dalam Bidang Lembaga Keuangan Syariah Non-Bank pada Fakultas Ekonomi dan
Oleh :
Kelompok 3
Nurul Istiqamah 90500121095
Mayang Sari 90500121017
Salmawati 90500121116
Reski Amelia 90500121064
Andi nur salsabilah 90500121117
Dosen Pengampuh :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Atas rahmat dan hidayahNya
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Mauhammad saw, keluarga dan para sahabatnya. Makalah
dengan judul: “Lembaga Keuangan Perbankan Syariah” ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu syarat lulus pada mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah Non-
Bank. Penulis menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak akan terwujud tanpa
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan syariah adalah suatu badan usaha yangmana kegiatan
usahanya berkaitan dengan bidang keuangan. Lembaga keuangan syariah berperan
sebagai lembaga intermediasi keuangan, yang merupakan proses penyerahan dana dari
unit surplus ekonomi baik sektor usaha, lembaga pemerintah maupun individu
(rumah tangga) untuk menyediakan dana bagi unit ekonomi lainnya (sektor defisit).
Lembaga keuangan bank syariah merupakan suatu badan usaha yang berkaitan
dengan bidang keuangan dengan cara menghimpun dana dan menyalurkan dana serta
memberikan pelayanan jasa lainnya yang berdasarkan prinsip syariah. Lembaga
keuangan bank syariah terdiri dari: Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah
(UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Oleh karena itu, kami membuat
makalah ini dengan tujuan agar dapat mengetahui dan memahami berbagai pegertian
lembaga keuangan bank syariah, perkembangan bank syariah, lembaga yang ada
dibank syariah, dan kegiatan usaha pada bank syariah.
B. Rumus Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Lembaga Keuangan Bank Syariah
2. Bagaimana Perkembangan Bank Syariah
3. Apa saja Kelembagaan yang ada di Bank Syariah
4. Bagaiaman Kegiatan Usaha Bank Syariah
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan maksud dari lembaga keuangan bank syariah
2. Memaparkan perkembangan bank syariah
3. Menjelaskan pkelembagaan yang ada dibank syariah
4. Menjelaskan kegiatan usaha yang ada dibank syariah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam operasinya, bank syariah tidak menggunakan sistem bunga seperti pada bank
konvensional, melainkan menggunakan prinsip bagi hasil (profit sharing) dalam
memberikan pinjaman kepada nasabah. Bank syariah juga tidak melakukan investasi
pada sektor-sektor yang dianggap haram dalam Islam, seperti industri alkohol, judi, dan
pornografi.
Di Indonesia, bank syariah diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dibentuk
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lembaga keuangan yang
berbasis pada prinsip-prinsip syariah. Beberapa bank syariah yang ada di Indonesia antara
lain Bank Syriah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Negara Indonesia
Syariah.
Lembaga keuangan syariah dibagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank
dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan dibidang keuangan dengan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam
bentuk pembiyayaan. Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yan melakukan
kegiatan dibidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana
dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkan kepada masyarakat guna
membiayai investasi perusahaan.
Beberapa pakar yang menjelaskan definisi dari bank syariah sebagai berikut :
Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah lembaga keuangan negara yang
5
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga
peredaran uang yang beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau islam.
Menurut Perwataatmadja, Pengertian Bank Syariah adalah bank yang
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah (islam) dan tata caranya didasarkan pada
ketentuan Al-Qur9an dan Hadist. Menurut Schaik, Bank Syariah adalah suatu
bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum islam, yang dikembangkan
pada abad pertengahan islam dengan menggunakan konsep bagi risiko sebagai sistem
utama dan meniadakan sistem keuangan yang didasarkan pada kepastian dan keuntungan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lembaga keuangan bank syariah adalah
suatu badan usaha yang menghimpun dana dan menyalurkannya dengan prinsip
syariah yang sesuai dengan al quran dan hadis.
6
Setelah berdiri IDB juga membantu mendirikan bank-bank Islam di berbagai Negara.
Untuk pengembangan sistem ekonomi syariah, institut ini membangun sebuah institut
riset dan pelatihan untuk pengembangan penelitian dan pelatihan ekonomi Islam, baik
dalam bidang perbankan maupun keuangan secara umum. Lembaga ini adalah Islamic
Research Training Institute (IRTI). Berdirinya Islamic Development Bank (IDB) telah
memotivasi banyak Negara untuk mendirikan lembaga keuangan syarah. Kerja
keras mereka membuahkan hasil pada akhir periode 1970 dan awal 1980 dan Bank
Syariah bermunculan dimesir, sunda, Negara-negara Teluk, Pakistan, Banglades, dan
Turki.
Di Indonesia pendirian bank syariah sudah lama di cita-citakan oleh umat islam dan
hal ini terungkap dalam keputusan Majelis Tarjih Muhammadiyah yang diadakan di
Sidoarjo Jawa Timur pada tahun 1968 dan dalam poin nomor 4 diputuskan majelis
tarjih menyarankan kepada pimpinan pusat muhammadiyah untuk mengusahakan
terwujudnya konsepsi sistem perekonomian khususnya lembaga perbankan yang
sesuai dengan kaidah Islam.
Pada akhir tahun 1990-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporak-
porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara, sektor Perbankan Nasional
tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat Indonesia pun terimbas
dampak krisis tersebut.
7
Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai 60% dan Ekuitas
mencapai titik terendah, yaitu Rp.3,9 M. dalam upaya memperkuat permodalannya,
Bank Muamalat Indonesia mencari permodalan yang potensial dan ditanggapi secara
positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi
sehingga pada tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang
saham Bank Muamalat Indonesia, pada akhir tahun 2004, Bank Muamalat Indonesia
tetap menjadi Bank Syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar
Rp.5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp.269,7 M serta memperoleh laba
bersih sebesar Rp.48,4 M.
8
c) Bank konvensional yang telah beroperasi di Indonesia, dirasa kurang
berperan secara optimal dalam membantu memerangi kemiskinan dan
pemerataan pendapatan.
Jika dilihat dari jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia dari tahun
2000 s.d. 2014 perbankan syariah mengalami pertumbuhan pesat. Dari tahun 1992 s.d.
1999 hanya ada satu Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat
Indonesia (BMI). Kemudian dari tahun 2000 s.d. 2003 Bank Umum Syariah bertambah
satu yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM). Kemudian dari tahun 2004 s.d. 2007 Bank
Umum Syariah bertambah satu lagi yaitu Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI).
Pada tahun 2008 bertambah dua Bank Umum Syariah yaitu unit Usaha
Syariah yang melakukan spin-off (BRI Syariah dan Bank Syariah Bukopin), pada
tahun 2009 bertambah satu lagi Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu BNI Syariah.
Pada tahun 2010 s.d. sekarang terjadi perkembangan yang pesat dengan pertambahan
6 Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu BJB Banten Syariah, Bank Viktoria
Syariah, Bank Panin Syariah, BCA Syariah, Maybank Syariah Indonesia, BTPN
syariah.
Jika dilihat dari jumlah Unit Usaha Syariah di Indonesia dari tahun 2000 s.d.
tahun 2014 perbankan syariah juga selalu mengalami peningkatan. Begitu juga dengan
jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah selalu mengalami perningkatan dari
tahun 2000 s.d. 2014. Sampai pada saat ini terdapat 14 Bank Umum Syariah dan 20 Unit
Usaha Syariah serta 163 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
9
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu
syariah atau unit syariah. Contoh Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu BNI Syariah, BRI
Syariah, Mandiri Syariah dan lain sebagainya
b) Tabungan
Tabungan adalah suatu simpanan uang yang berasal dari pendapatan
yang tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari maupun kepentingan
lainnya.
Menurut fatwa Dewan Syariah No: 02/DSN-MUI/IV/2000, Tabungan
yang dibenarkan menurut prinsip syariah ada 2 yaitu :
1) Tabungan wadiah, yaitu simpanan dana nasabah pada bank, yang
bersifat titipan dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dan terhadap
titipan tersebut bank tidak dipersyaratkan untuk memberikan imbalan
kecuali dalam bentuk pemberian bonus secara sukarela.
2) Tabungan mudharabah, yaitu simpanan dana nasabah pada bank yang
bersifat investasi dan penarikannya tidak dapat dilakukan setiap saat
dan terhadap investasi tersebut diberikan bagi hasil sesuai nisbah
yang telah disepakati dimuka.
c) Deposito
Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan
bank. Deposito merupakan produk bank yang memang ditujukan untuk
kepentingan investasi dalam bentuk surat-surat berharga, sehingga dalam
perbankan syariah akan memakai prinsip mudharabah.
2. Penyaluran dana
Penyaluran dana dalam bank syariah disebut dengan pembiayaan yang
memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak yang
memerlukan. Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan selain melakukan
kegiatan penghimpunan dana, juga menyalurkan kembali kepada masyarakat melalui
pembiayaan.
11
d) Pembiayaan dengan prinsip ijarah atau ijarah muntahiya bittamlik
Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
1) Pembiayaan ijarah adalah penyediaan dana atau tagihan yang berupa
transaksi sewa dalam bentuk akad ijarah dengan opsi perpindahan hak
kepemilikan dengan akad ijarah muntahiyah bit tamlik (IMBT)
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
nasabah pembiayaan sebagai pihak yang diwajibkan untuk melunasi
utang/kewajiban sewa sesuai akad.
a) Sharf(jual beli valuta asing) pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan
dengan prinsip sharf. Jual beli mata uang yang tidak sejenis, penyerahannya
harus dilakukan pada waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari
jual beli valuta asing ini.
b) Ijarah (sewa) jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan
(safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian).
Bank mendapatkan sewa dari jasa tata laksana administrasi dokumen. Bank
mendapatkan sewa dari jasa sewa tersebut.
13
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Lembaga keuangan syariah adalah suatu perusahaan yang usahanya bergerak
dibidang jasa keuangan yang berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah yaitu
prinsip yang menghilangkan unsur-unsur yang dilarang dalam islam, kemudian
menggantikannya dengan akad-akad tradisional islam.
Lembaga keuangan syariah dibagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan dengan menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat
dalam bentuk pembiyayaan. Lembaga keuangan bukan bank adalah badan usaha yan
melakukan kegiatan dibidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung
menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkan kepada
masyarakat guna membiayai investasi perusahaan.
Dalam lembaga keuangan bank syariah terdapat tiga lembaga yaitu: Bank
Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS).
.
B. Saran
Diharapkan ada penerbitan buku terbaru mengenai lembaga keuangan syariah agar lebih
relevan terhadap perkembangan bank syariah di Indonesia. Dan juga diharapkan
bank syariah memberikan pelayanan terbaru berbasis digital agar mempermudah para
nasabah bank syariah itu melakukan transakasia
14
DAFTAR PUSTAKA
Afarianty, Nonie, dkd. 2020. Lembaga Keuangan Syariah. Bengkulu: CV. Zigie Utama
Wiroso, S.E., MBA. 2011. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti
15