Anda di halaman 1dari 16

Lembaga Pembiayaan Non Bank dan Peran OJK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Dagang pada Fakultas Hukum
Universitas Bojonegoro

Dosen Pengampu:

Esri Elies Alamanda, S.H. M.H.

Mata Kuliah:

Hukum Dagang

Disusun Oleh:

Usfi Nurlaili (22742011127/3.01)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BOJONEGORO

TAHUN 2023
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena


berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Lembaga Pembiayaan Non Bank dan Peran OJK”.

Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Esri Elies Alamanda, S.H. M.H. selaku dosen pengampu mata
kuliah Hukum Dagang
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun
materil.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang


belum diketahui. Maka dari itu penulis mohon saran dan kritik dari teman-
teman maupun dosen, demi tercapainya makalah yang sempurna. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bojonegoro, 21 Desember 2023

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................. i

Daftar Isi ............................................................................................ii

Bab I .................................................................................................. 1

Pendahuluan ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah................................................................... 2

Bab II ................................................................................................ 3

Pembahasan...................................................................................... 3

A. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Pembiayaan Non


Bank di Indonesia .......................................................................... 3

B. Peran OJK dalam memerangi Lembaga Pembiayaan Ilegal 7

Bab III ............................................................................................... 9

Penutup ............................................................................................. 9

A. Kesimpulan.............................................................................. 9

B. Saran...................................................................................... 10

Daftar Pustaka ................................................................................ 12

Lampiran ......................................................................................... 13

ii
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) di Indonesia telah mengalami
pertumbuhan pada semester pertama tahun 2022. Sejarah perkembangan
fintech, yang merupakan bagian dari IKNB, menunjukkan bahwa industri
fintech telah berhasil merevolusi cara transaksi keuangan dalam beberapa
tahun belakangan ini. Fintech, singkatan dari kata “financial” dan
“technology” telah mempengaruhi kebiasaan transaksi masyarakat menjadi
lebih praktis dan efektif, serta membantu masyarakat untuk lebih mudah
mendapatkan akses terhadap produk keuangan.

Perkembangan teknologi finansial atau fintech di Indonesia telah


mengalami revolusi dalam beberapa tahun terakhir. Fintech telah
merevolusi cara transaksi keuangan, termasuk pembayaran, investasi,
peminjaman uang, transfer, rencana keuangan, dan pembanding produk
keuangan. Fintech juga dapat mempengaruhi kebiasaan transaksi
masyarakat menjadi lebih praktis dan efektif serta membantu masyarakat
untuk lebih mudah mendapatkan akses terhadap produk keuangan.

Namun, perkembangan fintech juga menimbulkan tantangan terkait


pengawasan dan regulasi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah
mengeluarkan peraturan baru mengenai fintech untuk mengatur dan
mengawasi jenis usaha sektor jasa keuangan yang menggunakan
kemajuan teknologi, terutama tentang layanan pinjam meminjam uang
berbasis teknologi informasi. OJK juga menyiapkan sejumlah regulasi untuk
menjaga stabilitas pengelolaan finansial.

Secara keseluruhan, perkembangan fintech di Indonesia


memberikan manfaat bagi masyarakat dan dunia bisnis, seperti percepatan

1
inklusi keuangan dan kemudahan akses terhadap produk keuangan.
Namun, tantangan terkait pengawasan dan regulasi perlu diperhatikan
untuk menjaga stabilitas pengelolaan finansial.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan lembaga pembiayaan non
bank di Indonesia?
2. Apa saja peran yang dapat dilakukan oleh OJK untuk dapat ikut
memerangi lembaga pembiayaan illegal?

2
Bab II

Pembahasan

A. Sejarah dan Perkembangan Lembaga Pembiayaan Non Bank di


Indonesia
Lembaga pembiayaan non bank di Indonesia telah ada sejak lebih
dari satu abad yang lalu, diawali dengan pendirian Bank Priyai Purwokerto
oleh Raden Aria Wirjaatmadja pada bulan Desember 1895. Bank ini
didirikan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pemerintah daerah di
Purwokerto, Jawa Tengah. Modal awal dikumpulkan dari orang-orang
pribumi dan Eropa di Purwokerto oleh pejabat pemerintah. Seiring dengan
perkembangan zaman, lembaga keuangan non bank semakin berkembang
dan bervariasi jenisnya, seperti lembaga keuangan mikro, pegadaian
syariah, dan lain-lain. Dengan adanya IKNB, penyaluran dana lembaga
keuangan bukan bank tidak hanya kepada badan usaha melainkan juga
kepada individu, dan penyaluran tersebut tidak hanya untuk jangka
menengah dan panjang saja, tetapi juga untuk jangka pendek.

Tokoh penting dalam sejarah lembaga keuangan non bank di


Indonesia adalah Raden Mas Ngabehi Dwidjosewojo. Beliau ikut mendirikan
dan pernah menjadi sekretaris PB Boedi Oetomo, yang merupakan salah
satu lembaga keuangan non bank pertama di Indonesia.

Lembaga pembiayaan non bank di Indonesia mulai berkembang


sejak tahun 1972 dengan pendirian lembaga keuangan bukan bank yang
merupakan bagian dari pengembangan pasar uang dan pasar modal.
Beberapa jenis IKNB yang ada di Indonesia meliputi koperasi simpan
pinjam, perusahaan asuransi, pegadaian, perusahaan model ventura, dan
lain-lain.

3
Pada masa pandemi Covid-19, IKNB mulai mengalami
perkembangan, seperti yang ditunjukkan oleh perkembangan pembiayaan
berdasarkan prinsip ekonomi syariah. Selain itu, IKNB juga mengalami
inovasi dalam layanan keuangan konvensional dan service excellent.

IKNB memiliki peran yang signifikan dalam menyokong


perekonomian Indonesia. Mereka menyediakan pembiayaan konsumen
dan pembiayaan modal usaha, serta memberikan akses keuangan melalui
berbagai layanan.

Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) di Indonesia telah mengalami


perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa aspek
perkembangan yang dapat disorot meliputi:

1. Pergeseran ke Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Ekonomi Syariah:


Terdapat pergeseran penggunaan layanan jasa keuangan
konvensional menuju pembiayaan berdasarkan prinsip ekonomi
syariah, yang mulai dirasakan di Indonesia
2. Inovasi Service Excellent di Tengah Pandemi Covid-19: Industri
Keuangan Non-Bank (IKNB) juga mengalami inovasi dalam layanan
keuangan konvensional dan penerapan service excellent, terutama
di tengah pandemi Covid-19
3. Peran Penting dalam Perekonomian: IKNB memiliki peran yang
signifikan dalam menyokong perekonomian Indonesia. Mereka
menyediakan pembiayaan konsumen, pembiayaan modal usaha, dan
berbagai layanan keuangan lainnya

Dengan adanya perkembangan ini, IKNB terus berperan penting


dalam penghimpunan dana, penerbitan surat berharga, dan penyaluran
dana investasi, serta memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.

4
Lembaga keuangan non bank (LKBB) di Indonesia memiliki
beberapa fungsi penting, antara lain:

1. Menghimpun dana masyarakat


2. Memberikan fasilitas kredit
3. Sebagai perantara bagi perusahaan
4. Mendiversifikasi sumber pembiayaan
5. Mendukung pembangunan ekonomi
6. Menyediakan proteksi finansial
7. Membantu perusahaan memperoleh sumber modal berupa kredit
dari luar dan menjadi penghubung dalam mempertemukan pemilik
modal dengan perusahaan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Industri


Keuangan Non-Bank (IKNB) di Indonesia meliputi:

1. Pertumbuhan Ekonomi: Pertumbuhan ekonomi yang terus


meningkat dapat memengaruhi perkembangan IKNB, karena
pertumbuhan ekonomi yang baik cenderung berdampak positif pada
industri keuangan non-bank
2. Pergeseran ke Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Ekonomi Syariah:
Terdapat pergeseran penggunaan layanan jasa keuangan
konvensional menuju pembiayaan berdasarkan prinsip ekonomi
syariah, yang juga memengaruhi perkembangan IKNB di Indonesia
3. Inovasi Service Excellent di Tengah Pandemi Covid-19: Inovasi dalam
layanan keuangan konvensional dan penerapan service excellent,
terutama di tengah pandemi Covid-19, juga menjadi faktor yang
memengaruhi perkembangan IKNB.

Selain itu, pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam


pengembangan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) di Indonesia.
Beberapa peran pemerintah dalam pengembangan IKNB meliputi:

5
1. Regulasi: Pemerintah memiliki peran dalam mengeluarkan regulasi
dan kebijakan yang mendukung perkembangan IKNB, seperti
peraturan tentang lembaga keuangan non-bank dan pembiayaan
berdasarkan prinsip ekonomi syariah
2. Pengawasan: Pemerintah juga memiliki peran dalam melakukan
pengawasan terhadap lembaga keuangan non-bank, untuk
memastikan bahwa mereka beroperasi sesuai dengan peraturan dan
standar yang ditetapkan
3. Pemberian Insentif: Pemerintah dapat memberikan insentif kepada
lembaga keuangan non-bank, seperti pembebasan pajak atau
subsidi, untuk mendorong perkembangan industri ini
4. Peningkatan Literasi Keuangan: Pemerintah juga memiliki peran
dalam meningkatkan literasi keuangan masyarakat terhadap produk
dan layanan keuangan, termasuk produk dan layanan yang
ditawarkan oleh lembaga keuangan non-bank

IKNB memiliki peran yang signifikan dalam menyokong


perekonomian Indonesia dengan menawarkan berbagai produk dan
layanan keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan individu, bisnis, dan
sektor ekonomi lainnya dan juga membantu meningkatkan akses keuangan
dan mendukung pembangunan infrastruktur negara.

Dengan adanya peran pemerintah yang kuat, diharapkan


perkembangan IKNB di Indonesia dapat terus berjalan dengan baik dan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Faktor-faktor ini secara bersama-sama memengaruhi
perkembangan IKNB di Indonesia, baik dari segi pertumbuhan, inovasi,
maupun pergeseran preferensi pembiayaan.

6
B. Peran OJK dalam memerangi Lembaga Pembiayaan Ilegal
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki peran yang signifikan dalam
memerangi lembaga pembiayaan ilegal di Indonesia. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011, OJK memiliki wewenang dan tugas untuk
mengawasi lembaga jasa keuangan, termasuk lembaga pembiayaan, serta
melawan tawaran investasi ilegal yang merugikan dan meresahkan
masyarakat. OJK juga memiliki wewenang pengaturan, pengawasan,
pemeriksaan, dan penyidikan terhadap lembaga pembiayaan. Tugas pokok
OJK dalam pengawasan sektor keuangan meliputi penyusunan peraturan
pelaksanaan, merumuskan standar, melaksanakan analisis, serta
penegakan hukum untuk memastikan sektor keuangan berjalan sesuai
dengan undang-undang. OJK memperkuat upaya perlindungan konsumen
di bidang sektor jasa keuangan dan melakukan pengawasan serta
penanggulangan investasi ilegal. Melalui sinergi dengan lembaga lain
seperti KPK, OJK juga turut serta dalam upaya pemberantasan korupsi di
sektor jasa keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengawasi berbagai jenis lembaga


pembiayaan ilegal di Indonesia. Menurut situs resmi OJK, lembaga
pembiayaan yang diawasi meliputi perusahaan pembiayaan, lembaga
pembiayaan ekspor, perusahaan pergadaian, lembaga penjamin, dan
perusahaan pembiayaan sekunder.

OJK memberikan sanksi administratif kepada lembaga pembiayaan


ilegal yang melanggar ketentuan yang berlaku. Sanksi-sanksi tersebut
meliputi sanksi peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, dan
pencabutan izin usaha. OJK juga dapat memberikan sanksi berupa sanksi
UU ITE, UU PDP, bahkan KUHAP. Pasal-pasal yang dapat dikenakan pada
lembaga pembiayaan ilegal termasuk Pasal 32 juncto Pasal 48 UU No. 11
Tahun 2008 Juncto UU No. 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. OJK telah memberikan sanksi administrasi kepada 23 lembaga

7
pembiayaan ilegal, yang terdiri dari 21 peringatan sanksi tertulis, satu
pembatasan kegiatan usaha (PKU), dan satu pembekuan. Saat mengajukan
pinjaman, masyarakat pengguna pasti akan diminta data pribadi. Jika tidak
mampu melunasi pinjaman, masyarakat akan masuk dalam Blacklist SLIK
OJK.

Dengan demikian, OJK berperan penting dalam melindungi


masyarakat dari risiko investasi illegal dan memastikan keberlangsungan
sistem keuangan yang sehat di Indonesia.

8
Bab III

Penutup
A. Kesimpulan
Lembaga pembiayaan non bank di Indonesia telah ada sejak lebih
dari satu abad yang lalu, diawali dengan pendirian Bank Priyai Purwokerto
oleh Raden Aria Wirjaatmadja pada bulan Desember 1895. Lembaga
pembiayaan non bank di Indonesia mulai berkembang sejak tahun 1972
dengan pendirian lembaga keuangan bukan bank yang merupakan bagian
dari pengembangan pasar uang dan pasar modal.

Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) di Indonesia telah mengalami


perkembangan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan adanya
perkembangan ini, IKNB terus berperan penting dalam penghimpunan
dana, penerbitan surat berharga, dan penyaluran dana investasi, serta
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia. IKNB memiliki peran yang signifikan dalam menyokong
perekonomian Indonesia dengan menawarkan berbagai produk dan
layanan keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan individu, bisnis, dan
sektor ekonomi lainnya dan juga membantu meningkatkan akses keuangan
dan mendukung pembangunan infrastruktur negara.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki peran yang signifikan dalam


memerangi lembaga pembiayaan ilegal di Indonesia. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011, OJK memiliki wewenang dan tugas untuk
mengawasi lembaga jasa keuangan, termasuk lembaga pembiayaan, serta
melawan tawaran investasi ilegal yang merugikan dan meresahkan
masyarakat. OJK juga memperkuat upaya perlindungan konsumen di
bidang sektor jasa keuangan dan melakukan pengawasan serta
penanggulangan investasi ilegal. Dengan demikian, OJK berperan penting

9
dalam melindungi masyarakat dari praktik pembiayaan ilegal dan investasi
bodong.

B. Saran
Berikut adalah beberapa saran berdasarkan uraian dari informasi
yang telah diberikan:
1. Penguatan Pengawasan OJK: Mendorong Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) untuk terus memperkuat pengawasannya terhadap lembaga
pembiayaan non bank. OJK dapat meningkatkan efektivitasnya
dalam melindungi masyarakat dari praktik ilegal dengan
mengoptimalkan sumber daya dan teknologi yang tersedia.
2. Penyuluhan dan Edukasi Masyarakat: Menggalakkan kampanye
penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat tentang risiko dan
karakteristik investasi ilegal. Hal ini dapat dilakukan melalui program-
program publik, seminar, dan kampanye media sosial untuk
meningkatkan literasi keuangan dan kewaspadaan masyarakat
terhadap tawaran investasi yang mencurigakan.
3. Kerja Sama antara Pemerintah dan Industri: Mendorong kerja sama
antara pemerintah dan industri keuangan non bank untuk
membangun kepercayaan masyarakat. Dengan saling mendukung,
pemerintah dan industri dapat menciptakan lingkungan yang lebih
aman dan terpercaya bagi para pemegang investasi.
4. Inovasi dan Diversifikasi Produk: Mendorong industri keuangan non
bank untuk terus berinovasi dan diversifikasi produk dan layanan
keuangan. Hal ini dapat membantu memenuhi kebutuhan yang
berkembang dari berbagai segmen masyarakat dan sektor ekonomi,
sekaligus memberikan alternatif yang legal dan aman.
5. Pemberdayaan Akses Keuangan: Fokus pada upaya pemberdayaan
akses keuangan bagi masyarakat yang belum memiliki akses
terhadap lembaga keuangan formal. Inisiatif seperti penyediaan

10
layanan perbankan berbasis teknologi (financial technology) dapat
membantu meningkatkan inklusi keuangan di seluruh lapisan
masyarakat.
6. Penguatan Hukum dan Sanksi: Memastikan bahwa sistem hukum
terkait dengan lembaga pembiayaan ilegal terus diperkuat, termasuk
penegakan sanksi yang tegas. Hal ini akan memberikan efek jera
kepada pihak-pihak yang terlibat dalam praktik ilegal dan dapat
menjadi salah satu langkah pencegahan yang efektif.
Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan dapat menciptakan
lingkungan keuangan yang lebih aman, memberdayakan masyarakat, dan
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia.

11
Daftar Pustaka

afpi. (n.d.). Retrieved from afpi.or.id:


https://afpi.or.id/articles/detail/sejarah-perkembangan-fintech-di-
indonesia

Finaka, A. W., & Anggraini, A. D. (2018). indonesiabaik.id. Retrieved from


indonesiabaik.id: https://indonesiabaik.id/infografis/perkembangan-
fintech-di-indonesia

Fuadi, F. (2020). Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank. In F. Fuadi, Bank
dan Lembaga Keuangan Non Bank (pp. 23-24). Indramayu: CV.
Adanu Abimata.

OJK. (n.d.). Retrieved from ojk.go.id:


https://ojk.go.id/id/kanal/iknb/tentang-iknb/Pages/Tugas.aspx

OJK. (n.d.). Retrieved from sikapiuangmu.ojk.go.id:


https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10424

Respati, A. R., & Ika, A. (2022, September 6). kompas.com. Retrieved from
money.kompas.com:
https://money.kompas.com/read/2022/09/06/105253526/ojk-
industri-keuangan-non-bank-iknb-catat-pertumbuhan-di-semester-i-
2022

Sengkey, G. G., Pondang, H., & Korah, R. (2023). Peran dan Fugsi Otoritas
Jasa Keuangan Dalam Mengawasi Pinjaman Online Ilegal di
Indonesia.

Siombo, M. R. (2019). Lembaga Pembiayaan dalam Perspektif Hukum. In


M. R. Siombo, Lembaga Pembiayaan dalam Perspektif Hukum (pp.
17-20). Jakarta: Penerbit Universitas Katolik Atma Jaya.

12
Lampiran

13

Anda mungkin juga menyukai