Anda di halaman 1dari 15

BANK PEMBIAYAAN SAKYAT SYARIAH METRO MADANI

Dosen Pengampu :

Ghina Ulfah Saefurrahman, M.E,. Sy.

Disusun Oleh :

Dina Yasmin Salviona 2151020170


Eka Maya Sari 2151020175
Eva Yuliana 2151020182
Frasha Aurora Yatin 2151020189

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah


SWT atas segala limpahan nikmat, khususnya nikmat iman, Islam, dan juga
kesehatan sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penulis mengalami beberapa
kesulitan seperti dalam mencari sumber data yang sesuai dengan tema. Semua ini
tidak akan terlaksana dengan baik, apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran
yang bersifat konstruktif.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Bandar Lampung, 27 Oktober


2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................

A. Pengertian BPRS ................................................................................................ 3


B. Akad dan Produk-Produk BPRS Metro Madani ................................................ 4
C. BPRS Metro Madani Sudah sesuai Dengan Prinsip Syariah ............................ 7
D. Kendala yang dialami oleh BPRS ...................................................................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

LAMPIRAN ..................................................................................................................

iii
BAB I

PEMBUKAAN

A. Latar Belakang
Berdirinya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dilatarbelakangi
oleh kondisi ekonomi Indonesia yang tengah mengalami restrukturisasi ekonomi.
Restrukturisasi perekonomian di Indonesia itu terwujud dalam berbagai kebijakan,
baik di bidang keuangan, moneter, termasuk dalam bidang perbankan. Selain itu,
berdirinya BPRS dilatarbelakangi pula oleh adanya peluang bagi pengembangan
Bank Islam dalam Undang-undang perbankan, yang membolehkan menggunakan
prinsip bagi hasil.1
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BPRS
merupakan badan usaha yang setara dengan bank perkreditan konvensional
dengan bentuk hukum perseroan terbatas, perusahaan daerah, atau koperasi.2
BPRS sebagai salah satu lembaga di perbankan memiliki fungsi
intermediasi keuangan. Menurut Iqbal dan Mirakhor (2008), fungsi intermediasi
keuangan merupakan proses pengumpulan atau pembelian surplus dana dari
sektor usaha, pemerintah, maupun rumah tangga, untuk disalurkan kepada unit
ekonomi yang defisit. Dalam kegiatan keuangannya, BPRS memfasilitasi fungsi
intermediasi ini adalah dengan tersedianya akad atau kontrak yang diterapkan
sesuai dengan ketentuan syariah.
Kehadiran BPRS diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan umat
Islam terutama masyarakat golongan ekonomi lemah. Hal ini disebabkan yang
menjadi sasaran utama dari BPRS adalah umat Islam yang berada di pedesaan
dan tingkat kecamatan. Masyarakat yang berada di kawasan tersebut pada

1
Ahmad Zuhaifi Mohammad Romli, “PENERAPAN SANKSI DENDA KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN PADA AKAD MURABAHAH DI PT. BPRS SARANA PRIMA MANDIRI PAMEKASAN”,
Ekomadania: Journal of Islamic Economic and Social, Vol. 3, No. 1, (2019), h. 26–45.
2
Wienanda Rizka Sukma Jelita and Atina Shofawati, “Manajemen Risiko Operasional Pada PT
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Jabal Nur Tebuireng Di Surabaya”, Falah: Jurnal Ekonomi
Syariah, Vol. 4, No. 1, (2019), h. 69–82.

1
umumnya termasuk pada masyarakat golongan ekonomi lemah. Kehadiran BPRS
bisa menjadi sumber permodalan bagi pengembangan usaha-usaha masyarakat
golongan ekonomi lemah, sehingga pada gilirannya bisa meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan.3

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan BPRS?
2. Apa saja produk yang dikeluarkan oleh BPRS dan produk apa yang
paling diminati?
3. Akad apa yang sering digunakan oleh BPRS?
4. Apakah BPRS Sudah menerapkan system syariah?
5. Kendala apa saja yang dialami oleh BPRS?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari BPRS.
2. Untuk mengetahui prduk-produk apa saja yang ada di BPRS.
3. Untuk mengetahi akad apa saja yang digunakan dalam BPRS.
4. Untuk mengetahui apakah BPRS sudah menerapkan system syariah.
5. Untuk mengetahi kendala-kendala yang ada di BPSR.

3
Husairi Muhammad Nasution, “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada PT. BPRS
AL-Washliyah Medan”, , (Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2019).

2
BAB II

PPEMBAHASAN

A. Pengertian BPRS
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak dapat dikonversi menjadi Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tidak diizinkan
untuk membuka Kantor Cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor lainnya di
luar negeri.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah lembaga keuangan Bank
yang dibawahi oleh dewan kebijakan moneter, yang melakukan kegiatan
ekonominya berdasarkan prinsip Islam atau syariah, tanpa menghalalkan adanya
riba atau suku bunga yang berorientasi pada masyarakat di tingkat desa ataupun
kecamatan. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) didirikan berdasarkan UU
No 7 tahun 1992 tentang perbankan dan Peraturan pemerintah (PP) no.72 tahun
1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Serta berdasarkan pada butir 4
pasal 1 UU. No 10 tahun 1998, pengganti UU no 7 tahun 1992 tentang Perbankan
disebutkan bahwa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.4
Umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang,
meminjamkan uang, Peranan bank dewasa ini sangat dominan dalam
perekonomian masyarakat di Indonesia pada umumnya. Hampir setiap kegiatan
perekonomian masyarakat tidak terlepas dari peran bank maupun lembaga
keuangan lainnya diluar bank. Dalam menjalankan aktifitasnya, bank menawarkan
berbagai produk yang berisi kegiatan pendukung perekonomian masyarakat,
mulai dari jasa menabungkan uang masyarakat, pengiriman uang atau jasa-jasa

4
Uus Ahmad Husaeni, “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non Performing Financing
Terhadap Return On Asset Pada BPRS Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 5, No. 1, (2017),
h. 1–16.

3
yang lainnya intinya mempermudah masyarakat melakukan aktifitas bisnis dan
perekonomian sehari-hari.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BPRS adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Sama seperti
BPR Konvensional, BPRS kegiatannya jauh lebih sempit dibandingkan kegiatan
bank umum, karena BPRS dilarang menerima simpanan giro, kegiatan valas, dan
perasuransian. Berdasarkan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan, maka pengaturan dan pengawasan terhadap BPRS
dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).5

B. Akad dan Produk-Produk BPRS Metro Madani


Berikut ini Akad dan produk-produk yang terdapat dalam BPRS:
1. Jual beli (Murabahah)
Murabaha merupakan akad jual beli dalam transakri yang paling
mudah. Produk murabahah ini merupakan produk pembiayaan di mana
pihak bank dapat sebagai mediasi antara pihak yang berkepentingan, yaitu
nasabah dan developer atau pemasok, maksudnya dalam hal ini adalah
apabila nasabah menginginkan memiliki atau membeli sesuatu barang dari
developer sementara nasabah belum memiliki dana yang cukup untuk
dapat membelinya, maka bank dalam hal ini memberikan bantuan berupa
pembiayaan dengan cara membeli barang yang diinginkan oleh nasabah
terlebih dahulu dari developer, kemudian pihak bank menjual kembali
barang tersebut kepada nasabah dengan harga sesuai dengan pembelian
pihak bank dari pihak developer dengan metode angsuran dan ditambah
keuntungan bagi pihak bank yang telah disepakati antara pihak bank dan
pihak nasabah sebelum transaksi jual-beli dilakukan.
Keunggulan pembiayaan dari produk murabahah adalah bahwa
nasabah dapat membeli sesuatu barang sesuai dengan keinginan, dan
5
Utary Maharany Barus and Yudika Dwi Erwanda, “Peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dan
Dewan Pengawas Syariah (DPS) Dalam Pengawasan Akad Pembiayaan Pada Perbankan Syariah
Yang Mengandung Klausula Eksonerasi”, Naskah Publikasi, Vol. 16, (2015).

4
kemampuan ekonominya, di samping itu pembiayaannya dilakukan
dengan angsuran sehingga tidak memberatkan pihak nasabah itu sendiri
adapun keunggulan yang lain adalah bahwa dalam produk murabahah
tidak mengenal riba atau sistem bunga tetapi dalam hal ini adanya
keterbukaan antara pihak bank dan nasabah bahwa bank sebelumnya
memberikan informasi atas barang yang akan dibeli sesuai dengan
keinginan nasabah dan harga yang telah ditentukan oleh developer telah
diketahui oleh pihak nasabah, kemudian pihak bank menjual kembali
kepada nasabah sesuai dengan harga pembelian dari pihak developer, dan
ditambah keuntungan bagi pihak bank. Tambahan keuntungan bagi pihak
bank ini, diperjanjikan diawal transaksi yang didasarkan atas kesepakatan
bersama antara pihak bank dengan nasabah, jadi dalam hal ini tidak terjadi
unsur saling mendzalimi.

2. Musyarakah
Musyarakah adalah perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memeberikan
kontribusi dana. Keuntungan atau kerugian akan ditanggung bersama
sesuai proporsi yang telah disepakati. Pembiayaan musyarakah pada
perbankan syariah adalah penyertaan modal yang diberikan bank syariah
terhadap nasabah yang telah memiliki sebagian modal.
Pembiayaan musyarakah memiliki beberapa keuntungan diantaranya
adalah seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang
lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan
akan dirinya
3. Ijarah multi jasa
Pembiayaan Multijasa adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berupa transaksi multijasa dengan menggunakan
akad Ijarah berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk
melunasi hutang/kewajibannya sesuai dengan akad.

5
Fitur dan mekanisme Pembiayaan Multijasa atas dasar akad Ijarah
adalah: (1) Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi
Ijarah dengan nasabah. (2) Bank wajib menyediakan dana untuk
merealisasikan penyediaan objek sewa yang dipesan nasabah. (3)
Pengembalian atas penyediaan dana bank dengan cara cicilan.
Ijarah multi jasa merupakan produk yang paling banyak diminati di
BPRS Metro madani ini. Karena, dalam produk ijarah multi jasa ini
menawarkan produk pembiayaan dana porsi Haji. BPRS Metro Madani
mengalami peningkatan untuk menaikan omset yang nyatanya dari
kalangan haji ini meningkat drastic sehingga dapat menstabilkan kondisi
BPRS Metro Madani yang mempunyai target dan tercapai. Dari umroh dan
haji bisa menstabilkan kondisi yang mempunyai target.

4. Mudarobah
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses
seorong memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Secara
teknis, mudharabh adalah akad kerjasama usaha antaar dua pihak dimana
pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian
itu bukan akibat kelalaian si pegelola.

5. Gadai Emas (Rahn)


Dalam Fiqh konsep gadai disebut dengan rahn. Kata al-Rahnberasal
dari bahasa Arab, secara bahasa rahn adalah al-tsubut wa al-dawam yang
berarti tetap dan kekal.6

6
Luluk Wahyu Roficoh and Mohammad Ghozali, “Aplikasi Akad Rahn Pada Pegadaian Syariah”,
Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, Vol. 3, No. 2, (2018).

6
Mayoritas Ulama berpendapat bahwa Rukun rahn adalah adanya
jaminan berupa barang atau harta (marhun), adanya utang (marhun bih),
adanya Shighah kesepakatan antara rahindan murtahindalam melakukan
transaksi rahn, adanya „aqidainidua pihak yang melakukan transaksi yaitu
pihak yang menyerahkan barang (rahin) dan pihak penerima barang
(murtahin).7 Hanafiyyah berpendapat bahwa rukun rahnhanya satu, yaitu
shighah, karena shighah adalah hakikat dari transaksi, dan selain shighah
hanya termasuk syarat rahn, bukan rukunrahn. Menurut Sayyid Sabiq hal
yang disyaratkan dalam rahnadalah berakal, baligh, barang yang
digadaikan ada pada saat akad dan barang tersebut diterima oleh
murtahinatau wakilnya.
Produk rahen dalam BPRS metro madani yang paling banyak diminati
yakni gadai emas, banyak diminati karena di dalam gadai syariah metro
madani mempunyai biaya titip yang lebih rendah dan masyarakat kota
metro lebih majemuk, dan mempunyai perhiasaan yang banyak, sehingga
investasi emas banyak diminati.

C. Apakah BPRS Sudah Menerapkan Sistem Syariah?


Sesuai dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa BPRS sudah
sepenuhnya melakukan prinsp-prinsp syariah, karena terdapat lembaga yang
mengawasi dalam mejalankan oprasionalnya, yaitu dengan menggunakan system
yang sudah sesuai dengan prinsip syariah.
BPRS pada dasarnya merupakan entitas yang melakukan penghimpunan
dana dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain
melaksanakan fungsi intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di
Indonesia terdapat dua macam sistem operasional perbankan, yaitu bank
konvensional dan bank syariah. Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama
Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun),

7
Ibid.

7
kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung
gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.8
Pelaksanaan fungsi pengaturan dan pengawasan perbankan syariah dari
aspek pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik dilaksanakan
oleh OJK sebagaimana halnya pada perbankan konvensional, namun dengan
pengaturan dan sistem pengawasan yang disesuiakan dengan kekhasan sistem
operasional perbankan syariah. Masalah pemenuhan prinsip syariah memang hal
yang unik bank syariah, karena hakikinya bank syariah adalah bank yang
menawarkan produk yang sesuai dengan prinsip syariah. Kepatuhan pada prinsip
syariah menjadi sangat fundamental karena hal inilah yang menjadi alasan dasar
eksistensi bank syariah.
Sistem dan mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan syariah
yang menjadi isu penting dalam pengaturan bank syariah. Dalam kaitan ini
lembaga yang memiliki peran penting adalah Dewan Syariah Nasional (DSN)
MUI. Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
memberikan kewenangan kepada MUI yang fungsinya dijalankan oleh organ
khususnya yaitu DSN-MUI untuk menerbitkan fatwa kesesuaian syariah suatu
produk bank. Kemudian Peraturan Bank Indonesia (sekarang POJK) menegaskan
bahwa seluruh produk perbankan syariah hanya boleh ditawarkan kepada
masyarakat setelah bank mendapat fatwa dari DSN-MUI dan memperoleh ijin dari
OJK.

D. Kendala yang Dialami Oleh BPRS


Kendala dari luar UMKM, yaitu karena bersinggungan dengan yang tidak
mempunyai jaminan, sehingga para nasabah yang tidak memiliki jaminan untuk
mengajukan ke BPRS para nasabah akhirnya memilih meminjam kepada rentenir
sedangkan di BPRS Metro Madani untuk mengajukan pinjaman, harus sesuai
dengan SOP yang sudah ditetapkan yaitu dengan ada jaminan. Jadi banyak para

8
Restu Danang Adahardianto, “Pengaruh Keragaman Produk Terhadap Pengambilan Keputusan
Nasabah Menggunakan Produk Bank Syariah (Studi Kasus Bank Syariah Tanggamus)”, Dinar
Islamic Review, Vol. 4, No. 2, (2020).

8
nasabah yang memilih meminjam ke rentenir atau pinjaman online yang marak
akhir-akhir ini, sehingga inilah yang menjadi kendala dari BPRS metro madani
BPRS Metro Madani minimal untuk pembiayaan mikro berjumlah Rp
5.000,000 sedangkan jika super mikro di bawahnya tetapi jarang sekali. Di era
covid, potensial yang super mikro karena nasabah harus berpikir dua kali dan
super mikro memiliki terlalu banyak persyaratan, yang membuat para nasabah
malas sehingga menimbulkan kendala-kendala selain dari eksternal dan internal.
Kendala saat ini yaitu terkait cover asuransi yang sangat sulit, sehingga banyak
pihak asuransi yang mundur karena memang sulit dan sudah menjadi tantangan
dari sebelum pandemi covid ada.
Ketika Umat muslim menabung, BPRS berkeinginan ketika uang-uang
umat muslim/non muslim yang menabung disalurkan ke sektor-sektor usaha yang
dimiliki oleh orang muslim, karena BPRS berkeyakinan ketika sektor usaha
mereka berkembang dan mereka butuh lebih banyak kariyawan, maka disitu akan
ada rekrutmen yang membuat penganguran menjadi berkurang sehingga roda
ekonomi bisa berputar.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah lembaga keuangan Bank
yang dibawahi oleh dewan kebijakan moneter, yang melakukan kegiatan
ekonominya berdasarkan prinsip Islam atau syariah, tanpa menghalalkan adanya
riba atau suku bunga yang berorientasi pada masyarakat di tingkat desa ataupun
kecamatan.
Murabaha merupakan akad jual beli dalam transakri yang paling mudah.
Produk murabahah ini merupakan produk pembiayaan di mana pihak bank dapat
sebagai mediasi antara pihak yang berkepentingan, yaitu nasabah dan developer
atau pemasok, maksudnya dalam hal ini adalah apabila nasabah menginginkan
memiliki atau membeli sesuatu barang dari developer sementara nasabah belum
memiliki dana yang cukup untuk dapat membelinya. Keunggulan pembiayaan dari
produk murabahah adalah bahwa nasabah dapat membeli sesuatu barang sesuai
dengan keinginan, dan kemampuan ekonominya.
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seorong
memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian si pegelola.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adahardianto, Restu Danang, “Pengaruh Keragaman Produk Terhadap


Pengambilan Keputusan Nasabah Menggunakan Produk Bank Syariah (Studi
Kasus Bank Syariah Tanggamus)”, Dinar Islamic ReviewVol. 4, No.
2(2020).
Barus, Utary Maharany, and Yudika Dwi Erwanda, “Peran Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) Dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) Dalam Pengawasan
Akad Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Yang Mengandung Klausula
Eksonerasi”, Naskah PublikasiVol. 16(2015).
Husaeni, Uus Ahmad, “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Dan Non
Performing Financing Terhadap Return On Asset Pada BPRS Di Indonesia”,
Jurnal Ekonomi SyariahVol. 5, No. 1(2017), h. 1–16.
Jelita, Wienanda Rizka Sukma, and Atina Shofawati, “Manajemen Risiko
Operasional Pada PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Jabal Nur
Tebuireng Di Surabaya”, Falah: Jurnal Ekonomi SyariahVol. 4, No.
1(2019), h. 69–82.
Nasution, Husairi Muhammad, “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
Pada PT. BPRS AL-Washliyah Medan”, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara, 2019.
Roficoh, Luluk Wahyu, and Mohammad Ghozali, “Aplikasi Akad Rahn Pada
Pegadaian Syariah”, Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan SyariahVol. 3, No. 2(2018).
Romli, Ahmad Zuhaifi Mohammad, “PENERAPAN SANKSI DENDA
KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PADA AKAD MURABAHAH DI
PT. BPRS SARANA PRIMA MANDIRI PAMEKASAN”, Ekomadania:
Journal of Islamic Economic and SocialVol. 3, No. 1(2019), h. 26–45.

11
LAMPIRAN

12

Anda mungkin juga menyukai