary yang
berasal dari bahasa Latin salarium yang berarti garam.
Meskipun alat tukar sudah ada, kesulitan dalam pertukaran tetap
ada. Kesulitan-kesulitan itu antara lain karena benda-benda yang
dijadikan alat tukar belum mempunyai pecahan sehingga penentuan
nilai uang, penyimpanan (storage), dan pengangkutan (transportation)
menjadi sulit dilakukan serta timbul pula kesulitan akibat kurangnya
daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak
tahan lama.

6
Penduduk asli Bandiagara di pedalaman benua Afrika
mempertukarkan hasil pertaniannya, dari sebakul tomat dengan
sejumlah kebutuhan harian, susu, gandum dan sejenisnya. Transaksi
yang awalnya dilakukan dengan barter ini kemudian berkembang
dengan menggunakan alat tukar yang terbuat dari hasil bumi seperti
coklat dan sejenisnya (uang komoditi). Meskipun alat tukar sudah ada,
kesulitan pertukaran tetap ada di antaranya:
1) nilai yang dipertukarkan belum mempunyai pecahan
2) banyak jenis uang barang yang beredar dan hanya berlaku di
masing-masing daerah
3) sulit untuk penyimpanan (storage) dan pengangkutan
(transportation)
4) mudah hancur atau tidak tahan lama.
d. Tahap Uang Logam
Uang logam mulai banyak digunakan pada abad ke-18, yakni
uang logam baik berupa uang perak maupun uang emas dan kemudian
berlaku standar emas sampai awal abad ke-20. Logam dipilih sebagai
alat tukar karena memiliki nilai yang tinggi sehingga digemari umum,
tahan lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi
nilai, dan mudah dipindah-pindahkan. Logam yang dijadikan alat tukar
karena memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang
logam emas dan perak juga disebut sebagai uang penuh (full bodied
money). Artinya, nilai intrinsik (nilai bahan) uang sama dengan nilai
nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat
itu, setiap orang berhak menempa uang, melebur, menjual atau
memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas dalam menyimpan
uang logam.
Penggunaan emas dan perak sebagai bahan uang dalam bentuk
koin diciptakan oleh Croesus di Yunani sekitar 560-546 SM. Pada saat
yang bersamaan, medium uang yang berfungsi sebagai instrumen alat
bayar mulai dikembangkan, dibuat dari berbagai benda padat lainnya
seperti tembikar, keramik atau perunggu. Sejalan dengan

7
perkembangan perekonomian, maka tukar-menukar menggunakan
uang logam juga berkembang, sementara jumlah logam mulia terbatas.
Penggunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam
jumlah besar (sulit dalam hal penyimpanan dan pengangkutan).
Dalam sistem ini, nilai uang ditentukan oleh nilai intrinsik dari
jenis uang tersebut. Karena uang mempunyai nilai intrinsik, maka tidak
ada kebutuhan dari pemerintah untuk menjamin nilai uang tersebut.
Nilai uang ditentukan oleh kekuatan pasar melalui penawaran dan
permintaan akan perak dan emas, namun penawaran uang akan dibatasi
oleh seberapa besar logam mulai bisa ditambang. Oleh karena itu
diperlukan kontrol oleh pemerintah untuk menstabilkan sistem
finansial. Keterbatasan ini yang menjadi salah satu penyebab
ambruknya Sistem Standar Emas.
e. Tahap Uang Kertas
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul suatu
kesulitan ketika perkembangan tukar-menukar yang harus dilayani
dengan uang logam bertambah sementara jumlah logam mulia (emas
dan perak) sangat terbatas. Penggunaan uang logam juga sulit
dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah
uang kertas. Mula-mula uang kertas yang beredar merupakan bukti-
bukti pemilikan emas dan perak sebagai alat/perantara untuk
melakukan transaksi. Mereka menjadikan kertas bukti tersebut sebagai
alat tukar. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu
merupakan uang yang dijamin 100 persen dengan emas atau perak yang
disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat
ditukarkan penuh dengan jaminannya. Nilai dari uang kertas bukan
ditentukan oleh nilai intrinsiknya melainkan oleh daya beli dari uang
tersebut. Uang kertas ini digunakan secara luas karena lebih sesuai
sebagai medium pertukaran.
Desa Jachymod di Ceko, Eropa Timur, dianggap sebagai
wilayah pertama yang menggunakan mata uang yang diberi nama dolar,
yang merupakan mata uang yang paling populer di abad modern.

8
Mulanya disebut Taler, kemudian orang Italia mengejanya menjadi
Tallero, lidah Belanda menuturkan daler, Hawai dala, dalam dialek
Inggris diungkapkan sebagai dollar. Embrio dolar dibuat dari bahan
baku perak dan emas dalam bentuk koin. Pada mulanya, taler sendiri
adalah sebutan mata uang yang berkembang di daratan benua Eropa
sejak abad ke-16 yang jenisnya lebih dari 1500. Namun dalam
peradaban modern, masing-masing bangsa atau negara menciptakan
sebutan tersendiri bagi mata uangnya untuk menunjukkan statusnya
yang independen.
Dalam sejarah pemakaian kertas sebagai bahan pembuat uang,
Cina dianggap sebagai bangsa yang pertama menemukannya, yaitu
sekitar abad pertama Masehi, pada masa Dinasti Tang. Benjamin
Franklin (AS) ditetapkan sebagai Bapak Uang Kertas karena ia yang
pertama kali mencetak dolar dari bahan kertas, yang semula digunakan
untuk membiayai perang kemerdekaan Amerika Serikat. Sebagai
penghormatan pemerintah terhadap Benjamin Franklin, potretnya
diabadikan di lembaran mata uang dolar pecahan terbesar yaitu USD
100. Dalam perjalanannya penggunaan uang kertas berkembang
menjadi atribut dan simbol sebuah negara. Namun sebagai garansi dari
negara yang bertanggung jawab atas peredarannya, maka jumlah uang
kertas yang diterbitkan selalu dikaitkan dengan jumlah cadangan emas
yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan. sekitar tahun 1976,
ketergantungan pencetakan uang kertas sudah tidak lagi dihubungkan
dengan cadangan emas, tetapi dibiarkan bergulir dan terjun ke pasar
besar menghadapi hukum penawaran dan permintaan sebagaimana
yang tumbuh dalam hukum ekonomi.
3. Fungsi Uang
Uang mulai banyak digunakan dalam masyarakat. Penggunaan
uang oleh masyarakat karena uang memiliki empat fungsi:
a. Uang sebagai alat tukar-menukar (medium of exchange)
Dalam sistem pertukaran barter, uang mensyaratkan adanya double
coincidence. Dengan adanya uang yang diterima secara umum sebagai

9
alat tukar, maka syarat double coincidence tersebut menjadi tidak
relevan lagi.
b. Uang sebagai satuan nilai (measure of value)
Dalam fungsinya uang sebagai satuan pengukur nilai, maka setiap
barang yang dipertukarkan dapat dinilai dengan satuan uang tertentu.
Uang dipakai untuk menunjukkan nilai berbagai macam barang dan
jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan
menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk
menentukan harga barang/jasa. Sebagai alat satuan hitung, uang
berperan untuk memperlancar pertukaran barang.
c. Uang sebagai standar atau ukuran pembayaran yang tertunda (standard
for deferred payments)
d. Uang sebagai alat penyimpan nilai dan kekayaan (store of value and
store of wealth)
Sebagai penyimpan nilai atau kekayaan, uang digunakan untuk
mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang. Ketika
seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran
atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang
tersebut untuk digunakan membeli barang dan jasa di masa mendatang.
B. Uang Perspektif Ekonomi Islam
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu
- nuqud. Pengertiannya ada beberapa makna, yaitu al-naqdu yang berarti yang
baik dari dirham, menggenggam dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai. Kata
nuqud tidak terdapat dalam al-Quran dan hadist karena bangsa arab umumnya
tidak menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan
kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas dan kata
dirham untukmenunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak. Mereka juga
menggunakan wariq untuk menunjukkan dirham perak, kata ain untuk
menunjukkan dinar emas. Sementara itu kata fulus (uang tembaga) adalah alat
tukar tambahan yang digunakan untuk membeli barang-barang murah. Definisi
nuqud menurut Abu Ubaid (wafat 224 H), dirham dan dinar adalah nilai harga
sesuatu sedangkan segala sesuatu tidak bisa menjadi harga bagi keduanya, ini

10
berarti dinar dan dirham adalah standar ukuran yang dibayarkan dalam transaksi
barang dan jasa. Al-Ghazali (wafat 505 H) menyatakan, Allah menciptakan
dinar dan dirham sebagai hakim penengah diantara seluruh harta sehingga
seluruh harta bisa bisa diukur dengan keduanya. Ibn al-Qayyim (wafat 751 H)
berpendapat, dinar dan dirham adalah nilai harga barang komoditas. Ini
mengisyaratkan bahwa uang adalah standar unit ukuran untuk nilai harga
komoditas.
Tujuh ratus tahun sebelum Adam Smith menulis buku The Wealth of
Nations pada tahun 1766 di Eropa, seorang ulama islam Abu Hamid Al-Ghazali
dalam kitabnya Ihya Ulumuddin telah membahas fungsi uang dalam
perekonomian. Beliau menjelaskan, uang berfungsi sebagai media pertukaran,
namun uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri. Maksudnya adalah uang
diciptakan untuk memperlancar pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar
dari pertukaran tersebut. Dan uang bukan merupakan sebuah komoditi. Menurut
al-Ghazali, uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi dapat
merefleksikan semua warna. Maknanya adalah uang tidak mempunyai harga,
tetapi merefleksikan harga semua barang. Dalam istilah ekonomi Islam klasik
disebutkan bahwa uang tidak memberikan kegunaan langsung (directutility
function), yang artinya adalah jika uang digunakan untuk membeli barang,
maka barang itu yang akan memberikan kegunaan.
Dalam ekonomi barter pun, uang dibutuhkan sebagai ukuran nilai suatu
barang. Misalnya, onta senilai 100 dinar dan kain senilai sekian dinar. Dengan
demikian adanya uang sebagai ukuran nilai barang, uang akan berfungsi pula
sebagai ukuran nilai barang, uang akan berfungsi sebagai media penukaran.
Sedangkan menurut Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah nya, sebagaimana
dikutip Adiwarman Karim, menjelaskan bahwa kekayaan suatu Negara tidak
ditentukan oleh banyaknya uang di Negara tersebut, tetapi ditentukan oleh
tingkat produksi Negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif. Apabila
suatu Negara mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bukan merupakan
refleksi pesatnya pertumbuhan sector produksi, maka uang yang melimpah
tersebut tidak ada nilainya. Sektor produksi merupakan motor penggerak
pembangunan suatu negara karena akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan

11
pendapatan pekerja, dan menimbulkan permintaan (pasar) terhadap produksi
lainnya.
Lebih lanjut Ibnu Khaldun menyebutkan, jika nilai uang tidak diubah
melalui kebijaksanaan pemerintah, maka kenaikan atau penurunan harga barang
semata-mata akan ditentukan oleh kekuatan penawaran (supply) dan permintaan
(demand), sehingga setiap barang akan memiliki harga keseimbangan.
Misalnya, jika di suatu kota makanan yang tersedia lebih banyak dari pada
kebutuhan, maka harga makanan akan murah, demikian pula sebaliknya. Inflasi
(kenaikan) harga semua atau sebagian besar jenis barang tidak akan terjadi
karena pasar akan mencari harga keseimbangan setiap jenis barang. Apabila
satu barang harganya naik, namun karena tidak terjangkau oleh daya beli, maka
harga akan turun kembali.
Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam
ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan
tegas bahwa uang adalah uang bukan capital. Sedang uang dalam perspektif
ekonomi konvensional diartikan secara interchangeability atau bolak-balik,
yaitu uang sebagai uang dan sebagai capital.
Dalam Islam, uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi.
Peranan uang ini dimaksudkan untuk melenyapkan ketidakadilan,
ketidakjujuran, dan pengisapan dalam ekonomi tukar-menukar (barter). Karena
dalam system barter ada unsur ketidakadilan yang digolongkan sebagai riba al
Fadhl, yang dilarang dalam islam. Uang dapat memainkan peranan penting
sebagai suatu unit akun dan sebagai suatu kumpulan nilai dalam ekonomi islam.
Uang dapat digunakan sebagai ukuran opportunity cost (yaitu pendapatan yang
hilang). Disamping itu, uang juga memainkan peranan sosial dan religius yang
khusus. Arti religius peranan uang terletak pada kenyataan bahwa ia
memungkinkan menghitung nisab dan menilai suku zakat dengan tepat. Sebagai
fungsi sosial, uang menahan atau mencegah eksploitasi terbuka yang
terkandung dalam keadaan tawar-menawar.
Para ahli dalam perkonomian Islam mengakui manfaat uang sebagai
media pertukaran. Nabi Muhammad SAW sendiri menyukai penggunaan uang
dibandingkan menukarkan barang dengan barang. Pelarangan atas riba al-

12
Fadhl dalam Islam adalah langkah menuju transisi ke suatu perekonomian uang
dan juga suatu upaya yang diarahkan untuk membuat transaksi barter bersifat
rasional dan bebas dari elemen ketidakadilan serta eksploitasi.
Al-Ghazali berpendapat perdagangan uang dengan uang terlarang
karena akan memenjarakan fungsi uang sebagai alat pertukaran, jika
suatu uang dapat membeli atau dibeli dengan uang lain, maka uang berarti tidak
lagi berfungsi sebagai alat tukar tapi sebagai komoditi, padahal itu dilarang
dalam Islam. Berpijak dari teorinya tentang fungsi uang sebagai alat tukar, Ibn
Tamiyah pun sangat menentang perdagangan uang, karena tindakan ini
menurutnya akan menghilangkan fungsi uang itu sendiri. Perdagangan mata
uang berarti membuka pintu kezaliman seluas-luasnya bagi penduduk. Namun
ia membolehkan akan pertukaran uang (valas),dengan syarat dalam transaksi
ini ada taqabul (pergerakan atau serah terima) uang yang dipertukarkan dan
tidak ada hulul (penundaan) pembayaran.
Uang dalam Ekonomi Islam adalah sesuatu yang bersifat flow consept
bukan stock concept. Uang harus selalu mengalir, beredar di kalangan
masyarakat dalam kehidupan ekonomi karena uang itu adalah public goods,
tidak mengendap menjadi milik pribadi dalam bentuk private goods. Teori
ekonomi Islam ini agaknya sejalan dengan teori Irving Fisher bahwa
mengemukan semakin cepat perputaran uang maka semakin besar income yang
diperoleh. Untuk itu Islam menolak pandapat yang menyatakan uang bersifat
stock consept yang menyatakan uang adalah salah cara untuk menyimpan harta
kekayaan (store of wealth).
Kekayaan atau capital adalah private goods atau benda-benda milik
pribadi yang hanya beredar pada individu tertentu saja. Sedangkan uang adalah
public goods benda-benda yang dimiliki oleh semua orang dan harus beredar
pada semua orang. Dalam hal ini al-Ghazali sangat mengecam tindakan
seseorang yang menimbun uang karena tindakan itu berarti menarik uang
dari peredaran.
Menurut teori ekonomi Islam, motif yang mempengaruhi manusia untuk
mendapatkan dan memiliki uang adalah untuk transaksi (money demand for
transaction) dan motif berjaga-jaga (money demand forprecautionary).

13
Kenyataanya secara ril, seseorang perlu menyimpan uangnya untuk
menghadapi hal-hal yang tak terduga, baik disimpan di rumah untuk
menghadapi kebutuhan jangka pendek maupun ditabung di bank, atau
diinvestasikan dalam bentuk saham. Jika seseorang menyimpan uangnya di
bank, secara bisnis, uang akan selalu bergulir dan beredar dalam perekonomian.
Jadi kekhawatiran Abu Su`uddan Adnan al-Turkiman, untuk perekonomian
modern sekarang tidak beralasan. Karena zaman sekarang inflasi selalu terjadi
dari tahun ke tahun dalam tingkat yang berbeda. Jika seseorang menyimpan
uangnya dengan cara menumpuknya di rumah dalam jangka waktu yang lama,
jelas tindakan itu merugikan dirinya sendiri karena nilai mata uang selalu
mengalami penurunan nilai dari tahun ke tahun karena pengaruh inflasi. Dalam
Ekonomi Islam, motif yang mempengaruhi seseorang memiliki uang yang
dibenarkan hanya untuk transaksi (money demand for transaction) dan berjaga-
jaga (money demand for precautionary).
Dalam teori moneter penimbunan uang berarti memperlambat
perputaran uang yang jelas akan memperkecil terjadinya transaksi dan berakibat
padalesunyaperekonomian. Islam sebetulnya mendorong investasi, bukan
menimbun uang. Dalam keadaan harga-harga barang stabil, menyimpan
kekayaan dalam bentuk uang lebih menguntungkan dari pada menyimpannya
dalam bentuk barang. Yakni disimpan di bank. Namun dalam realitasnya harga-
harga selalu mengalami kenaikan yang pesat, nilai uang terus mengalami
kemerosotan. Maka kekayaan yang berupa uang akan mengalami penurunan
nilai kalau dibandingkan dengan kekayaan yang berbentuk barang.
Dalam keadaan seperti ini berarti uang bukanlah alat penyimpan
kekayaan yang baik. Dengan demikian menjadikan fungsi uang sebagai alat
menyimpan nilai tidak tepat. Dalam menghadapi kondisi ini maka menyimpan
kekayaan lebih tepat dalam bentuk saham, atau obligasi ataupun dalam bentuk
rumah. Seperti yang ditegaskan Muhamad Usman Syabir, meyimpan kekayaan
dalam bentuk uang tidaklah menguntungkan, karena uang selalu mengalami
penurunan nilai. Dalam keadaan seperti ini lebih baik menyimpan kekayaan
dalam bentuk saham ataupun benda berharga lainnya seperti rumah. Pada masa

14
kekhalifahan Umar bin Khattab, menimbun uang itu diharamkan, dikarenakan
dampaknya terhadap harga, lalu daya beli bagi uang.
Dalam Islam tidak dikenal dengan adanya time value of money, yang
dikenal adalah economic value of time. Implikasi konsep Time Value of Money
adalah adanya bunga. Sedangkan bunga erat kaitannya dengan riba, dan riba
adalah haram. Sehingga dianggap tidak sesuai dengan keadilan dimana al-
qhumu bi qhurni (mendapatkan hasil tanpa mengeluarkan resiko), dan al-khraj
bil adhaman (memperoleh hasil tanpa mengeluarkan biaya).
C. Fungsi Bank Sentral dan Bank Umum
1. Fungsi Bank Sentral
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Wewenang bank sentral yang berkaitan dengan tugas menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter di antaranya:
1) Menetapkan tingkat diskon, cadangan minimum bank umum, serta
mengatur kredit atau pembiayaan.
2) Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju
inflasi.
3) Melakukan pengendalian moneter dengan tidak terbatas pada
operasi pasar terbuka di pasar uang, baik dalam bentuk mata uang
Rupiah maupun valuta asing.
4) Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia (BI) menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter untuk mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
Fungsi bank sentral yang kedua adalah mempunyai wewenang yang
berkaitan dengan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, yang meliputi:
1) Menetapkan penggunaan alat atau instrumen pembayaran.
2) Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran.
3) Mewajibkan penyelenggara jasa sistem
pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatannya.

15
4) Wewenang Bank Indonesia menjadi satu-satunya lembaga yang
berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta
mencabut, menarik dan memusnahkan uang dari peredaran
c. Mengatur dan mengawasi bank
Fungsi bank sentral yang terakhir adalah memiliki wewenang bank
sentral yang berkaitan dengan tugas mengatur dan mengawasi bank non
sentral yang meliputi:
1) Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
2) Menetapkan peraturan.
3) Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan
usaha tertentu dari bank.
4) Mengawasi bank, baik secara individual maupun sebagai sistem
perbankan.
5) Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang
menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan dengan menjunjung
tinggi prinsip kehati-hatian. Fungsi bank sentral terkait pengawasan
ini bertujuan untuk mencapai stabilitas sistem keuangan.
2. Fungsi Bank Umum
Bank umum adalah lembaga keuangan yang menawarkan berbagai
layanan produk dan jasa kepada masyarakat dengan fungsi seperti
menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam berbagai bentuk,
memberi kredit pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan, jual beli
valuta asing atau valas, menjual jasa asuransi, jasa giro, jasa cek, menerima
penitipan barang berharga,dan lain sebagainya. Fungsi bank umum antara
lain:
a. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk pinjaman.
b. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang efisien dalam
kegiatan ekonomi.
c. Menciptakan uang melalui pembayaran kredit dan investasi.

16
d. Menyediakan jasa dan pengelolaan dana dan trust atau wali amanatan
kepada individu dan perusahaan.
e. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional.
f. Memberikan pelayanan penyimpanan barang berharga.
g. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya kartu kredit, cek
perjalanan, ATM, transfer dana dan lainnya.
D. Proses Penciptaan Uang Giral
Bank umum memiliki yang khusus dalam sistem moneter karena bank
umum mempunyai kemampuan untuk menciptakan uang dalam bentuk uang
giral dan uang kuasi. Penciptaan uang giral dan uang kuasi tersebut secara
umum dapat melalui beberapa cara sebagai berikut.
1. Substitusi, melalui proses substitusi ini seseorang dapat menyetorkan uang
kartal ke bank umum untuk dimasukkan ke dalam simpanan giro, simpanan
tabungan, atau sebagai deposito. Contohnya adalah jika seseorang nasabah
baru menyetor uang tunai ke bank dan kemudian bank membuka rekening
atas namanya sebesar jumlah uang tunai yang disetorkannya. Nasabah
diberikan buku cek agar dapat digunakan sewaktu menarik sebagian atau
seluruh simpanannya dalam bank yang bersangkutan. Dalam hal ini uang
kartal tidak mengalami pertambahan, hanya saja pemberian buku cek adalah
bagian dari uang giral.
2. Transformasi, melalui proses transformasi ini bank umum dapat membeli
surat-surat berharga dan kemudian membukukan surat-surat berharga yang
dibeli ke dalam simpanan giro atas nama yang bersangkutan atau
membukukan ke dalam simpanan tabungan atau deposito. Contohnya,
nasabah A menjual surat-surat berharga yang dipegangnya kepada bank.
Bank membeli surat berharga tersebut dan tidak membayarnya dengan uang
tunai tetapi membayarnya dengan uang giral. Caranya ialah dengan
menambahkan saldo kepada rekening A seharga yang disepakati atas surat
berharga tersebut.
3. Pemberian kredit, melalui proses ini bank-bank umum dapat memberikan
kredit kepada nasabahnya dan membukukan kredit tersebut ke rekening giro
atas nama debitur yang menerima kredit tersebut. Contohnya, seorang

17
pedagang sayur mendapat pinjaman dari bank umum A sebesar lima puluh
juta rupiah. Bank A tidak memberikan uang tunai kepadanya tetapi
membuka rekening giro atau rekening khusus dengan memberikan buku cek
yang dapat digunakan untuk menguangkan pinjaman tersebut. Dalam hal ini
pinjaman tidak diberikan dalam bentuk uang kas tetapi dalam bentuk uang
giral. Inipun menambah uang dalam masyarakat.
E. Permintaan Uang
Permintaan uang adalah jumlah uang yang diminta oleh masyarakat
untuk ketiga tujuan meminta uang, yaitu tujuan transaksi, tujuan berjaga-jaga
dan tujuan spekulasi.
Teori Permintaan Uang
1. Teori permintaan uang menurut Teori Klasik
a. Teori permintaan uang menurut Irving Fisher
Di dalam setiap transaksi selalu ada penjual dan pembeli. Jumlah
uang yang dibayarkan oleh pembeli harus sama dengan jumlah uang
yang diterima oleh penjual. Hal ini berlaku pula untuk seluruh
perekonomian, di dalam suatu periode tertentu nilai dari barang-barang
dan jasa yang dibeli harus sama dengan nilai dari barang-barang yang
dijual. Nilai dari barang-barang yang dijual sama dengan volume
transaksi (T) dikalikan harga rata-rata dari barang tersebut (P). Di lain
pihak nilai dari barang yang ditransaksikan ini harus pula sama dengan
volume uang yang ada di dalam masyarakat (M) dikalikan berapa kali
rata-rata uang bertukar dari tangan satu ke tangan lain, atau rata-rata
perputaran uang, dalam periode tersebut (VT). MVT = PT adalah suatu
identitas, dan pada dirinya bukan merupakan suatu teori moneter.
Identitas ini bisa dikembangkan, seperti oleh Fisher, menjadi
suatu teori moneter.
𝐌𝐕𝐓 = PT
VT = sesuatu variabel yang ditentukan oleh faktor-faktor
kelembagaan yang ada dalam suatu masyarakat, dan dalam jangka
pendek bisa dianggap konstan (Transaction velocity of circulation).

18
T = Volume transaksi, dalam suatu periode tertentu ditentukan
oleh tingkat output masyarakat. Indentitas tersebut kemudian diberi
nyawa dengan mentransformasikan ke dalam bentuk:
𝟏
𝐌𝐝 = 𝐕 PT
𝐓

Permintaan (atau kebutuhan) akan uang dari masyarakat adalah


suatu proporsi tertentu. Permintaan (atau kebutuhan) akan uang dari
1
masyarakat adalah suatu proporsi tertentu 𝑉 dari nilai transaksi (PT).
𝑇

Md = Ms
Dimana Ms = supply uang yang beredar (yang dianggap
ditentukan oleh pemerintah) menghasilkan:
𝟏
𝐌𝐝 = 𝐕 PT
𝐓

Dalam jangka pendek tingkat harga umum (P) berubah secara


proporsional dengan perubahan uang yang diedarkan oleh pemerintah.
Dalam teori ini T ditentukan oleh tingkat output equilibrium
masyarakat. Menurut Fisher dan para ahli ekonomi Klasik adalah
selalu pada posisi “Full Employment” (Hukum Say atau Say's Law).
Variabel yang belum diterangkan adalah Transaction Velocity of
Circulation. Fisher mengatakan bahwa permintaan akan uang timbul
dari penggunaan uang dalan proses transaksi. Setiap perekonomian
dalam setiap tahap pertumbuhannya mempunyai suatu sistem
kelembagaan yang menentukan sifat dari proses transaksi. Besar
kecilnya nilai Vt ditentukan oleh sifat proses transaksi yang berlaku di
masyarakat dalam suatu periode. Sistem kelembagaan ini mencakup
faktor-faktor misalnya tingkat monetisasi sektor-sektor ekonomi
(masyarakat agraris tradisional memerlukan uang yang lebih kecil
untuk setiap volume transaksi daripada masyarakat industri).
Pada hakekatnya yang perlu dicatat adalah bahwa faktor-faktor
kelembagaan seperti ini biasanya berubah secara gradual dan dalam
jangka panjang. Dalam jangka panjang kebutuhan (permintaan) akan
uang relatif terhadap volume transaksi bisa dianggap konstan.
Implikasi dari teori Fisher ini adalah sebagai berikut:

19
1) Permintaan akan uang di dalam suatu masyarakat merupakan
suatu proporsi tertentu dari volume transaksi, dan volume
transaksi merupakan suatu proporsi konstan pula dari tingkat
output masyarakat.
2) Dari segi kebijaksanaan ekonomi makro, teori moneter ini
mempunyai implikasi yang penting, yaitu bahwa tingkat
pendapatan nasional equilibrium atau tingkat harga umum bila
tingkat full employment sudah tercapai, tidak dipengaruhi oleh
kebijaksanaan fiskal.
b. Teori permintaan uang menurut Teori Cambridge
Seperti halnya dengan teori Fisher dan teori Klasik lainnya,
berpokok pangkal pada fungsi uang sebagai alat tukar umum (means
of exchange) melihat kebutuhan uang (permintaan akan uang) dari
masyarakat sebagai kebutuhan akan alat likuid untuk tujuan transaksi.
Perbedaan utama antara teori Cambridge dan teori Fisher, terletak pada
tekanan dalam teori permintaan akan uang Cambridge pada perilaku
individu dalam mengalokasikan kekayaannya antara berbagai
kemungkinan bentuk kekayaan, yang salah satunya bisa berbentuk
uang. Teori Cambridge mengatakan bahwa kegunaan dari pemegangan
kekayaan dalam bentuk uang adalah karena uang (berbeda dengan
bentuk kekayaan lain) mempunyai sifat likuid sehingga dengan mudah
bisa ditukarkan dengan dengan barang yang lain. Teori ini lebih
menekankan faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung rugi) yang
menghubungkan antara permintaan akan uang seseorang dengan
volume transaksi yang direncanakannya. Teoritisi Cambridge
mengatakan bahwa permintaan akan uang selain dipengaruhi oleh
volume transaksi dan faktor-faktor kelembagaan, juga dipengaruhi
oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat, dan harapan
(expectation) dari para warga masyarakat mengenai masa mendatang.
Jadi dalam jangka pendek, teoritisi Cambridge menganggap
bahwa jumlah kekayaan, volume transaksi, dan pendapatan nasional
mempunyai hubungan yang proporsional-konstan satu sama lainnya

20
dan akhirnya mereka merumuskan teori uang dalam bentuk yang tidak
jauh beda dengan teori Fisher.
Teori Cambridge menganggap bahwa, ceteris paribus
permintaan akan uang adalah proporsional dengan tingkat
pendapatan nasional.
Md = k P Y
Dimana Y adalah pendapatan nasional.
Supply akan uang (Ms) dianggap ditentukan oleh pemerintah.
Dalam posisi keseimbangan maka:
Ms = Md
Sehingga
𝟏
Ms = k P Y atau 𝐏 = 𝐌𝐘
𝐤

Jadi ceteris paribus tingkat harga umum (P) berubah secara


proporsional dengan perubahan uang yang beredar, kecuali tambahan
ceteris paribus (yang berarti faktor-faktor lain seperti tingkat
pendapatan nasional riil, tingkat bunga dan harapan adalah konstan).
2. Teori Permintaan Uang Menurut John Maynard Keynes
Teori Permintaan uang tunai John Maynard Keynes menjelaskan
bahwa masyarakat melakukan permintaan uang tunai untuk tujuan
memenuhi kebutuhannya (transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi).
Permintaan uang tunai untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi
tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat sedang permintaan uang
tunai untuk tujuan spekulasi dipengaruhi oleh tingkat bunga
a. Permintaan Uang untuk Transaksi dan Berjaga-jaga
Permintaan uang tunai untuk tujuan transaksi menunjukkan
jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan membiayai transaksi/
pengeluaran yang sifatnya rutin. Misalnya membayar uang sewa
rumah yang per periode waktu tertentu membayar dalam jumlah yang
tetap dan rutin. Permintaan uang tunai untuk tujuan berjaga-jaga
menunjukkan jumlah uang tunai yang diminta untuk mcmbiayai
transaksi/pengeluaran yang sifatnya bukan rutin dan bukan yang
bersifat spekulatif.

21
Jumlah uang tunai yang diminta untuk transaksi dan berjaga-jaga
dipengaruhi secara positif oleh tingkat pendapatan. Artinya semakin
besar tingkat pendapatan semakin besar pula jumlah uang tunai yang
diminta untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga, dan sebaliknya.
Secara grafis, teori permintaan uang tunai tujuan transaksi dan
berjaga jaga menurut teori John Maynard Keynes
digambarkan sebagai berikut:

b. Permintaan Uang Tunai Untuk Tujuan Spekulasi


Permintaan uang tunai untuk tujuan spekulasi menunjukkan
jumlah uang tunai untuk tujuan membiayai transaksi atau pengeluaran
yang sifatnya spekulatif. Jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan
spekulasi dipengaruhi secara negatif oleh tingkat bunga. Artinya
semakin tinggi tingkat bunga semakin sedikit jumlah uang tunai yang
diminta untuk tujuan spekulasi, dan sebaliknya. Hubungan tidak searah
antara tingkat bunga dengan jumlah uang tunai untuk tujuan spekulasi
karena adanya opportunity cost of holding money atau ongkos
memegang uang tunai.
Ongkos memegang uang tunai adalah ongkos yang harus dibayar
seseorang yang menyimpan uang tunai bukan di lembaga keuangan,
misalnya menyimpan uang tunai di rumah orang tersebut akan
menanggung ongkos sebesar bunga yang tidak diperoleh seandainya
menyimpan uang tunainya di lembaga keuangan Semakin besar bunga
yang ditawarkan oleh lembaga keuangan semakin besar pula ongkos
memegang uang tunai, sehingga akan mengurangi jumlah uang tunai
yang disimpan di rumah, demikian pula sebaliknya. Jumlah uang tunai

22
yang diminta untuk tujuan spekulasi di simbolkan dengan Ms atau L2.
Secara grafis, teori permintaan uang tunai untuk tujuan spekulasi
menurut teori John Maynard Keynes digambarkan sebagai berikut:

Secara matematis, teori permintaan uang tunai menurut John


Maynard Keynes secara keseluruhan adalah:
Md – Mdtb + Msp = F (Y,I)
Dimana:
Md = jumlah uang tunai yang diminta untuk
tujuan transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi
Mdtb = jumlah uang tunai yang diminta untuk
tujuan transaksi dan berjaga-jaga, atau dapat
ditulis dengan simbol lainnya, yaitu L1.
Msp = jumlah uang tunai yang diminta untuk
tujuan spekulasi, atau dapat ditulis dengan
simbol lain, yaitu L2.
Y = tingkat pendapatan
I = tingkat bunga
Apabila dihubungkan dengan penjelasan bahwa tingkat
pendapatan naik maka jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan
transaksi dan berjaga-jaga akan meningkat dan sebaliknya, maka
hubungan antara tingkat pendapatan dan jumlah uang tunai yang diminta
untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga searah.
Apabila dihubungkan dengan penjelasan bahwa tingkat tingkat
bunga naik maka jumlah uang tunai yang diminta untuk tujuan spekulasi

23
akan menurun dan sebaliknya, maka hubungan antara tingkat bunga dan
jumlah permintaan untuk tujuan spekulasi tidak searah. Secara
matematis, hubungan yang searah ditunjukkan dengan slope fungsi yang
bertanda positif dan hubungan yang tidak searah ditunjukkan dengan
slope yang bertanda negatif. Teori moneter Keynes ini mempunyai
implikasi-implikasi sebagai berikut:
a) Teori ini mempunyai ciri dasar bahwa perubahan volume uang yang
beredar tidak mempengaruhi tingkat maupun komposisi output
dalam masyarakat. Volume uang yang beredar hanya
mempengaruhi tingkat harga umum (P), sedangkan tingkat dan
komposisi output dalam masyarakat dipengaruhi oleh harga relatif
dan faktor-faktor non moneter lainnya.
b) Teori permintaan akan uang dari Keynes mempunyai implikasi
bahwa fungsi permintaan akan uang (liquidity preference) adalah
fungsi yang tidak stabil, dalam arti bahwa fungsi ini bisa bergeser
dan berubah posisi dengan cepat dan waktu ke waktu.
3. Teori permintaan uang setelah Keynes: Boumol-Tobin
Menurut Baumol dan Tobin mencapai kesimpulan-kesimpulan yang
serupa mengenai mengenai permintaan transaksi akan uang Baumol
melihat bahwa kebutuhan akan uang dari seseorang (baik sebuah rumah
tangga maupun sebuah perusahaan)untuk tujuan transaksi pada hakekatnya
adalah sama dengan kebutuhan "stok" (inventory) untuk suatu barang.
Model dari Baumol bertitik tolak dari anggapan bahwa seseorang
menerima pendapatan sejumlah tertentu secara reguler setiap waktu.
Dianggap bahwa selalu digunakan untuk membelanjakan atau
menggunakan penghasilan tersebut untuk tujuan transaksi sejumlah
tertentu setiap harinya. Dengan kata lain, kebutuhan dana (uang tunai) per
satuan waktu adalah konstan Biaya total (C) dari pemegangan
“stok” ini adalah:
Biaya total (C) dari pemegangan “stok” ini adalah:
𝑻 𝑹
C = b𝑲 + R 𝟐 = 0

24
kemudian fungsi C diturunkan terhadap K dan menyamakan dengan
nol.
𝛛𝐂 𝐛𝐓 𝐑
= 𝐊𝟐 + 𝟐 = 0
𝛛𝐊

Jadi permintaan akan uang untuk transaksi adalah:


𝐌𝐬 𝐊 𝟏 𝟐𝐛𝐓
=𝟐=𝟐√
𝐏 𝐑

Fungsi permintaan akan uang tunai untuk transaksi seperti


persamaan di atas jelas berbeda dengan fungsi permintaan akan uang untuk
transaksi yang asli dari Keynes, yaitu kYP (bentuk proporsional terhadap
pendapatan). Dan perbedaan ini mempunyai satu implikasi penting, yaitu
bahwa masyarakat menentukan permintaannya akan uang tunai utnuk
tujuan transaksi seperti apa yang digambarkan oleh Baumol, maka fungsi
permintaannya menunjukkan adanya economics of scale dari penggunaan
uang. Adanya economies of scale ini mempunyai 2 konsekuensi lanjut yang
perlu dicatat:
1) Dari segi ekonomi makro, hal ini berarti bahwa permintaan akan uang
untuk transaksi dari masyarakat secara keseluruhan ternyata tidak
hanya tergantung pada pendapatan nasional, tetapi juga pada distribusi
pendapatan antar warga masyarakat.
2) Dari segi kebijaksanaan moneter, adanya economics of scale dalam
penggunaan uang untuk transaksi mempunyai implikasi bahwa
kebijaksanaan moneter relatif menjadi lebih efektif daripada
seandainya tidak ada economics of scale.
Permintaan uang untuk spekulasi (Tobin) bertitik tolak pada
anggapan bahwa seseorang akan mendapatkan kepuasan (utility) yang lebih
besar semakin besar nilai kekayaannya atau penghasilannya, tetapi akan
mendapatkan kepuasan negatif (dis-wility) bila menghadapi resiko yang
semakin besar yang hersangkutan dengan kekayaannya. Tobin menganggap
bahwa seseorang bisa menilai secara konsisten dengan berbagai nilai
kekayaan atau pendapatan. Tobin menganggap bahwa untuk kekayaan atau
pendapatan pun berlaku hukum marginal utility yang menurun (law of
diminishing marginal utility), yaitu semakin besar kekayaan atau pendapatn

25
semakin kecil tambahan utlity (marginal utility) yang diperoleh dari setiap
rupiah kenaikan kekayaan atau pendapatan tersebut.
Teori permintaan uang untuk motif spekulasi dari Tobin merupakan
satu langkah maju terutama dalam memantapkan landasan teori Keynes
pada tingkat mikro. Perilaku spekulatif seorang konsumen (pemilik
kekayaan) dianalisa dengan cara yang sama dengan perilaku yang dikenal
dalam teori mikro, yaitu menggunakan prinsip maksimasi utility.
Perlu diingat pula bahwa metode analisa tobin yang dikemukakan
disini tidaklah terbatas untuk kasusu yang menganggap bahwa kekayaan
hanya bisa dipegang dalam bentuk uang tunai atau obligasi, tapi bisa
diperluas dan mencakup bentuk-bentuk aktiva lainnya.
4. Teori Kuantitas Modern
Pelopor pembaharuan Teori Kuantitas sesudah Keynes adalah
Milton Friedman. Friedman tidak bertitik tolak dari pembahasan yang
mendalam mengenai motif-motif memegang uang. Secara umum
menganggap bahwa orang mau memegang uang karena uang adalah salah
satu bentuk aktiva (aset) yang memberikan manfaat karena merupakan
sumber daya beli yang likuid (readily available of purchasing power).
Teori permintaan akan uang Friedman menganggap bahwa pemilik
kekayaan memutuskan aktiva-aktiva (termasuk uang tunai) dan berapa yang
akan dipegang atas dasar perbandingan manfaat.
Pengertian kekayaan dari Friedman mempunyai ciri khas, yaitu
bahwa yang dimasukkan dalam definisi kekayaan tidak hanya aktiva-aktiva
yang berbentuk uang atau yang bisa diubah menjadi uang, tetapi termasuk
juga nilai (nilai sekarang atau present value) dari aliran penghasilan di
tahun-tahun mendatang dari tenaga kerjanya.
Konsep kekayaan dari Friedman ini merupakan suatu inovasi dalam
teori ekonomi mengenai kapital. sekaligus merupakan jembatan antara teori
permintaan biasa (untuk barang dan jasa) dengan teori kapital.
Pengertian yang kedua yang penting bagi teori moneter Friedman
adalah konsep manfaat. Manfaat atau return dari setiap bentuk
aktiva merupakan faktor pertimbangan bagi pemilik kekayaan untuk

26
memutuskan berapa jumlah dari masing-masing bentuk aktiva yang akan
dipegang.
Friedman menganggap bahwa pemilik kekayaan bisa memilih lima
bentuk kekayaan untuk dipegang:
1) Uang tunai (M)
2) Obligast (B)
3) Saham-saham atau equitis (E)
4) barang-garang fisik bukan manusiawi (G)
5) Kekayaan manusiawi atau human kapital (H)
Return atau manfaat untuk aktiva yang dipegang dalam bentuk uang
tunai bisa berupa uang pula, yaitu misalnya bila uang disimpan dalam
bentuk rekening giro. Return untuk aktiva yang dipegang dalam bentuk
obligasi adalah interest income dan capital gain.
Interest income adalah jumlah tetap tertentu yang dicantumkan
dalam obligasi sebagai imbalan yang akan diterima oleh pemegang obligasi
setiap periode tertentu. dan ini ditentukan oleh tingkat bunga yang berlaku
(R). Capital gain adalah keuntungan (kerugian), kalau capital gain ini
negatif yang bersumber dari naik-turunnya harga pasar dari obligasi.
Apabila tingkat bunga (R) naik, maka harga obligasi turun, apabila tingkat
bunga turun maka obligasi naik Jadi besarnya capital gain ditentukan oleh
prosentase perubahan tingkat bunga dari waktu ke waktu, atau oleh (dR / dt)
dR/ dT
return total dari pemegangan obligasi adalah R - . Perhatikan tanda
R
dR/ dT
minus pada , karena apabila perubahan R positif, berarti ada capital
R

gain yang negatif dan sebaliknya bila perubahan R tersebut negatif berarti
ada capital gain yang positif, return untuk saham atau equitis, diasumsikan
bahwa return (dalam satuan uang atau in monetary terms) untuk equities (E)
dipengaruhi pula oleh perubahan tingkat bunga. Return untuk equitis:
𝐝𝐑/ 𝐝𝐓 𝐝𝐏/ 𝐝𝐓
R- +
𝐑 𝐑

Untuk human kapital (H), yaitu aktiva manusiawi yang secara


ekonomis adalah nilai sekarang (present value) dari aliran pendapatan yang
akan dihasilkan di waktu-waktu mendatang oleh tenaga kerja seseorang,

27
Friedman menyatakan bahwa dalam prakteknya sulit untuk diukur dalam
empiris. Ini disebabkan oleh karena aliran pendapatan dari tenag kerja di
masa mendatang tidak mempunyai harga pasar. Dikatakan bahwa semakin
besar aktiva H yang dipegang relatif terhadap aktiva-aktiva lain, semakin
besar permintaan akan uang tunai. Faktor terakhir yang dianggap
menentukan permintaan dari seseorang adalah preferensi atau selera orang
tersebut (u). Faktor ini adalah faktor subyektif yang berbeda antara satu
orang dengan orang lain.
Maka permintaan aka uang tunai dari seseorang individu adalah:
𝐝𝐑/ 𝐝𝐓 𝐝𝐑/ 𝐝𝐓 𝐝𝐏/ 𝐝𝐓 𝐝𝐏/ 𝐝𝐓
M = f ( W, P, R, R - ,R- + , , K, u)
𝐑 𝐑 𝐑 𝐑

Berapa jumlah aktiva yang dipegang dalam bentuk uang tunai (M)
ditentukan oleh:
1) Besarnya kekayaan total yang dimilikinya (W), semakin besar W
semakin banyak M yang dibutuhkan oleh seseorang tersebut.
2) Perbandingan antara return dari berbagai macam aktiva yang bisa
dipegang. Semakin tinggi tingkat harga (P), semakin besar M
nominal yang diminta, karena kebutuhan M riil tertentu semakin
besar kebutuhan M nominal.
3) Rasio antara kekayaan manusiawi san kekayaan bukan manusiawi
(K). Semakin besar K, yaitu semakin besar human capital relatif
terhadap non human capital, semakin besar M yang diminta.
4) Selera (u). Arti pentingnya feontisi Friedman adalah terletak pada
usaha untuk melakukan integrasi konsepsional antara kekayaan
(wealth) dan pendapatan (income) sebagai variabel yang
mempengaruhi perilaku pemilik kekayaan.
Sehingga implikasi dari teoritisi Friedman sebetulnya bukan terletak
pada perumusannya mengenai bentuk fungsi permintaan akan uang, tetapi
pada sifat dan pengertian dari variabel pendapatan yang relevan bagi analisa
moneter, yaitu sesuatu yang dihubungkan dengan aliran penghasilan yang
diharapkan dari kekayaan yang dipegang dan bukan pendapatan yang diukur
dengan statistik pendapatan nasional.

28
F. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah keputusan yang diambil oleh pemerintah
dalam rangka menunjang aktivitas ekonomi melalui berbagai hal yang berkaitan
dengan penetapan jumlah peredaran uang di masyarakat. Tujuan utama
kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ketersediaan uang suatu negara.
Karena persediaan uang negara mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi,
seperti inflasi, suku bunga bank, dan sebagainya. Oleh sebab itu, penanggung
jawab dan pelaksana kebijakan moneter di Indonesia yaitu Bank Indonesia
selaku bank sentral di Indonesia. Hal ini didasari pada Undang-Undang No. 23
Tahun 1999 mengenai Kebijakan Moneter Bank Indonesia.
Selain kebijakan moneter, terdapat kebijakan fiskal yang juga berguna
dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Bedanya, kebijakan fiskal
merupakan keputusan yang berfokus pada pendapatan dan pengeluaran negara.
Penerapan kebijakan fiskal dapat dilihat melalui pengelolaan pajak dan APBN.
Sementara, kebijakan moneter di Indonesia bisa diperhatikan melalui kebijakan
diskonto, suku bunga bank, dan sebagainya.
Untuk lebih memahami apa itu kebijakan moneter, maka kita bisa
merujuk pada pendapat para pakar berikut:
1. Menurut Boediono
Kebijakan moneter adalah tindakan pemerintah (Bank Sentral) untuk
mempengaruhi situasi makro yang diterapkan, yaitu dengan
menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan persediaan barang sehingga
inflasi dapat dikendalikan, kesempatan kerja penuh dan pasokan lancar /
distribusi barang.
2. Menurut Perry Warjiyo
Kebijakan moneter adalah kebijakan otoritas moneter atau bank sentral
dalam bentuk agregat moneter (monetary aggregates) untuk mencapai
pengembangan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan
mempertimbangkan siklus kegiatan ekonomi, sifat ekonomi suatu negara,
dan faktor ekonomi fundamental lainnya.
3. Menurut Nanga Muana

29
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh otoritas moneter
dengan mengendalikan jumlah uang beredar (money supply) dan tingkat
bunga (interest rates) untuk mempengaruhi tingkat permintaan
agregat (aggreagate demand) dan mengurangi ketidakstabilan dalam
perekonomian.
Tujuan Kebijakan Moneter
Sebagaimana yang dijelaskan dalam UU No. 3 Tahun 2004 tentang
Kebijakan Moneter Bank Indonesia, tujuan kebijakan moneter yang utama
yakni menjaga kestabilan nilai rupiah. Demi mewujudkan hal tersebut, banyak
aspek yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan kebijakan moneter
Bank Indonesia. Di bawah ini berbagai tujuan kebijakan moneter adalah berikut
ini.
1. Menjamin Stabilitas Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara harus berjalan dengan terkontrol dan
berkelanjutan. Hal ini dapat diwujudkan melalui keseimbangan arus
barang/jasa dengan peredaran uang. Oleh karena itu, tujuan kebijakan
moneter adalah menjaga stabilitas ekonomi melalui pengaturan dan
penetapan terkait peredaran uang di masyarakat.
2. Mengendalikan Inflasi
Agar inflasi dapat ditekan, maka Bank Indonesia menetapkan kebijakan
bertujuan mengurangi uang yang beredar di masyarakat dan menjaga
ketersediaan uang di bank. Sehingga, salah satu tujuan kebijakan moneter
adalah mengendalikan inflasi.
3. Meningkatkan Lapangan Pekerjaan
Tujuan kebijakan moneter Bank Indonesia berikutnya yaitu meningkatkan
lapangan pekerjaan. Kestabilan peredaran uang membuat aktivitas produksi
meningkat. Dengan naiknya kegiatan produksi, maka diperlukan sumber
daya manusia dalam pengelolaannya. Sehingga hal ini mampu menyerap
tenaga kerja dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.
4. Melindungi Stabilitas Harga Barang di Pasar
Tujuan kebijakan moneter diharapkan mampu melindungi stabilitas harga
pasar. Ketika harga stabil maka menumbuhkan rasa percaya masyarakat

30
terhadap tingkat harga sekarang dan di masa mendatang. Sehingga tingkat
daya beli antar periode tetap sama. Kestabilan harga ini bisa diatur melalui
keseimbangan peredaran uang, permintaan barang, dan produksi barang.
5. Menjaga Keseimbangan Neraca Pembayaran Internasional
Kebijakan moneter tidak hanya berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi
dalam negeri saja, namun juga luar negeri. Salah satu tujuan kebijakan
moneter adalah menjaga keseimbangan neraca pembayaran Internasional.
Hal ini dapat diwujudkan melalui kestabilan jumlah barang ekspor dan
impor sama besarnya. Oleh sebab itu, tak heran pemerintah sering
melakukan devaluasi dalam hal ini.
6. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Seluruh dampak atas kebijakan moneter diharapkan mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi. Sebab demi mencapai tujuan tersebut, diperlukan
berbagai kesuksesan tiap komponen. Misalnya seperti, tersedia lapangan
pekerjaan, kontrol tingkat inflasi, aktivitas produksi dan permintaan barang,
dan lainnya.
Jenis Jenis Kebijakan Moneter
Dalam mengambil keputusan terkait peredaran uang, Bank Indonesia
menggunakan dua jenis kebijakan moneter. Uraian penjelasannya sebagai
berikut.
1. Kebijakan Moneter Ekspansif
Jenis kebijakan moneter yang melakukan pengelolaan dan pengaturan
peredaran uang dalam aktivitas ekonomi disebut sebagai kebijakan moneter
ekspansif. Dalam hal ini, tujuan utamanya meningkatkan peredaran uang
di masyarakat sehingga roda perekonomian meningkat.
Wujud dari jenis kebijakan moneter ini melalui peningkatan pembelian
sekuritas pemerintah oleh Bank Indonesia, penurunan suku bunga,
menurunkan persyaratan cadangan untuk bank. Dampak kebijakan ini tak
hanya merangsang kegiatan bisnis atau daya beli konsumen, tetapi juga
mengurangi tingkat pengangguran.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif

31
Berikutnya, jenis kebijakan moneter adalah kebijakan moneter kontraktif
dimana kebijakan diambil sebagai langkah mengurangi peredaran uang di
masyarakat saat terjadi inflasi. Hal ini diwujudkan melalui penjualan
obligasi pemerintah, peningkatan suku bunga bank, dan meningkatkan
persyaratan cadangan untuk bank.
G. Instrumen Kebijakan Moneter
Seperti diketahui, kebijakan moneter adalah kebijakan ekonomi
terhadap kontrol peredaran uang dan pertumbuhan ekonomi. Ukuran utama
sebagai variabel makro ekonomi yaitu tingkat pengangguran dan inflasi. Namun
tak hanya itu, masih ada instrumen kebijakan moneter lainnya, diantaranya
sebagai berikut.
1. Kebijakan Diskonto (Discount Rate)
Kebijakan diskonto merupakan instrumen kebijakan moneter yang
mengukur melalui tingkat suku bunga bank. Kondisi dimana bank-bank
umum meminjamkan dana kepada bank Indonesia selaku bank sentral
membuat peredaran jumlah uang teratur.
Ketika peredaran uang harus ditingkatkan, maka bank Indonesia
menurunkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya, suku bunga kredit bank
akan dinaikkan ketika peredaran uang harus dikurangi.
2. Operasi Pasar Terbuka
Ketika pemerintah mengontrol peredaran uang melalui penjualan atau
pembelian surat-surat berharga milik pemerintah, maka yang dijadikan
instrumen kebijakan moneter adalah operasi terbuka.
Saat bank Indonesia ingin mengurangi peredaran uang, maka pemerintah
menjual surat berharga. Sebaliknya, ketika peredaran uang harus
ditingkatkan, maka pemerintah membeli surat berharga.
3. Kebijakan Rasio Cadangan Wajib
Selanjutnya, instrumen kebijakan moneter adalah rasio cadangan wajib.
Saat Bank Indonesia ingin mengurangi cadangan kas uang bank, maka uang
diedarkan di masyarakat melalui pinjaman. Sementara, bila cadangan kas
uang bank harus ditambah, uang yang beredar di masyarakat ditarik dengan
peningkatan suku bunga tabungan.

32
4. Penetapan Suku Bunga Acuan
Dalam mencapai tujuan kebijakan moneter, maka bank Indonesia memiliki
wewenang dalam mengendalikan peredaran uang melalui suku bunga.
Besaran suku bunga yang ditetapkan oleh bank Indonesia akan menjadi
acuan bank umum di seluruh Indonesia dalam menjalankan aktivitasnya.
Oleh karena itu, instrumen kebijakan moneter adalah penetapan suku bunga
acuan.
5. Imbauan Moral
Terakhir instrumen kebijakan moneter adalah imbauan moral. Dalam hal
ini, Bank Indonesia selaku bank sentral menghimbau seluruh bank umum
untuk menjalankan kebijakan penurunan atau peningkatan suku bunga
pinjaman.
Contoh Kebijakan Moneter di Indonesia.
Dalam praktiknya, banyak sekali aturan yang terselenggara akibat dari
kebijakan moneter di Indonesia. Di bawah ini merupakan contoh kebijakan
moneter di Indonesia.
1. Pelaksanaan Kredit Langsung oleh Bank Indonesia
Pertama, contoh kebijakan moneter adalah Bank Indonesia mengadakan
kredit langsung. Pemberian kredit langsung kepada berbagai sektor atau
proyek yang memerlukan dana secara mendesak. Hal ini dapat
meningkatkan jumlah uang yang beredar karena harus membiayai kegiatan
dengan segera.
2. Penyediaan Fasilitas Overdraft
Saat Bank Indonesia membantu bank umum yang mengalami kesulitan
likuiditas jangka pendek, maka hal ini termasuk contoh kebijakan moneter
di Indonesia melalui fasilitas overdraft. Bantuan yang diberikan berupa
pinjaman jangka pendek dengan suku bunga tinggi. Hal ini diharapkan
mampu mengontrol peredaran uang agar tetap stabil.
3. Penerbitan Surat Utang Negara
Selanjutnya, contoh kebijakan moneter adalah menerbitkan surat utang
negara. Dalam hal ini, pemerintah berusaha menghimpun dana dari
masyarakat agar uang yang beredar di masyarakat mengalami penurunan.

33
4. Program Intervensi Rupiah
Program intervensi rupiah merupakan contoh kebijakan moneter di
Indonesia yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan cara proses pinjam
meminjam dana secara langsung di Pasar Uang Antar Bank dalam periode
7 hari. Hal ini dilakukan sebagai upaya mendukung instrumen kegiatan
operasi pasar terbuka.

34
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Uang dalam ekonomi Islam hanya digunakan untuk bertransaksi dan
berjaga-jaga. Uang bukan komoditi yang mempunyai harga, oleh karenanya
uang tidak dapat diperjualbelikan. Uang merupakan publics goods, uang yang
tidak produktif (idle asset) akan dikenakan pajak sehingga jumlahnya akan
berkurang, oleh karena itu uang harus dimanfaatkan di sektor produktif/sektor
riil (flow concept). Kemajuan sektor moneter dalam ekonomi Islam tidak bisa
dilepaskan dari kemajuan sektor riil melalui penyediaan uang guna pembiayaan
perekonomian yang tergantung pada sektor riil. Kebijakan moneter dalam
ekonomi Islam hanya bersifat pelengkap untuk memenuhi pembiayaan sektor
riil. Perbedaan utama kebijakan moneter konvensional dan Islam adalah Islam
tidak mengakui adanya instrumen suku bunga karena jelas dalam Al Qur`an riba
itu sangat dilarang atau haram. Hikmah pelarangan riba agar terjadi hubungan
partnership antara pemilik modal dan usaha secara adil.
Stabilitas moneter mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap
uang. Karena secara mendasar permintaan uang telah dijelaskan oleh beberapa
teori yang mana di mulai dari teori permintaan uang klasik, selanjutnya teori
permintaan uang Keynes, teori Boumol dan Tobin, dan teori kuantitas oleh
Milton Friedman. Dan dari perkembangan teori permintaan uang menjelaskan
dengan beberapa pendapat yang berbeda-beda, seperti yang dijelaskan oleh
paham klasik yang menyatakan bahwa uang tidak mempunyai pengaruh
terhadap sektor rill, tidak ada pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan
kerja, atau pendapatan nasional. Namun pendapat dari paham klasik berbeda
dengan Keynes yang lebih menekankan terhadap tiga motif permintaan uang
yaitu motif transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi.
Sejumlah intrumen kebijakan moneter konvensional menurut sejumlah
pakar ekonomi seperti kebijakan diskonto, operasi pasar terbuka, kebijakan
rasio cadangan wajib, penetapan suku bunga acuan, dan imbauan moral. masih
dapat digunakan untuk mengontrol uang dan kredit.

35
Kebijakan moneter yang dikelola dengan baik akan menghasilkan
tingkat perekonomian yang stabil melalui mekanisme transmisinya pada harga
dan output yang pada akhirnya membawa efek pada variabel-variabel lain
seperti tenaga kerja dan pendapatan negara.

B. Saran
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan mengenai uang, institusi
keuangan dan kebijakan moneter yang menjadi pembahasan dalam makalah ini.
Tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan
atau referensi yang penulis peroleh. Sehubungan dengan makalah ini, penulis
banyak berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Aamiin.

36
DAFTAR PUSTAKA

A Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Annisa. 2017. Konsep Uang dan Kebijakan Moneter Dalam Hukum Ekonomi
Islam: Jurnal of Islamic Law Vol. 1 No. 2.

An-Nabhani, Taqiyuddin. 2000. Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif


Islam, Terjemah Moh Maghfur Wahid cet V. Surabaya: Risalah Gusti.

Arifin, Zainul. 2006. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alvabet.

Aswar Karim, Adiwarman. 2001. Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer.


Jakarta: Gema Insani Press.

Ayub, Muhammad. 2009. Understanding Islamic Finance: A-Z Keuangan Syariah.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Capra, M. Umar. 2001. Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam.
Jakarta: Gema Insani Press.

Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Surabaya: Mekar.

Hasan, Ahmad. 2005. Mata Uang Islami: Telaah Komprehensif Sistem Keuangan
Islami, diterjemahkan oleh Saifurrahman Barito. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

International Shari`ah Research Academy for Islamic Finance (ISRA). 2015.


Sistem Keuangan Islam: Prinsipdan Operasi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Jaribah bin Ahmad al-Haritsi. 2006. Fikih Ekonomi Umar bin Khattab. Jakarta:
Khalifa.

Manan, M. Abdul. 1995. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, penerjemah


M.Nastangin. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf.

37
Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Nasution, Mustafa Edwin, dkk. 2006. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana Predana Media Group.

38

Anda mungkin juga menyukai