Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN

SISTEM PERBANKAN, LEMBAGA KEUANGAN DI


INDONESIA, DAN ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA
(API)

DOSEN PENGAMPU:
Amanita Novi Yushita, S.E., M.Si.

DISUSUN OLEH:
Silva nur Listiana (23080130005)
Iffrian Ciptaning Muffia Tejafals (23080130028)
Devina Hakim (2308013031)
Syahda Atha Ridani (23080130184)
Dian Nofita Sari (23080130186)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah
"Sistem Perbankan, Lembaga keuangan, dan Arsitektur Perbankan Indonesia”.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah
bank dan lembaga keuangan yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Selain itu, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat makalah ini menjadi
lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Yogyakarta, 23 Agustus 2023

Tim penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang....................................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 3
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................. 5
A. Lembaga Keuangan ............................................................................................................... 5
B. Sejarah Perkembangan Perbankan .......................................................................................... 5
C. Bentuk Lembaga Keuangan ................................................................................................... 6
D. Klasifikasi Uang .................................................................................................................... 7
E. Syarat, Peran, dan Fungsi Uang .............................................................................................. 7
F. Fungsi Bank........................................................................................................................... 8
G. Lembaga Keuangan sebagai Lembaga Perantara .................................................................. 10
H. Peran Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank ................................................................ 10
I. Pengertian Arsitektur Perbankan Indonesia ........................................................................... 11
J. Enam Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia .......................................................................... 11
K. Tantangan ke Depan oleh Arsitektur Perbankan Indonesia..................................................... 11
L. Program Kegiatan dan Tahap Implementasi Arsitektur Indonesia .......................................... 13
BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, lembaga keuangan dijadikan hal yang krusial karena
memegang peranan pengatur keuangan di Indonesia ini.Bagaimana sejarah Lembaga
keuangan baik bank maupun nonbank memiliki tugas utama yaitu menyediakan
fasilitas jasa-jasa keuangan yang berpengaruh terhadap volume peredaran uang pada
perekonomian Indonesia. Secara umum, lembaga keuangan dapat diklasifikasikan
dalam dua bentuk, yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank.
Sistem perbankan di Indonesia dibedakan berdasarkan fungsinya yang dibagi menjadi
Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum
memiliki kegiatan menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito lalu menyalurkan kembali kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat
berdasarkan peraturan perundang-undangan memiliki kegiatan menghimpun dana,
menerima tabungan dan deposito berjangka, namun tidak menerima jasa giro atau jasa
lainnya dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan jenis lembaga keuangan nonbank
dapat berupa lembaga pembiayaan, perusahaan model ventura, anjak piutang,
perusahaan pembiayaan konsumen, perusahaan kartu kredit, pegadaian, asuransi, dana
pensiun, pasar modal, dan lain-lain.
Perkembangan sistem perbankan menunjukan dinamika dalam perekonomian
Indonesia. Masalah utama yang muncul dalam praktik lembaga keuangan ini adalah
pengaturan sistem keuangan yang berkaitan dengan mekanisme penentuan volume uang
yang beredar dalam perekonomian. Perkembangan perbankan yang semakin dinamis
membuat otoritas moneter berusaha membuat Arsitektur Perbankan Indonesia (API).
Dengan adanya API, diharapkan bank mampu bersaing tidak hanya pada lingkup pasar
domestik tetapi juga pada pasar internasional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu lembaga keuangan?
2. Bagaimana sejarah perkembangan perbankan?
3. Apa saja bentuk-bentuk lembaga keuangan?

3
4. Bagaimana klasifikasi uang?
5. Bagaimana syarat, peran, dan fungsi uang?
6. Apa saja fungsi bank?
7. Apa peran lembaga keuangan sebagai lembaga perantara?
8. Apa peran bank dan lembaga keuangan bukan bank?
9. Apa itu Arsitektur Perbankan Indonesia?
10. Apa saja enam pilar Arsitektur Perbankan Indonesia?
11. Apa saja tantangan yang dihadapi oleh Arsitektur Perbankan Indonesia?
12. Apa saja program Kegiatan Arsitektur Perbankan?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui penjelasan tentang lembaga keuangan.
2. Mengetahui tentang sejarah perkembangan perbankan.
3. Mengetahui bentuk-bentuk lembaga keuangan.
4. Mengetahui apa saja klasifikasi uang.
5. Mengetahui apa saja syarat, peran, dan fungsi uang.
6. Mengetahui fungsi bank.
7. Mengetahui peran lembaga keuangan sebagai lembaga perantara.
8. Mengetahui peran bank dan lembaga keuangan bukan bank.
9. Mengetahui pengertian Arsitektur Perbankan Indonesia.
10. Mengetahui enam pilar Arsitektur Perbankan Indonesia.
11. Mengetahui tantangan yang dihadapi oleh Arsitektur Perbankan Indonesia
12. Mengetahui program kegiatan Arsitektur Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan pada dasarnya adalah lembaga yang menghubungkan antara pihak
yang memerlukan dana dan pihak yang mengalami surplus dana. Berdasarkan peran
tersebut, lembaga keuangan memiliki dua kegiatan utama, yaitu penghimpun dana serta
menanamkan dana dalam bentuk lain dari unit surplus dan penyaluran kepada unit
defisit. Dana ditanam dalam bentuk kredit, surat-surat berharga, giro, serta aktifitas
produk yang lain yang berkaitan dengan lembaga keuangan bank dan non bank.
Sedangkan otoritas dari lembaga keuangan ini memiliki pengertian sebagai suatu
bidang keuangan yang memiliki peranan untuk menarik keluar sejumlah uang lalu
menyalurkan kepada masyarakat. Lembaga ini juga memiliki pengertian sebagai
lembaga yang memfasilitasi produk di bidangnya dan memutar arus uang yang berada
dalam perekonomian suatu tempat. Baik menarik uang masyarakat untuk masyarakat
lain yang lebih pantas atau hanya memfasilitasi penyimpannya saja. Lembaga keuangan
bertujuan untuk mempermudah keuangan masyarakat, juga untuk melakukan relokasi
pendapatan. Dengan tujuan agar dana dapat digunakan untuk keperluan di masa yang
akan datang dengan mudah dan praktis. Lembaga ini juga bermanfaat sebagai penyedia
dari jasa untuk mempermudah transaksi keuangan yang lebih mudah dipahami dan
dilakukan oleh masyarakat. Lembaga ini pun dimanfaatkan untuk pengalihan aset yang
dilakukan dengan meminjam dana dari tabungan masyarakat pihak lain dalam kurun
waktu tertentu.

B. Sejarah Perkembangan Perbankan


Pada awalnya, praktik perbankan pada saat itu terbatas pada tukar-menukar uang.
Lama-kelamaan pratik tersebut berkembang menjadi usaha menerima tabungan,
menitipkan, ataupun meminjamkan uang dengan memungut bunga pinjaman. Pada
zaman Babilonia (kurang lebih tahun 2000 sebelum masehi) pratik perbankan
didominasi dengan transaksi peminjaman emas dan perak pada kalangan perdagang
yang membutuhkan dengan tingkat bunga 20% per bulan.
Era perbankan modern dimulai pada abad ke-16 di Inggris, Belanda, dan Belgia. Pada
saat itu para tukang emas bersedia menerima uang logam (emas dan logam) untuk

5
disimpan. Tanda bukti penyimpanan emas ini ditunjukan dengan surat deposito yang
disebut Goldsmith’s Note. Dalam perkembangan selanjutnya, Goldsmith’s note ini
digunakan sebagai alat pembayaran. Para tukang emas mulai mengeluarkan
Goldsmith’s Note yang tidak didukung dengan cadangan emas atau perak dan diterima
sebagai alat pembayaran yang sah dalam transaksi bisnis. Inilah cikal-bakal munculnya
uang kertas. Pihak-pihak yang terlibat dalam zaman ini adalah konsumen, produsen
serta pedagang, raja-raja serta aparatnya serta organisasi gereja yang membutuhkan
jasa perbankan untuk melancarkan kegiatannya. Lembaga-lembaga keuangan melayani
kebutuhan alat-alat pembayaran untuk mempelancar produksi berupa pinjaman jangka
pendek maupun jangka panjang.
Perkembangan perbankan menunjukan dinamika dalam kehidupan ekonomi. Masalah
utama yang muncul dalam pratik perbankan ini adalah pengaturan sistem keuangan
yang berkaitan dengan mekanisme penentuan volume uang yang beredar dalam
perekomian. Karena memang pratik perbankan memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap volume uang.

C. Bentuk Lembaga Keuangan


Lembaga keuangan dibagi menjadi dua, yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga
keuangan bukan bank (LKBB). Perbedaan kedua bentuk lembaga keuangan tersebut
dapat dikategorikan dalam dua kegiatan yaitu, penghimpunan dana dan penyaluran
dana.
Dalam perhimpunan dana, secara tegas disebutkan bahwa bank dapat menghimpun
dana baik secara langsung berupa simpanan dana masyarakat (tabungan; giro;
deposito), dan secara tidak langsung dari masyarakat (kertas berharga; penyertaan;
pinjaman/kredit dari lembaga lain). Sedangkan lembaga keuangan bukan bank hanya
dapat menghimpun dana secara tidak langsung dari masyarakat (terutama melalui
kertas berharga; dan bisa juga dari penyertaan; pinjaman/kredit dari lembaga lain).
Dalam hal penyaluran dana, bank dapat menyalurkan dana untuk tujuan modal kerja,
investasi, dan konsumsi, sedangkan lembaga keuangan bukan bank terutama untuk
tujuan investasi. Penyaluran dana lembaga keuangan bank kepada badan usaha dan
individu, sedangkan penyaluran dana lembaga keuangan bukan bank terutama kepada
badan usaha saja. Penyaluran dana lembaga keuangan bank untuk jangka pendek,

6
menengah, dan panjang, sedangkan penyaluran dana untuk lembaga keuangan bukan
bank terutama untuk jangka menengah dan panjang.
Lembaga keuangan bank terdiri dari bank konvensional dan bank syariah, yang dimana
bank konvesional dibagi menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR).
Sedangkan bank syariah dibagi menjadi bank umum syariah (BUS) dan bank
pembiayaan/perkreditan rakyat syariah (BPRS). Sementara lembaga keuangan bukan
bank terdiri dari asuransi, leasing (pembiayaan), pegadaian, pasar modal dan reksa dana
serta berbagai usaha yang dijalankan baik itu berdasarkan prinsip konvensional maupun
menggunakan prinsip oprasional syariah.

D. Klasifikasi Uang
Pengertian uang dalam pembahasan lembaga keuangan berbeda-beda, secara teoretis
uang dapat diklasifikasikan dalam 2 golongan utama yaitu dalam pengertian sempit
(narrow money) serta dalam pengertian luas (broad money).
Uang dalam pengertian sempit
Uang dalam pengertian sempit (narrow money) adalah bentuk uang yang dianggap
memiliki likuiditas paling tinggi. Contohnya uang kartal dan uang giral.
Uang dalam pengertian luas (broad money) bisa diartikan dalam 2 kelompok.
Kelompok yang pertama biasa diberi notasi M2 terdiri atas saving deposit (narrow
maney ditambah rekening tabungan) dan time deposit (rekening deposito berjangka)

E. Syarat, Peran, dan Fungsi Uang


1. Syarat Uang
a. Dapat diterima secara umum
b. Memiliki nilai yang stabil
c. Jumlah yang beredar harus mencukupi kebutuhan
d. Mudah dibawa
e. Dapat berpindah-pindah tangan
f. Jumlah terbatas dan tidak mudah dipalsukan
2. Peran Uang
a. alat tukar menukar
b. alat pengukur nilai
c. standar pembayaran masa depan

7
d. alat penimbun kekayaan atau daya beli

3. Fungsi Uang
a. sebagai alat pertukaran barang dan jasa
b. dapat dipandang sebagai kekayaan yang dimiliki seseorang

F. Fungsi Bank
Fungsi utama bank adalah penghimpun dan penyalur dana masyarakat.secara lebih
spesifik bank berfungsi sebagai :
1. Agent of Trust
Lembaga yang didasari kepercayaan,dimana masyarakat akan mau menyimpan
dana dibank apabila dilandasi kepercayaan
2. Agent of Development
Perkembangan perekonomian masyarakat merupakan kemampuan bank untuk
mengajak masyarakat melakukan investasi,konsumsi,distribusi dan jasa dengan
menggunakan media uang.
3. Agent of Service
Lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi,jasa yang
ditawarkan bank erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara
umum. Jasa yang ditawarkan bisa berupa jasa pengiriman uang,penitipan barang
berharga,jaminan bank dan penyelesaian tagihan.

Fungsi lembaga keuangan adalah sebagai perantara keuangan yang menghubungkan


unit surplus dengan unit deficit. Hal ini berarti lembaga keuangan memungkinkan
adanya aliran dana (aliran likuiditas) dari pemberi pinjaman (lender) atau deposan
(depositor) atau unit surplus kepada peminjam (borrower) atau entrepreneur atau
peminjam atau unit deposit. Posisi yang berbeda antara pemberi pinjaman dan
peminjam menyebabkan informasi yang dimiliki masing-masing pihak tidak sama yang
disebut kondisi informasi asimetris (asymmetric information).Informasi asimetris
membuka peluang bagi pihak yang lebi banyak memiliki informasintuk tidak
mengungkapkan informasi tersebut dengan baik. Peluang untuk tidak mengungkapkan
informasi ini menjadi menarik karena tindakan tersebut dapat membawa konsekuensi
moneter yang menguntungkan. Implikasi dari informasi asimetris berupa pilihan untuk

8
menyampaikan informasi tidak secara baik dalam rangka mendapatkan keuntungan
moneter yang disebut moral hazard yang berarti adalah risiko penyampaian informasi
yang tdak sesuai dengan kenyataan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman dengan
tujuan untuk mendapatkan manfaat moneter. Moral hazard ini adalah masalah riil yang
terjadi antara hubungan peminjam dan pemberi pinjaman, yang terbuka peluang
munculnya inefisiensi di pasar uang karena informasi asimetris.Untuk menurunkan atau
meminimumkan dampak negative dari informasi asimetris ini berarti harus dilakukan
dengan tindakan-tindakan tertentu. Permasalahan untuk merumukan tindakan tertentu
agar pihak yang memiliki informasi lebih banyaktidak menyalahgunakan keunggulan
akses informasinya disebut dengan masalah insentif (incentive problem) yang
kemudian menjadi masalah yang harus dipecahkan dalam hubungan peminjam dan
pemberi pinjamanSolusi utama dari informasi asimetris adalah pengawasan
(monitoring) oleh pihak deposan (depositor). Namun demikian pengawasan ini sulit
dilaksanakan secara langsung oleh deposan, sehingga solusinya adalah dengan adanya
delegsi pengawasan atau intermediasi oleh lembaga keuangan. Dengan adanya delegasi
monitoring, diharapkan monitoring dilakukan oleh lembaga atau pihak yang memiliki
kemampuan dan spesialisasi dalam bidang pengawasan, yaitu lembaga
keuangan.Apabila tidak dilakukan pengawasan atau intermediasi ditakutkan ada dua
kemungkinan akan muncul. Dalam kondisi masyarakat yang memungkinkan informasi
sebagai barang pribadi (private), maka kegiatan pengawasan akan dilakukan oleh
semua pihak secara sendiri-sendiri atau terjadi duplikasi pengawasan. Kegiatan
duplikasi pengawasan ini menyebabkan kegiatan pengawasan menjadi sangat mahal
secara individual mauun bagi masyarakat secara keseluruhan. Di sisi lain, dalam
kondisi masyarakat yang memungkinkan informasi sebagai barang public, muncul
kemungkinan tidak ada pengawasan sama sekali. Karena tanpa campur tangan otoritas
moneter, informas hasil pengawasan akan menjadi milik bersama atau informasinya
banyak dinikmati oleh penumpang gelap (free-rider), sehingga individu akan merasa
rugi bila melakukan kegiatan pengawasan. Individu tidak terdorong melakukan
kegiatan pengawasan karena kegiatan pengawasan memerlukan pengorbanan sumber
daya atau biaya, dan di sisi lain yang menikmatinya adalah semua orang, sehingga
individu yang akan melakukan pengawasan akan merasa dirugikan. Kegiatan
pengawasan dalam kondisi demikian, hanya akan efektif bila dilakukan oleh otoritas
moneter, dalam hal ini sama saja dengan delegasi pengawasan. Perlu disadari bahwa
tindakan delegasi pengawasan membtuhkan biaya yang cukup besar untuk mencapai

9
suatu tujuan. Tujuannya adalah mendapatkan rate of return tertentu dari hasil
penyaluran dana. Secara teoritis, permasalahan ini dapat dimodelkan berupa
minimalisasi biaya delegasi pengawasan dan atau maksimisasi tingkat pengemaian
yang diharapkan (expected rate of return) bagi pengusaha (entrepreneur) dengan
kendala tingkat pengembalian tertentu (rate of return) bagi peminjam

G. Lembaga Keuangan sebagai Lembaga Perantara


Bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga perantara keuangan
(financial internediaries) sebagai prasarana pendukung yang amat menunjang
kelancaran perekonomian. Lembaga keuangan pada dasarnya memiliki fungsi
mentransfer dana (loanable funds) dari penabung atau unit surplus kepada peminjam
(borrowers) atau unit defisit. Dana tersebut dialokasikan dengann negosiasi antara
pemilik dana dengan pemakaian melalui pasar uang dan pasar modal. Produk yang
ditransaksikan dapat berupa sekuritas primer (saham,obligasi,promes,dan sebagainya)
serta sekuritas sekunder (giro,tabungan,deposito,polis). Sekuritas sekunder diterbitkan
oleh bank dan lembaga keuangan bukan bank untuk ditawarkan kepada unit surplus.

H. Peran Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank


1. Pengalihan Aset (asset transmutation)
Bank dan lembaga Keuangan bukan Bank memberikan pinjaman kepada pihak
yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah diepakati.
2. Transaksi (transaction)
Bank dan Lembaga Keuangan bukan bank memberikan berbagai kemudahan untuk
melakukan transaksi barang dan jasa.
3. Likuiditas (liquidity)
Lembaga keuangan yang memberikan Fasilitas pengelolaan likuiditas kepada pihak
yang mengalami surplus likuiditas. Di sisi lain, Lembaga Keuangan juga dapat
memberikan fasilitas tambahan likuiditas kepada pihak yang mengalami
kekurangan likuiditas.
4. Efisiensi (efficiency)
Bank dan lebaga keuangan sebagai broker yaitu menemukan peminjam dan
pengguna modal tanpa mengubah produknya.

10
I. Pengertian Arsitektur Perbankan Indonesia
Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar pengembangan sistem
perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh untuk rentang waktu lima sampai
sepuluh tahun ke depan, Arsitektur Perbankan Indonesia juga merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari program restrukturisasi perbankan ataupun white paper
penyehatan perbankan nasional pasca IMF. Kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia
dilandasi oleh visi:
1. Menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien,
2. Menciptakan kestabilan sistem keuangan,
3. Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional

J. Enam Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia


Untuk merealisasikan pencapian visi Arsitektur Perbankan Indonesia tersebut maka
ditetapkan 6 (enam) pilar Arsitektur Perbankan Indonesia. Keenam pilir Arsitektur
Perbankan Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi


kebutuhan masyarakan dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.
2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu
pada standar internasional.
3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi
serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko.
4. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi
internal perbankan nasional.
5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptakan industri
perbankan yang sehat.
6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan

K. Tantangan ke Depan oleh Arsitektur Perbankan Indonesia


1. Pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah

11
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi memerlukan pertumbuhan kredit perbankan
yang cukup besar. Sementara itu, kemampuan permodalan perbankan Indonesia
saat ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut
sulit dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi permodalannya.
2. Struktur perbankan yabg belum optimal
Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh
terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai
75% aset perbankan Indonesia). Demikian pula, dibandingkan dengan negara-
negara lain, kepemilikan pemerintah Indonesia dalam perbankan tampak cukup
tinggi, bahkan tertinggi di kawasan Asia. Hal ini juga merupakan persoalan
tersendiri terhadap struktur perbankan karena dapat menimbulkan konflik
kepentingan yang akan mengganggu efisiensi pasar.
3. Pemenuhan kebutuhan layanan perbankan yang masih kurang
Masih lemahnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan
ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat mengenai
kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga kredit serta masih
banyaknya praktek penyediaan jasa keuangan informal. Kualitas pelayanan tidak
hanya menyangkut manfaat ekonomi dari pelayanan jasa keuangan, tetapi juga
antisipasi terhadap efek samping dari peningkatan peran jasa perbankan, seperti
kejahatan dan penipuan.
4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
Hal ini disebabkan masih terdapatnya beberapa prinsip kehati-hatian yang belum
diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan,
kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, pelaksanaan law
enforcement pengawasan yang belum efektif, dan masih lemahnya pengawasan
terkonsolidasi apalagi secara internasional.
5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah
Kapabilitas perbankan secara umum masih dibawah praktek internasional terbaik,
terutama dalam hal mengantisipasi dan mengelola resiko operasional.
6. Profitabilitas dan efisiensi bank yang tidak mampu bertahan
Faktor dari profitabilitas dan efisiensi yang tidak mampu bertahan ini adalah
lemahnya struktur aset produktif bank-bank, selain itu, sebagian pendapatan
perbankan berasal dari aktivitas perdagangan yang fluktuatif serta rendahnya

12
rasio aset per nasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia
relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain.
7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan
Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang
berpengaruh secara langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita. Oleh
karena itu, menjadi tantangan yang sangat besar bagi perbankan dan Bank
Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama-sama menciptakan standar
yang jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi
informasi produk perbankan. Salah satu perwujudan dari upaya tersebut adalah
munculnya lembaga ombudsman yang mulai ada di masyarakat.
8. Perkembangan teknologi informasi
Perkembangan teknologi informasi menyebabkan makin pesatnya perkembangan
jenis dan kompleksitas produk dan jasa sehingga resiko-resiko yang muncul
menjadi lebih besar dan bervariasi. Dengan adanya teknologi informasi,
persaingan industri perbankan yang cenderung bersifat global juga menyebabkan
persaingan antarbank menjadi semakin ketat, sehingga baik bank nasional
maupun bank berskala lebih kecil juga harus mampu beroperasi dengan lebih
efisien.

L. Program Kegiatan dan Tahap Implementasi Arsitektur Indonesia


1. Program Penguatan struktur perbankan nasional
Penguatan permodalan bank umum (konvensional dan syariah) dijalankan dalam
rangka meningkatkan kemampuan bank dalam mengelola risiko, mengembangkan
teknologi informasi maupun meningkatkan skala usahanya guna mendukung
peningkatkan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan.
2. Program peningkatan kualitas pengaturan perbankan
Peningkatkan efektivitas pengaturan serta pemenuhan standar pengaturan yang
mengacu pada international best pratices adalah hal yang sangat penting. Dapat
dicapai dengan penyempurnaan proses penyusunan kebijakan perbankan serta
penerapan 25 Basel Core Principles For Effective Banking Supervision secara
bertahap dan menyeluruh.
3. Program peningkatan fungsi pengawasan

13
Peningkatan independensi dan efektivitas pengawasan perbankan dicapai dengan
peningkatkan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi antarlembaga
pengawas, pengembangan pengawasan berbasis risiko (risk based supervision
development), peningkatan efetivitas penegakan hukum (enforcement), dan
konsolidasi organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia.
4. Program peningkan kualitas manajemen dan operasional perbankan
Peningkatan good corporate governance (GCG), kualitas manajemen risiko, dan
kemampuan opersional manajemen perlu didukung dengan penetapan standar yang
sesuai untuk meningkatkan kinerja operasional perbankan.
5. Program pengembangan infrastruktur perbankan
Pengembangan sarana pendukung operasional perbankan yang efektif seperti biro
kredit (credit bureau), lembaga pemeringkat kredit domestik, dan pengembangan
skema penjaminan kredit merupakan program penting dalam pengembangan
infrastruktur perbankan akan membantu perbankan dalam meningkatkan kualitas
keputusan kreditnya.
6. Program peningkatan perlindungan nasabah
Pemberdayaan nasabah dilakukan melalui penetapan standar penyusunan
mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi independen,
peningkatan transparansi informasi dan pendidikan mengenai produk perbankan
bagi nasabah.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, kita dapat ambil kesimpulan bahwa lembaga keuangan
pada dasarnya adalah lembaga yang menghubungkan antara pihak yang memerlukan
dana dan pihak yang mengalami surplus dana. Secara umum lembaga keuangan
dibagi menjadi dua, yaitu lembaga keuangan bank dan bukan bank. lembaga
keuangan memberikan pembahasan mengenai pengertian uang yang diklasifikasikan
dalam dua golongan, yaitu dalam pengertian sempit (narrow money) dan dalam
pengertian luas (broad money). Uang sebagai sesuatu yang diterima sebagai alat
pembayaran memiliki syarat, peran, dan fungsi tersendiri. Arsitektur Perbankan
Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar pengembangan sistem perbankan
Indonesia yang bersifat menyeluruh untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun
kedepan. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) memiliki kebijakan yang dilandasi
oleh visi dan pilarnya untuk mencapai visi Arsitektur Perbankan Indonesia (API)
tersebut. Arsitektur Perbankan Indonesia (API) juga memilki banyak tantangan ke
depan, sehingga Arsitektur Perbankan Indonesia (API) memiliki program kegiatan
dan tahap implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

B. Saran
1. Sebaiknya pihak lembaga keuangan baik bank atau bukan bank dapat
memberikan pelayanan yang maksimal kepada nasabah dan masyarakat.
2. Diharapkan pihak lembaga keuangan baik bank atau bukan bank dapat
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang baik dan benar serta sesuai dengan
aturan yang berlaku.
3. Demi memberikan pelayanan yang baik haruslah menjalin hubungan yang baik
dengan nasabah sehingga bisa mendaptkan keuntungan dan memajukan lembaga-
lembaga keuangan tersebut.
4. Pemerintah dan lembaga-lembaga keuangan diharapkan dapat membuat
kebijakan-kebijakan yang dapat menjamin pemasukan negara, baik dan
memajukan perekonomian negara.

15
DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso, T. & Nuritomo. 2017. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 3. Jakarta
Selatan: Salemba Empat.
Wiwoho, J. 2014. Peran lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank dalam
memberikan Distribusi keadilan bagi masyarakat. Masalah-Masalah Hukum.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmh/article/view/9028 (diakses pada 23 Agustus
2023).
Kusumo, H. 2022. Lembaga Keuangan: Pengertian, Jenis, Manfaat, Dan Contoh.
https://komputerisasi-akuntansi-d4.stekom.ac.id/informasi/baca/Lembaga-Keuangan-
Pengertian-Jenis-Manfaat-dan-
Contoh/e0d0275066f31d055d9a000233a9f722a5400b5a#:~:text=1.,bentuk%20lain%2C%20
berupa%20aset%20keuangan (diakses pada 23 Agustus 2023).

16

Anda mungkin juga menyukai