Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH LAINNYA

Tentang

Sistem Perbankan Syariah (Bank Umum Syariah)

Disusun Oleh :

Vio Agusta Pratama ( 2016030032 )

Dosen Pengampu :

Rahmat Kurnia, S.E.,M.E

PRODI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

2023 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sistem
Perbankan Syariah (Bank Umum Syariah) yang diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Lainnya.
Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan
pembaca pada saat ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang saya susun ini masih banyak
kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran
atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.

Padang, 02 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. Pengertian Perbankan Syariah ( Bank Umum Syariah)..................................................................6
B. Perkembangan Sejarah Bank Syariah di Indonesia........................................................................8
C. Sistem Operasional Bank Syariah.................................................................................................10
D. Regulasi Bank Syariah di Indonesia.............................................................................................12
E. Kegiatan Usaha Bank Syariah.......................................................................................................13
F. Kendala Perbankan Syariah..........................................................................................................15
BAB III..................................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................................16
A. Kesimpulan..................................................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank syariah menjadi salah satu bank yang sangat sering di perbincangkan
oleh kalangan masyarakat, system bank syariah yang dalam usahanya didasarkan pada
prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu pada Al-qur'an dan Hadist.
Sistem yang dimaksud ialah sesuai dengan syariah Islam yang beroperasi mengikuti
ketentuan - ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalat misalnya dengan menjauhi praktik - praktik yang mengandung unsur-
unsur riba dan melakukan kegiatan investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan.
Sedangkan kegiatan usaha dengan mengacu pada Al-qur'an dan Hadist yang
dimaksudkan beroperasi mengikuti larangan dan perintah yang terdapat dalam Al-
qur'an dan Sunnah Rasul Muhammad SAW. Penekanan dalam pelarangan tersebut
terutama berkaitan dengan praktik - praktik bank yang mengandung dan menimbulkan
unsur riba.

Perbankan syariah/Bank syariah sendiri sudah banyak berdiri di Indonesia.


Karena bank syariah dilandasi dengan syariat islam, maka dari itu banyak nasabah
berbondong – bondong bekerja sama dengan pihak bank. Maka dari itu penulis pada
kali ini membahas tentang apa itu Perbankan syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Bank Syariah ?
2. Bagaimana perkembangan sejarah Bank Syariah di indonesia ?
3. Bagaimana sistem operasional Bank Syariah ?
4. Bagaimana regulasi Bank Syariah ?
5. Apa kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank Syariah Indonesia ?
6. Apa saja kendala Bank Syariah Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Bank Syariah
2. Untuk mengetahui perkembangan sejarah Bank Syariah di indonesia
3. Untuk mengetahui sistem operasional Bank Syariah
4. Untuk mengetahui regulasi Bank Syariah
5. Untuk mengetahui kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank Syariah Indonesia
6. Untuk mengetahui kendala Bank Syariah Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbankan Syariah ( Bank Umum Syariah)


Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga yang berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist Nabi Saw. Dengan kata lain
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua pengertian, yaitu
Bank Islam dan bank yang beroperasi dengan prinsip syari'ah Islam. Bank Islam
adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari'ah Islam; (2) bank
yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur'an dan
Hadits. Sementara hank yang beroperasi sesuai prinsip syari'ah Islam adalah bank
yang mengikuti ketentuan-ketentuan syari'ah Islam, khususnya yang menyangkut tata
cara bermuamalat secara Islam. Lebih lanjut, dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi
praktek- praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi
dengan kegiatan- kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan. (Rudy Haryanto, 2017)
Maka dari itu, bank syari'ah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan
masalah masalah riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba
merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang
menggembirakan bahwa belakangan ini para ekonom muslim telah mencurahkan
perhatian besar, guna menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga dalam
transaksi perbankan dan keuangan yang lebih sesuai dengan etika Islam. Upaya ini
dilakukan dalam upaya untuk membangun model teori ekonomi yang bebas bunga
dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi pendapatan
(Karnaen Perwataatmaja dan M. Syafe' I Antonio, 1997).
Bank Syariah merupakan bank yang mengikuti sistem ekonomi Islam. Adapun
ekonomi Islam menurut Fazlurrahman dalam Farida (2011:53), "ekonomi Islam
menurut para pembangun dan pendukungnya dibangun di atas atau setidaknya
diwarnai oleh prinsip-prinsip religious, berorientasi dunia dan akhirat." Pada tahun
1992 Bank Muamalat Indonesia berdiri sebagai tanda dimulainya dual Definisi bank,
bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 Pasal 1 tentang perbankan yakni:

"Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Sedangkan pengertian bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional dan atau "berdasar prinsip syariah" yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pengertian bank perkreditan rakyat
(BPR-Syariah) adalah hank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran". Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat
13 tentang perbankan menyatakan apa yang dimaksud dengan prinsip syariah yakni:

"Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara


bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan
modal (musyarakah). prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(mudharabah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa
pilihan (ijarah). Atau dengan adanya pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)" (Anita Nur Khasanah,
2016)

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 12


tentang Perbankan Syariah menyatakan bahwa yang dimaksud dengan prinsip syariah
adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbannkan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di
bidang syariah. Dari pengertian bank tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Bank Syariah adalah badan usaha yang menjalankan fungsi intermediasinya
berdasarkan prinsip syariah atau dengan kata lain bank yang dalam aktivitasnya, baik
penghimpunan dana maupun penyaluran dana memberikan imbalan atas dasar prinsip
syariah (Agus Marimin, Abdul Haris Romdhoni, dan Tira Nur Fitria, 2015).

B. Perkembangan Sejarah Bank Syariah di Indonesia


Perkembangan bank-bank syariah di negara-negara Islam pada abad 19
memberi pengaruh terhadap Indonesia. Pada awal 1980-an, diskusi mengenai bank
syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Beberapa uji coba pada pada
skala yang relatif terbatas telah diwujudkan seperti Baitut Tamwil Salman Bandung
dan Koperasi Ridho Gusti Jakarta. Akan tetapi prakarsa lebi khusus untuk mendirikan
Bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990 berdasarkan keputusan
dalam Lokakarya Musyawarah Nasional (Munas) IV MUI pada bulan Agustus 1990
di Jakarta. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuklah kelompok kerja untuk
mendirikan bank Islam di Indonesia."

Hasil kerja Tim Perbankan MUI ditandai dengan berdirinya PT Bank


Muamalat Indonesia Tbk yang didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1
Nopember 1991 diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah
Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei
1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-
Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim. pendirian Bank Muamalat juga
menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham perseroan
senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian perseroan. Selanjutnya,
pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh
tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai
Rp 106 miliar (Aldira Maradita, 2014)

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka
di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada
akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan
sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung
oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis.
Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan
mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3
miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.

Dalam upaya memperkuat permodalannya. Bank Muamalat mencari pemodal


yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB)
yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi, Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB
secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya,
kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh
tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut,
Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi labu berkat upaya
dan dedikasi setiap kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan
syariah secara murni.

Dari sejarah singkat di atas, perbankan syariah pada awalnya dikembangkan


sebagai suatu respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim yang
berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan agar
tersedia jasa transaksi keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan
prinsip-prinsip islam. Utamanya adalah berkaitan dengan pelarangan praktik riba,
kegiatan maysir (spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan). Muhammad dalam bukunya
menjelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang beroprasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga dan produknya dikembangkan berlandaskan pada al-Quran
dan Hadits Nabi Saw,"

Dari pemaparan di atas Bank Muamalah merupakan bank syariah yang


pertama kali lahir di Indonesia, hal itu menunjukkan terbukanya persaingan antara
bank syariah dengan bank konvensional, karena lahirnya Bank Muamalat di Indonesia
ini mendorong bank-bank lain membuka Unit Usaha Syariah (UUS) ataupun Badan
Usaha Syariah (BUS) (M. Dliyaul Muflihin, 2019)
C. Sistem Operasional Bank Syariah
Berdasarkan konsep operasional Bank Syariah terdiri atas lima sistem yaitu:
1. Sistem simpanan murni
2. Sistem bagi hasil dalam penyaluran dana bank syariah.
3. Sistem jual beli dan marjin keuntungan.
4. Sistem sewa (al-ijarah)
5. Sistem fee (jasa)
Sistem simpanan murni atau al-wadiah merupakan fasilitas yang diberikan
oleh bank syariah untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang berkelebihan
dan untuk menyimpan dananya di bank. Fasilitas ini bukan tujuan untuk infestasi.
Pengertian wadiah yaitu:" Simpanan bank syariah ada tiga macam yaitu: Tabungan
Mudharabah, Deposito Mudharabah dan Giro Wadiah. Adapun yang dimaksud
dengan Mudharabah yaitu: Tabungan mudharabah ini merupakan tabungan pihak ke
III selaku sahibul mall dan pihak bank selaku mudarib. Keuntungan ini dibagi sesuai
dengan rasio laba yang telah disepakati bersama. Ketentuan-ketentuannya diatur oleh
bank yang bersangkutan." Yakni tidak dapat dilakukan dengan menggunakan cek.
Sedangkan jenis- jenis tabungan mudharabah yaitu: tabungan mudharabah (TABAH),
tabungan trendy, tabungan haji, tabungan qurban, dan tabungan umat. Dan fasilitas
dengan diperoleh dalam tabungan antara lain. ATM, Phone Banking, dan Asuransi
Kecelakaan tanpa dibebani biaya premi (Nurnasrina, 2018)

Deposito mudharabah adalah simpanan pihak ke III di bank dalam mata uang
rupiah atau asing yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo,
sesuai dengan jangka waktunya. Demikian juga prinsip operasionalnya adalah
nasabah bertindak sebagai pemilik modal (sohibul mal), dan bank bertindak sebagai
pengusaha (mudharib).

Giro wadiah, adalah merupakan simpanan pihak ke III kepada Bank yang
penarikannya dapat dikatakan sewaktu-waktu dengan menggunakan cek, bilyet giro
atau pemindah bukuan. Sedang prinsip operasionalnya adalah nasabah sebagai penitip
(dalam hal dana) dan bank sebagai pemegang amanah yang diperbolehkan
menggunakan sekaligus mempertanggungjawabkan menggunakan sekaligus
mempertanggung jawabkannya titipan dana tersebut.
Sistem bagi hasil, Sistem ini merupakan tata cara pembagian hasil usaha
antara penyedia dana dan pengelola dana, yang terjadi antara bank yang dengan
penyimpan dana, ini dapat berbentuk mudharabah dan musyarakah arti mudharabah
yaitu: Musyarakah dalam bank syariah diartikan sebagai suatu perkongsian antara dua
pihak atau lebih dalam suatu proyek, dimana masing-masing pihak berhak atas segala
keuntungan dan bertanggung jawab akan segala kerugian yang terjadi sesuai dengan
pernyataan masing-masing.

Bank syariah dalam kegiatan pembiayaan melakukan ketentuan- ketentuan


sebagai berikut Pertama, Pembiayaan dana bank syariah dengan nasabahnya
melakukan kerja sama dengan memberikan dana (sumber dana berasal dari kedua
belah pihak yaitu shahibul mal dan mudharaib). Kedua, Dalam menggunakna dana
pihak shahibul mal (bank) "boleh" ikut serta dalam meminjam mudharib. Ketiga,
Shohibul mal (Bank) "boleh" saja meminta jaminan, Keempat, Kegiatan pembiayaan
yang dilakukan oleh bank syariah berdasarkan musyarakah berupaL/C dan Join
Financial,"

Mudharabah dari sisi penyaluan dapat diartikan suatu perkongsian antara


kedua belah pihak, dimana pihak pertama (Shohibul Mal) menyediakan dana dan
pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan
dibagikan sesuai dengan, perbandingan laba yang telah disepakati bersama. Advance.
Manakala terjadi kerugian maka shahibul mal akan kehilangan sebagai imbalan dari
kerja keras dan manajerial skill selama proyek berlangsung." Sistem Jual Beli dan
Marjin Keuntungan pengertianya adalah

Sistem ini menerapkan suatu tata cara jual beli dimana pihak bank akan
membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai
agen dan nasabah dalam kapasitasnya sebagai bank melakukan pembelian-pembelian
barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang itu kepada nasabah dengan
harga beli ditambah keuntungna Sistem Sewa (al-jarah/al-Ta'jiri) yaitu Sistem sewa
dalam bank syariah ada dua: yakni al i Jarah dan al-Ta'jiri. Al-ijarah yaitu merupakan
perjanjian swwa yang memberi kesempatan keapda penyewa untuk memanfaatkan
barang yang disewa dengan imbalan uagn sewa yang sesuai dengan persetujuan,
setelah masa sewa berakhir barang akan di kembalikan kepada si pemilik. Sedangkan
al-Ta'jiri adalah suatu perjanjian kontrak sewa yang sama dengan al-jarah, tetapi
setelah masa sewa berakhir pemilik barang yang disewa kepada penyewa dengan
harga yang disepakati.

Sistem Fee (Jasa) Sistem ini adalah sistem kegiatan yang meliputi seluruh
layanan non pembagian yang diberikan bank, bentuk jasa yang berdasarkan konsep ini
yaitu: a. pemberian garansi denan konsep dasar al-kafalah, yaitu bank dapat
membeirkan garansi atau permintaan nasabah untuk menjamin pelaksanaan proyek
pemenuhan kewajiban tertentu oleh pihak yang dijamin, dan keving inkaso serta c.
pemberian transfer (Wafa, 2017).

D. Regulasi Bank Syariah di Indonesia


Setelah 16 tahun beroperasinya bank syariah di Indonesia, regulasi perbankan
syariah baru diundangkan pada tahun 2008. Sebelumnya, tidak ada regulasi khusus
yang mengatur perbankan syariah di Indonesia. Ini mungkin terdengar aneh, tapi
itulah faktanya. Sebelum itu, hanya beberapa aspek penting operasional perbankan
syariah diatur oleh BI. Pada saat BMI didirikan, dasar hukum pembentukan bank
syariah adalah UU No. 7 (1992) tentang Perbankan. UU ini merupakan amandemen
dari UU No. 14 (1967) tentang Prinsip Perbankan (UU Pokok Perbankan). Satu-
satunya ketentuan yang memberikan kemungkinan untuk pengoperasian perbankan
syariah adalah Bagian 1(12) yang mendefinisikan bahwa bagi hasil yang berlaku
dalam operasi perbankan di Indonesia. Berdasarkan ketentuan inilah, BMI beroperasi.
Sedangkan peraturan yang terkait dengan pengawasan syariah dan produk bank diatur
dalam Keputusan Gubernur BI dan Peraturan BI.

Ketika krisis keuangan tahun 1998 menerpa Indonesia, beberapa bank dan UU
Perbankan telah diubah. UU No.7 (1992) tentang Perbankan telah diubah menjadi UU
No. 10 (1998) tentang Perbankan. Amendemen UU ini telah memungkinkan bank
konvensional untuk membuka layanan keuangan syariah. Jadi, kerangka hukum
utama dari setiap regulasi perbankan syariah di Indonesia merujuk pada UU No. 7
(1992) tentang Perbankan yang kemudian diamendemen menjadi UU No. 10 (1998)
tentang Perbankan. Implementasi praktis dari UU ini disediakan oleh Peraturan BI,
meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan produk dan operasional perbankan
syariah (M. Shabri Abd. Majid, 2014).

E. Kegiatan Usaha Bank Syariah


Secara garis besar jenis kegiatan usaha bank syariah dapat dibagi ke dalam
penghimpunan dana, penyaluran dana, pelayanan jasa, dan kegiatan sosial. Secara
ringkas jenis kegiatan usaha bank syariah dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penghimpunan Dana
Dalam penghimpunan dana, bank syariah melakukan mobilisasi dan investasi
tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil sehingga
keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan mobilisasi dana
merupakan hal penting karena Islam secara tegas mengutuk penimbunan tabungan
dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif dalam rangka mencapai
tujuan sosial-ekonomi Islam. Dalam hal ini, bank syariah melakukannya tidak dengan
prinsip bunga (riba), melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat
Islam, terutama mudharabah (bagi hasil) dan wadi'ah (titipan), Sumber dana bank
syariah selain dari kegiatan penghimpunan dana, tentunya juga dari modal disetor
sehingga secara keseluruhan sumber dana bank syariah dapat dibagi menjadi:
a. Modal:
b. Rekening Giro:
c. Rekening Tabungan:
d. Rekening Investasi Umum;
e. Rekening Investasi Khusus; dan
f. Obligasi Syariah.

2. Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dana, bank syariah dapat memberikan berbagai bentuk
pembiayaan (baca gambar 6). Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah
mempunyai lima bentuk utama (Khan, 1995), yaitu mudharabah dan musyarakah
(dengan pola bagi hasil), murabahah dan salam (dengan pola jual beli), dan ijarah
(dengan pola sewa operasional maupun finansial). Selain kelima bentuk pembiayaan
ini, terdapat berbagai bentuk pembiayaan yang merupakan turunan langsung atau
tidak langsung dari ke lima bentuk pembiayaan di atas. Bank syariah juga memiliki
bentuk produk pelengkap yang berbasis jasa (fee-based services) seperti qardh dan
jasa keuangan lainnya.

a. Pembiayaan Bagi Hasil


Bentuk pembiayaan bank syariah yang utama dan paling penting yang disepakati oleh
para ulama adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dalam bentuk mudharabah
dan musyarakah. Prinsipnya adalah al-ghunm bi'l-ghurm atau al-kharj bi'l-daman,
yang berarti bahwa tidak ada bagian keuntungan tanpa ambil bagian dalam risiko (Al-
Omar dan Abdel-Haq, 1996), atau untuk setiap keuntungan ekonomi riil harus ada
biaya ekonomi riil (Khan, 1995). Ciri utama pembiayaan bagi hasil adalah bahwa
keuntungan dan kerugian ditanggung bersama oleh pemilik dana maupun pengusaha.
Jenis pembagian hasil berupa yaitu mudharabah dan musyarakah.

b. Pembiayaan Nonbagi Hasil


Selain bentuk pembiayaan utama dengan prinsip bagi hasil, bank syariah memiliki
bentuk-bentuk pembiayaan dengan prinsip jual beli, sewa operasional, dan jasa (fee-
based services). Bentuk-bentuk pembiayaan ini membuat bank syariah tidak hanya
berfungsi sebagai bank investasi (investment bank), tetapi juga berfungsi, antara lain.
sebagai perusahaan dagang (merchant bank) dan leasing company sehingga bank
syariah lebih cocok disebut sebagai bank universal (multi-purpose bank). Bentuk-
bentuk pembiayaan nonbagi hasil yang utama adalah murabahah dan salam (dengan
prinsip jual beli), dan ijarah (dengan prinsip sewa operasional), serta gardh yang
merupakan salah satu bentuk pembiayaan pelengkap yang berbasis jasa (fee- based
services). Berupa murabahah, salam, istishna, ijarah, dan qardh.

3. Jasa Pelayanan
Selain menjalankan transaksi untuk mencari keuntungan, bank syariah juga
melakukan transaksi yang tidak untuk mencari keuntungan. Transaksi ini tercakup
dalam jasa pelayanan (fee based income). Beberapa bentuk layanan jasa yang
disediakan oleh bank syariah untuk nasabahnya, antara lain jasa keuangan, agen, dan
jasa non keuangan. Yang termasuk dalam jasa keuangan, antara lain Wadi'ah yad
dhamanah atau titipan (dalam bentuk giro dan tabungan), wakalah (pelimpahan
kekuasaan kepada bank untuk bertindak mewakili nasabah), kafalah (jaminan yang
diberikan seseorang untuk menjamin pemenuhan kewajiban pihak kedua), hiwalah
(pengalihan dana/utang dari depositor/debtor ke penerima/kreditor), rahn (pinjaman
dengan jaminan atau gadai atau mortgage), sharf (jual beli mata uang) (Diana
Yumanita, 005)

F. Kendala Perbankan Syariah


Permasalahan dalam hal pengembangan perbankan syariah di Indonesia dapat dibagi
menjadi 4 aspek yang terdiri dari aspek sumber daya manusia (SDM), Teknikal,
Legal/Struktural dan aspek Pasar/Komunal. Cluster-cluster secara keseluruhan
dikelompokkan menjadi cluster problem, solusi dan strategi.

1. Problem Sumber Daya Manusia (SDM)


Pertama, ;emahnya pemahaman praktisi bank syariah, baik sisi pengembangan bisnis
maupun sisi syariah. Dengan kata lain belum terpenuhinya sumber daya insani yang
mumpuni di bidang ekonomi syariah, sehingga dalam praktiknya perbankan syariah
seringkali menyimpang dari prinsip syariah. Kedua, supply oriented. Praktisi hanya
bisa menjelaskan apa yang mereka tahu tetapi tidak bisa menjawab apa yang
ditanyakan oleh masyarakat. Ketiga, belum memadainya sumber daya manusia yang
terdidik dan profesional, terutama teknis manajerial.

2. Problem Technical
Pertama, permodalan (dana) bank syariah masih belum memadai dan biaya dana yang
mahal yang berdampak pada keterbatasan segmen pembiayaan. Dampaknya, secara
umum bank syariah tidak se-efisien bank konvensional. Kedua, inovasi di bidang
produk dan layanan, pemasaran dan pengembangan bisnis yang dimiliki bank syariah
masih lemah, Ketiga, kurang memadainya fasilitas atau infrastruktur teknologi
informasi (IT), padahal hal tersebut merupakan prasyarat penting keberhasilan
lembaga keuangan.

3. Problem Legal/Struktural
Pertama, belum selarasnya visi dan kurangnya koordinasi antar pemerintah dan
otoritas dalam pengembangan perbankan syariah. Kedua, pengaturan dan pengawasan
yang masih belum optimal. Ketiga, Kurangnya support dan dukungan pemerintah
terhadap pengembangan perbankan syariah, terutama jika dibandingkan dengan
negeri Jiran.

4. Problem Pasar/Komunal
Pertama, salah satu permasalahan yang masuk dalam bagian ini adalah masalah
persaingan, baik persaingan antarbank syariah sendiri maupun dengan lembaga
keuangan lainnya. Kedua, masalah pada tingkat kepercayaan adalah kurangnya minat
masyarakat dalam menyimpan dana di bank syariah karena rasa tidak percaya kepada
bank syariah atau karena return yang rendah di banding bank konvensional. Ketiga,
kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap keberadaan bank syariah, baik dari sisi
pelayanan yang diberikan, maupun pengetahuan akad yang relatif lebih "rumit".

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga yang berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist Nabi Saw. Dengan kata lain
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.
Perkembangan bank-bank syariah di negara-negara Islam pada abad 19 memberi
pengaruh terhadap Indonesia. Pada awal 1980-an, diskusi mengenai bank syariah
sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan.
Berdasarkan konsep operasional Bank Syariah terdiri atas lima sistem yaitu:
1. Sistem simpanan murni
2. Sistem bagi hasil dalam penyaluran dana bank syariah.
3. Sistem jual beli dan marjin keuntungan.
4. Sistem sewa (al-ijarah)
5. Sistem fee (jasa)
B. Saran
Penulis berharap dengan materi ini pembaca dapat memahami materi tentang
Perbankan Syariah dan menerapkannya dikehidupan pembaca. Sehingga penulis
dapat dukungan untuk terus menulis hingga makalah tersampaikan pada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Marimin, Abdul Haris Romdhoni, dan Tira Nur Fitria. (2015). PERKEMBANGAN
BANK SYARIAH DI INDONESIA, 77-78.
Aldira Maradita. (2014). KARAKTERISTIK GOOD CORPORATE GOVERNANCE.
Anita Nur Khasanah. (2016). PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN ISLAMICITY
PERFORMANCE .
Diana Yumanita. (005). Bank Syariah :Gambaran Umum. Jakarta.
Karnaen Perwataatmaja dan M. Syafe' I Antonio. (1997). Apa dan Bagaimana Bank Islam.
Yogyakarta: PT Dana Bakhti Wakaf.
M. Dliyaul Muflihin. (2019). PERKEMBANGAN BANK SYARIAH DI INDONESIA :
SEBUAH KAJIAN HISTORIS. Jurnal Ekonomi Syariah, 4, 68-69.
M. Shabri Abd. Majid. (2014). REGULASI PERBANKAN SYARIAH: STUDI KOMPARATIF
ANTARA MALAYSIA DA INDONESIA, 248-249.
Nurnasrina. (2018). Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Pekanbaru: Cahaya Firdaus.
Rudy Haryanto. (2017). Manajemen Pemasaran Bank Syariah (Teori dan Praktik). Duta
Media Publishing.
Wafa, M. A. (2017). HUKUM PERBANKAN DALAM SISTEM OPERASIONAL BANK
KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH, 265-268.

Anda mungkin juga menyukai