Anda di halaman 1dari 11

Makalah Ekonomi Islam LKMS ( lembaga keuangan mikro syariah )

Dosen Pembimbing: Munawar Rizki Jailani , Lc.,M.Sh.,P.hD

Di buat oleh :

Nanda Saputri : 170603029

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,Tuhan semesta alam. Rahmat dan
keselamatan semoga senantiasa dilimpahkan Allah Kepada Nabi Muhammad SAW,keluarga dan
para sahabatnya,serta para pengikutnya setia hingga akhir zaman. Dan tak lupa pula kami
bersyukur atas tersusunnya makalah ini.

Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada bapak Munawar Rizki Jailani ,
Lc.,M.Sh.,P.hD selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kami kesempatan untuk
membahas makalah Ekonomi Islam LKMS ( lembaga keuangan mikro syariah ).
Tujuan kami menyusun makalah ini tiada lain untuk memperkaya ilmu pengetahuan kita
semua dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah.

Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak
yang membutuhkan untuk dijadikan pembelajaran. Apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan,kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Banda Aceh, 03 Desember 2020


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) adalah lembaga keuangan yang khusus
didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat sesuai
dengan sistem syariah, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro
kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi
pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.
Eksistensi lembaga keuangan mikro syariah jelas memiliki arti penting bagi
pembangunan ekonomi berwawasan syariah terutama dalam memberikan solusi bagi
pemberdayaan usaha kecil dan menengah serta menjadi inti kekuatan ekonomi yang berbasis
kerakyatan dan sekaligus menjadi penyangga utama sistem perekonomian nasional. Hal ini
menunjukkan peranan LKMS sangat berarti bagi masyarakat karena ia merupakan suatu
lembaga mikro syariah yang mampu memecahkan permasalahan fundamental yang dihadapi
oleh pengusaha kecil dan menengah khususnya di bidang permodalan. LKMS tidak hanya
befungsi dalam penyaluran modal tetapi juga berfungsi untuk menangani kegiatan sosial.
Untuk itu perlunya kita mengetahui bagaimana eksistensi Lembaga Keuangan Mikro
Syariah dari sisi sejarahnya di Indonesia. Pada makalah ini akan dibahas perkembangan
LKMS pada masa penjajahan hingga pada zaman kemerdekaan baik pada zaman orde lama
sampai orde baru. Kemudian akan dibahas juga bagaimana sruktur lembaga keuangan mikro
di Indonesia.
Menurut UU no.1 tahun 2013 pasal 1, Lembaga Keuangan Mikro yang selanjutnya
disingkat LKM adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk memberikan jasa
pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman atau
pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat, pengelolaan
simpanan, maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata
mencari keuntungan. Sedangkan LKM Syariah merupakan LKM yang menggunakan prinsip-
prinsip syariah.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Pengertian lembaga keuangan mikro syariah.
b. Bagaimana ciri-ciri lemabaga keuangan mikro syariah
c. Bagaimana macam-macam LKMS dan penjelasannya
d. Bagaimana sejarah perkembangan keuangan mikro di zaman penjajahan ?

e. Bagaimana sejarah perkembangan keuangan mikro di zaman kemerdekaan?

1.3 Tujuan Makalah


Dengan adanya makalah ini, para mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami hal-
hal di bawah ini:
a. Mengetahui Pengertian lembaga keuangan mikro syariah Allah.
b. Mengetahui bagaimana ciri-ciri lemabaga keuangan mikro syariah
c. Mengetahui macam-macam LKMS dan penjelasannya

;
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lembaga Keuangan Syariah


Lembaga Keuangan Mikro Syariah sebagai bagian dari Sistem Ekonomi Syariah, dalam
menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari saringan Syariah. Oleh karena itu,
Lembaga Keuangan Mikro Syariah tidak akan mungkin membiayai usaha-usaha yang di
dalamnya terkandung hal-hal yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi
masyarakat luas, berkaitan dengan perbuatan mesum/ asusila, perjudian, peredaran narkoba,
senjata illegal, serta proyek-proyek yang dapat merugikan syiar Islam. Untuk itu dalam struktur
organisasi Lembaga Keuangan Syariah harus terdapat Dewan Pengawas Syariah.
Dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi, dunia Islam mempunyai sistem
perekonomian yang berbasiskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Syariah yang bersumber dari Al
Quran dan Al Hadits serta dilengkapi dengan Al Ijma dan Al Qiyas. Sistem perekonomian Islam,
saat ini lebih dikenal dengan istilah Sistem Ekonomi Syariah.
Al Quran mengatur kegiatan bisnis bagi orang-perorang dan kegiatan ekonomi secara makro bagi
seluruh umat di dunia secara eksplisit dengan banyaknya instruksi yang sangat detail tentang hal
yang dibolehkan dan tidak dibolehkan dalam menjalankan praktek-praktek sosial-
ekonomi. Para ahli yang meneliti tentang hal-hal yang ada dalam Al Quran mengakui bahwa
praktek perundang-undangan Al Quran selalu berhubungan dengan transaksi.

2.2 Ciri-ciri LKMS


Sebuah Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah;
2. Hubungan antara investor (penyimpan dana), pengguna dana, dan Lembaga Keuangan Syariah
sebagai intermediary institution, berdasarkan kemitraan, bukan hubungan debitur-kreditur;
3. Bisnis Lembaga Keuangan Syariah bukan hanya berdasarkan profit orianted, tetapi juga falah
orianted, yakni kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat;
4. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan prinsip kemitraan bagi
hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi komersial, dan pinjam-meminjam (qardh/
kredit) guna transaksi sosial;

5. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan tidak menimbulkan
kemudharatan serta tidak merugikan syiar Islam
Dalam membangun sebuah usaha, salah satu yang dibutuhkan adalah modal. Modal
dalam pengertian ekonomi syariah bukan hanya uang, tetapi meliputi materi baik berupa uang
ataupun materi lainnya, serta kemampuan dan kesempatan. Salah satu modal yang penting adalah
sumber daya insani yang mempunyai kemampuan di bidangnya.
Sumber Daya Insani (SDI) yang dibutuhkan oleh sebuah lembaga keuangan syariah,
adalah seorang yang mempunyai kemampuan profesionalitas yang tinggi, karena kegiatan usaha
lembaga keuangan secara umum merupakan usaha yang berlandaskan kepada kepercayaan
masyarakat. Walaupun terdapat banyak definisi LKM, terdapat tiga elemen penting dari berbagai
definisi tersebut, yaitu:
1. Menyediakan beragam jenis pelayanan keuangan.
2. Menyediakan pelayanan keuangan yang beragam seperti tabungan, pinjaman,
pembayaran, deposito maupun asuransi.
3. Melayani rakyat miskin
Keuangan mikro hidup dan berkembang pada awalnya memang untuk melayani
rakyat yang terpinggirkan oleh sistem keuangan formal yang ada sehingga memiliki
karakteristik konstituen yangkhas.
4. Menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel

Hal ini merupakan konsekuensi dari kelompok masyarakat yang dilayani, sehingga prosedur dan
mekanisme yang dikembangkan untuk keuangan mikro akan selalu kontekstual dan fleksibel.

2.3 Macam-Macam LKMS


Lembaga Keuangan Mikro syariah (LKMS) terdiri dari berbagai lembaga diantaranya
BPRS (Bank Perkreditan Mikro Syariah), BMT (Baitul Mal Wat Tanmil), serta Koperasi
Syariah. (www.zanikhan.multiply.com). Ketiga lembaga tersebut mempunyau hubungan yang
erat dan saling mempengaruhi satu sama lain dan berhubungan erat dengan lembaga syariah
lainnya yang lebih besar.
Berikut ini beberapa penjelasan mengenai BPRS,BMT dan Koperasi Syariah:

1. BPRS (Bank Perkreditan Rakyat Syariah)


BPRS merupakan bank sistem transaksiknya menggunakan cara konvensional namun
berdasarkan prinsip syariah, BPRS tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran kepada
masyarakat.Bentuk hukum bank umum dan BPR dapat berupa Peseroan Terbatas(Perseroan),
Perusahaan Daerah, dan Koperasi. Mekanisme operasional BPR Syariah tunduk pada peratuan
BINomor 6/17/PBI/2004. Dalam aturan ini usaha BPR Syariah adalah :
A. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk antara lain :
1. Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah;
2. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah;
3. Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadi’ah atau mudharabah;
B. Menyalurkan dana dalam bentuk antara lain :
1. Transaksi jual beli dalam aktifitasnya menggunakan prinsip murabahah, isthisna dan
salam;
2. Transaksi sewa menyewa di landaskan dengan prinsip ijarah;
3. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip : mudharabah; dan musyarakah;
4. Pembiayaan yang dilakukan dengan berlandaskan prinsip qardh
2 Melakukan transaksi yang tidak melanggar Undang-undang Perbankan dan prinsip syariah.

2. BMT (Baitul Mal Wat Tamwil)

Definisi dari BMT secara harfiah(bahasa) yaitu baitul maal dan baitul tanwil.Baitul maal
merupakan lembaga keuangan Islam yang memiliki kegiatan utama menghimpun dan
mendistribusikan dana ZISWAHIB ( zakat, infak,shadaqah, waqaf dan hibah) tanpa melihat
keuntungan yang di dapatkan (non profit oriented). Baitul tamwil termasuk lembaga keuangan
Islam informal yang dalam kegiatan maupun operasionaknya memperhitungkan
keuntungan(profit oriented). Kegiatan utama bitul tamwil adalah menghimpun dana dan
mendistribusikan kembali kepada anggota dengan imbalan bagi
hasil.
2.4 Adapun latar belakang didirikannya BMT adalah sebagai berikut:
1. Sebagian masyarakat dianggap tidak bankable (sehingga susah b.memperoleh pendanaan,
kalaupun ada sumber dananya mahal.
2. Untuk pemberdayaan dan pembinaan usaha masyarakat muslim melalui masjid dan
masyarakat sekitarnya

2.5 Ciri –ciri dari BMT adalah sebagai berikut:


1. Berbadan Hukum Koperasi.
2. Bertujuan menyediakan dana murah dan cepat serta tidak berbelit-belit guna
pengembangan dan memajukan usaha bagi anggotanya.
3. Skala produk dan pendanaan yang terbtas menjadi Prinsip dan pembeda dengan lembaga
keuangan lainnya. Sedangkan mekanismenyadan transaksinya hampir sama dengan
perbankan syariah.

3. Koperasi Syariah
Koperasi syariah di Indonesia dalam periode terakhir berkembang cukup pesat dan
Continuitas yang tinggi dalam mengembang usahanya dalam memenuhi kebutuhan para
anggotanya. Hal ini dapat dilihat dari banyak nya berdiri koperasi-koperasi syariah di seluruh
pelosok negeri.Pertumbuhan Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah
(KJKS/UJKS) juga mengalami perkembangan yang pesat dan luar biasa,selain itu KJKS/UJKS
merupakan instrumen pemberdayaanUMKM.Pelaksanaan kegiatan usaha berbasis pola syariah
ini dimulai pada tahun 2003, sebanyak 26 KSP/USP-Koperasi Syariah. Lalu meningkat menjadi
100 KSP/USP koperasi syariah pada tahun 2004. Tahun 2007 diperkirakan jumlah koperasi
syariah mencapai 3000 buah.Dan peningkatan koperasi syariah terus meningkat ,hingga akhir
tahun 2010 ini lebih dari 4000 koperasi yang ada di masyarakat,yang tersebardi seluruh wilayah
Indonesia.
Koperasi syariah menerapkan beberapa aspek dalam menjalankan kegiatannya guna
melayani para anggotanya,termasuk juga aspek azas keseimbangan, azas keadilan,azas
kerjasama.Contohnya dalam produksi dimana produksi dalam koperasi menghasilkan sesuatu
yang bisa di manfaatkan oleh anggotanya maupun masyarakat, maka pebankan dalam hal ini
sudah menerapkan aspek keadilan.Keputusan Menteri mengenai petunjuk pelaksanaan kegiatan
usaha koperasi yang disahkan pada September 2004 menyebutkan bahwa setiap koperasi yang
akan memulai unit jasa keuangan syariah, diharuskan meyetor modal awal minimal Rp 15 juta
untuk primer dan Rp50 jt.
Semua bank, koperasi jasa keuangan syariah dan unit jasa keuangan syariah
diperkenankan menghimpun dana dari para anggota maupun masyarakat baik berupa tabungan,
simpanan berjangka dalam pembiayaan mudharabah,musyarakah, murabahah, salam, istisna,
ijarah dan alqadr. Selain kegiatan tersebut koperasi jasa keuangan juga diperkenankan
menjalankan kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah kepada
masyarakat yang membutuhkan dan layak menerima.Termasuk juga waqaf yang di kelola secara
terpisah.

2.6 Sejarah Perkembangan Keuangan Mikro di Zaman Penjajahan


Perkembangan LKM di Indonesia timbul dimulai sejak lebih dari satu abad yang lalu,
diawali dengan pendirian Hulp en Spaar Bank Der Inlandsche Bestuurs Amtenaren (Bank
Priyayi Purwokerto) oleh Raden Aria Wirjaarmadja pada bulan Desember 1895. Bank tersebut
didirikan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pemerintahan daerah di Purwokerto, Jawa
Tengah. Modal Awal dikumpulkan dari orang-orang pribumi dan Eropa di Purwokerto oleh
pejabat pemerintah Belanda. Tujuan utama pendiriannya adalah untuk membebaskan pegawai
pemerintah daerah (pribumi Indonesia) dari cengkraman para rentenir (terutama dari para kaum
pelepas uang keturunan Cina dan Arab) dan untuk memilihara “semangat persaudaraan dan
solidaritas” diantara penduduk perkotaan. Bank tersebut memberikan pinjaman pada anggota-
anggotanya dan memobilisasi dana melalui simpanan dan iuran anggota.
Pada tahun 1897 pejabat pemerintah belanda Sienurgh diganti oleh De Wolffvan
Westerrode, yang merupakan pendukung setia kredit pertanian. Dia mengembangkan dan
mengorganisasi kembali bank tersebut terutama dari sektor pertanian, dengan nama yang baru
yaitu Poerwokertosche Hulp, Spaar en Landbouwcredietbank . Bank baru tersebut terinpirasi
oleh dan berdasarkan prinsip-prinsip koperasi pionir Jerman Raiffeisen, antara lain bahwa para
peminjam harus menjadi anggota koperasi , peminjam diwajibkan memberikan dua orang
penjamin, dan tingkat bunga pinjaman yang jauh dibawah bunga yang ditetapkan oleh para
rentenir. Bank tersebut memberikan kredit konsumtif bukan hanya untuk pegawai pemerintah
(pribumi Indonesia maupun Belanda) tetapi juga untuk orang-orang biasa di purwokerto .
Pendirian kedua Bank ini pada akhir abad ke 19 melahirkan ribuan bank desa kecil lainnya
beserta jutaan peminjam mikro di Jawa , Madura, Sumatra , Bali, Lombok dan Manado hingga
awal dekade abad 20. Pada tahun 1929 Pemerintah Kolonial Belanda secara resmi mengakui
keberadaan bank-bank tersebut melalui Staatsblad No.357 UndangUndang Lembaga Perkreditan
Desa yang sekarang dikenal dengan nama Badan Kredit Desa (BKD).
Perkembangan lembaga tersebut mencapai puncak dengan didirikannya Algemene
Volkscredietbank (Bank AVB) pada tahun 1934 yang didasarkan atas Keputusan Gubernur
Jenderal Belanda pada tanggal 19 Februari 1934 No.20 (Staatsbland No.82) yang kemudian
menjadi BRI.

2.7 Sejarah Perkembangan Keuangan Mikro di Zaman Kemerdekaan


Perkembangan LKM di masa penjajahan telah memberi inspirasi dan mendorong pendirian dan
perkembangan LKM di Zaman kemerdekaan .
1. Masa Orde Lama
Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno (1945-1966), terutama dari tahun 1957-
1965, sistem kuangan formal sangat dikekang dan hampir mengalami kehancuran sebagai akibat
dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Soekarno. Kebijakan-kebijakan
tersebut berhasil menghapuskan segala kepemilikan atau keterlibatan orang asing dalam system
perbankan dan nasionalisasi bank-bank yang dulu menjadi milik belanda. Hal tersebut diikuti
dengan konsolidasi bank-bank hasil nasionalisasi menjadi sebuah lembaga yang menggabungkan
fungsi bank sentral dan komersial. Pada tahun 1966 , krisis ekonomi yang diperparah oleh krisis
politik yang menyedihkan , yang mendorong terjadinya transisi yang keras, membawa Jenderal
Soeharto memperoleh kekuasaannya.
2. Masa Orde Baru sampai sekarang
Salah satu keberhasilan Presiden Soeharto adalah dalam pendirian sistem keuangan formal,
terutama LKM, elemen yang membuat pelayanan tabungan dan kredit dapat diakses secara
berkelanjutan oleh sekelompok besar pupulasi pedesaan. Fase intervensi awal pemerintahan
Soeharto dimulai tahun 1997 dengan menekankan pemulihan ekonomi Indonesia melalui
perbaikan sektor moneter
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah sebagai bagian dari Sistem Ekonomi Syariah,
dalam menjalankan bisnis dan usahanya juga tidak terlepas dari saringan Syariah. Oleh
karena itu, Lembaga Keuangan Mikro Syariah tidak akan mungkin membiayai usaha-
usaha yang di dalamnya terkandung hal-hal yang diharamkan, proyek yang menimbulkan
kemudharatan bagi masyarakat luas, berkaitan dengan perbuatan mesum/ asusila,
perjudian, peredaran narkoba, senjata illegal, serta proyek-proyek yang dapat merugikan
syiar Islam.

Sebuah Lembaga Keuangan Syariah dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah harus sesuai
dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah;
2. Konsep yang digunakan dalam transaksi Lembaga Syariah berdasarkan prinsip
kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi komersial, dan
pinjam-meminjam (qardh/ kredit) guna transaksi sosial;
3. Lembaga Keuangan Syariah hanya melakukan investasi yang halal dan tidak
menimbulkan kemudharatan serta tidak merugikan syiar
Islam.

Lembaga Keuangan Mikro syariah (LKMS) terdiri dari berbagai lembaga diantaranya
BPRS (Bank Perkreditan Mikro Syariah), BMT (Baitul Mal Wat Tanmil), serta Koperasi
Syariah. (www.zanikhan.multiply.com). Ketiga lembaga tersebut mempunyau hubungan
yang erat dan saling mempengaruhi satu sama lain dan berhubungan erat dengan lembaga
syariah lainnya yang lebih besar.

Anda mungkin juga menyukai