D
I
S
U
S
U
N
Oleh;
Kelompok 3
1. MERY DAMAYANTI PULUNGAN (2140600014)
2. SAIMA PUTRI NASUTION (2140600016)
Dosen Pembimbing:
AZWAR HAMID, M.A.
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur, marilah kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta
Alam, yang telah memberikan beribu ribu nikmat sehingga kami dari kelompok 3
dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Bank Perkreditan Rakyat
Syariah” dengan baik dan tepat waktu. Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak
Azwar Hamid, M.A. selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Lembaga Keuangan
Syariah yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah
ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua,
khususnya teman-teman sekalian di Akuntansi Syariah 1 dalam memahami serta
dapat mengimplrmrntasikan nilai nilai pengetahuan tentang Lembaga Keuangan
Syariah dikehidupan sehari-hari.
Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih ada kekurangan ataupun
kesalahan dalam pengerjaan. Untuk itu, kami mengharapkan dan akan senang apabila
para pembaca sekalian bersedia untuk memberikan saran maupun kritik terhadap
makalah ini guna membangun agar lebih baik kedepannya. Atas perhatiannya, Kami
ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
BAB II:
PEMBAHASAN.........................................................................................................
A. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)................................
B. Landasan Hukum Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)……………
C. Sejarah Berdirinya Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)…………
D.Tujuan Didirikan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
E. Perbedaan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Dengan Bank Syariah
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi syariah cukup pesat beberapa tahun
belakangan terutama pada sektor perbankan. Gagasan adanya lembaga
perbankan yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah Islam berkaitan erat
dengan gagasan terbentuknya ekonomi Islam yangbersumber dari Al- Qur'an
dan Al-hadits. Larangan terutama berkaitan dengan kegiatan-kegiatan bank
yang dapat diklasifikasikan sebagai riba. Perbedaan utama antara
kegiatanbank berdasarkan prinsip syariah dengan bank konvensional pada
dasarnya terletak padasistem pemberian imbalan atau jasa dari dana (Sri,
2005).
Bank perkreditan Rakyat merupakan salah satu bidang perbankan yang
mulai menerapkan sistem ekonomi syariah. Bank perkreditan rakyat Syariah
(BPRS) adalah salahsatu lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola
operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip syariah ataupun muamalah Islam.
BPR Syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam restrukturisasi
perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket
kebijaksanaankeuangan, moneter, dan perbankan secara umum, dan secara
khusus mengisi peluangterhadap kebijaksanaan Bank Konvensional dalam
penetapan tingkat suku bunga (rate of interest). Selanjutnya BPR Syariah
secara luas dikenal sebagai sistem perbankan bagi hasilatau system.
perbankan Islam.
Oleh karena itu, pemaparan makalah ini dimaksudkan untuk
mengenal lebih jauh lagitentang BPR Syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
5
Lihat http://www.bprsyariah.com/berita-utama/67-bi-revisi-aturan-bpr-syariah
6
Ibid. hal.90
Tujuan didirikannya BPR Syariah adalah:7
Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok
masyarakatlemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan.
Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga dapat
mengurangiarus urbanisasi.
Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka
peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang memadai.
Djazuli dan Yadi Janwari menjabarkan tiga tujuan diatas menjadi lima tujuan, yaitu
(Djazuli,2002: 108)
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golonganekonomi lemah yang pada umumya berada di daerah pedesaan.
2. Meningkatkan pendapatan per kapita
3. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan.
4. Mengurangi urbanisasi.
5. Membina semangat Ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi.
7
Opcit
8
Burhanuddin Susanto, Hukum perbankan Syariah di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, hal
197-198
c) Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah.
2. Melakukan penyaluran dana melalui:
a) Transaksi jual-beli berdasarkan prinsip:
Mudharabah
Istishna
Ijarah
Salam
Jual beli lainnya.
b) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:
Mudharabah
Musyarakah
Bagi hasil lainnya
Keterangan lebih lanjut tentang kegiatan usaha BPRS diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia No. 6/17/PBI/2004. Namun pada dasarnya, kegiatan operasional
BPRS lebih terbatas jika dibanding dengan bank umum syariah. Hal ini dapat dilihat
dalam SK DirekturBI No. 32/36/KEP/DIR/1999. Sedangkan kegiatan yang dilarang,
berdasarkan pasal 14 UUNo. 17 tahun 1992, yaitu:
1. Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran
2. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing 3. Melakukan
penyertaan modal
3. Melakukan usaha perasuransian
4. Melakukan usaha lain diluar kegiatanusaha sebagaimana disebutkanpada
kegiatan usaha yang bolehdilakukan oleh BPRS.m9
9
Ibid
Produk-Produk BPR Syariah
Pada dasarnya, konsep dasar operasional BPR Islam, sama dengan konsep
dasar operasional pada Bank Muamalat Indonesia, yaitu:10
1) Sistem Simpanan murni (al-wadiah)
2) Sistem bagi hasil
3) sistem jual beli dan marjin keuntungan
4) sistem sewa, dan
5) sistemupah (fee).
Untuk produk-produk yang ditawarkan BPR Syariah secara garis besar, yaitu:
1.Mobilisasi Dana Masyarakat
Bank akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti
menerima simpanan wadi" ah, adanya fasilitas tabungan dan deposito berjangka.
Fasilitas ini dapatdigunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, persiapan ongkos
naik haji (ONH), dll.
Simpanan amanah
Bank menerima titipan amanah berupa dana infaq, shadaqah
dan zakat. Akan penerimaan titipan ini adalah wadi" ah yakni titipan
yang tidak menanggung resiko. Bank akan memberikan kadar profit
dari bagi hasil yang didapat melalui pembiayaan kepada nasabah.
Tabungan wadi'ah
Bank menerima tabungan pribadi maupun badan usaha dalam
bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan yang digunakan sama yakni
wadi" ah. Bank akan memberikan kadar profitkepada nasabah yang
dihitung harian dan dibayar setiap bulan.
Deposito wadi'ah/ deposito mudharabah
Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan
usaha.Akad penerimaannya wadi" ah atau mudharabah, dimana bank
menerima dana yang digunakansebagai penyertaan sementara dalam
jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dst. Deposanyang
menggunakan akad wadi" ah mendapat nisbah bagi hasil keuntungan
lebih kecil dari mudharabah bagi hasil yang diterima dalam
pembiayaan nasabah setiap bulan
10
Opcit
2. Penyaluran Dana
Pembiayaan mudharabah
Perjanjian antara pemilik dana (pengusaha) dengan pengelola
dana (bank) yang keuntungannya dibagi menurut rasio sesuai dengan
kesepakatan. Jika mengalami kerugianmaka pengusaha menanggung
kerugian dana, sedangkan bank menanggung pelayananmateriil dan
kehilangan imbalan kerja.
Pembiayaan musyarakah
Perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal kedua
pihak digabungkan untuk sebuah usaha yang dikelola bersama-sama.
Keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai kesepakatan
awal.
Pembiayaan bai bitsaman ajil
Proses jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank menalangi
lebih dulu pembelian suatu barang oleh nasabah, kemudian nasabah
akan membayar harga dasar barang dan keuntungan yang disepakati
bersama.
Pembiayaan murabahah
Perjanjian antara bank dan nasabah, dimana bank menyediakan
pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja yang
dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar
harga jual bank (harga beli bank plus margin keuntungan saat jatuh
tempo).
Pembiayaan qardhul hasan
Perjanjian antara bank dan nasabah yang layak menerima
pembiayaan kebajikan,dimana nasabah yang menerima hanya
membayar pokoknya dan dianjurkan untuk memberikan ZIS.
Pembiayaan Istishna'
Pembiayaan dengan prinsip jual beli, dimana BPRS akan
membelikan barangkebutuhan nasabah sesuai kriteria yang telah
ditetapkan nasabah dan menjualnya kepadanasabah dengan harga jual
sesuai kesepakatan kedua belah pihak dengan jangka waktu
sertamekanisme pembayaran/pengembalian disesuaikan dengan
kemampuan/keuangan nasabah.
Pembiayaan Al-Hiwalah
Penggambil alihan hutang nasabah kepada pihak ketiga yang
telah jatuh tempo olehBPRS, dikarenakan nasabah belum mampu
untuk membayar tagihan yang seharusnya digunakan untuk melunasi
hutangnya. Pembiayaan ini menggunakan prinsip pengambilalihan
hutang, dimana BPRS dalam hal ini akan mendapatkan ujroh/ fee dari
nasabah yangbesar dan cara pembayarannya berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak.
11
Muhammad. Bank Syariah, Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan
Ancaman.Yogyakarta, Ekonosia (2006). Hal 121-123
tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli serta
pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah. Sedangkan bank syariah
cenderung bersifat umum.
2. Fungsi sosial
Bank Syariah dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah,
hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi
pengelola zakat. Sementara BPRS tidak terdapat fungsi sosial
3. Penempatan dana pada bank lain
BPRS menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan akad wadi'ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4. Penghimpunan dana
Bank Syariah dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf
uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif).
Sedangkan BPRS memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri
maupun untuk kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional,
dan UUS.
5. Penyediaan produk
Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan
pada prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Secara
kelembagaan bank umum syariah ada yang berbentuk bank syariah penuh
(full-pledged) dan terdapat pula dalam bentuk UUS dari bank umum
konvensional.
Sedangkan BPRS menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha
Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan
persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).12
12
Ibid. hal. 126-127
menjadi faktor pembeda BPRSyariah dengan BPR konvensional yaitu adanya insentif
bunga pada BPR Konvensional dan insentif bagi hasil pada BPR Syariah.
Selain itu, penyaluran dana pada BPR Konvensional ke masyarakat disebut
dengan "kredit" serta dalam menentukan harga atau cara penentuan keuntungan yang
akan diperoleh manajemen bank menggunakan prinsip bunga. Sedangkan pada BPR
Syariah, penyaluran dana ke masyarakat disebut dengan "pembiayaan" serta
menggunakan prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran agama islam. Prinsip-prinsip
tersebut adalah prinsip bagi hasil( mudharabah). Prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah),
atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah)
atau dengan adanya pemindahan kepemilikan atas barangyang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).13
14
Agustianto, lihat http:///pkesinteraktif.com/edukasi/opini/1644-peranan-lembaga-
keuangan-syaiah-di-zaman-krisis-ekonomi-html
15
M. Lutfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Senayan Abadi Publishing,
JakartaSelatan(2003) , hal. 73-74
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bank Perkreditan Rakyat Syari'ah dapat didefinisikan sebagai sebuah lembaga
keuangan sebagaimana Bank Perkreditan Rakyat yang konvensional, yang
operasionalnya memakai prinsip-prinsip syariah.
Sejak tahun 1992, yaitu pada saat diluncurkannya UU Perbankan No. 7/1992,
operasi Perbankan di Indonesia diperkaya dengan bentuk oeperasi yang berdasarkan
pada Syariah Islam, yaitu sistem bagi-hasil (profit-sharing system). UU perbankan
yang baru No. 10/1998 semakin kondusif tumbuhnya bank syariah dengan
diperkenankannya bank konvensional beroperasi dengan dua system, yaitu sistem
konvensional dan sistem bagi-hasil. Namun demikian, sebagai bank yang relatif baru
dalam menggunakan sistem bagi-hasil, BPR Syariah menghadapi banyak tantangan
dan memiliki beberapa kelemahan di samping kesempatan dan kekuatan yang
dimilikinya, oleh karena itu manajemen yang profesional dan amanah
sangatdiperlukan dalam mengoperasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://grhoback.blogspot.com/2010/05/landasan-hukum-bank-syariah.html
http://www.bprsyariah.com/berita-utama/67-bi-revisi-aturan-bpr-syariah
http:///pkesinteraktif.com/edukasi/opini/1644-peranan-lembaga-keuangan-syaiah-di-
zaman-krisis-ekonomi-html