Anda di halaman 1dari 15

LEMBAGA KEUANAGAN BANK SYARIAH

Diseminarkan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penilaian

dalam Bidang Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank pada Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh :
Kelompok 3
Nurul Istiqamah 90500121095
Mayang Sari 90500121017
Salmawati 90500121116
Reski Amelia 90500121064
Andi nur salsabilah 90500121117

Dosen Pengampuh :

Dra. Hj. Nuraeni Gani, MM.

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Atas rahmat dan hidayahNya
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Mauhammad saw, keluarga dan para sahabatnya. Makalah
dengan judul: “Lembaga Keuangan Perbankan Syariah” ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu syarat lulus pada mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah Non-
Bank. Penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB 1 ............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
C. Tujuan Masalah .................................................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
A. Pengertian Lembaga Keuangan Bank Syariah .................................................................... 5
B. Perkembangan Bank Syariah ............................................................................................... 6
C. Kelembagaan Bank Syariah ................................................................................................. 9
D. Kegiatan Usaha Bank Syariah ........................................................................................... 10
BAB III ......................................................................................................................................... 14
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 14
B. Saran .................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 15

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga keuangan syariah adalah suatu badan usaha yangmana kegiatan
usahanya berkaitan dengan bidang keuangan. Lembaga keuangan syariah berperan
sebagai lembaga intermediasi keuangan, yang merupakan proses penyerahan dana dari
unit surplus ekonomi baik sektor usaha, lembaga pemerintah maupun individu
(rumah tangga) untuk menyediakan dana bagi unit ekonomi lainnya (sektor defisit).

Secara umum lembaga keuangan syariah dapat diuraikan menjadi lembaga


keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank
merupakan lembaga yang memberikan jasa keuangan yaitu menghimpun dana dan
menyalurkan dana serta meberikan pelayanan lainnya.

Lembaga keuangan bank syariah merupakan suatu badan usaha yang berkaitan
dengan bidang keuangan dengan cara menghimpun dana dan menyalurkan dana serta
memberikan pelayanan jasa lainnya yang berdasarkan prinsip syariah. Lembaga
keuangan bank syariah terdiri dari: Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah
(UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Oleh karena itu, kami membuat
makalah ini dengan tujuan agar dapat mengetahui dan memahami berbagai pegertian
lembaga keuangan bank syariah, perkembangan bank syariah, lembaga yang ada
dibank syariah, dan kegiatan usaha pada bank syariah.

B. Rumus Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan Bank Syariah
2. Bagaimana Perkembangan Bank Syariah
3. Apa saja Kelembagaan yang ada di Bank Syariah
4. Bagaiaman Kegiatan Usaha Bank Syariah

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan maksud dari lembaga keuangan bank syariah
2. Memaparkan perkembangan bank syariah
3. Menjelaskan pkelembagaan yang ada dibank syariah
4. Menjelaskan kegiatan usaha yang ada dibank syariah

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Keuangan Bank Syariah


Lembaga keuangan bank syariah adalah bank yang menjalankan prinsip-prinsip
syariah dalam operasinya. Prinsip-prinsip syariah tersebut meliputi prinsip keadilan,
transparansi, dan berbagi risiko antara pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi
keuangan.

Dalam operasinya, bank syariah tidak menggunakan sistem bunga seperti pada bank
konvensional, melainkan menggunakan prinsip bagi hasil (profit sharing) dalam
memberikan pinjaman kepada nasabah. Bank syariah juga tidak melakukan investasi
pada sektor-sektor yang dianggap haram dalam Islam, seperti industri alkohol, judi, dan
pornografi.

Di Indonesia, bank syariah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dibentuk
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lembaga keuangan yang
berbasis pada prinsip-prinsip syariah. Beberapa bank syariah yang ada di Indonesia antara
lain Bank Syriah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Negara Indonesia
Syariah.

Lembaga keuangan syariah dibagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank
dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan dibidang keuangan dengan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam
bentuk pembiyayaan. Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yan melakukan
kegiatan dibidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana
dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkan kepada masyarakat guna
membiayai investasi perusahaan.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998


tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang
meghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Sesuai Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, bank


syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah,
atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa majelis ulama indonesia seperti prinsip
keadilan dan keseimbangan (8adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme
(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan objek yang haram.

Beberapa pakar yang menjelaskan definisi dari bank syariah sebagai berikut :
Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah lembaga keuangan negara yang

5
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga
peredaran uang yang beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau islam.
Menurut Perwataatmadja, Pengertian Bank Syariah adalah bank yang
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah (islam) dan tata caranya didasarkan pada
ketentuan Al-Qur9an dan Hadist. Menurut Schaik, Bank Syariah adalah suatu
bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum islam, yang dikembangkan
pada abad pertengahan islam dengan menggunakan konsep bagi risiko sebagai sistem
utama dan meniadakan sistem keuangan yang didasarkan pada kepastian dan keuntungan
yang telah ditentukan sebelumnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lembaga keuangan bank syariah adalah
suatu badan usaha yang menghimpun dana dan menyalurkannya dengan prinsip
syariah yang sesuai dengan al quran dan hadis.

B. Perkembangan Bank Syariah


Sejarah perkembangan bank syariah modern tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar
tahun 1940, yaitu upaya pengelolaan dana jamaah haji secara non konvensional. Rintisan
bank syariah lainnya adalah dengan berdirinya Mit Ghamr Lokal Saving Bank
pada tahun 1963 di Mesir oleh Dr. Ahmad el-Najar.

Secara kolektif gagasan berdirinya bank syariah di tingkat internasional, muncul


dalam konferensi negara-negara Islam sedunia, di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal
21-27 April 1969 yang diikuti oleh 19 negara peserta. Konferensi tersebut memutuskan
beberapa hal, diantaranya:
1. Tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum tentang untung dan rugi, jika
tidak ia termasuk riba dan riba itu sedikit atau banyak hukumnya haram.
2. Diusulkan supaya dibentuk suatu bank syariah yang bersih dari sistem riba
dalam waktu secepat mungkin.
3. Sementara menunggu berdirinya bank syariah, bank-bank yang menerapkan
bunga diperbolehkan beroperasi. Namun jika benar-benar dalam keadaan darurat.
Pembentukan bank syariah semula memang banyak diragukan, sebab:
1. Banyak yang beranggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga (interest
fee) adalah suatu yang tak mungkin dan tidak lazim.
2. Adanya pertanyaan tentang bagaimana bank akan membiayai operasinya.
Tetapi di lain pihak, bank Islam adalah satu alternatif sistem ekonomi Islam

Untuk lebih mempermudah berkembangnya bank syariah di negara-negara musim


perlu ada usaha bersama di antara negara-negara muslim. Tonggak sejarah yang sangat
penting untuk mencapai cita-cita umat muslim dalam perekonomian Islam adalah
dengan di bentuknya Bank Pembangunan Islam Islamic Development Bank (IDB),
berdasarkan Deklarasi yang dikeluarkan oleh Konferensi Menteri Keuangan
Kalangan Negara Islam yang tergabung dalam OKI diselenggarakan di Jeddah,
pada tahun 1973 dan resmi dibuka pada tanggal 20 Oktober 1975.

6
Setelah berdiri IDB juga membantu mendirikan bank-bank Islam di berbagai Negara.
Untuk pengembangan sistem ekonomi syariah, institut ini membangun sebuah institut
riset dan pelatihan untuk pengembangan penelitian dan pelatihan ekonomi Islam, baik
dalam bidang perbankan maupun keuangan secara umum. Lembaga ini adalah Islamic
Research Training Institute (IRTI). Berdirinya Islamic Development Bank (IDB) telah
memotivasi banyak Negara untuk mendirikan lembaga keuangan syarah. Kerja
keras mereka membuahkan hasil pada akhir periode 1970 dan awal 1980 dan Bank
Syariah bermunculan dimesir, sunda, Negara-negara Teluk, Pakistan, Banglades, dan
Turki.

Di Indonesia pendirian bank syariah sudah lama di cita-citakan oleh umat islam dan
hal ini terungkap dalam keputusan Majelis Tarjih Muhammadiyah yang diadakan di
Sidoarjo Jawa Timur pada tahun 1968 dan dalam poin nomor 4 diputuskan majelis
tarjih menyarankan kepada pimpinan pusat muhammadiyah untuk mengusahakan
terwujudnya konsepsi sistem perekonomian khususnya lembaga perbankan yang
sesuai dengan kaidah Islam.

Pendirian bank Islam di Indonesia di cetuskan oleh majelis ulama Indonesia


dalam lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua Bogor, Jawa Barat pada tanggal
18-20 Agustus 1990. Hasil lokakarya tersebut dibahas kembali dalam musyawarah
Nasional IV majelis ulama Indonesia yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta pada
tanggal 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV majelis ulama Indonesia
tersebut dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.
Sehingga pada tanggal 1 November 1991 di tanda tanganilah akta pendirian PT. Bank
Muamalat Indonesia dengan akta notaris Yudo Paripurno, SH.

Kedudukan bank syariah dalam sistem perbankan Nasional terbuka setelah di


keluarkannya UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan. Dalam pasal 13 (C)
undang-undang tersebut menyatakan bahwa salah satu usaha bank pengkreditan
rakyat, menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah.

Menyikapi hal tersebut pemerintah mengeluarkan PP No 72 Tahun 1992,tentang


bank berdasarkan prinsip bagi hasil dan di undangkan pada tanggal 30 Oktober
1992 dalam lembaran Negara Republik Indonesia No. 119 tahun 1992. Dalam PP
tersebut secara tegas dinyatakan bahwa bank dengan prinsip bagi hasil tidak boleh
melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil sebaliknya bank
yang kegiatan usahanya tidak berdasarkan prinsip bagi hasil tidak di perkenankan
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prisip bagi hasil.

Pada akhir tahun 1990-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporak-
porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara, sektor Perbankan Nasional
tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat Indonesia pun terimbas
dampak krisis tersebut.

7
Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai 60% dan Ekuitas
mencapai titik terendah, yaitu Rp.3,9 M. dalam upaya memperkuat permodalannya,
Bank Muamalat Indonesia mencari permodalan yang potensial dan ditanggapi secara
positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi
sehingga pada tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang
saham Bank Muamalat Indonesia, pada akhir tahun 2004, Bank Muamalat Indonesia
tetap menjadi Bank Syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar
Rp.5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp.269,7 M serta memperoleh laba
bersih sebesar Rp.48,4 M.

Pada tahun 1998, dikeluarkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang


konsep perbankan bagi hasil, yang merupakan amandemen UU No. 7 tahun 1992
tentang perbankan dalam undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi
bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau mengonversi diri secara
total menjadi bank syariah.

Selanjutnya pada tahun 1999 dikeluarkannya Undang-Undang No. 23 tentang


Bank Indonesia. Dalam UU tersebut bank Indonesia mendapat amanah untuk
melakukan tindakan antisipasi terhadap perkembangannya perbankan syariah. Mandat
ini semakin memperkukuh posisi bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan
syariah sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan nasional. Amanah untuk
mengembangkan perbankan syariah sebagaimana tersebut dalam UU No. 23 tahun 1999
tersebut diterjemahkan oleh bank Indonesia dalam tujuh langkah strategi yaitu :
1. Penyempurnaan peraturan dalam perundang-undangan yang sesuai dengan
karakteristik usaha perbankan syariah.
2. Pertumbuhan jaringan kantor yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap jasa perbankan syariah.
3. Meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap perbankan syariah.
4. Tersedia infrastruktur dan lembaga pendukung yang dapat mendorong
perkembangan perbankan syariah yang sehat dan Istiqomah menjalankan
prinsip syariah.
5. Meningkatkan efisiensi operasi, mutu, pelayanan dan daya saing
perbankan syariah nasional.
6. Mendorong perkembangan pembiayaan sistem bagi hasil dalam proporsi
yang memadai dalam portofolio pembiayaan bank syariah.
7. Terciptanya bank syariah yang memiliki kompetensi, profesionalisme dan
dapat memenuhi standar yang ditetapkan secara Internasiona

Selain Undang-Undang diatas dasar pemikiran yang melandasi berdirinya bank


syariah Indonesia adalah :
a) Para ahli hukum Islam belum mempunyai kata sepakat, tentang
status hukum bank- bank konvensional yang dalam operasionalnya
memakai sistem bunga.
b) Masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, sebagian
masih meragukan hukum dari bunga dalam bank konvensional.

8
c) Bank konvensional yang telah beroperasi di Indonesia, dirasa kurang
berperan secara optimal dalam membantu memerangi kemiskinan dan
pemerataan pendapatan.

Jika dilihat dari jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia dari tahun
2000 s.d. 2014 perbankan syariah mengalami pertumbuhan pesat. Dari tahun 1992 s.d.
1999 hanya ada satu Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat
Indonesia (BMI). Kemudian dari tahun 2000 s.d. 2003 Bank Umum Syariah bertambah
satu yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM). Kemudian dari tahun 2004 s.d. 2007 Bank
Umum Syariah bertambah satu lagi yaitu Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI).

Pada tahun 2008 bertambah dua Bank Umum Syariah yaitu unit Usaha
Syariah yang melakukan spin-off (BRI Syariah dan Bank Syariah Bukopin), pada
tahun 2009 bertambah satu lagi Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu BNI Syariah.
Pada tahun 2010 s.d. sekarang terjadi perkembangan yang pesat dengan pertambahan
6 Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu BJB Banten Syariah, Bank Viktoria
Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, Maybank Syariah Indonesia, BTPN
syariah.

Jika dilihat dari jumlah Unit Usaha Syariah di Indonesia dari tahun 2000 s.d.
tahun 2014 perbankan syariah juga selalu mengalami peningkatan. Begitu juga dengan
jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah selalu mengalami perningkatan dari
tahun 2000 s.d. 2014. Sampai pada saat ini terdapat 14 Bank Umum Syariah dan 20 Unit
Usaha Syariah serta 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

C. Kelembagaan Bank Syariah


1. Bank Umum Syariah (BUS)
Bank umum syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Umum syariah yang berdiri sendiri
sesuai dengan akta pendiriannya, maka bukan merupakan bagian dari bank
konvensional. Beberapa contoh bank umum syariah yaitu Bank Syariah
Mandiri, Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat Indonesia dan lain sebagainya.
Dikategorikan Bank Umum Syariah jika seluruh struktur organisasi bank tersebut
tunduk pada ketentuan syariah, baik dari kantor pusat sampai dengan kantor
layanan baik bawah dari entitas tersebut seluruhnya melaksanakan kegiatan
syariah.

2. Unit Usaha Syariah (UUS)


Unit usaha syariah adalah unit kerja dari kator pusat bank umum konvensional
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Unit usaha syariah merupakan unit
usaha yang masih di bawah pengelolaan bank konvensional. Unit usaha syariah
(UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah (islam), atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang

9
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu
syariah atau unit syariah. Contoh Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu BNI Syariah, BRI
Syariah, Mandiri Syariah dan lain sebagainya

3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)


Bank pembiayaan rakyat syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. UU No. 21 Tahun 2008
tentang ketentuan umum disebutkan pengertian dari Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran, melainkan hanya simpanan dalam bentuk tabungan
dan deposito, serta pembiayaan dengan akad sesuai syariah. BPRS banyak bekerja
sama dengan lembaga keuangan lain untuk saling mendukung. Tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran maksudnya adalah BPRS dilarang menerima
simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran, melakukan
kegiatan usaha dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal dan
melakukan usaha perasuransional usaha sebagaimana diluar kegiatan yang telah
ditetapkan diundang-undang.

D. Kegiatan Usaha Bank Syariah


1. Penghimpun dana
Penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan bank untuk
mencari dana kepada pihak yang kelebihan dana kemudian disalurkan kepada
pihak yang memerlukan dana. Penghimpunan dana dalam perbankan syariah dapat
diwujudkan baik dalam bentuk simpanan maupun investasi.
Penghimpunan dana dalam bentuk simpanan wujudnya berupa giro, tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadiah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. penghimpunan dana
dalam bentuk investasi wujudnya berupa deposito, tabungan, atau bentuk
lainnya yang disamakan dengan itu dengan akad mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
a) Giro
Giro adalah salah satu produk perbankan berupa simpanan dari
nasabah perseorangan ataupun badan usaha dalam bentuk rupiah atau mata
uang asing. Menurut fatwa Dewan Syariah No: 01/DSN-MUI/IV/2000, Giro
yang dibenarkan secara syariah ada 2 yaitu :
1) Giro wadiah adalah simpanan dana yang bersifat titipan yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,
bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan, dan terhadap titipan tersebut tidak dipersyaratkan
imbalan kecuali dalam bentuk pemberian sukarela.

2) Giro mudharabah adalah simpanan dana yang bersifat investasi yang


penarikannya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sara perintah pembayaran lainnya, atau
10
dengan pemindahbukuan, dan terhadap investasi tersebut diberikan bagi
hasil sesuai nisbah yang telah disepakati dimuka.

b) Tabungan
Tabungan adalah suatu simpanan uang yang berasal dari pendapatan
yang tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari maupun kepentingan
lainnya.
Menurut fatwa Dewan Syariah No: 02/DSN-MUI/IV/2000, Tabungan
yang dibenarkan menurut prinsip syariah ada 2 yaitu :
1) Tabungan wadiah, yaitu simpanan dana nasabah pada bank, yang
bersifat titipan dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dan terhadap
titipan tersebut bank tidak dipersyaratkan untuk memberikan imbalan
kecuali dalam bentuk pemberian bonus secara sukarela.
2) Tabungan mudharabah, yaitu simpanan dana nasabah pada bank yang
bersifat investasi dan penarikannya tidak dapat dilakukan setiap saat
dan terhadap investasi tersebut diberikan bagi hasil sesuai nisbah
yang telah disepakati dimuka.

c) Deposito
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan
bank. Deposito merupakan produk bank yang memang ditujukan untuk
kepentingan investasi dalam bentuk surat-surat berharga, sehingga dalam
perbankan syariah akan memakai prinsip mudharabah.

2. Penyaluran dana
Penyaluran dana dalam bank syariah disebut dengan pembiayaan yang
memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak yang
memerlukan. Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan selain melakukan
kegiatan penghimpunan dana, juga menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui
pembiayaan.

a) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, adalah menyalurkan pembiayaan


dengan prinsip bagi hasil adalah mendasarkan pada akad mudharabah
dan akad musyarakah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah.

b) Pembiayaan mudharabah, adalah penyediaan dana oleh bank untuk


modal usaha berdasarkan persetujuan atau kesepakatan dengan nasabah
sebagai pihak yang diwajibkan untuk melakukan setelmen atas investasi
dimaksud sesuai ketentuan akad.

c) Pembiayaan musyarakah, adalah penyediaan dana oleh bank untuk


memenuhi sebagian modal suatu usaha tertentu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan dengan nasabah sebagai pihak yang harus melakukan
3setelmen atas investasi sesuai ketentuan investasi.

11
d) Pembiayaan dengan prinsip ijarah atau ijarah muntahiya bittamlik
Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
1) Pembiayaan ijarah adalah penyediaan dana atau tagihan yang berupa
transaksi sewa dalam bentuk akad ijarah dengan opsi perpindahan hak
kepemilikan dengan akad ijarah muntahiyah bit tamlik (IMBT)
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
nasabah pembiayaan sebagai pihak yang diwajibkan untuk melunasi
utang/kewajiban sewa sesuai akad.

2) Pembiayaan ijarah muntahiyah bittamlik merupakan pembiayaan sewa


beli berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
nasabah pembiayaan sebagai pihak yang diwajibkan untuk melunasi
utang/kewajiban sewa sesuai akad.

e) Pembiayaan dengan prinsip jual beli


Untuk menjalankan fungsi pembiayaan, bank syariah dapat
menggunakan akad jual beli.
1) Pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana atau tagihan oleh
bank syariah untuk transaksi jual beli barang sebesar harga pokok
ditambah margin/keuntungan berdasarkan kesepakatan dengan
nasabah yang harus membayar sesuai akad.

2) Pembiayaan salam adalah penyediaan dana tagihan untuk transaksi jual


beli barang melalui pesanan (kepada nasabah produsen) yang dibayar di
muka secara tunai oleh bank berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
dengan nasabah pembiayaan yang harus melunasi utang atau
kewajibannya sesuai akad.

3) Pembiayaan istishna adalah penyediaan dana atau tagihan untuk transaksi


jual beli melalui pesanan pembuatan barang (kepada nasabah produsen),
yang dibayar oleh bank berdasarkan persetujuan atau kesepakatan dengan
nasabah pembiayaan yang sesyau akad.

4) Pembiayaan dengan prinsip pinjam meminjam (Utang Piutang)


Salah satu bentuk akad yang menjadi ciri perbankan syariah adalah
adanya produk hukum berupa pinjaman (qardh). Pembiayaan qardh
adalah penyediaan dana atau tagihan/piutang sebagai pinjaman
kebaikan kepada nasabah berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank syariah dengan nasabah pembiayaan sebagai pihak yang
harus melunasi utang atau kewajibannya sesuai ketentuan akad.

3. Pelayanan jasa perbankan


Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung) antara
pihak yang membutuhkan dana (defisit unit) dengan pihak yang kelebihan
12
dana (surplus unit), bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa
perbankan kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau
keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain:

a) Sharf(jual beli valuta asing) pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan
dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis, penyerahannya
harus dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari
jual beli valuta asing ini.

b) Ijarah (sewa) jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan
(safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian).
Bank mendapatkan sewa dari jasa tata laksana administrasi dokumen. Bank
mendapatkan sewa dari jasa sewa tersebut.

13
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Lembaga keuangan syariah adalah suatu perusahaan yang usahanya bergerak
dibidang jasa keuangan yang berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah yaitu
prinsip yang menghilangkan unsur-unsur yang dilarang dalam islam, kemudian
menggantikannya dengan akad-akad tradisional islam.
Lembaga keuangan syariah dibagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan dengan menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat
dalam bentuk pembiyayaan. Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yan
melakukan kegiatan dibidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung
menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkan kepada
masyarakat guna membiayai investasi perusahaan.
Dalam lembaga keuangan bank syariah terdapat tiga lembaga yaitu: Bank
Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).
.

B. Saran
Diharapkan ada penerbitan buku terbaru mengenai lembaga keuangan syariah agar lebih
relevan terhadap perkembangan bank syariah di Indonesia. Dan juga diharapkan
bank syariah memberikan pelayanan terbaru berbasis digital agar mempermudah para
nasabah bank syariah itu melakukan transakasia

14
DAFTAR PUSTAKA

Afarianty, Nonie, dkd. 2020. Lembaga Keuangan Syariah. Bengkulu: CV. Zigie Utama

Firmansyah. Anang M. Dr. S.E.,M.M dan Andrianto, S.E.,M.Ak. 2019


Manajemen bank syariah.Surabaya: CV.Penerbit Qiara Media

Wiroso, S.E., MBA. 2011. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti

15

Anda mungkin juga menyukai