Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, saya sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Ekonomi Moneter.
Isi dari makalah ini diambil dari beberapa sumber yang kemudian dirangkum dan
disusun sehingga berbentuk makalah.Bersama ini, saya ucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada dosen yang telah
memberikan tugas untuk penyusunan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat membantu pembaca memahami isi yang
termuat di dalamnya.Saya sebagai penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna.Untuk itu segala kritik dan saran akan saya terima demi terciptanya suatu
makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih semoga makalah mengenai Peranan Uang
Dalam Perekonomian ini dapat berguna bagi saya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jambi,19 Maret 2023

PenuliS

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1

BAB I......................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG......................................................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................4

C. TUJUAN...................................................................................................................................4

BAB II.....................................................................................................................................................5

PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5

1. DEFINISI LEMBAGA KEUANGAN.................................................................................................5

2. SEJARAH PERBANKAN........................................................................................................6

3. FUNGSI BANK UMUM...........................................................................................................7

4. INSTITUSI PERBANKAN DI INDONESIA...........................................................................9

5. PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA...........................................................................11

6. SEJARAH LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK.........................................................14

7. JENIS-JENIS LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK....................................................................16

BAB III..................................................................................................................................................23

PENUTUP.........................................................................................................................................23

1) KESIMPULAN............................................................................................................................24

2) SARAN......................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................25

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sistem keuangan pada dasarnya merupakan tatanan dalam perekonomiansuatu


negarayang memiliki peran utama dalam penyediaan fasilitas jasa-jasa di bidang keuangan
oleh lembaga keuangan dan lembaga non keuangan. Sistem keuangan di Indonesia pada
prinsipnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sistem perbankan dan sistem lembaga
keuangan bukan bank.
Lembaga keuangan yang masuk dalam sistem perbankan adalah lembaga keuangan
yang berdasarkan peraturan perundangan dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk
lainnya serta dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Karena
lembaga keuangan ini dapat menerima simpanan dari masyarakat, maka disebut juga
depository financial institutions yang terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR).
Sementara itu lembaga. keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan selain dari
bank yang dalam kegiatan usahanya tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung
dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Lembaga keuangan bukan bank (non depository
financial institutions) antara lain terdiri perusahaan pembiayaan, perusahaan asuransi, dana
pensiun, perusahaan modal ventura, perusahaan penjamin, perusahaan efek dan pegadaian.

3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud lembaga keuangan?
2. Bagaimana sejarah perbankkan ?
3. Apa saja fungsi bank umum?
4. Bagaimana institusi perbankkan di Indonesia?
5. Bagaimana perbankkan syariah di Indonesia
6. Bagaimana sejara perbankkan LKBB di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang lembaga keuangan.
2. Menjelaskan sejarah perbankkan.
3. Menjelaskan fungsi bank umum.
4. Menjelaskan institusi perbankkan di Indonesia.
5. Menjelaskan perbankkan syariah di Indonesia.
6. Menjelaskan sejarah perbankkan LKBB di Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFINISI LEMBAGA KEUANGAN

Lembaga keuangan merupakan lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit, surat-surat berharga, giro,
dan aktiva produktif lainnya. Yang termasuk dalam lembaga keuangan adalah bank dan
lembaga keuangan nonbank (financial institution). Pengertian Formal Lembaga Keuangan
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.792 Tahun 1990 tentang Lembaga Keuangan
"Semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan
penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan" bank
adalah lembaga perantara keuangan yang menerima deposito dan saluran tersebut deposito ke
dalam kredit kegiatan, baik secara langsung atau melalui pasar modal. Sebuah bank
menghubungkan pelanggan yang memiliki defisit modal dengan pelanggan yang memiliki
surplus modal.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998


tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah "badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak". Berdasarkan pengertian di atas, bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.1

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, perbankan Indonesia


dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip
kehati-hatian. Demokrasi ekonomi itu sendiri dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Berdasarkan asas yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan perbankan Indonesia
adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

1
Bank Indonesia. 1982, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Vol. XV No.12,
Desember. Bank Indonesia

5
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional
ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Para ahli perbankan di negara-negara maju mendefinisikan bank umum sebagai


institusi keuangan yang berorientasi laba. Untuk memperoleh laba tersebut bank umum
melaksanakan fungsi intermediasi. Karena dizikan mengumpulkan dana dalam bentuk
deposito, bank umum disebut juga sebagai lembaga keuangan depositori. Berdasarkan
kemampuannya menciptakan uang (giral), bank umum dapat juga disebut sebagai bank
pencipta uang giral.

2. SEJARAH PERBANKAN

Usaha perbankan dimulai dari zaman Babylonia, dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno
dan Romawi. Pada saat itu, kegiatan utama bank hanya sebagai tempat tukar menukar uang.
Selanjutnya, kegiatan bank berkembang menjadi tempat penitipan dan peminjaman uang.
Uang yang disimpan oleh masyarakat. oleh bank dipinjamkan kembali ke masyarakat yang
membutuhkannya. Sementara itu, mengenai sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas
dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang memegang
peranan penting di Hindia Belanda antara lain: De Javasche NV, De Post Paar Bank, De
Algemenevolks Crediet Bank, Nederland Handles Maatscappij (NHM), Nationale Handles
Bank (NHB). dan De Escompto Bank NV. Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik
pribumi, Cina, Jepang, dan Eropa lainnya. Bank-Bank tersebut antara lain: Bank Nasional
Indonesia, Bank Abuah Saudagar, NV Bank Boemi, The Matsui Bank, The Bank of China,
dan Batavia Bank.2

Di zaman kemerdekaan perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang


lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalis ir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada
di zaman awal kemerdekaan, antara lain:

1. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi BNI
1946.

2
Perbankan Bank Indonesia. 2016, Statistik Indonesia 2016. Bank Indonesia

6
2. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal
dari DEALGEMENE VOLKCREDIET bank atau Syomin Ginko.
3. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945 di Solo.
4. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946. 5. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun
1946 di Medan.
5. Indonesia Banking Corporation tahun 1946 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank
Amerta.
6. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
7. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949.3

3. FUNGSI BANK UMUM

Fungsi-fungsi bank umum yang diuraikan di bawah ini menujukkan betapa


pentingnya keberadaan bank umum dalam perekonomian modern, yaitu:

1. Penciptaan Uang, Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat
pembayaran lewat mekanisme pemindah bukuan (kliring). Kemampuan bank umum
menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan
kebijakan moneter. Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang
yang beredar dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang
giral.

2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran Fungsi lain dari bank umum yang
juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini
dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa
yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal
adalah kliring. transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas
pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan
nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.

3
Bank Indonesia. 2012, Perbankan Syariah di Indonesia, didownload dari
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/ pada tanggal 19 Maret 2023

7
3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat.Dana yang paling banyak dihimpun oleh
bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat
dipers amakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh lebih
besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana- dana
simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang
membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.

4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional. Bank umum juga sangat dibutuhkan


untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi
barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak
yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan
sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi
dalam skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi
tersebut. Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan
transaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.

5. Penyimpanan Barang-Barang Berharga. Penyimpanan barang-barang berharga


adalah satu satu jasa yang paling awal yang ditawarkan oleh bank umum.
Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimilikinya seperti
perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank
untuk disewa (safety box atau safe deposit box). Perkembangan ekonomi yang
semakin pesat menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan
sekuritas atau surat-surat berharga.

6. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank


umum juga semakin banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik,
telepon membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui ATM, membayar gaji
pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank.4

4
Duley G.Luckett. 1984. Uang dan Perbankan, Mc. GrawHill, Perusahaan Buku. New
York: Edisi Ketiga,

8
4. INSTITUSI PERBANKAN DI INDONESIA

berdasarkan prinsip syariah.5


Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian.
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi
dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan undang-
undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama
bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat
menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas.
Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual bank system, yaitu bank umum dapat
melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah.
Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank
konvensional atau

5
Nopirin. 1985. Ekonomi Moneter, BPPE Yogyakarta: edisi 2.

9
Perbankan di
indonesia

Bank
Bank umum pengkreditan
rakyat

Bank BPR
Bank swasta BPR Syariah
pemerintah Konvensional

bank pemerinth bank


bank umum bank umum
unit usaha pembangunan
swasta swasta syariah
syariah daerah

bank umum
BPD Unit usaha
swasta unit
syatiah
usaha syariah

Sumber: Bank Indonesia, 2012


Gambar 2.1
Lembaga perbankan di Indonesia
Gambar 2.1. menjelaskan skema perbankan di Indonesia. Data menunjukkan bahwa
sampai dengan bulan Agustus 2015 jumlah bank umum di Indonesia berjumlah 118 bank dan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berjumlah 1.644 bank. Sementara itu jumlah pemain di bank
Syariah sampai bulan Agustus 2015 berjumlah 174 bank yang terdiri dari 12 bank umum
nasional dan 162 bank perkreditan rakyat Syariah (Otoritas Jasa Keuangaan, 20152012).

10
5. PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka


dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan
Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada
masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan
konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil
memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan
bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan
menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan
beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang
lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan
dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.6

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai


produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor
keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut.
Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah di samping akan mendukung
kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang
bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang
pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan
harga jangka menengah-panjang.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan


Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan syariah
nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong
pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif,
yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 70% per tahun dalam lima tahun

6
Ritter L.S. & Siller W.L., 1985. Principles of Money Banking, and Financial Markets, Basic Books, Inc.,
Publishers, New York: Edisi Ketiga

11
terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian
nasional akan semakin signifikan (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

1. Kebijakan Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia Untuk memberikan pedoman


bagi stakeholders perbankan syariah dan meletakkan posisi serta cara pandang Bank
Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. Bank Indonesia pada
tahun 2002 telah menerbitkan "Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia".
Dalam penyusunannya, berbagai aspek telah dipertimbangkan secara komprehensif, antara
lain kondisi aktual industri perbankan syariah nasional beserta perangkat-perangkat terkait,
trend perkembangan industri perbankan syariah di dunia internasional dan perkembangan
sistem keuangan syariah nasional yang mulai mewujud, serta tak terlepas dari kerangka
sistem keuangan yang bersifat lebih makro seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan
Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) maupun international best practices yang
dirumuskan lembaga-lembaga keuangan syariah internasional, seperti IFSB (Islamic
Financial Services Board), AAOIFI dan IIFM.

Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan


terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh
karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada
rencana-rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur
Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan
demikian upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang
mendukung pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat nasional.

Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia memuat visi, misi dan
sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis dengan
prioritas yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun
waktu 10 tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang signifikan
melalui pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional, regional dan
internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dengan sektor keuangan syariah
lainnya.

12
Dalam jangka pendek. perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan
pasar domestik yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan Syariah
nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas
layanan dan kinerja yang bertaraf internasional.
Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia
adalah perbankan syariah yang modem, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-
bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam
konteks kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan
tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan
sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan
syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan negeri.

2. Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah Sebagai langkah konkrit upaya
pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka Bank Indonesia telah merumuskan
sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan Syariah, sebagai strategi
komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek strategis, yaitu: Penetapan visi
2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di ASEAN, pembentukan citra baru
perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan universal. pemetaan pasar secara lebih
akurat, pengembangan produk yang lebih beragam, peningkatan layanan, serta strategi
komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah lebih dari sekedar bank.

Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai tahap
implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah, antara
lain adalah sebagai berikut:

Pertama, menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I tahun
2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond Banking, dengan
pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II
tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling
atraktif di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan
industri sebesar 75%. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai

13
perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124
triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%.

Kedua, program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning,
differentiation, dan branding. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling
menguntungkan kedua belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan
produk dan skema yang beragam, transparan, kompeten dalam keuangan dan beretika,
teknologi informasi yang selalu up-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi
keuangan syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah "bank syariah lebih
dari sekedar bank atau beyond banking"
.Ketiga, program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan
syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan
universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi
masing-masing bank syariah.

Keempat, program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang
beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan) dan
dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah
dipahami.

Kelima, program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang
kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan
kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada
nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan

Keenam, program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien
melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung (media cetak,
elektronik, online/web-site), yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang
kemanfaatan produk serta jasa perbankan syariah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

6. SEJARAH LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

14
Dalam sejarah sistem keuangan Indonesia pernah dikenal suatu jenis lembaga
keuangan yang disebut Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Pendirian lembaga
keuangan ini didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 792/MK/IV/12/70
tanggal 7 Desember 1970 kemudian diubah dan ditambah dengan keputusan Menteri
Keuangan No.38/MK/IV/I/72 tanggal 18 Januari 1972. Lembaga Keuangan Bukan Bank
menurut ketentuan ini adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan yang
menghimpun dana dengan mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkannya untuk
membiayai investasi perusahaan. LKBB tidak diperbolehkan menerima dana dari masyarakat
dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Namun berdasarkan kebijakan PAKTO 27, 1988.
LKBB dapat menerbitkan sertifikat deposito sebagai sumber dana dan dapat mendirikan
kantor-kantor cabang di daerah. Pendirian LKBB ini pada dasarnya dimaksudkan untuk
mendorong pengembangan pasar uang dan pasar modal serta menyalurkan pembiayaan
kepada perusahaan (Siamat, 2001

Berdasarkan jenis usahanya, LKBB dapat digolongkan menjadi:


1. Lembaga pembiayaan pembangunan (development type), yaitu lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya memberikan kredit jangka menengah dan jangka panjang.
2. Lembaga perantara penerbitan dan perdagangan surat-surat berharga (investment type)
yaitu lembaga keuangan yang usaha utamanya bertindak sebagai perantara dan penjamin
dalam penjualan surat-surat berharga yang diterbitkan oleh emiten.
Setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan
dan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 1992 tentang bank umum, maka
semua LKBB diharuskan melakukan penyesuaian kegiatan usahanya menjadi bank umum
selambat-lambatnya tanggal 25 Maret 1993 dengan memenuhi semua ketentuan dan
persyaratan untuk menjadi bank umum. Sampai berakhirnya batas waktu penyesuaian, dari
13 LKBB, 12 di antaranya memilih menjadi bank umum, dan hanya satu LKBB yaitu PT.
Bahana PUI yang memilih menjadi perusahaan pembiayaan. Adanya pengalihan tersebut
menyebabkan LKBB sebagai suatu jenis lembaga keuangan dalam sistem keuangan
Indonesia tidak lagi dikenal. Sementara LKBB yang ada saat ini pada dasarnya meliputi
semua lembaga keuangan yang kegiatan pokoknya memberikan jasa-jasa keuangan dan
menarik dana dari masyarakat secara tidak langsung atau dengan kata lain LKBB adalah
lembaga keuangan non depository. Pembinaan, pengaturan dan pengawasan kegiatan usaha
lembaga keuangan bukan bank dilakukan oleh Departemen Keuangan.

15
7. JENIS-JENIS LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK

Jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yang saat ini beroperasi di Indonesia adalah
lembaga pembiayaan, perusahaan asuransi, dana pensiun, perusahaan efek, reksa dana,
perusahaan penjamin, perusahaan modal ventura, dan pegadaian.

1. Lembaga Pembiayaan

Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat. Sedangkan perusahaan pembiayaan (finance company) adalah badan usaha yang
didirikan khusus untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan, Bidang usaha lembaga pembiayaan pada awalnya, sebagaimana diatur dalam
Keppres No. 61 Tahun 1988 adalah sebagai berikut:

A. sewa guna usaha (sewa):


B. modal ventura (modal ventura);
c. anjak piutang (factoring);
d. pembiayaan konsumen (consumer finance);
E.kartu kredit (credit card):
f. perdagangan surat berharga (securities company).

Melihat lingkup usaha perusahaan pembiayaan yang jenisnya beragam tersebut maka
perusahaan pembiayaan yang melakukan lebih dari satu kegiatan sering pula disebut multi
finance company. Sejak lembaga pembiayaan diperkenalkan pada 1988, perkembangan usaha
ini mengalami peningkatan yang cukup pesat.

Perkembangan ini didorong oleh situasi yang kondusif antara lain kurangnya
peraturan mengenai kegiatan usaha lembaga pembiayaan dan lemahnya pengawasan dari
pihak otoritas (Departemen Keuangan) terutama dari sumber pendanaan dan penyaluran
pembiayaan. Lemahnya pengawasan khususnya penggunaan dana pinjaman baik yang berasal

16
dari luar negeri (offshore loan) maupun dari perbankan nasional tersebut memberikan
dampak yang kurang efektif terhadap pelaksanaan kebijakan moneter dan perbankan.

2. Perusahaan Asuransi

Usaha perasuransian di Indonesia diatur dengan Undang-undang No.2 tahun 1992.


Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada
tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang
timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Sebelum ada
undang-undang tersebut, kegiatan perasuransian di Indonesia hanya diatur dalam Keputusan
Menteri Keuangan dan ordonantie op het levensverzkering (Staatsblad 1941 No. 101)

Jenis usaha perasuransian yang diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992
tersebut dapat digolongkan sebagai berikut (Siamat, 2001):
a. usaha asuransi terdiri atas: asuransi kerugian (non life
insurance),asuransi jiwa (life insurance) dan reasuransi (reinsurance).
b. Usaha penunjang asuransi terdiri atas: pialang asuransi, pialang
reasuransi, penilai kerugian, konsultan aktuaria, agen asuransi

Usaha asuransi kerugian menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 adalah usaha
yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat
dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
Sementara itu perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan yang hanya dapat
menyelenggarakan usaha dalam bidang asuransi kerugian termasuk reasuransi. Oleh karena
itu berdasarkan undang-undang ini, perusahaan asuransi kerugian tidak.
diperkenankan melakukan kegiatan di luar usaha asuransi kerugian dan reasuransi. Di
beberapa negara asuransi kerugian disebut general insurance yang terdiri atas asuransi
kebakaran, pengangkutan laut dan udara, kendaraan motor, kompensasi bagi pegawai, profesi
dan jaminan.
Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam

17
penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang
dipertanggungkan. Sementara reasuransi pada prinsipnya adalah pertanggungan ulang atau
pertanggungan yang dipertanggungkan atau asuransi yang diasuransikan. Menurut Undang-
undang No. 2 Tahun 1992 perusahaan reasuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa
dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang memberikan
jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi
kerugian atau perusahaan asuransi jiwa.

3. Dana Pensiun
Dana pensiun (pension funds) adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan manfaat pensiun. Dana pensiun diatur dalam Undang-undang
Nomor. 11 Tahun 1992. Penyelenggaraan suatu program pensiun oleh pemberi kerja bersifat
sukarela, artinya didasarkan pada asas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk.
Jenis dana pensiun terdiri atas dana pensiun pemberi kerja dan Dana Pensiun Lembaga
Keuangan. Sedangkan program pensiun yang dapat dijalankan bagi setiap dana pensiun
adalah Program Pensiun Iuran Pasti dan Program Pensiun Manfaat Pasti. Pembentukan Dana
Pensiun harus memenuhi beberapa as as yaitu:

a. asas keterpisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan badan hukum pendirinya;
b. asas penyelenggaraan dalam sistem pembiayaan;
c. asas pembinaan dan pengawasan: d. asas tertunda manfaat.

Dana pensiun pemberi kerja adalah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan
yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri untuk menyelenggarakan Program Pensiun
Manfaat Pasti dan Program Pensiun Iuran Pasti bagi kepentingan karyawannya. Pembentukan
dana pensiun akan menimbulkan kewajiban baik bagi karyawan sebagai peserta maupun
pemberi kerja. Sementara pembentukan dana pensiun Lembaga Keuangan. hanya dapat
dilakukan oleh bank umum dan perusahaan asuransi jiwa setelah memenuhi persyaratan.
Sedangkan program yang boleh dijalankan adalah program Iuran Pasti.

4. Reksa Dana

18
Menurut Undang-undang nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, reksa dana atau
investment fund atau mutual funds adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
manajer in vestasi. Dari definisi tersebut terdapat tiga unsur penting dalam reksadana yaitu
adanya kumpulan dana masyarakat atau pool of funds, investasi dalam bentuk portofolio efek
dan manajer investasi sebagai pengelola dana. Dalam hal ini manajer investasi adalah pihak
yang dipercayakan mengelola dana.

Reksadana menurut ketentuan dapat didirikan dalam bentuk hukum perseroan


(corporate type) atau kontrak investasi kolektif (contractual type). Pada bentuk reksadana
perseroan, perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana dengan menjual saham, dan
selanjutnya dari hasil penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang
diperdagangkan di pasar modal maupun pasaruang.

Dalam bentuk reksadana perseroan, perusahaan penerbit reksa dana menghimpun


dana dengan menjual saham dan selanjutnya dari hasil penjualan saham tersebut
diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan dipasar modal maupun di pasar
uang. Bentuk hukum reksa dana menentukan sifat suatu reksa dana yang dapat dilakukan.
Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu reksa
dana tertutup (closed-end investment funds) dan reksa dana terbuka (opened- end investment
fund). Reksadana yang berbentuk perseroan (PT) dapat bersifat tertutup (closed-end) dan
terbuka (opened-end), sedangkan reksa dana yang berbentuk KIK hanya dapat bersifat
terbuka.

Berdasarkan konsentrasi portofolio, reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi
dapat dibedakan beberapa jenis reksadana antara lain reksadana pasar uang, reksadana
pendapatan tetap, reksa dana saham dan reksa dana campuran.

5. Perusahaan Modal Ventura

Perusahaan modal ventura pada awalnya merupakan bagian dari bidang usaha
lembaga pembiayaan sebagaimana diatur dalam Kepres Nomor 61 Tahun 1988 dan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251 Tahun 1988. Namun mengingat usaha modal

19
ventura memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan usaha lembaga pembiayaan
lainnya, maka sejak tahun 1993, kegiatan usaha modal ventura dilakukan secara terpisah dari
bidang usaha pembiayaan. Bersamaan dengan itu untuk memasyarakatkan modal ventura
maka di setiap ibu kota propinsi didirikan perusahaan modal ventura daerah. Selain lebih
memasyarakatkan modal ventura, tujuan yang diharapkan adalah agar sektor usaha terutama
usaha kecil di daerah-daerah dapat lebih dekat dengan sumber-sumber pembiayaan dan
menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu.

Jangka waktu pembiayaan dibatasi maksimal 10 tahun harus sudah dilakukan


tindakan divestasi. Perusahaan modal ventura sebagaimana halnya dengan lembaga keuangan
bukan bank lainnya tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat.
Untuk memberikan fleksibilitas dalam pembiayaan, perusahaan modal ventura di samping
memberikan pembiayaan dalam bentuk ekuitas juga diperkenankan melakukan pembiayaan
dengan pola bagi hasil.

6. Perusahaan Penjamin

Perusahaan penjamin merupakan kegiatan usaha yang relatif baru dalam lingkup
lembaga keuangan bukan bank. Perusahaan penjamin didirikan dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 486/KMK.017/1996 tanggal 30 juli 1996. Fungsi perusahaan penjaminan
dalam proses intermediasi perbankan sampai saat ini dapat dikatakan masih sangat terbatas
dan relatif belum signifikan. Bidang usaha perusahaan penjaminan adalah melakukan
kegiatan dalam bentuk pemberian jasa penjaminan untuk menanggung pembayaran
kewajiban keuangan terjamin, apabila terjamin tidak dapat memenuhi kewajiban
perikatannya kepada penerima jaminan yang timbul dari transaksi kredit, sewa guna usaha,
anjak piutang, pembiayaan konsumen dan pembiayaan dengan pola bagi hasil serta
pembelian barang secara angsuran.
Pihak-pihak yang terkait dalam transaksi penjaminan adalah:
a. terjamin adalah pihak yang memperoleh penjaminan dari perusahaan penjaminan
b. penerima jaminan adalah pihak yang berhak menerima pembayaran dari perusahaan
penjaminan, apabila terjamin tidak dapat memenuhi kewajiban perikatannya
c. perusahaan penjamin adalah badan usaha yang bergerak di bidang keuangan yang
kegiatan usaha pokoknya melakukan usaha penjaminan

20
Sebagai bukti penjaminan yang merupakan bukti persetujuan penjaminan dari
perusahaan penjaminan kepada terjamin. Untuk memperoleh sertifikat penjaminan, calon
terjamin dapat mengajukan permohonan kepada perusahaan penjamin secara langsung atau
dapat melalui penerima jaminan. Mekanisme penjaminan dapat dibedakan sebagai berikut:

a. penjamin langsung yaitu penjaminan yang diberikan kepada terjamin


oleh perusahaan penjamin untuk mendapatkan jaminan atau kebutuhan
pembiayaannya tanpa terlebih dahulu melalui pihak penerima jaminan
(lihat Gambar 2.2)
b. penjaminan tidak langsung yaitu penjaminan yang diberikan kepada
terjamin oleh perusahaan penjamin dengan terlebih dahulu melalui atau
atas permintaan penerima jaminan
Perjanjian penjaminan (Entrustment Contract)
(1)
Perusahaan
Penjaminan Bank
(terjamin) (Penerima Jaminan)
(6)

(2) (3)

Pengusaha (5)
(Terjamin) (4)

Sumber: siamat (2003)

Gambar 2.2
Mekanisme penjaminan langsung

Ketererangan:

(1) Program Kerja Sama Penjaminan Kredit


(2) Pengusaha (terjamin) mengajukan permohonan penjaminan kredit atau pembiayaan
ke perusahaan penjaminan
(3) Perusahaan penjaminan melakukan survei atas kelayakan usaha terjamin. apabila
layak maka perusahaan penjaminan menerbitkan sertifikat penjaminan dan surat

21
pemberitahuan kepada penerima jaminan (bank) tentang syarat-sayarat pemberian
kredit/pembiayaan yang dijamin.
(4) Terjamin mendatangi bank untuk meminta kredit (pembiayaan dengan membawa
sertifikat penjaminan dari perusahaan penjaminan
(5) Bank (penerima jaminan) memproses permohonan kredit (pembiayaan) yang diajukan
terjamin dengan mempertimbangkan sertifikat penjaminan dari perusahaan
penjaminan. Apabila usaha tersebut layak maka kredit/pembiayaan dapat dicairkan
dan terjamin langsung membayar imbal jasa penjaminan
(6) Bank (penerima jaminan) memberitahukan ke perusahaan penjaminan bahwa
pihaknya telah memberikan kredit (atau tidak) dan meneruskan imbal jasa jaminan
yang dibayar terjamin melalui penerima jaminan kepada perusahaan penjaminan.

Perjanjian penjaminan (entrusment contract)


(1)
Perusahaan (4)
Bank
Penjaminan (6)
(penjamin) (penerima jaminan)
( (8)

(2) (3) (7)


(5)
Pengusaha
(terjamin)

Keterangan:

1) Perjanjian kerja Sama Penjaminan Kredit


2) Pengusaha (terjamin) mengajukan permohonan kredit bank
3) Bank meneliti kelengkapan permohonan dan kelayakan usaha pemohon
4) Apabila permohonan tersebut layak, bank meminta konfirmasi dan kesediaan
Perusahaan Penjaminan untuk memberikan jaminan kepada pengusaha

22
5) Perusahaan penjaminan melakukan penelitian terhadap pengusaha (terjamin) dengan
mempertimbangkan keadaan nasabah dan kemampuan keuangan perusahaan
penjaminan sendiri.
6) Perusahaan penjaminan memberitahukan persetujuan/penolakan pemberi jaminan.
7) Setelah menerima konfirmasi persetujuan dari perusahaan penjaminan, bank
memberikan kredit kepada pengusaha (terjamin)
8) Bank mengirimkan nota pemberitahuan kepada penjamin atas kredit yang diberikan
kepada terjamin dan mentransfer imbal jasa penjaminan yang dibayar terjamin
melalui bank.
7. Pegadaian
Pegadaian merupakan lembaga yang menyalurkan pinjaman dengan
pengikatan cara gadai yang telah dikenal sejak pemerintahan Hindia Belanda. Dasar
hukum pegadaian telah beberapa kali mengalami perubahan terakhir dengan peraturan
pemerintah Nomor 10 Tahun 1990 yang sebelumnya berupa perusahaan jawatan.
Tugas pokok Perum pegadaian ini adalah untuk menjembatani kebutuhan dana
masyarakat dengan memberi uang pinjaman berdasarkan hukum gadai. Tugas tersebut
untuk membantu masyarakat agar tidak terjerat dalam praktik lintah darat, ijon,
pelepas uang lainnya (money lender). Perum pegadaian merupakan lembaga satu-
satunya di Indonesia yang diberikan izin memberikan pinjaman kepada masyarakat
berdasarkan hukum gadai

23
BAB III
PENUTUP

1) KESIMPULAN
Lembaga keuangan merupakan lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit, surat-surat berharga, giro,
dan aktiva produktif lainnya. Yang termasuk dalam lembaga keuangan adalah bank dan
lembaga keuangan nonbank (financial institution). Pengertian Formal Lembaga Keuangan
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.792 Tahun 1990 tentang Lembaga Keuangan
"Semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan, melakukan penghimpunan dan
penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan" bank
adalah lembaga perantara keuangan yang menerima deposito dan saluran tersebut deposito ke
dalam kredit kegiatan, baik secara langsung atau melalui pasar modal. Sebuah bank
menghubungkan pelanggan yang memiliki defisit modal dengan pelanggan yang memiliki
surplus modal
Usaha perbankan dimulai dari zaman Babylonia, dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno
dan Romawi. Pada saat itu, kegiatan utama bank hanya sebagai tempat tukar menukar uang.
Selanjutnya, kegiatan bank berkembang menjadi tempat penitipan dan peminjaman uang.
Uang yang disimpan oleh masyarakat. oleh bank dipinjamkan kembali ke masyarakat yang
membutuhkannya. Sementara itu, mengenai sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas
dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang memegang
peranan penting di Hindia Belanda antara lain: De Javasche NV, De Post Paar Bank, De
Algemenevolks Crediet Bank, Nederland Handles Maatscappij (NHM), Nationale Handles
Bank (NHB). dan De Escompto Bank NV. Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik
pribumi, Cina, Jepang, dan Eropa lainnya. Bank-Bank tersebut antara lain: Bank Nasional
Indonesia, Bank Abuah Saudagar, NV Bank Boemi, The Matsui Bank, The Bank of China,
dan Batavia Bank.7
1.Penciptaan Uang, Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat
pembayaran lewat mekanisme pemindah bukuan (kliring). Kemampuan bank umum
menciptakan uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan
7
Perbankan Bank Indonesia. 2016, Statistik Indonesia 2016. Bank Indonesia

24
moneter. Bank sentral dapat mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar
dengan cara mempengaruhi kemampuan bank umum menciptakan uang giral.

2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran Fungsi lain dari bank umum yang
juga sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini
dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa
yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal
adalah kliring. transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas
pembayaran dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan
nyaman, seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik.

3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat.Dana yang paling banyak dihimpun oleh


bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dapat
dipers amakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh lebih
besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dana- dana
simpanan yang berhasil dihimpun akan disalurkan kepada pihak-pihak yang
membutuhkan, utamanya melalui penyaluran kredit.

4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional. Bank umum juga sangat dibutuhkan


untuk memudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi
barang/jasa maupun transaksi modal. Kesulitan-kesulitan transaksi antara dua pihak
yang berbeda negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan
sistem moneter masing-masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam
skala internasional akan memudahkan penyelesaian transaksi-transaksi tersebut.
Dengan adanya bank umum, kepentingan pihak-pihak yang melakukan transaksi
internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat, dan murah.

berdasarkan prinsip syariah.8


Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehati-hatian.
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam
8
Nopirin. 1985. Ekonomi Moneter, BPPE Yogyakarta: edisi 2.

25
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan undang-undang, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum
dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan
operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan
kegiatan operasional yang terbatas. Selanjutnya, dalam kegiatan usahanya dianut dual
bank system, yaitu bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha bank konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah. Sementara prinsip kegiatan BPR dibatasi pada
hanya dapat melakukan kegiatan usaha bank konvensional .

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-


banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan
Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap
kepada masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan
perbankan konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara
lebih luas untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor
perekonomian nasional. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi
berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam
bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan
persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam
bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa
perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan
syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati oleh
seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Dalam sejarah sistem keuangan Indonesia pernah dikenal suatu jenis lembaga
keuangan yang disebut Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Pendirian lembaga
keuangan ini didasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 792/MK/IV/12/70
tanggal 7 Desember 1970 kemudian diubah dan ditambah dengan keputusan Menteri
Keuangan No.38/MK/IV/I/72 tanggal 18 Januari 1972. Lembaga Keuangan Bukan Bank
menurut ketentuan ini adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang keuangan yang
menghimpun dana dengan mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkannya untuk
membiayai investasi perusahaan. LKBB tidak diperbolehkan menerima dana dari masyarakat

26
dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Namun berdasarkan kebijakan PAKTO 27, 1988.
LKBB dapat menerbitkan sertifikat deposito sebagai sumber dana dan dapat mendirikan
kantor-kantor cabang di daerah. Pendirian LKBB ini pada dasarnya dimaksudkan untuk
mendorong pengembangan pasar uang dan pasar modal serta menyalurkan pembiayaan
kepada perusahaan (Siamat, 2001

2) SARAN
Manusia dalam kehidupan sehari hari mebutuhkan bank,dan bank merupakan prasarana
yang penting bagi seluruh masyarakat di Indonesia di manapun kita berada karena di bank kita bisa
melakukan peminjaman uang ,menabung dan sebagai lainnya,oleh karena itu kita bisa melakukan
apa saja di bank.

27
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 1982, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Vol. XV No.12,


Desember. Bank Indonesia

Perbankan Bank Indonesia. 2016, Statistik Indonesia 2016. Bank Indonesia

Bank Indonesia. 2012, Perbankan Syariah di Indonesia, didownload dari


http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/ pada tanggal 19 Maret 2023

Duley G.Luckett. 1984. Uang dan Perbankan, Mc. GrawHill, Perusahaan Buku. New
York: Edisi Ketiga,

Nopirin. 1985. Ekonomi Moneter, BPPE Yogyakarta: edisi 2.

Otoritas Jasa Keuangan. 2015, Statistik Perbankan Indonesia

28
Ritter L.S. & Siller W.L., 1985. Principles of Money Banking, and Financial Markets,
Basic Books, Inc., Publishers, New York: Edisi Ketiga.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan


Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Asuransi
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Undang-undang Nomor
10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

29

Anda mungkin juga menyukai