Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

DASAR – DASAR PERBANKAN

“Arsitektur Perbankan Dan Otoritas Moneter Di Indonesia”

Disusun oleh Kelompok 2 :

Hanit Nikmahtul K (16080304003)


Artika Vivi Fitriyanti (16080304015)
Novandhi Setyawan Putra (16080304023)
Cerelia Amanda (16080304039)
Mutiara Dalin (16080304041)
Yohana Rachmawati (16080304059)
Dery Setiawan (16080304077)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas dari dosen mata kuliah Dasar-dasar Perbankan yaitu Ibu Han Tantri, S.Pd,
M.Pd.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Dan harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.

Surabaya, 12 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Arsitektur Perbankan Indonesia ........................................ 3
2.2.Beberapa Alasan Mengenai Pentingnya Keberadaan Arsitektur
Perbankan Indonesia ................................................................................. 4
2.3.Tantangan ke Depan ........................................................................... 6
2.4.Program Kegiatan Arsitektur Perbankan Indonesia ............................ 9
2.5.Tahap-tahap Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia............... 12
BAB III PENUTUP
3.1.Simpulan.............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan perbankan menunjukkan dinamika dalam kehidupan
ekonomi. Sebelum sampai pada praktik-praktik yang terjadi saat ini, ada
banyak permasalahan yang terkait dengan masalah-masalah perbankan ini.
Masalah utama yang muncul dalam praktik perbankan ini adalah pengaturan
sistem keuangan yang berkaitan dengan mekanisme penentuan volume uang
yang beredar dalam perekonomian. Sistem keuangan, yang terdiri dari otoritas
keuangan (financial authorities), sistem perbankan dan sistem lembaga
keuangan bukan bank, pada dasarnya merupakan tatanan dalam perekonomian
suatu negara yang memiliki peran utama dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa
keuangan. Fasilitas jasa tersebut diberikan oleh lembaga-lembaga keuangan,
termasuk pasar uang dan pasar modal.
Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokan dalam dua bentuk
yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Sistem
perbankan di Indonesia dibedakan berdasarkan fungsinya yang terdiri dari Bank
Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum, dapat
menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dalam bentuk simpanan
giro, tabungan dan deposito berjangka, lalu menyalurkan kepada masyarakat
terutama dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Bank umum dalam
kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara itu,
Bank Perkreditan Rakyat, berdasarkan peraturan perundang-undangan, dalam
pelaksanaan kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima tabungan dan
deposito berjangka, namun tidak diperkenankan menerima simpanan giro dan
tidak diperkenankan member jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sedangkan jenis lembaga keuangan bukan bank dapat berupa lembaga
pembiayaan, perusahaan model ventura, perusahaan anjak piutang, perusahaan
pembiayaan konsumen, perusahaan kartu kredit, dana pensiun, pegadaian, pasar
modal dan lain-lain.
Perkembangan perbankan yang semakin dinamis dan kompleks membuat
otoritas moneter berusaha membuat Arsitektur Perbankan Indonesia (API).

1
Dengan adanya API, diharapkan bank nasional mampu bersaing tidak hanya
pada segmen pasar domestik tetapi juga pada pasar Internasional.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Arsitektur Perbankan Indonesia ?
2. Apakah alasan pentingnya keberadaan Arsitektur Perbankan Indonesia ?
3. Bagaimana tantangan ke depan Arsitektur Perbankan Indonesia ?
4. Apa saja program kegiatan Arsitektur Perbankan Indonesia ?
5. Bagaimana tahap-tahap implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Arsitektur Perbankan Indonesia.
2. Untuk mengetahui beberapa alasan mengenai pentingnya keberadaan
Arsitektur Perbankan Indonesia.
3. Untuk mengetahui tantangan ke depan Arsitektur Perbankan Indonesia.
4. Untuk mengetahui program kegiatan Arsitektur Perbankan Indonesia.
5. Untuk mengetahui tahap-tahap implementasi Arsitektur Perbankan
Indonesia.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Arsitektur Perbankan Indonesia


Sejak januari 2004 Bank Indonesia telah memiliki sebuah blueprint
mengenai tatanan indutri perbankan ke depan , yaitu Arsitektur Perbankan
Indonesia (API). Masalah Arsitektur Perbankan Indonesia ini telah menjadi
pokok pembahasan yang menarik dari berbagai pihak yaitu para pakar ini telah
menjadi pokok pembahasan yang menarik dari berbagai pihak yaitu pakar
ekonomi dan perbankan , pakar hukum, praktisi perbankan , dan termasuk
kalangan dewan perwakilan rakyat, disebabkan pentingnya keberadaan strategi
sebagai penentu arah dan bentuk dalam membangun sistem perbankan nasional
yang sehat dan kuat.
Arsitektur Perbankan Indonesia adalah sebuah istilah baru di perbankan
nasional , tetapi sebelum itu telah dikenal beberapa istilah lain yang
mempunyai arti dan tujuan relative sama , yaitu blueprint perbankan , landcape
perbankan , stratifikasi perbankan , atau pemetaan perbankan nasional. Apabila
dibandingkan dengan istilah – istilah tadi, maka istilah Arsitektur Perbankan
Indonesia memang lebih memberi makna dan nuansa yang komprehensif dan
luas mengenai tatanan perbankan yang diinginkan untuk ke masa yang akan
datang.
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa sejak awal tahun 2004 industri
perbankan nasional kita memang telah memiliki arsitektur perbankan Indonesia
yang merupakan suatu cetak biru (blueprint) mengenai arah dan tatanan
perbankan nasional ke masa yang akan datang. Menurut Dr.Agus Sugiarto
dalam tulisannya yang berjudul membangun fundamental perbankan yang kuat
berpendapat bahwa Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan policy direction
dan policy recommendations untuk industri perbankan nasional dalam jangka
panjang, yaitu untuk jangka waktu sepuluh tahun ke depan.
Pendapat di atas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Dr. Burhnuddin
Abdullah dalam bukunya yang berjudul jalan menuju stabilitas: mencapai
pembangunan ekonomi berkelanjutan yang mengatakan bahwa Arsitektur
Perbankan Indonesia (API) adalah memuat policy direction dalam program
pengembangan perbankan untuk mencapai suatu visi dan bentuk indutri

3
perbankan nasional , yakni menghasilkan sistem perbankana yang sehat , kuat
dan efisien yang mampu menciptakan kestabilan sistem keuangan untuk
mendorong pertumbungan ekonomi nasional. Dengan demikian , setiap
kebijakan perbankan dalam kurun waktu 10-15 tahun ke depan tidak terlepas
dari framework.
Selanjutnya ,mengenai apa yang dimaksud dengan Arsitektur Perbankan
Indonesia dikemukakan juga oleh Prof.Dr.Soedrajad Djiwandono dalam
makalahnya yang berjudul “menuju sistem perbankan untuk mendukung
pembangunan” , yang mengatakan bahwa Arsitektur Perbankan Indonesia
adalah kerangka menyeluruh meliputi arah, bentuk , dan tatanan industry
perbankan Indonesia dalam jangka lima sampai sepuluh tahun ke depan , yang
berlandaskan pada visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat , kuat dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

2.2 Beberapa Alasan Mengenai Pentingnya Keberadaan Arsitektur


Perbankan Indonesia
Dengan tujuan untuk memperkuat fundamental industri perbankan di
Indonesia, Bank Indonesia mulai tahun 2004 berusaha menerapkan Arsitektur
Perbankan Indonesia (API). Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu
kerangka dasar pengembangan sistem perbankan Indonesia yang bersifat
menyeluruh untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan.
Arsitektur Perbankan Indonesia diharapkan akan dapat memberikan arah,
bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai
sepuluh tahun ke depan. Kebijakan pengembangan industri perbankan di masa
depan, seperti yang di ungkapkan dalam API, di landasi oleh:
• Menciptakan sistem Perbankan yang sehat,kuat, dan efisien.
• Menciptakan kestabilan sistem keuangan.
• Mendorong Pertumbuhan ekonomi sosial.
Adanya krisis ekonomi di Indonesia mulai pertengahan tahun 1997 telah
menimbulkan kesadaran bahwa API adalah kebutuhan yang mendesak bagi
perbankan Indonesia dalam rangka memperkuat fundamental Industri

4
perbankan. Krisis ekonomi tahun 1997 sebagai puncak dari serangkaian
liberalisasi sektor perbankan sejak tahun 1980-an telah menunjukkan bahwa
industri perbankan nasional belum memiliki kelembagaan perbankan yang
kokoh yang didukung dengan infrastruktur perbankan yang baik. Secara
fundametal, sistem perbankan indonesia masih harus diperkuat untuk dapat
mengatasi gejolak internal maupun eksternal. Fundamental perbankan nasional
yang terbukti belum kokoh merupakan tantangan bukan hanya bagi industri
perbankan secara umum, tetapi juga bagi bank indonesia sebagai otoritas
pengawasnya.
Visi Arsitektur Perbankan Indonesia adalah menciptakan sistem perbankan
yang sehat,kuat,.dan efisien guna mencuptakan kestabilan sistem keuangan
nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Misi Arsitektur Perbankan Indonesia adalah menyediakan sarana edukasi
kepada masyarakat secara menarik dengan memanfaatkan teknologi informasi
yang tepat guna mengenai:
1. Fungsi dan peran Bank Indonesia dari waktu ke waktu
2. Gedung cagar budaya milik Bank Indonesia dan benda-benda koleksi yang
terkait dengan sejarah Bank Indonesia, termasuk pelestariannya
3. Ilmu pengetahuan ekonomi, moneter, dan perbankan yang diperlukan
masyarakat setempat.
Guna mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan di muka,
maka ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu:
1. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi
nasional yang berkesinambungan.
2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan
mengacu pada standar internasional.
3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang
tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko.
4. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat
kondisi internal perbankan nasional.

5
5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya
industri perbankan yang sehat.
6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.
Keenam sasaran yang ingin dicapai API tersebut dituangkan kedalam enam
Pilar yang saling terkait satu sama lain guna menunjang pencapaian visi API.
Enam Pilar API tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

2.3 Tantangan ke Depan


Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus
dilakukan di berbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan-tantangan
yang dihadapi perbankan dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan-
tantangan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam waktu
lima tahun kedepan, diperlukan pertumbuhan kredit perbankan yang cukup
besar. Sementara itu, kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini
mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut
sulit dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi
permodalannya.

6
Selain hambatan dalam hal permodalan bank, penyaluran kredit dalam
banyak hal juga terhambat oleh keengganan sebagian bank untuk
menyalurkan kredit karena kemampuan manejemen risiko dan core banking
skills yang relatif belum baik, dan biaya operasional yang relatif tinggi.
2. Struktur perbankan yang belum optimal
Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh
terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang
menguasai 75% aset perbankan Indonesia). Namun demikian bank-bank
kecil dalam hal ini perlu mendapat perhatian karena selain jumlahnya relatif
banyak, bank-bank kecil tersebut juga memiliki cakupan usaha yang relatif
sama dengan bank-bank besar namun dengan kemampuan operasional,
manejemen resiko, dan curporate governance yang relatif lebih terbatas.
Demikian pula, dibandingkan dengan negara-negara lain, kepemilikan
pemerintah Indonesia dalam perbankan nampak cukup tinggi, bahkan
tertinggi di kawasan Asia. Hal ini juga merupakan persoalan tersendiri
terhadap struktur perbankan karena dapat menimbulkan konflik
kepentingan yang akan mengganggu efisiensi pasar.
3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan
yang dinilai oleh masyarakat masih kurang
Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan
ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat mengenai
kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga kredit serta
masih banyaknya praktek penyediaan jasa keuangan informal. Pandangan
masyarakat semacam ini cukup beralasan, karena walaupun kredit korporasi
dan UKM sudah mulai tumbuh, tingkat penetrasi kredit masih relatif rendah.
Selain itu, meningkatnya kompleksitas jasa dan produk keuangan sebagai
akibat dari globalisasi sektor keuangan sebagai akibat dari globalisasi sektor
keuangan juga memerlukan respon yang memadai dari berbagai pihak yang
terkait. Hal ini semakin penting mengingat masyarakat pengguna jasa
keuangan khususnya perbankan semakin menuntut kualitas pelayanan dan
akses perbankan semakin tinggi.
4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan

7
Pengawasan bank juga merupakan bidang yang memerlukan peningkatan
dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya beberapa
prinsip-prinsip prudensial yang masih belum diterapkan secara baik,
koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM
pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law-enforcement
pengawasan yang belum efektif. Secara keseluruhan, upaya peningkatan
kapabilitas pengawasan ini sejalan dengan usaha Bank Indonesia untuk
menerapkan 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision,
termasuk meningkatkan sarana teknologi pengawasan. Mengingat
pengawasan bank snagat dinamis dan luas cakupannya, maka peningkatan
kualitas pengawasan merupakan upaya yang patut dilaksanakan secara terus
menerus oleh Bank Indonesia maupun oleh lembaga lainnya seperti Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) pada saatnya nanti.
5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah
Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya corporate
governance dan core banking skills pada sebagian besar perbankan sehingga
diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut.
Meskipun kapabilitas beberapa bank besar sudah cukup kuat, namun
kapabilitas perbankan secara umum masih di bawah international best
practices. Demikian pula kemampuan bank dalam merespon meningkatnya
resiko operasional masih perlu perlu terus diperbaiki, terutama
penekanannya pada pentingnya internal control dan kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip prudensial.
6. Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang sustainable
Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yang dicapai oleh perbankan
pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang
sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif
bank-bank. Margin yang diperoleh bank-bank semakin mengecil karena
adanya kecenderungan suku bunga yang menurun. Faktor lain dari tidak
sustainable-nya profitabilitas dan efisiensi adalah karena sebagian
pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta

8
rendahnya rasio asset per nasabah yang membuat biaya operasional
perbankan Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain.
7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan
Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang
berpengaruh secara langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita. Oleh
karena itu, menjadi tantangan yang sangat besar bagi perbankan dan bank
Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama-sama menciptakan
standar-standar yang jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan
nasabah dan transparasi informasi produk perbankan. Di samping itu,
edukasi pada masyarakat mengenai jasa dan produk perbankan perlu segera
diupayakan sehingga masyarakat luas dapat lebih memahami resiko dan
keuntungan yang akan dihadapi dalam menggunakan jasa dan produk
perbankan.
8. Perkembangan Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang dihadapi
oleh perbankan. Perkembangan teknologi informasi (TI) menyebabkan
makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank
sehingga resiko-resiko yang muncul menjadi lebih besar dan bervariasi. Di
smaping itu, persaingan industri perbankan yang cenderung bersifat global
juga menyebabkan persaingan antar bank menjadi semakin ketat sehingga
bank-bank nasional harus mampu beroperasi secara lebih efisien dengan
memanfaatkan teknologi informasi.

2.4 Program Kegiatan Arsitektur Perbankan Indonesia


Guna mewujudkan visi API dan sasaran yang ditetapkan, serta mengacu
kepada tantangan-tantangan yang dihadapi perbankan, maka ke-enam pilar
API sebagaimana diuraikan di depan akan dilaksanakan melalui beberapa
program kegiatan sebagai berikut:
1. Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional
Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum
(konvensional dan syariah) dalam rangka meningkatkan kemampuan bank
mengelola usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi,

9
maupun meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan
kapasitas pertumbuhan kredit perbankan. Implementasi program
penguatan permodalan bank dilaksanakan secara bertahap.
Upaya peningkatan modal bank-bank tersebut dapat dilakukan dengan
membuat business plan yang memuat target waktu, cara dan tahap
pencapaian. Adapun cara pencapaiannya dapat dilakukan melalui:
a. Penambahan modal baru baik dari shareholder
lama maupun investor baru;
b. Merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk mencapai
persyaratan modal minimum baru;
c. Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal;
d. Penerbitan subordinated loan
Dengan demikian dalam waktu sepuluh sampai limabelas tahun ke
depan program peningkatan permodalan tersebut diharapkan akan
mengarah pada terciptanya struktur perbankan yang lebih optimal, yaitu
terdapatnya:
• 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan
kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional
serta memiliki modal di atas Rp50 triliun;
• 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat
luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp10
triliun sampai dengan Rp50 triliun;
• 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen
usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-
masing bank. Bank-bank tersebut memiliki modal antara Rp100 miliar
sampai dengan Rp10 triliun;
• Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha
terbatas yang memiliki modal di bawah Rp100 miliar.
2. Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan
serta memenuhi standar pengaturan yang mengacu pada international
best practices. Program tersebut dapat dicapai dengan penyempurnaan

10
proses penyusunan kebijakan perbankan serta penerapan 25 Basel Core
Principles for Effective Banking Supervision secara bertahap dan
menyeluruh. Dalam jangka waktu lima tahun ke depan diharapkan Bank
Indonesia telah sejajar dengan negara-negara lain dalam penerapan
international best practices termasuk 25 Basel Core Principles for
Effective Banking Supervision. Dari sisi proses penyusunan kebijakan
perbankan diharapkan dalam waktu dua tahun ke depan Bank Indonesia
telah memiliki sistem penyusunan kebijakan perbankan yang efektif yang
telah melibatkan pihak- pihak terkait dalam proses penyusunannya.
3. Program Peningkatan Fungsi Pengawasan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan
efektivitas pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal
ini dicapai dengan peningkatkan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan
koordinasi antar lembaga pengawas, pengembangan pengawasan berbasis
risiko, peningkatkan efektivitas enforcement, dan konsolidasi organisasi
sektor perbankan di Bank Indonesia. Dalam jangka waktu dua tahun ke
depan diharapkan fungsi pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank
Indonesia akan lebih efektif dan sejajar dengan pengawasan yang dilakukan
oleh otoritas pengawas di negara lain.
4. Program peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan good corporate
governance (GCG), kualitas manajemen resiko dan kemampuan
operasional manajemen. Semakin tingginya standar GCG dengan didukung
oleh kemampuan operasional (termasuk manajemen risiko) yang handal
diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional perbankan. Dalam
waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan kondisi internal
perbankan nasional menjadi semakin kuat.
5. Program pengembangan infrastruktur perbankan
Program ini bertujuan untuk mengembangkan sarana pendukung
operasional perbankan yang efektif seperti credit bureau, lembaga
pemeringkat kredit domestik, dan pengembangan skim penjaminan kredit.
Pengembangan credit bureau akan membantu perbankan dalam

11
meningkatkan kualitas keputusan kreditnya. Penggunaan lembaga
pemeringkat kredit dalam publicly-traded debt yang dimiliki bank akan
meningkatkan transparansi dan efektivitas manajemen keuangan
perbankan. Sedangkan pengembangan skim penjaminan kredit akan
meningkatkan akses kredit bagi masyarakat. Dalam waktu tiga tahun ke
depan diharapkan telah tersedia infrastruktur pendukung perbankan yang
mencukupi.
6. Program peningkatan perlindungan nasabah
Program ini bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui
penetapan standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian
lembaga mediasi independen, peningkatan transparansi informasi produk
perbankan dan edukasi bagi nasabah. Dalam waktu dua sampai lima
tahun ke depan diharapkan program-program tersebut dapat meningkatkan
kepercayaan nasabah pada sistem perbankan.

2.5 Tahap-tahap Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia


Pada dasarnya implementasi API di Indonesia seiring dengan
implementasi arsitektur keuangan global yang diprakarsai oleh Bank for
Internasional Settelmenst (BIS). Wacana arsitektur keuangan global mulai
berkembang sejak tahun 1998 yang menginginkan kestabilan keuangan global
yang ditenggarai oleh pelajaran berharga pada masa krisis di kawasan Asia
Tenggara dimasa lalu. Krisis perbankan di Asia Tenggara yang terjadi dimasa
lalu ternyata tidak hanya memusingkan Pemerintah dan Bank Indonesia
sebagai otoritas pengawasan bank dengan fungsi yang diembannya sebagai
lender of last resort tetapi juga turut membuat pusing negara-negara pemberi
pinjaman(kreditor asing) pada masa itu. Oleh karenanya sekali lagi dapat
dipahami mengapa BIS mempublikasikan secara gencar akan pentingnya
perhatian serius terhadap kestabilan keuangan melalui program arsitektur
keuangan global.
Karena sistem perbankan yang sehat dapat dibangun dengan permodalan
yang kuat sehingga akan mendorong kepercayaan nasabah (stakeholder) yang
selanjutnya bank akan mampu memperkuat permodalan melalui pemupukan

12
laba ditahan. Selanjutnya perbankan nasional yang beroperasi secara efisien
akan mampu meningkatkan daya saingnya sehingga tidak hanya jago kandang
yaitu hanya mampu bersaing di sekmen pasar domestik tetapi justru
diharapkan produk dan jasa perbankan yang ditawarkan bank nasional mampu
bersaing di pasar internasional. Oleh karenanya, dalam 10 sampai dengan 15
tahun kedepan, API menginginkan akan terdapat 2 sampai 3 bank dengan skala
bank internasional, 3 sampai 5 bank nasional, 30 sampai 50 bank yang kegiatan
usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu dan BPR serta bank dengan
kegiatan usaha terbatas.
Keenam sasaran yang ingin dicapai API tersebut dituangkan kedalam
enam Pilar yang saling terkait satu sama lain guna menunjang pencapaian visi
API, dapat di impelentasikan melalui beberapa program kegiatan sebagai
berikut :
• Pilar 1 : Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional
a) Memperkuat permodalan bank
i. Meningkatkan persyaratan modal minimum bagi bank umum
(termasuk BPD) menjadi 100 miliyar
ii. Mempertahankan persyaratan modal Rp 3 Triliun untuk pendirian
bank baru sampai dengan 1 januari 2011
b) Memperkuat daya saing BPR dan BPRS
i. Meningkatkan linkage program antara bank umum dan BPR
ii. Mempermudah pembukaan kantor cabang BPR
iii. Memfasilitasi pembentukan fasilitas jasa bersama untuk BPR
c) Meningkatkan akses kredit dan pembiayaan UMKM
i. Memfasilitasi pembentukan skim pinjaman kredit
ii. Mendorong penyaluran kredit untuk sektor tertentu
Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum
(konvensional dan syariah) dalam rangka meningkatkan kemampuan bank
mengelola usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi,
maupun meningkatkan skala usahnya.
• Pilar 2 : Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan
a) Memformalkan proses sindikasi dalam membuat kebijakan perbankan

13
i. Melibatkan pihak III dalam membuat kebijakan perbankan
ii. Membuat panel ahli perbankan
iii. Memfasilitasi lembaga riset perbankan
b) Implementasi secara bertahap 25 Basel Core Principles for Effective
Banking Supervision, guna meningkatkan efektivitas pengaturan serta
memenuhi standar pengaturan serta memenuhi standar pengaturan
yang mengacu pada international best practices
• Pilar 3 : Program Peningkatan Fungsi Pengawasan
a) Meningkatakan koordinasi antar lembaga pegawas secara reguler
b) Melakukan konsilidasi sektor perbankan Bank Indonesia
i. Mengkonsolidasi fungsi pengawasan dan pemeriksaan
ii. Mereorganisasi sektor perbankan BankIndonesia
iii. Membentuk tim enforcement
iv. Membentuk tim khusus pemeriksa spesialis
c) Meningkatkan kompetensi pemeriksaan bank
i. Melakukan sertifikasi pemeriksa bank.
ii. Melakukan attachment pemeriksa Di lembaga pengawas
internasional
d) Meningkatkan efektivitas enforcement
i. Menyempurnakan proses investigasi kejahatan perbankan.
ii. Meningkatkan transparansi pengawasan dan enforcement.
iii. Membentuk internal ombudsman untuk permasalahan pengawasan
iv. Meningkatkan perlindungan hukum bagi pengawas bank
e) Menyempurnakan infrastruktur pendukung pengawasan bank
f) Mengembangkan sistem pengawasan berbasis resiko
g) Mendesain risk-based model untuk pengawasan
• Pilar 4 : Program Peningkatan Kualitas Menajemen dan Oprasional
Perbankan
a) Meningkatkan Good Corporate Governance
i. Menetapkan standar minimum untuk GCG
ii. Mendorong bank -bank untuk go public
b) Meningkatkan manajemen risikio perbankan

14
i. Mempersyaratkan sertifikasi manajer risiko
c) Meningkatkan kemampuan oprasional bank
i. Mendorong bank-bank untuk melakukan sharing penggunaan
fasilitas operasional guna menekan biaya
ii. Memfasilitasi kebutuhan pendidikan dalam rangka peningkatan
operasional bank
• Pilar 5 : Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan
a) Mengembangkan Credit Bureau
i. Melakukan inisiatif pembentukan credit bureau
b) Mengoptimalkan penggunaan Credit Rating Agencies
i. Mempersyaratkan rating bagi obligasi yang diterbitkan oleh bank
c) Meningkatkan peran lembaga fatwa syariah dan lembaga arbitrase
syariah
• Pilar 6 : Program Peningkatan Perlindungan Nasabah
a) Menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah
i. Menetapkan persyaratan minimum mekanisme pengaduan
konsumen
ii. Membentuk lembaga mediasi independen
iii. Memfasilitasi pendirian lembaga mediasi perbankan
b) Menyusun transparasi informasi produk
i. Memfasilitasi penyusunan standar minimum transparansi informasi
produk bank
c) Mempromosikan edukasi untuk nasabah
i. Mendorong bank-bank untuk melakukan edukasi kepada konsumen
mengenai produk - produk finansial

15
BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Arsitektur Perbankan Indonesia adalah kerangka menyeluruh meliputi arah,


bentuk , dan tatanan industry perbankan Indonesia dalam jangka lima sampai
sepuluh tahun ke depan , yang berlandaskan pada visi mencapai suatu sistem
perbankan yang sehat , kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem
keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam pencapaian visi API ditetapkan beberapa sasaran yang dimana sasaran
tersebut dituangkan dalam enam pilar yang saling terkait. Untuk mewujudkan
perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai
bidang. Tantangan-tantangan tersebut adalah Kapasitas pertumbuhan kredit
perbankan yang masih rendah; Struktur perbankan yang belum optimal; Pemenuhan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai oleh masyarakat
masih kurang; Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan; Kapabilitas
perbankan yang masih lemah; Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang
sustainable dan ; Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan;
Perkembangan Teknologi Informasi. Untuk mewujudkan visi API dan sasaran
maka perlu melalui beberapa kegiatan yang menunjang agar terlaksana apa yang
telah ditetapkan. Implementasi API di Indonesia seiring dengan implementasi
arsitektur keuangan global yang diprakarsai oleh Bank for Internasional Settelmenst
(BIS).

16
Daftar Pustaka

Wijaya, Krisna., dan Retnadi, Djoko. 2005. Konsolidasi Perbankan Nasional Dari
Rekapitulasi Menuju Arsitektur Perbankan Indonesia. Jakarta: MPM

Hermansyah, 2005. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Prenada Media


Group

Bank Sentral Republik Indonesia, 2018. Arsitektur Perbankan Indonesia. (Online),


(https://www.bi.go.id/id), diakses 5 September 2018

17

Anda mungkin juga menyukai