Anda di halaman 1dari 13

Tugas Makalah

Sistem keuangan syariah

Dosen Pengampu: Ibu wina sari asmara,SE,SY.,ME


Kelompok 5:
1. Sonia Asrika 221610340
2. Dinda Aulia 221610290
3.. M.Ivan Yuanda 221610296
Kelas : 2 ESY A

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANG HARI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini,tidak lupa pula shalawat dan salam kita ucapkan kepada nabi besar Muhammad saw
yang telah memberikan banyak suri tauladan kepada kita semua.
Dalam pembuatan makalah ini penulis banyak mengalami hambatan dan beberapa
persoalan namun dengan izin Allah dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya penulis
dapat menghadapi setiap persoalan yang menghadang. Oleh karena itu dalam
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih pada pihak yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Demikian makalah ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi semua pihak
khususnya bagi penulis sendiri. Akhir kata untuk segala kekurangan dan kesalahan
yang ada, penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Jika ada kritik atau saran yang
bersifat membangun, penulis menerimanya dengan tangan terbuka

Danau Embat,8 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan Penulis...........................................................................................1
BAB II Pembahasan
A. Sistem Keuangan Islam ...............................................................................2
B. Permintaan Uang Menurut Ekenomi Islam.................................................3
C. Fungsi Dan Motivasi Permintaan Uang Islam.............................................4
D. Kebijakan Keuangan (Moneter) Islam.........................................................5
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Sistem keuangan syariah merupakan sistem keuangan yang menjembatani antar


pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang memiliki kelebihan dana melalui
produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Seluruh
transaksi yang terjadi dalam kegiatan keuangan syariah harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.Lembaga keuangan syariah adalah Lembaga
Keuangan yang menjalankan kegiatannya dengan berlandaskan prinsip syariah Islam.
Lembaga keuangan syariah terdiri dari Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga
Keuangan non Bank (asuransi, pegadaian, reksadana, pasar modal, dan baitul mal wat
tamwil). Lembaga Keuangan Syariah memiliki dua sifat yang berbeda yakni Lembaga
Keuangan Syariah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah non Bank.Bank berdasarkan
prinsip syariah adalah bank umum yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah Islam atau dengan kata lain yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengacu
kepada ketentuan-ketentuan Islam yaitu Al Qur’an dan As Sunnah.

A.Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem keuangan islam?
2. Apa permintaan uang menurut ekenomi islam?
3. Apa fungsi dan motivasi permintaan keuangan islam?
4. Bagaimana kebijakan keuangan (moneter) islam?

B. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui sistem keuangan islam
2. Untuk mengteahui apa permintaan uanga menurut ekenomi islam
3. Untuk mengetahui apa fungsi dan motivasi permintaan keuangan islam
4. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan (monter) islam

4
BAB II
PEMBAHASAN

1.SISTEM KEUANGAN ISLAM

Sistem keuangan Islam adalah sebuah sistem yang bersumber dari Al-Quran dan
Sunnah, serta dari penafsiran para ulama terhadap sumber-sumber wahyu tersebut.
Dalam berbagai bentuknya, struktur keuangan Islam telah menjadi sebuah peradaban
yang tidak berubah selama empat belas abad. Selama tiga dasawarsa terakhir, struktur
keuangan Islam telah tampil sebagai salah satu implementasi modern dari sistem
hukum Islam yang paling penting dan berhasil, dan sebagai ujicoba bagi pembaruan
dan perkembangan hukum Islam pada masa mendatang.

Ciri-ciri sistem keuangan Islam adalah:

1. Harta publik dalam sistem keuangan Negara Islam adalah harta Allah.

2. Rasul adalah orang pertama yang melakukan praktik keuangan Islam

3. Al-Qur’an dan sunah merupakan sumber yang mendasar bagi keuangan Islam

4. Sistem keuangan Islam adalah system keuangan yang universal

5.Keuangan khusus dalam Islam menopang sistem keuagan Negara Islam.

6. Sistem keuangan Islam mengambil prinsip alokasi terhadap layanan sebagai sumber
sumber pendapatan Negara.

7. Sistem keuangan Islam ditandai dengan transparansi.

8. Sistem keuangan Negara Islam merupakan gerakan kebaikan

9. Sistem keuangan Islam adalah modal toleransi umat Islam.

5
Pengertian sistem keuangan Islam merupakan sistem keuangan yang menjembatani
antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana melalui
produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Prinsip-prinsip
Islam dalam sistem keuangan yaitu:

1. Kebebasan bertransaksi, namun harus didasari dengan prinsip suka sama suka dan
tidak ada yang dizalimi, dengan didasari dengan akad yang sah. Dan transaksi tidak
boleh pada produk yang haram. Asas suka sama suka untuk melakukan kegiatan bisnis
atau perniagaan sangat penting. Tidak ada unsur paksaan dalam hal ini yang dapat
menimbulkan kerugian masing-masing.

2. Bebas dari maghrib (maysir yaitu judi atau spekulatif yang berfungsi mengurangi
konflik dalam sistem keuangan, gharar yaitu penipuan atau ketidak jelasan, riba
pengambilan tambahan dengan cara batil).

3. Bebas dari upaya mengendalikan, merekayasa dan memanipulasi harga.

4. Semua orang berhak mendapatkan informasi yang berimbang, memadai, akurat agar
bebas dari ketidaktahuan bertransaksi.

5. Pihak-pihak yang bertransaksi harus mempertimbangkan kepentingan pihak ketiga


yang mungkin dapat terganggu, oleh karenanya pihak ketiga diberikan hak atau pilihan.

Menurut Muhammad (Muhammad, 2000), Adapun prinsip-prinsip dalam keuangan


Islam adalah:

1. Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jenis transaksi

2. Menjalankan aktivitas bisnis dan perdagangan berdasarkan pada kewajaran dan


keuntungan yang halal.

3. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya.

4. Larangan menjalankan monopoli.

5. Bekerja sama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis dan


perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam Prinsip-prinsip hukum syariah mempunyai
perbedaan dengan keuangan konvensional.

6
Perbedaan ini dapat dijadikan dasar praktik keuangan yang mestinya sesuai dengan
syariah:

1. Larangan bunga (riba): Dalam bentuk keuangan konvensional dibuat penerimaan


melalui bunga (riba) sedangkan dalam hukum Islam praktik riba tidak diperbolehkan.

2. Larangan ketidakpastian: Ketidakpastian dalam kontrak tidak diperbolehkan karena


dapat menimbulkan spekulatif yang melibatkan gharar (ketidakpastian yang berlebihan).

3. Risiko profit and loss sharing: Pihak yang terlibat dalam transaksi keuangan herus
berbagi risiko dan keuntungan antara pemberi pinjaman dan peminjam.

4. Etika investasi: Investasi di industri yang dilarang dalam al-Qur’an seperti alkhohol,
perjudian dan babi tidak dianjurkan.

5. Aset riil: Setiap transaksi harus nyata dan dapat diidentifikasi. Utang tidak dapat
dijual sehingga risiko terkait tidak dapat ditransfer kepada orang lain.Tujuan utama
sistem keuangan Islam adalah: menghapus bunga dari semua transaksi keuangan dan
menjalankan aktifitasnya sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, distribusi kekayaan yang
adil dan merata, kemajuan pembangunan ekonomi.

Sistem keuangan Islam bertujuan untuk memberikan jasa keuangan yang halal
kepada komunitas muslim, di samping itu juga diharapkan mampu memberikan
kontribusi yang layak bagi tercapainya tujuan sosio-ekonomi Islam. Target utamanya
adalah kesejahteraan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, keadilan sosio-ekonomi dan distribusi pendapatan, kekayaan yang
wajar, stabilitas nilai uang, dan mobilisasi serta investasi tabungan untuk pembangunan
ekonomi yang mampu memberikan jaminan keuntungan (bagi hasil) kepada semua
pihak yang terlibat.Sistem keuangan Islam diharapkan mampu menjadi alternatif terbaik
dalam mencapai kesejahteraan masyarakat. Penghapusan prinsip bunga dalam sistem
keuangan Islam memiliki dampak makro yang cukup signifikan, karena bukan hanya
prinsip investasi langsung saja yang harus bebas dari bunga, namun prinsip investasi
tak langsung juga harus bebas dari bunga. Perbankan sebagai lembaga keuangan
utama dalam sistem keuangan dewasa ini tidak hanya berperan sebagai lembaga
perantara keuangan (financial intermediary), namun juga sebagai industri penyedia jasa
keuangan (financial industry) dan instrumen kebijakan moneter yang utama (Heri
Sudarsono, 2003).Mengapa ada keuangan Islami? Minimal ada 3 faktor yang
melatarbelakangi lahirnya keuangan Islam, yaitu: relijius ideologis, empiris pragmatis,
dan akademik idealis. Relijius ideologis merupakan latar belakang yang bersifat
fundamental berkaitan dengan ajaran Islam,yaitu a). Keinginan umat Islam untuk
mengaplikasikan konsep konsep keuangan Islami sebagai upaya menjadikan Islam
sebagai way of life. b). Konsep dan praktek keuangan konvensional yang telah ada
melanggar berbagai prinsip syariah, misalnya mengandungunsur riba, gharar, maysir.

7
Sedangkan dari faktor empiris pragmatis politis, bahwa setelahmasa kemerdekaan dari
kolonialisme Barat (sekitar tahun 1940-an), di negara negara muslim muncul keinginan
untuk juga merdeka secara ekonomi. Sistem keuangan konvensional yang ada
dipandang lebih menguntungkan Barat dan merugikan negara-negara muslim
yangumumnya tergolong negara berkembang (developing countries). Pada saat yang
bersamaan, terdapat sejumlah besar dana milik muslim, terutama negara penghasil
minyak, yang ingin dikelola secara Islami. Keinginan itu mewujud dalam bentuk di
antaranya pendirian IDB (Islamic Development Bank). IDB didirikan di Jeddah sebagai
hasil agreement menterimenteri OIC pada Desember 1973, dan mulai beroperasi pada
tahun 1975. IDB bukan bank komersial, tetapi development bank (seperti World Bank)
yang memiliki misi pemberdayaanpembangunan negara-negara muslim. Sedangkan
dari sisi latar belakang akademik, ditemukan dari berbagai kajian akademik yang
dilakukan bahwa sistem keuangan konvensional berpotensi untuk:

a). menimbulkan instabilitas dan krisis ekonomi,

b). memperlebar kesenjangan antara miskin dan kaya,

c). ada alternatif sistem keuangan yang secara konseptual lebih mampu menciptakan
sistem keuangan yang lebih adil dan harmoni.

2.Permintaan Uang menurut ekonomi Islam

Diskusi tentang bagaimana manajemen moneter harus dilakukan, tidak akan pernah
terlepas dari berbagai cara untuk mempertemukan permintaan uang dan penawaran
pada tingkat yang paling ideal. Kita tidak dapat menafikan dan mengasumsikan bahwa
salah satu diantaranya merupakan variabel exogen. Akan tetapi, kita harus melihat
bagaimana kedua variabel ini mencapai tingkat equilibrium dalam makroekonomi.
Penjelasan untuk menerangkan permintaan uang merupakan pekerjaan yang komplek
dan sophisticated. Permintaan uang secara tidak langsung akan mengikutsertakan
tingkat suku bunga, total transaksi, total output, personal income, pendapatan tetap,
kesejahteraan, upah, tingkat inflasi dan ekspektasinya, institusi perantaranya dan
inovasi-inovasi dalam keuangan.Seperti yang telah dijelaskan bahwa permintaan uang
dari ketiga mazhab ekonomi Islam pada dasarnya mempunyai kesamaan dalam motif
memegang uang. Dalam Islam fungsi permintaan uang hanya dikenal dua motif saja,
yaitu motif transaksi dan berjaga-jaga. Karena perbuatan yang mengarah kepada motif
spekulasi dilarang dalam Islam, maka instrumen moneter yang ada dihindarkan dari
penggunaan variabel yang akan mengarahkan kepada motif spekulasi. Keberadaan
instrumen pengganti suku bunga diarahkan penggunaanya terhadap uang yang
memiliki tujuan yang bersifat penting dan mendesak serta investasi yang produktif dan
efisien. Walaupun ada persamaan dalam 2 motif memegang uang, namun penggunaan

8
3.Fungsi dan Motifasi permintaan uang islam

a.fungsi permintaan uang islam

Dalam Islam fungsi permintaan uang hanya dikenal dua motif saja, yaitu motif
transaksi adalah Motif Transaksi adalah motif masyarakat memegang uang dengan
tujuan untuk mempermudah kegiatan transaksi sehari-hari. Contohnya, membeli
makanan, membayar kebutuhan, membayar biaya pendidikan (transaksi jual beli).Dan
Motif berjaga-jaga adalah motif dalam mempertahankan saldo kas agar bisa memenuhi
permintaan kas yang memiliki sifat tidak terduga. Bila seluruh pengeluaran dan juga
pemasukan kas bisa diprediksi dengan akurat, maka saldo kas yang disediakan dengan
maksud untuk berjaga-jaga akan sangat rendah.

b.motifasi permintaan uang islam

Keynes menjelaskan ada tiga motif permintaan uang, yaitu

1.motif transaksi adalah dorongan orang memegang uang untuk kebutuhan transaksi
atau pembayaran, baik yang dilakukan oleh rumah tangga konsumen ataupun rumah
tangga perusahaan. Bagi konsumen motif transaksi berkaitan dengan pembayaran
listrik, telepon, dan uang belanja harian

2.motif berjaga-jaga adalah motif seseorang memegang uang untuk transaksi dan
berjaga-jaga guna memenuhi dan melancarkan transaksinya, permintaan uang dalam
tujuan ini dipengaruhi oleh pendapatan nasional.

3.motif spekulasi adalah orang memegang uang sebagai alat penyimpan kekayaan
sehingga menyebutnya sebagai motif spekulasi. Kekayaan terkait erat dengan
pendapatan, komponen spekulatif dari permintaan uang juga terkait dengan
pendapatan.

4.kebijakan keuangan Moneter Islam

Pengertian Kebijakan Moneter adalah kebijakan pemenintah untuk memperbaiki


keadaan perekonomian melalui pengaturan jumlah uang beredar.10Untuk mengatasi
krisis ekonomi yang hingga kini masih terus berlangsung, disamping harus menata
sektor nil, yang tidak kalah penting adalah meluruskan kembali sejumlah kekeliruan
pandangan di seputar masalah uang. Bila dicermati, krisis ekonomi yang melanda
indonesia, juga belahan dunia lain, sesungguhnya dipicu oleh dua sebab utama, yang
semuanya terkait dengan masalah uang.a. Persoalan mata uang, dimana nilai mata
uang suatu negarasaat ini pasti terikat dengan mata uang negara lain(misalnya rupiah
terhadap dolar AS), tidak pada dirinyasendiri sedemikian sehingga nilainya tidak pernah
stabilkarena bila nilai mata uang tertentu bergejolak. pasti akanmempengaruhi
kestabilan mata uang tersebut.b. Kenyataan bahwa uang tidak lagi dijadikan sebagai

9
alat tukar saja, tapi juga sebagai komoditi yang diperdagangkan (dalam bursa valuta
asing) dan ditarik keuntungan (interest) alias bunga atan riba dari setiaptransanksi
peminjaman atau penyimpapanan uing.Persoalan kedua relatif bisa selesai andai saja
semua bentuk transaksi yang di dalamnnya terdapat unsur riba dinyatakan dilarang.
Lembaga keuangafl syariah. termasuk bank syariah, menjadi satu-satunya anak tunggal
yang sah beroperasi di negeri ini menggantikan bank-hank konvensional.
Denganmelarang semua transaksi ribawi, berarti telah menghilangkan factor utama
penyebab labilitas moneter. Sebaliknya, tetap membiarkan bank-bank konvensional
berjalan (sekalipun pada saat yang sama juga beroperasi bank-bank syariah) sama
saja memelihara penyakit yang sewaktu-waktu akan memporak- porandakan kembali
bangunan ubuh ekonomi Indonesia. Sementara itu, persoalan pertama diatasi dengan
cara mengkaji ulang mata uang kertas yng selama beberapa puluh tahun terakhir
diterima begitu saja tanpa reserve (taken for granted), seolah tidak ada persoalan di
dalamnya. Berapa banyak diantara kita yang menyangka bahwa uang kertas yang
setiap hari ada di kantong kita menyimpan sebuah persoalan begitu mendasar?
Berkenaan dengan mata uang, Islam memiliki pandangan yang khas.Abdul Qodim
Zallum mengatakan bahwa sistem moneter atau keuangan adalah sekumpulan kaidah
pengadaan dan pengaturan keuangan dalam suatu negara.11 Yang paling penting
dalam setiap sistem keuangan adalah penentuan satuan dasar keuangan (al-wahdatu
al-naqdiyatu alasasiyah) dimana kepada satuan itu dinisbahkan seluruh nilai- nilai
berbagai mata uang lain. Apabila satuan dasar keuangan itu adalah emas, maka sistem
keuangan/moneternya: dinamakan sistem uang emas. Apabila satuan dasarnya perak,
dinamakan sistem uang perak.Bila satuan dasarnya terdiri dari dua satuan mata uang
(emas dan perak), dinamakan sistem dua logam. Dan bila nilai satuan, mata uang tidak
dihubungkan secara tetap dengan emas atau perak (baik terbuat dari logam lain seperti
tembaga atau dibuat dari kertas), sistem keuangannya disebut sistem fiat money.
Dalam sistem dua logam, harus ditentukan suatu perbadingan yang sifatnya tetap
dalam berat maupun kemurnian antara satuan mata uang emas dengan
perak.Sehingga bisa diukur masing-masing nilai antara satu dengan lainnya, dan bisa
diketahui nilai tukarnya. Misalnya, 1 dinar emas syar'i bertanya 4,25 gram emas dan 1
dirham perak syar'iy beratnya 2,975 gram perak. Sistem uang dua logam inilah yang
diadopsi oleh Rasulullah SAW.Ketika itu kendati menggunakan sistem uangdua logam,
Rasulullah SAW memang tidak mencetak dinar dan dirham emas sendiri, tapi
menggunakan dinar Romawi dan dirham Persia (ini juga menunjukkan bahwa sistem
uang dua logam tidak eksklusif hanya dilakukan oleh ummat Islam). Demikian
seterusnya, sistem dua logam itu diterapkan oleh para khalifah hingga masa Khalifah
Abdul Malik bin Marwan (79H). Baru di masa itulah dicetak dinar dan dirham khusus
dengan corak Islam yang khas. Dengan cara itu, nilai nominal dan nilai intrinsik dari
mata uang dinar dan dirham akan menyatu. Artinya, nilai nominal mata uang yang
berlaku akan dijaga oleh nilai instrinsiknya (nilai uang itu sebagai barang, yaitu emas
atau perak itu sendiri), bukan oleh daya tukar terhadap mata uang lain. Maka,
10
seberapapun misalnya dollar Amerika naik nilainya, mata uang dinar akan mengikuti
senilai dollar menghargai 4,25 gram emas yang terkandung dalam 1 dinar. Depresiasi
(sekalipun semua faktor ekonomi dan non ekonomi yang memicunya ada) tidak akan
terjadi. Sehingga gejolak ekonomi seperti sekarang ini Insya Allah juga tidak akan
terjadi. Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi.Yaitu ketika
nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu, mengalami penurunan (biasa disebut
inflasi emas).Diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah besar.Tapi keadaan
ini kecil sekali kemungkinannya, oleh karena penemuan emas besar-besaran biasanya
memerlukan usaha eksplorasi dan eksploitasi yang disamping memakan investasi
besar, juga waktu yang lama. Tapi, andaipun hal ini terjadi, emas temuan itu akan
segera disimpan menjadi cadangan devisa negara, tidak langsung dilempar ke
pasaran.Secara demikian pengaruh penemuan emas terhadap penurunan nilai emas di
pasaran bisa ditekan seminimal mungkin.Disinilah pentingnya ketentuan emas sebagai
milik umum harus dikuasai oleh negara.Secara syar'i pemanfaatan sistem mata uang
dua logam juga selaras dengan sejumlah perkara dalam Islam yang menyangkut uang.
Diantaranya tentang nisab zakat harta yang 20 dinar emas dan 200 dirham perak,
larangan menimbun harta (kanzu al-mal, bukan idzkar atau saving) dimana harta yang
dimaksud disitu adalah emas dan perak, sebagaimanan disebut dalam Surah At
Taubah 34. Juga berkaitan dengan ketetapan besarnya diyat dalam perkara
pembunuhan (sebesar 1000 dinar)atau batas minimal pencurian (1/4 dinar) untuk dapat
dijatuhi hukuman potong tangan.Itu semua menunjukkan bahwa standar keuangan
(monetary standard) dalam sistem keuangan Islam adalah uang emas dan perak.Untuk
menuju sistem uang dua logam, Abdul Qodim Zallum menyarankan sejumlah
hal.Diantaranya, menghentikan pencetakan uang kertas dan menggantinya dengan
uang dua logam dan menghilangkan hambatan dalam ekspor dan impor
emas.12Pemanfaatan emas sebagai mata uang tentu akan emas" mendorong
eksplorasi dan eksploitasi emas (mungkin secara besarbesaran) untuk mencukupi
kebutuhan transaksi yang semakin meningkat.

11
BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

Keuangan Islam adalah sebuah sistem yang bersumber dari Al-Quran dan
Sunnah, serta dari penafsiran para ulama terhadap sumber-sumber wahyu tersebut.
Dalam berbagai bentuknya, struktur keuangan Islam telah menjadi sebuah peradaban
yang tidak berubah selama empat belas abad.Karakteristik keuangan Islam adalah nilai
ketuhanan, nilai dasar kepemilikan (almilkiyah), keseimbangan, Nilai Dasar
Persaudaraan dan Kebersamaan, nilai dasar kebebasan dan Nilai Dasar
Keadilan.Instrument system keuangan Islam adalah zakat, larangan riba, kerjasama
ekonomi, jaminan sosial, Pelarangan terhadap praktek-praktek usaha yang kotor serta
adanya peranan negara dalam system ekonomiUntuk memberikan dampak yang lebih
signifikan terhadap ekonomi, sistem keuangan Islam perlu memiliki porsi yang lebih
signifikan terhadap total asset keuangan, yakni setidaknya 20 persen. Oleh karena itu,
pemerintah, bank sentral, dan agen-agen ekonomi yang peduli pada sistem keuangan
Islam perlu bekerja lebih keras

12
DAFTAR PUSTAKA

Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonomi Islam. Bandung: Citapustaka


Media, 2002.Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Shari’ah.
Jakarta: Kencana, 2010.

Anwar Abbas, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, Makalah: Disampaikan pada


acara:Pelatihan Perbankan Syari’ah. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2004.

Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan


Ilustrasi, Edisi 2, Yogyakarta: Ekonisia, 2003.

K. Bertans, Pengantar Etika Bisnis, Yogyakarta: t.p, 2002.

M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press,
1998 M. Umer Chapra, Islam Dan Tantangan Ekonomi: Islamisasi Ekonomi
Kontemporer.Surabaya: Risalah Gusti, 1999

M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam, terj. Ikhwan Abidin B, Cet.


Pertama. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

M. Roem Syibly, Keadilan Sosial Dalam Keuangan Syariah, Vol. XV, No. 1.
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta: Millah, 2015.

Mervyn K. Lewis Dan Latifa M. Algoud, Perbankan Shari’ah: Prinsip,


Praktik, Dan Konsep.Jakarta: Serambi, 2007.

Muhamad, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. UII Press Yogyakarta,


2000.Nur Chamid, Tantangan Sistem Keuangan Islam Sebagai Alternative
Sistem Keuangan Global, Vol. 6 No. 2 Jurnal al-‘adl: Sekolah Tinggi Agama
Islam Kediri, 2013.Nuruddin Mhd Ali, Krisis Keuangan Global dan Upaya
Aktualisasi Ekonomi Islam, Volume III, No. 1, STIE TAZKIA, La_Riba,
2009.

13

Anda mungkin juga menyukai