Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

D
I
S
U
S
U
N
Oleh;

Kelompok 3
1. MERY DAMAYANTI PULUNGAN (2140600014)
2. SAIMA PUTRI NASUTION (2140600016)

Dosen Pembimbing:
AZWAR HAMID, M.A.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur, marilah kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta
Alam, yang telah memberikan beribu ribu nikmat sehingga kami dari kelompok 3
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Bank Perkreditan Rakyat
Syariah” dengan baik dan tepat waktu. Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak
Azwar Hamid, M.A. selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Lembaga Keuangan
Syariah yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah
ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua,
khususnya teman-teman sekalian di Akuntansi Syariah 1 dalam memahami serta
dapat mengimplrmrntasikan nilai nilai pengetahuan tentang Lembaga Keuangan
Syariah dikehidupan sehari-hari.
Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih ada kekurangan ataupun
kesalahan dalam pengerjaan. Untuk itu, kami mengharapkan dan akan senang apabila
para pembaca sekalian bersedia untuk memberikan saran maupun kritik terhadap
makalah ini guna membangun agar lebih baik kedepannya. Atas perhatiannya, Kami
ucapkan terimakasih.

Padangsidimpuan, April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................

BAB II:
PEMBAHASAN.........................................................................................................
A. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)................................
B. Landasan Hukum Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)……………
C. Sejarah Berdirinya Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)…………
D.Tujuan Didirikan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
E. Perbedaan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Dengan Bank Syariah

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi syariah cukup pesat beberapa tahun
belakangan terutama pada sektor perbankan. Gagasan adanya lembaga
perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam berkaitan erat
dengan gagasan terbentuknya ekonomi Islam yangbersumber dari Al- Qur'an
dan Al-hadits. Larangan terutama berkaitan dengan kegiatan-kegiatan bank
yang dapat diklasifikasikan sebagai riba. Perbedaan utama antara
kegiatanbank berdasarkan prinsip syariah dengan bank konvensional pada
dasarnya terletak padasistem pemberian imbalan atau jasa dari dana (Sri,
2005).
Bank perkreditan Rakyat merupakan salah satu bidang perbankan yang
mulai menerapkan sistem ekonomi syariah. Bank perkreditan rakyat Syariah
(BPRS) adalah salahsatu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola
operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip syariah ataupun muamalah Islam.
BPR Syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam restrukturisasi
perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket
kebijaksanaankeuangan, moneter, dan perbankan secara umum, dan secara
khusus mengisi peluangterhadap kebijaksanaan Bank Konvensional dalam
penetapan tingkat suku bunga (rate of interest). Selanjutnya BPR Syariah
secara luas dikenal sebagai sistem perbankan bagi hasilatau system.
perbankan Islam.
Oleh karena itu, pemaparan makalah ini dimaksudkan untuk
mengenal lebih jauh lagitentang BPR Syariah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)


Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah lembaga keuanganBank
yang dibawahi oleh dewan kebijakan moneter, yang melakukan kegiatan ekonominya
berdasarkan prinsip Islam atau syariah, tanpa menghalalkan adanya riba atau suku
bunga yang berorientasi padamasyarakat di tingkat desa ataupun kecamatan. Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) didirikan berdasarkan UU No 7 tahun 1992
tentang perbankan dan Peraturan pemerintah (PP) no.72 tahun 1992 tentang bank
berdasarkan prinsip bagi hasil. Serta berdadarkan pada butir 4 pasal 1 UU.No 10
tahun 1998, pengganti UU no 7 tahun 1992 tentang Perbankan
Sebagaimana telah diketahui bahwa bank adalah sebuah lembaga intermediasi
keuangan. Umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, Peranan bank dewasa ini sangat dominan dalam perekonomian
masyarakat di Indonesia pada umumnya. Hampir setiap kegiatan perekonomian
masyarakat tidak terlepas dari peran bank maupun lembaga keuangan lainnya diluar
bank. Dalam menjalankan aktifitasnya, bank menawarkan berbagai produk yang
berisi kegiatan pendukung perekonomian masyarakat, mulai dari jasa menabungkan
uang masyarakat, pengiriman uang atau jasa-jasa yang lainnya intinya mempermudah
masyarakat melakukan aktifitas bisnis dan perekonomian sehari-hari. dari pentingnya
peranan bank yang mencakup semua masyarakat Bank syariah yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dam menurut jenisnya tridiri atas bank
umum syariah (BUS), bank perkreditan rakyat syariah (BPRS).1
Bank Perkereditan Syari'ah adalah lembaga keuangan yang menerima
simpanan uang hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan, dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dalam bentuk itu dan menyalurkan dana sebagai usaha
BPR. Sedangkan menurut (pasal 1 ayat 4) No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa BPR
adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Dengan demikian, Bank Perkreditan
Rakyat Syari'ah dapat didefinisikan sebagai sebuah lembaga keuangan sebagaimana
Bank Perkreditan Rakyat yang konvensional, yang operasionalnya memakai prinsip-
prinsip syariah.
Berdirinya BPR Islam di Indonesia selain didasari oleh tuntutan bermuamalah
secara Islam yang merupakan keinginan kuat dari sebagian besar umat Islam di
1
Ismail, perbankan syariah, Kencana Pernamedi Group, Jakarta, 2011, hlm 54-55
Indonesia, juga sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian
Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter,
perbankan secara umum. Secara khusus adalah mengisi peluang terhadap
kebijaksanaan yang membebaskan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (rate
interest), yang kemudian dikenal dengan bank tanpa bunga.2

B. Landasan Hukum Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)


Pada dasarnya, pendirian BPR Syariah mempunyai tujuan yang utama. Yang
pertamayaitu menghindari riba; dan yang kedua yaitu mengamalkan prinsip-prinsip
syariah dalamperbankan khususnya Bank Perkreditan Rakyat untuk tujuan
kemaslahatan.
Di dalam Al-Qur'an, beberapa ayat yang menyinggung tentang pelarangan
riba, diantaranya QS Ar-Rum [30]:39, QS. Al-Baqarah [2]:275, QS. Al-Baqarah
[4]:130, QS. An- Nisa[4]: 146, QS. Al-Baqarah [2]:276, dan QS. Al-Baqarah [2]:278.
Selanjutnya, banyak hadits yang terkait dengan pelarangan riba. Salah satunya yaitu:
"Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan riba, orang yang member makan
riba, penulis dan saksi riba. Kemudian mereka bersabda: mereka semua adalah
sama (HR. Muslim) Untuk pengamalan prinsip-prinsip syariah, hal ini merupakan
kewajiban bagi kitauntuk menuangkannya ke semua aspek kehidupan, termasuk di
dalam perbankan ketentuanini mengacu pada kaidah fiqih, yang artinya, "apabila
hukum syara" dilaksanakan, maka pastilah akan tercipta kemaslahatan.3
Bank syariah berdiri pertama kali di Indonesia sekitar tahun 1992 didasarkan
padaUndang-undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagai landasan hukum bank dan
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Umum berdasarkan
prinsip bagi hasil sebagai landasan hukum Bank Umum Syariah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 73 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip bagi
hasil sebagai landasan hokum Bank Perkreditan Rakyat Syariah. Sesuai dengan
perkembangan perbankan maka Undang- undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 10tahun 1998 tentang
Perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan juga tercakup
hal-hal yang berkaitan dengan perbankan syariah."4
Masih banyak pasal lain yang mengatur tentang perbankan syariah oleh
karena dalamundang-undang nomor 10 tahun 1998 telah dibahas bank syariah,
pemerintah mencabut duaperaturan pemerintah tersebut diatas dengan peraturan
2
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, Raja
Grafindo Persada, Jakarata (2004) hal.129
3
Burhanuddin, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, UII Press, Yogyakarta hal.31
4
Lihat di http://grhoback.blogspot.com/2010/05/landasan-hukum-bank-syariah.htm
pemerintah nomor 30 tahun 1998. Sebagai peraturan pelaksanaannya Bank Indanesia
mulai tahun 1999 banyak mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia yang mengatur
bank syariah. Ketentuan-ketentuan ini yangmerupakan landasan hukum berdirinya
Bank Perkreditan Rakyat Syariah dan Bank UmumSyariah seperti Bank Syariah
Mandiri, Bank Mega Syariah dan beberapa cabang syariah daribank konvensional,
seperti BRI Syariah, BNI Syariah, BTN Syariah, Bank Jabar Syariah dsb.
Pada tahun-tahun berikutnya, Bank Indonesia (BI) merevisi aturan Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS). Ketentuan baru ini dibuat untuk memberikan landasan
hukum yanglebih jelas mengenai syarat dan tata cara pendirian BPRS. Aturan baru ini
tertuang dalam peraturan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/23/PBI/2009 tentang
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yang mulai berlaku 1 Juli 2009.5

C. Sejarah Berdirinya Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)


merupakan penjelmaan dari Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar,Bank
Pegawai Lumbung Nagari (LPN), Lembaga perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit
Desa(BKD), Bada Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK),
Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan
atau lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.6
Lembaga-lembaga keuangan yang disebutkan merupakan lembaga yang
berpengaruh atas berdirinya BPR Syariah, keberadaan lembaga keuangan tersebut
memunculkan pemikiran untuk mendirikan Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang
berdiri pada tahun 1992,namun pada kenyatannya cakupan wilayah untuk BMI sangat
terbatas pada wilayah tertentu seperti kecamatan, kabupaten, dan desa. Maka dalam
hal ini diperlukan adanya BPR untuk menangani masalah keuangan di wilayah-
wilayah yang tidak dijangakau oleh BMI.
Pada awalnya ditetapkan tiga lokasi untuk mendirikan BPR Syariah, yaitu PT
BPR Dana Mardhatillah di Kecamatan Margahayu-Bandung, PT BPR Berkah Amal
Sejahtera di Kecamatan Padalarang-Bandung, dan PT BPR Amanah Rabbaniyah di
Kecamatan Banjaran- Bandung. Ketiga BPR tersebut mendapatkan izin prinsip
Menteri Keuangan RI pada tanggal8 Oktober 1990.

D. Tujuan Didirikannya Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

5
Lihat http://www.bprsyariah.com/berita-utama/67-bi-revisi-aturan-bpr-syariah
6
Ibid. hal.90
Tujuan didirikannya BPR Syariah adalah:7
 Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok
masyarakatlemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
 Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangiarus urbanisasi.
 Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.

Djazuli dan Yadi Janwari menjabarkan tiga tujuan diatas menjadi lima tujuan, yaitu
(Djazuli,2002: 108)
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golonganekonomi lemah yang pada umumya berada di daerah pedesaan.
2. Meningkatkan pendapatan per kapita
3. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan.
4. Mengurangi urbanisasi.
5. Membina semangat Ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi.

E. KEGIATAN USAHA BPR


Berdasarkan UU Perbankan No. 10 tahun 1998, kegiatan usaha BPRS
melingkupi:8
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Memberikan kredit.
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah
4. sesuaidengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah.
5. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

Pembatasan usaha BPRS syariah secara tegas dijelaskan dalam pasal 27 SK


DirekturBI No. 32/36.KEP/DIR/1999. Menurut surat keputusan ini, kegiatan
operasional BPR syariah adalah:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:
a) Tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah.
b) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.

7
Opcit
8
Burhanuddin Susanto, Hukum perbankan Syariah di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, hal
197-198
c) Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah.
2. Melakukan penyaluran dana melalui:
a) Transaksi jual-beli berdasarkan prinsip:
 Mudharabah
 Istishna
 Ijarah
 Salam
 Jual beli lainnya.
b) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:
 Mudharabah
 Musyarakah
 Bagi hasil lainnya

c) Pembiayaan lain berdasarkan prinsip:


 Rahn
 Qardh
3. Melakukkan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPR Syariah sepanjang
disetujui oleh Dewan Syariah Nasional.

Keterangan lebih lanjut tentang kegiatan usaha BPRS diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia No. 6/17/PBI/2004. Namun pada dasarnya, kegiatan operasional
BPRS lebih terbatas jika dibanding dengan bank umum syariah. Hal ini dapat dilihat
dalam SK DirekturBI No. 32/36/KEP/DIR/1999. Sedangkan kegiatan yang dilarang,
berdasarkan pasal 14 UUNo. 17 tahun 1992, yaitu:
1. Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran
2. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing 3. Melakukan
penyertaan modal
3. Melakukan usaha perasuransian
4. Melakukan usaha lain diluar kegiatanusaha sebagaimana disebutkanpada
kegiatan usaha yang bolehdilakukan oleh BPRS.m9

9
Ibid
Produk-Produk BPR Syariah
Pada dasarnya, konsep dasar operasional BPR Islam, sama dengan konsep
dasar operasional pada Bank Muamalat Indonesia, yaitu:10
1) Sistem Simpanan murni (al-wadiah)
2) Sistem bagi hasil
3) sistem jual beli dan marjin keuntungan
4) sistem sewa, dan
5) sistemupah (fee).

Untuk produk-produk yang ditawarkan BPR Syariah secara garis besar, yaitu:
1.Mobilisasi Dana Masyarakat
Bank akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti
menerima simpanan wadi" ah, adanya fasilitas tabungan dan deposito berjangka.
Fasilitas ini dapatdigunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, persiapan ongkos
naik haji (ONH), dll.

 Simpanan amanah
Bank menerima titipan amanah berupa dana infaq, shadaqah
dan zakat. Akan penerimaan titipan ini adalah wadi" ah yakni titipan
yang tidak menanggung resiko. Bank akan memberikan kadar profit
dari bagi hasil yang didapat melalui pembiayaan kepada nasabah.
 Tabungan wadi'ah
Bank menerima tabungan pribadi maupun badan usaha dalam
bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan yang digunakan sama yakni
wadi" ah. Bank akan memberikan kadar profitkepada nasabah yang
dihitung harian dan dibayar setiap bulan.
 Deposito wadi'ah/ deposito mudharabah
Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan
usaha.Akad penerimaannya wadi" ah atau mudharabah, dimana bank
menerima dana yang digunakansebagai penyertaan sementara dalam
jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dst. Deposanyang
menggunakan akad wadi" ah mendapat nisbah bagi hasil keuntungan
lebih kecil dari mudharabah bagi hasil yang diterima dalam
pembiayaan nasabah setiap bulan

10
Opcit
2. Penyaluran Dana
 Pembiayaan mudharabah
Perjanjian antara pemilik dana (pengusaha) dengan pengelola
dana (bank) yang keuntungannya dibagi menurut rasio sesuai dengan
kesepakatan. Jika mengalami kerugianmaka pengusaha menanggung
kerugian dana, sedangkan bank menanggung pelayananmateriil dan
kehilangan imbalan kerja.
 Pembiayaan musyarakah
Perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal kedua
pihak digabungkan untuk sebuah usaha yang dikelola bersama-sama.
Keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan
awal.
 Pembiayaan bai bitsaman ajil
Proses jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank menalangi
lebih dulu pembelian suatu barang oleh nasabah, kemudian nasabah
akan membayar harga dasar barang dan keuntungan yang disepakati
bersama.

 Pembiayaan murabahah
Perjanjian antara bank dan nasabah, dimana bank menyediakan
pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja yang
dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar
harga jual bank (harga beli bank plus margin keuntungan saat jatuh
tempo).
 Pembiayaan qardhul hasan
Perjanjian antara bank dan nasabah yang layak menerima
pembiayaan kebajikan,dimana nasabah yang menerima hanya
membayar pokoknya dan dianjurkan untuk memberikan ZIS.
 Pembiayaan Istishna'
Pembiayaan dengan prinsip jual beli, dimana BPRS akan
membelikan barangkebutuhan nasabah sesuai kriteria yang telah
ditetapkan nasabah dan menjualnya kepadanasabah dengan harga jual
sesuai kesepakatan kedua belah pihak dengan jangka waktu
sertamekanisme pembayaran/pengembalian disesuaikan dengan
kemampuan/keuangan nasabah.
 Pembiayaan Al-Hiwalah
Penggambil alihan hutang nasabah kepada pihak ketiga yang
telah jatuh tempo olehBPRS, dikarenakan nasabah belum mampu
untuk membayar tagihan yang seharusnya digunakan untuk melunasi
hutangnya. Pembiayaan ini menggunakan prinsip pengambilalihan
hutang, dimana BPRS dalam hal ini akan mendapatkan ujroh/ fee dari
nasabah yangbesar dan cara pembayarannya berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak.

3. Jasa Perbankan Lainnya


Secara bertahap bank akan menyediakan jasa untuk memperlancar
pembayaranberupa proses transfer dan inkaso, pembayaran rekening air, listrik,
telepon, angsuran KPR,dll. Bank juga mempersiapkan bentuk pelayanan berupa dana
talang berdasarkan pembiayaan bai salam.

E. Perbedaan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Dengan Bank Syariah Lainnya.


Bank Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) memiliki
sejumlah perbedaan pokok Pemerintah Indonesia tengah berkomitmen menjadikan
ekonomi syariah sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional, salah satunya
melalui perbankan syariah. Secara umum bentuk usaha bank syariah terdiri atas Bank
Umum dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan sejumlah perbedaan
pokok. Bank pada dasarnya adalah entitas yang melakukan penghimpunan dana dari
masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain melaksanakan fungsi
intermediasi keuangan. Terdapat sejumlah perbedaan antara Bank Umum Syariah dan
BPRS.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan, berikut lima perbedaan Bank Umum Syariah dan
BPRS:11
1. Menghimpun dan menyalurkan dana ke masyrakat
Secara umum Bank Umum Syariah dan BPRS sama-sama memiliki
fungsi menghimpun dan menyalurkan dana ke publik. Namun dalam BPRS,
simpanan berupa tabungan atau investasi berupa deposito berdasarkan akad
wadi'ah dan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
BPRS juga hanya dapat menyalurkan dana kepada masyarakat dalam
bentuk pembiayaan bagi hasil, pembiayaan penyewaan barang bergerak atau

11
Muhammad. Bank Syariah, Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan
Ancaman.Yogyakarta, Ekonosia (2006). Hal 121-123
tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli serta
pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah. Sedangkan bank syariah
cenderung bersifat umum.
2. Fungsi sosial
Bank Syariah dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah,
hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi
pengelola zakat. Sementara BPRS tidak terdapat fungsi sosial
3. Penempatan dana pada bank lain
BPRS menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan akad wadi'ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Penghimpunan dana
Bank Syariah dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf
uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif).
Sedangkan BPRS memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri
maupun untuk kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional,
dan UUS.

5. Penyediaan produk
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan
pada prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Secara
kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh
(full-pledged) dan terdapat pula dalam bentuk UUS dari bank umum
konvensional.
Sedangkan BPRS menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha
Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan
persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).12

Perbedaan BPR Syariah Dengan BPR Konvesional


Pada dasarnya aktivitas Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) tidak jauh
berbeda dengan BPR pada umumnya, perbedaannya terletak pada konsep dasar
operasionalnya yang berlandaskan pada ketentuan-ketentuan Islam. Hal pokok yang

12
Ibid. hal. 126-127
menjadi faktor pembeda BPRSyariah dengan BPR konvensional yaitu adanya insentif
bunga pada BPR Konvensional dan insentif bagi hasil pada BPR Syariah.
Selain itu, penyaluran dana pada BPR Konvensional ke masyarakat disebut
dengan "kredit" serta dalam menentukan harga atau cara penentuan keuntungan yang
akan diperoleh manajemen bank menggunakan prinsip bunga. Sedangkan pada BPR
Syariah, penyaluran dana ke masyarakat disebut dengan "pembiayaan" serta
menggunakan prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran agama islam. Prinsip-prinsip
tersebut adalah prinsip bagi hasil( mudharabah). Prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah),
atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
atau dengan adanya pemindahan kepemilikan atas barangyang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).13

F.Pengaruh Bank Perkreditan Rakyat Syariah Terhadap Perekonomian Indonesia


Pendirian sebuah bank yang beroperasi berdasarkan syariah di Indonesia,
sesungguhnya, tidak saja sebagai wadah pemenuhan keinginan yang telah lama
tersimpan dihati ummat, tetapi juga merupakan sebuah alternatif lain yang dirasakan
sangat strategis dalam mengikut sertakan lembaga keuangan. Bangsa Indonesia yang
mayoritas beragama Islam, diharapkan ikut terlibat aktif di dalam orkestra besar
pembangunan ekonomi Negara dan bangsa ini. Karena itulah, maka pemerintah era
reformasi mengeluarkan Undang-undang Perbankan No.10 tahun 1998 yang
memperkenankan bank umum konvensional berubah sistem menjadi bank syariah.
Kini setidaknya ada delapan bank sistem riba yang berubahmenjadi sistem
mudharabah yang Islami. Kita sekarang sedang berada dalam era pemberdayaan
ekonomi kerakyatan yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk
melakukan investasi dan penghimpunan dana masyarakat, untuk pembangunan
nasional yang kini sedang berjalan. Kehadiran lembaga keuangan syariah, khususnya
BPR Syariah dan Baitul Mal wat Tanwil, sangat sejalan dengan program pemerintah
reformasi yakni pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Dengan demikian, BPRS-BPRS
dan BMT-BMT sesuai dengan skalanya akandapat membantu masyarakat golongan
kecil yang selama ini nyaris tidak terjangkau oleh perbankan syariah. Berdasarkan
paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kehadiran Bank-Bank syariahsebetulnya
dapat membantu mengatasi kendala yang kini tengah dihadapi oleh perekonomian
nasional. Misalnya, membendung laju inflasi melalui kebijakan uang yang ketat,
karena bank-bank syariah sejak awal menerapkan secara selektif penyaluran
kreditnya, bahkan disertai dengan bimbingan kepada nasabah peminjam. Sistem bagi
13
Ibid. hal. 128-129
hasil. Lebih meringankan nasabah dari tuntutan bayaran bunga yang memberatkan.
Sekaligus sistem bagi hasil akan menekan inflasi. Jadi, BPR Syariah amat berperan
dalam memperdayakan ekonomiummat dengan mengembangkan ekonomi golongan
lemah.14
Selain itu, menurut Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia
(Asbisindo), Wahyu Dwi Agung, tingkat bagi hasil deposito per bulan di BPRS dapat
mencapai angka 15 hingga 16 persen. Sedangkan di bank konvensional dalam satu
bulan hanya mencapai sekitar 12 hingga 13 persen. BPRS bisa memberikan bagi hasil
yang lebih tinggi karena BPRS melempar dananya ke sektor mikro. Karena
marginnya besar, sehingga bagi hasilnya juga cukup besar. Banyak kelebihan yang
dimiliki BPRS bila dibandingkan dengan bank umum, khususnya dalam pendekatan
kepada nasabah. Pendekatan kepada nasabah yang diterapkan sangat personal.
Menyederhanakan prosedur bagi nasabah yang hendak melakukan atau menggunakan
jasa. Seperti misalnya, dalam memberikan pinjaman atau pembiayaan.15

14
Agustianto, lihat http:///pkesinteraktif.com/edukasi/opini/1644-peranan-lembaga-
keuangan-syaiah-di-zaman-krisis-ekonomi-html
15
M. Lutfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Senayan Abadi Publishing,
JakartaSelatan(2003) , hal. 73-74
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Bank Perkreditan Rakyat Syari'ah dapat didefinisikan sebagai sebuah lembaga
keuangan sebagaimana Bank Perkreditan Rakyat yang konvensional, yang
operasionalnya memakai prinsip-prinsip syariah.
Sejak tahun 1992, yaitu pada saat diluncurkannya UU Perbankan No. 7/1992,
operasi Perbankan di Indonesia diperkaya dengan bentuk oeperasi yang berdasarkan
pada Syariah Islam, yaitu sistem bagi-hasil (profit-sharing system). UU perbankan
yang baru No. 10/1998 semakin kondusif tumbuhnya bank syariah dengan
diperkenankannya bank konvensional beroperasi dengan dua system, yaitu sistem
konvensional dan sistem bagi-hasil. Namun demikian, sebagai bank yang relatif baru
dalam menggunakan sistem bagi-hasil, BPR Syariah menghadapi banyak tantangan
dan memiliki beberapa kelemahan di samping kesempatan dan kekuatan yang
dimilikinya, oleh karena itu manajemen yang profesional dan amanah
sangatdiperlukan dalam mengoperasikannya.
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, UII Press,


Yogyakarta.

Ismail, perbankan syariah, Kencana Pernamedi Group, Jakarta, 2011,

M. Luthfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Senayan Abadi Publishing,


JakartaSelatan: 2003.

Muhammad. Bank Syariah, Analisis kekuatan, Peluang, Kelemahan dan


Ancaman. Yogyakarta, Ekonosia: 2006.

Warkum Sumitro, (2004), Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga


Terkait Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2004.

http://grhoback.blogspot.com/2010/05/landasan-hukum-bank-syariah.html

http://www.bprsyariah.com/berita-utama/67-bi-revisi-aturan-bpr-syariah

http:///pkesinteraktif.com/edukasi/opini/1644-peranan-lembaga-keuangan-syaiah-di-
zaman-krisis-ekonomi-html

Anda mungkin juga menyukai