Anda di halaman 1dari 11

UANG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Makro Ekonomi Islam

Dosen Pengampu : Citra Pertiwi, S.E.I, M.E

Oleh :

1. Muslimah (2230603251)

2. Rikha Ade Putri (2230603268)

3. Luchan Marchiano ( 2230603270)

KELAS SPS 7

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Citra Pertiwi, S.E.I, M.E selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Makro Ekonomi Islam yang telah membantu memberikan arahan
dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan

Palembang, 1 Oktober 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

Hlm

COVER.......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I : PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN ............................................................................................ 3

2.1 Konsep Uang Dalam Islam ....................................................................................... 3

2.2 Sistem Keuangan Islam ............................................................................................ 3

2.3 Fungsi Uang Dalam Ekonomi Islam ........................................................................ 5

2.4 Peran Lembaga Keuangan Islam .............................................................................. 5

BAB III : PENUTUP…………………………………………………………………7

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………...7

3.2 Saran……………………………………………………………………………….7

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………....8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awal peradaban, manusia memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya secara


mandiri, mereka memperoleh makanan atau berburu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Karena sifat kebutuhan manusia pada masa ini masih sangat sederhana, mereka belum
membutuhkan orang lain untuk melakukan perdagangan. Dalam periode ini, manusia belum
mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli.

Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan semakin majunya peradaban,


kegiatan, serta interaksi antar sesama manusia semakin meningkat. Jumlah dan jenis
kebutuhan manusia juga semakin beragam. Satu sama yang lain mulai membutuhka karena
tidak ada individu yang secara sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Pada
tahapan pertama manusia masih sangat sederhana mereka dapat menyelenggarakan tukar-
menukar. Dalam proses pertukaran demikian, barang-barang dan jasa-jasa secara langsung
dipertukarkan dengan barang-barang dan jasa-jasa lainnya, yang saling dibutuhkan oleh
pihakpihak yang bersangkutan. Perekonomian dengan sistem barter terjadi karena pada waktu
itu belum dikenal sama sekali alat tukar yang disebut dengan uang. Bahkan ketika itu belum
disepakati satu macam alat tertentu yang berfungsi sebagai alat pembayaran (medium of
exchenge)

Perdagangan merupakan suatu aktivitas yang sangat penting dalam bidang


perekonomian. Volume dan intensitas perdagangan telah mengalami perkembangan yang
semakin cepat dalam era globalisasi ini berkat kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
serta kapasitas dan kecepatan transportasi. Persoalannya uang kertas yang sekarang
digunakan mempunyai nilai yang tidak stabil, yaitu selalu mengalami penurunan. Sanusi
menjelaskan bahwa ketidakpastian nilai uang kertas adalah akar permasalahan dari ekonomi
modern dan menyebabkan munculnya kegiatan-kegiatan yang tidak sah secara agama yang
salah satunya adalah praktik bunga (riba). Kendala lainnya adalah mata uang antarnegara

1
yang berbeda mempunyai nilai yang tidak sama, sehingga untuk melakukan pembayaran
dalam transaksi perdagangan internasional nilai relatif mata uang harus ditentukan.

Dalam konsep Islam, pertukaran mata uang diperbolehkan asalkan tidak mengandung
unsur spekulasi. Uang pada hakikatnya adalah milik Allah swt. yang diamanahkan kepada
kita untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. Oleh karenanya,
menimbun uang dalam arti dibiarkan tidak produktif tidak dikehendaki karena berarti
mengurangi jumlah uang beredar. Dalam pandangan Islam, uang adalah flow concept,
karenanya harus selalu berputar dalam perekonomian.

Transaksi pertukaran atau jual beli mata uang semakin marak dilakukan, mulai dari
jual beli secara langsung maupun tidak langsung yakni melalui internet atau biasa disebut
dengan sistem online. Fonemena ini pun berkembang pada komunitas pengguna Bitcoin yang
melakukan transaksi pertukaran maupun jual beli secara online melalui website khusus yang
mereka gunakan.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan maka beberapa masalah yang dapat
penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana konsep uang dalam islam?
2. Bagaimana sistem keuangan islam?
3. Apa fungsi uang dalam ekonomi islam?
4. Apa saja peran Lembaga keuangan islam?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai uang dalam islam
2. Untuk mengetahui sistem dan fungsi uang dalam ekonomi islam
3. Untuk mengetahui peran Lembaga keuangan islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Uang Dalam Islam

Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi
konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah
uang bukan capital. Sedang uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan secara
interchangeability / bolak-balik,
yaitu uang sebagai uang dan sebagai capital.
Para ahli dalam perkonomian Islam mengakui manfaat uang sebagai media
pertukaran. Nabi Muhammad saw sendiri menyukai penggunaan uang dibandingkan
menukarkan barang dengan barang. Pelarangan atas riba Al-Fadl dalam Islam adalah langkah
menuju transisi ke suatu perekonomian uang dan juga suatu upaya yang diarahkan untuk
membuat transaksi barter bersifat rasional dan bebas dari elemen ketidakadilan serta
eksploitasi (Muhammad Ayub, 2009: 141).
Dalam Islam, uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi. Peranan uang
ini dimaksudkan untuk melenyapkan ketidakadilan, ketidakjujuran, dan pengisapan
dalam ekonomi tukar-menukar (barter). Karena dalam system barter ada unsure ketidakadilan
yang digolongkan sebagai riba al Fadhl, yang dilarang dalam islam. Uang dapat memainkan
peranan penting sebagai suatu unit akun dan sebagai suatu kumpulan nilai dalam ekonomi
islam. Uang dapat digunakan sebagai ukuran opportunity cost (yaitu pendapatan yang
hilang). Disamping itu, uang juga memainkan peranan social dan religious yang khusus,
karena ia merupakan ukuran terbaik untuk menyalurkan daya beli dalam bentuk pembayaran
transfer kepada simiskin. Arti religious peranan uang terletak pada kenyataan bahwa ia
memungkinkan menghitung nisab dan menilai suku zakat dengan tepat.
Sebagai fungsi sosial uang menahan atau mencegah eksploitasi terbuka yang terkandung
dalam keadaan tawar-menawar (Abdul Manan, 1995: 162-163).

2.2 Sistem Keuangan Islam


Sisten keuangan islam adalah sebuah sistem yang bersumber dari Al-Quran dan
Sunnah, serta dari penafsiran para ulama terhadap sumber-sumber wahyu tersebut. Dalam
berbagai bentuknya, struktur keuangan Islam telah menjadi sebuah peradaban yang tidak

3
berubah selama empat belas abad. Selama tiga dasawarsa terakhir, struktur keuangan Islam
telah tampil sebagai salah satu implementasi modern dari sistem hukum Islam yang paling
penting dan berhasil, dan sebagai ujicoba bagi pembaruan dan perkembangan hukum Islam
pada masa mendatang.
Ciri-ciri sistem keuangan Islam adalah (Qutb Ibrahim, 2007):
1. Harta publik dalam sistem keuangan Negara Islam adalah harta Allah.
2. Rasul adalah orang pertama yang melakukan praktik keuangan Islam.
3. Al-Qur'an dan sunah merupakan sumber yang mendasar bagi keuangan Islam.
4. Sistem keuangan Islam adalah system keuangan yang universal.
5. Keuangan khusus dalam Islam menopang sistem keuagan Negara Islam.
6. Sistem keuangan Islam mengambil prinsip alokasi terhadap layanan sebagai sumber-
sumber pendapatan Negara.
7. Sistem keuangan Islam ditandai dengan transparansi.
8. Sistem keuangan Negara Islam merupakan gerakan kebaikan
9. Sistem keuangan Islam adalah modal toleransi umat Islam.

Menurut Muhammad (Muhammad, 2000), Adapun prinsip-prinsip dalam keuangan


Islam adalah:
1. Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi
2. Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada kewajaran dan
keuntungan yang halal.
3. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya.
4. Larangan menjalankan monopoli.
5. Bekerja sama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis dan
perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam

Sistem keuangan Islam bertujuan untuk memberikan jasa keuangan yang halal kepada
komunitas muslim, di samping itu juga diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
layak bagi tercapainya tujuan sosio-ekonomi Islam. Target utamanya adalah kesejahteraan
ekonomi, perluasan kesempatan kerja, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, keadilan
sosio-ekonomi dan distribusi pendapatan, kekayaan yang wajar, stabilitas nilai uang, dan
mobilisasi serta investasi tabungan untuk pembangunan ekonomi yang mampu memberikan
jaminan keuntungan (bagi hasil) kepada semua pihak yang terlibat (M. Umer Chapra, 2000).

4
2.3 Fungsi Uang Dalam Ekonomi Islam
Secara umum, uang memiliki fungsi sebagai perantara untuk pertukaran barang
dengan barang, juga untuk menghindarkan perdagangan dengan cara barter. Secara lebih
rinci, fungsi uang dibedakan menjadi dua yaitu fungsi asli dan fungsi turunan. Fungsi asli
uang ada tiga macam, yaitu pertama sebagai alat tukar, yang kedua sebagai satuan hitung, dan
yang ketiga sebagai penyimpan nilai. Sedangkan fungsi turunan uang yaitu, pertama Uang
sebagai alat pembayaran yang sah, kedua Uang sebagai alat pembayaran utang, ketiga Uang
sebagai alat penimbun kekayaan, keempat Uang sebagai alat pemindah kekayaan, dan kelima
Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi.
Dalam Islam, uang dipandang sebagai alat tukar, bukan suatu komoditi. Peranan uang
ini dimaksudkan untuk melenyapkan ketidakadilan, ketidakjujuran, dan pengisapan
dalam ekonomi tukar-menukar (barter). Karena dalam system barter ada unsure ketidakadilan
yang digolongkan sebagai riba al Fadhl, yang dilarang dalam islam. Uang dapat memainkan
peranan penting sebagai suatu unit akun dan sebagai suatu kumpulan nilai dalam ekonomi
islam. Uang dapat digunakan sebagai ukuran opportunity cost (yaitu pendapatan yang
hilang). Disamping itu, uang juga memainkan peranan social dan religious yang khusus,
karena ia merupakan ukuran terbaik untuk menyalurkan daya beli dalam bentuk pembayaran
transfer kepada simiskin. Arti religious peranan uang terletak pada kenyataan bahwa ia
memungkinkan menghitung nisab dan menilai suku zakat dengan tepat.
Sebagai fungsi sosial uang menahan atau mencegah eksploitasi terbuka yang terkandung
dalam keadaan tawar-menawar (Abdul Manan, 1995: 162-163)

2.4 Peran Lembaga Keuangan Islam


Keberadaan lembaga keuangan sangat dibutuhkan di berbagai tempat karena
tidak hanya sebagai tempat menyimpan uang semata, melainkan juga sebagai tempat dimana
modal terhimpun dan dapat diakses. Peran lembaga keuangan islam sama seperti lembaga
keuangan lainnya, yaitu;
a. Penghimpunan Dana
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan. Dalam figh Islam dikenal dengan
barang wadi'ah, dan dalam praktek yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah dalam
bentuk Tabungan Wadiah. Tabungan Wadiah dapat digu-nakan olch pengelola keuangan,
untuk diinvestasikan pada usaha, dengan izin pemi-liknya, atau biasa disebut dengan wadi 'ah
yad dhamanah. Pihak Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sebagai pihak yang dititipi barang,

5
dapat menggunakan barang tersebut untuk dikelola ke sektor yang lebih produktif. Wadi ah
dalam sistem Islam dapat berbentuk apa saja, baik dalam bentuk uang, emas, perak, dan
berbagai barang yang berharga lainnya. Praktek wadi ah dapat dijumpai dalam sejarah awal
Islam, dan me-nurut para ulama hal ini diperbolehkan. Selain produk wadiah, penghimpunan
dana olch LKS dapat dilakukan dengan prinsip mudharabah dan ijarah. (Sholihin, 2010:
291). Bahkan pada prakteknya saat ini, mayoritas produk penghimpunan dana yang laku di
masyarakat adalah produk yang menggunakan prinsip mudharabah. Hal ini disebabkan
karena produk yang menggunakan prinsip mudharabah dianggap lebih menguntungkan
karena memberikan bagi hasil untuk para penabung secara berkala.
Berbeda dengan tabungan dengan prinsip wadiah yang hanya memberikan bonus yang belum
tentu ada di setiap waktu.
b. Penyaluran Dana ke Masyarakat
Setelah dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan telah terkumpul, maka LKS kemudian
menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutukan.
Dalam sistem perbankan Islam, idealnya dana tersebut disalurkan hanya kepada pi-hak yang
memiliki usaha dan untuk pengembangan usaha. Sedangkan untuk kebu-tuhan non usaha,
seperti untuk pembayaran SPP, maka akadnya hanya pinjam tanpa adanya bagi hasil ataupun
bunga. Dalam sistem perbankan Islam simpan pinjam ini, sebagaimana telah disebutkan di
atas, dinamakan dengan qirodh atau mudharabah.
Selain itu, perbankan syariah juga melaksanakan pelayanan jasa lainnya, seperti wa-kalah,
qardh al hasan, dan sebagainya.
c. Fungsi Sosial Kemasyarakatan
Yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Zakat, Infaq atau Sede-kah (Ziswaf),
kemudian menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkannya, tan-
pa mengharapkan keuntungan ataupun imbalan (Ikit, 2015: 47). Lembaga keuangan Islam,
sebagaimana aturan perundang-undangan, berhak menghimpun dana zakat, infaq, dan
shodaqoh dari masyarakat untuk disalurkan kepada pihak yang membutuh-kannya. Perannya
hampir sama dengan pihak 'amil', dimana ketentuannya menda-patkan hak 1/5 dari jumlah
dana ziswaf yang dihimpun. Fungsi sosial inilah sebagai salah satu pembeda LKS dengan
lembaga keuangan perbankan umum

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda deangan konsep uang dalam
konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah
uang, uang bukan mudal. Sebaliknya, konsep uang yang dikemukakan dalam ekonomi
konvensional tidak jelas. Sering kali istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional
diartikan secara bolak-balik (interchangeability), yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai
capital. Perbedaan lainnya, konsep uang dalam ekonomi Islam adalah flow concept, di mana
harta tidak boleh ditumpuk, melainkan harta yang dimiliki harus disirkulasikan. Perbedaan
berikutnya tentang uang adalah pada ekonomi konvensional tidak dibedakan antara uang dan
mudal (capital).Dalam Islam uang adalah public goods, sementara mudal adalah private
goods. Karena sebagai public goods maka uang tidak boleh diperdagangkan.

3.2 Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silakan sampaikan kepada kami. Apabila ada
kesalahan mohon dimaklumi dan dimaafkan, karena kami adalah hamba Allah yang tidak
luput dari salah, khilaf, alfa dan lupa

7
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, R. (2016). Konsep Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam. BISNIS: Jurnal Bisnis Dan
Manajemen Islam, 4(1), 35-57.

Arafah, M. (2019). Sistem keuangan Islam: Sebuah telaah teoritis. Al-Kharaj: Journal of
Islamic Economic and Business, 1(1).

Muheramtohadi, S. (2017). peran lembaga keuangan syariah dalam pemberdayaan UMKM di


Indonesia. Muqtasid: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, 8(1), 65-77.

Anda mungkin juga menyukai