Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH HUKUM EKONOMI ISLAM

“GAMBARAN UMUM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA”

DOSEN PENGAMPU : DR, TAUFIK, S.H., M.HUM.

DISUSUN OLEH

NAMA : Farkhan Aji Maulana

NPM : 0221058351

KELAS : Pagi D Semester 4

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PEKALONGAN 2023


KATA PENGANTAR

Dengan ini kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Gambaran Umum Perbankan Syariah di Indonesia” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Hukum Ekonomi Islam. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan terkait permasalahan yang akan penulis bahas.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekalongan, 29 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

A. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia.................................................3

B. Kinerja Perbankan Syariah dan Hubungannya dengan Standar Akuntansi


Keuangan............................................................................................................5

C. Bagi Hasil Perbankan Syariah dan Bunga Perbankan Konvensional.................8

BAB III PENUTUP.....................................................................................................14

A. Kesimpulan.......................................................................................................14

B. Saran.................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial
intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya
berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu
dikaitkan dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya
perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan
komoditas, antara lain : 1. Memindahkan uang 2. Menerima dan
membayarkan kembali uang dalam rekening koran 3. Mendiskonto surat
wesel, surat order maupun surat berharga lainnya 4. Membeli dan menjual
surat-surat berharga. 5. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang
6. Memberi jaminan bank.

Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam


memperkenalkan prinsip muamalah islam. Bank islam lahir sebagai solusi
alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba.
Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan
diri dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan lahirnya bank Islam.
Bank Islam lahir di Indonesia sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada
Undangundang No. 7 tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-undang
Perbankan No. 10 tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya
dengan sistem bagi hasil atau bank syariah. Kaitan antara bank dengan uang
dalam suatu unit bisnis adalah penting, namun di dalam pelaksanaannya harus
menghilangkan adanya ketidakadilan, ketidakjujuran dan penghisapan dari
satu pihak ke pihak lain (baik dengan nasabahnya). Kedudukan bank Islam
dalam hubungan dengan para kliennya adalah sebagai mitra investor dan

iv
pedagang, sedang dalam hal bank pada umumnya, hubungannya adalah
sebagai kreditur atau debitur. Sehubungan dengan jalinan investor dan
pedagang tersebut, maka dalam menjalankan pekerjaannya, bank Islam
menggunakan berbagai teknik dan metode investasi seperti kontrak
mudharabah. Di samping itu, bank Islam juga terlibat dalam kontrak
murabahah. Mekanisme perbankan Islam yang berdasarkan prinsip mitra
usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan bunga kepada
para depositor atau pembebanan suatu bunga dari para klien tidak timbul.

Berdasarkan latar belakang tersebut, saya selaku penyusun makalah


tertarik untuk mengkaji lebih dalam persoalan tersebut dan dituangkan dalam
bentuk karya tulis ilmiah yang berjudul “Gambaran Umum Perbankan
Syariah di Indonesia”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan penulis
bahas sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan perbankan syariah di Indonesia?
2. Bagaimana kinerja Perbankan Syariah dalam Standar Akuntansi
Keuangan?
3. Bagaimanakah perbandingan konsep bagi hasil pada perbankan syariah
dan bunga dalam operasional perbankan konvensional

C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak di capai dalam yaitu sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana perkembangan perbankan syariah di Indonesia;


2. Mengetahui bagaimana kinerja perkembangan perbankan syariah dalam
standar akuntansi keuangan;
3. Mengetahui bagaimana perbandingan konsep bagi hasil pada perbankan
syariah dan bunga dalam operasional perbankan konvensional.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia


Di era globalisasi, masyarakat dihadapkan kepada realitas dunia yang
serba cepat dan canggih. Tak terkecuali didalamnya masalah ekonomi dan
keuangan. Produk-produk baru dikembangkan untuk menarik dana dari
masyarakat. Salah satu produk yang telah berkembang pesat di Indonesia
adalah jasa bank yang berbeda dari bank-bank sudah ada sebelumnya, yaitu
bank yang beroperasi berbasis syariah.

Bagi nasabah muslim yang tidak ingin mlanggar ketentuan syariah,


bank syariah tentu memberikan spiritual benefit berupa hasil investasi yang
halal. Selain itu, nasabah dapat merasakan ketentraman batin karena hanya
berinvestasi pada instrumen-instrumen yang tidak memberikan mudharat bagi
masyarakat menuju ekonomi yang relatif lebih sehat dan sejalan dengan nilai-
nilai islam. Namun alangkah baiknya jika spiritual benefit ini dapat pula
didukung oleh functional benefit berupa potensi return yang tidak kalah
dibandingkan bank konvensional sebaagai sarana untuk menabung.

Seperti di uraikan dalam Milad ke-8 Ikatan Ahli Ekonomi Islam


(IAEI), Pengembangan keuangan syariah di Indonesia yang lebih bersifat
market driven dan dorongan bottom up dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat sehingga lebih bertumpu pada sektor riil juga menjadi keunggulan
tersendiri. Berbeda dengan perkembangan keuangan syariah di Iran, Malaysia,
dan Arab Saudi, dimana perkembangan keuangan syariahnya lebih bertumpu
pada sektor keuangan, bukan sektor riil, dan dan peranan pemerintah sangat
dominan.

vi
Selaku regulator, Bank Indonesia memberikan perhatian yang serius
dan bersungguh-sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan
syariah. Semangat ini dilandasi oleh keyakinan bahwa perbankan syariah akan
membawa ‘maslahat’ bagi peningkatan ekonomi dan pemerataan
kesejahteraan masyarakat. Pertama, bank syariah lebih dekat dengan sektor
riil karena produk yang ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa
menggunakan underlying transaksi di sektor riil sehingga dampaknya lebih
nyata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Kedua, tidak terdapat produk-
produk yang bersifat spekulatif (gharar) sehingga mempunyai daya tahan
yang kuat dan teruji ketangguhannya dari direct hit krisis keuangan global.
Secara makro, perbankan syariah dapat memberikan daya dukung terhadap
terciptanya stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional. Ketiga,
sistem bagi hasil (profit-loss sharing) yang menjadi ruh perbankan syariah
akan membawa manfaat yang lebih adil bagi semua pihak, baik bagi pemilik
dana selaku deposan, pengusaha selaku debitur maupun pihak bank selaku
pengelola dana. Menurut statistik Bank Indonesia, perkembangan dan
pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia setiap tahunnya cukup fantastis
dan menggembirakan, tumbuh antara 40-45 persen per tahun. Hal ini
tercermin dari pertumbuhan asset, peningkatan pembiayaan, ekspansi
pelayanan ( jaringan kantor yang semakin meluas menjangkau 33 propinsi di
Indonesia).

B. Kinerja Perbankan Syariah dan Hubungannya dengan Standar


Akuntansi Keuangan
Proses akuntansi sangat diperlukan baik bagi pihak internal dan
eksternal. Pihak internal disini yaitu pihak karyawan terutama pihak
manjemen dalam pengambilam keputusan, sedangkan bagi pihak eksternal
disini yaitu pihak kreditor dan nasabah agar berminat menanamkan dananya.
Dengan itu perlu digunakan suatu standar supaya proses akuntansi ini bisa

vii
benar, relevan, dipercaya, dipahami, serta dapat dibandingkan, begitu pula
dengan Bank syariah. Suatu standar akuntansi keuangan pada Bank syariah
biasa disebut standar akuntansi keuangan syariah. Dalam transaksi murabahah
maka Bank syariah mengacu pada standar akuntansi keuangan murabahah,
dimana didalamnya mengatur pengakuan, penyajian, pengungkapan, dan
pengukuran. Dengan dibentuknya suatu standar maka pihak bank memiliki
suatu acuan yang pasti. Untuk itu perlu pemahaman yang lebih dalam standar
akuntansi keuangan syariah supaya transaksi-transaksi yang terjadi pada Bank
syariah tidak menyimpang dari aturan yang telah ditentukan.

Salah satu transaksi yang ada pada bank syariah adalah transaksi
murabahah, dimana pada tahun 2007 telah diatur dalam PSAK No 102.
Menurut Pedoman Syariah Indonesia (2008), adalah: “PSAK N0 102 berlaku
secara prospektifuntuk transaksi murabahah yang terjadi setelah tanggal
efektif. Untuk meningkatkan daya banding laporan keuangan maka entitas
dianjurkan menerapkan pernyataan ini secara restrospektif. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa transaksi murabahah tidak terlepas dari PSAK No 102
tentang transaksi murabahah.

Dalam membukukan transaksi keuangan maka diperlukan suatu


pedoman atau landasan, akuntansi memilki buku pedoman yang disebut
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi keuangan), untuk itu BI yang dibantu
sepenuhnya oleh IAI menerbitkan PSAK 59 tentang bank syariah. Pada
tanggal 1 Mei 2002 secara resmi dewan standar akuntansi keuangan telah
mengeluarkan PSAK no 59 yang terdiri dari: (1) Kerangka dasar penyusunan
dan penyajian laporan keuangan bank syari’ah (2) Peryataan standar akuntansi
keuangan (PSAK ) akuntansi keuangan syari’ah, namun pada tahun 2007
ketua KAS DSAK, M Yusuf Wibisana di sela seminar Masyarakat Ekonomi
Syariah (MES) tentang Dampak Penerbitan PSAK dalam Transaksi Keuangan
Syariah, menebitkan 6 PSAK bagi lembaga keuangan syariah. Keenam PSAK

viii
itu adalah PSAK No 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah, PSAK
No 102 tentang akuntansi Murabahah (Jual beli), PSAK No 103 tentang
Akuntansi Salam, PSAK No 104 tentang Akuntansi Isthisna, PSAK No 105
tentang Akuntansi Mudarabah (Bagi hasil), dan PSAK No 106 tentang
Akuntansi Musyarakah (Kemitraan). Salah satu standar akuntansi keuangan
syariah adalah PSAK 102 tentang pembiayaan murabahah, dalam PSAK 102
(2006), tujuan PSAK 102 adalah: “Untuk mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi murabahah.”

Pembiayaan murabahah merupakan produk pembiayaan yang paling


banyak digunakan dalam kegiatan bank syariah. Dalam PSAK 102 (2008),
transaksi murabahah adalah: “Menjual barang dengan harga jual sebesar
harga perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus
mengungkapkan harga perolehan barang tersebut kepada pembeli”.

Untuk melakukan transaksi murabahah perbankan syariah memeliki


pedoman dalam hal pencatatan, yaitu rukun dan syarat dalam pencatatan
transaksi. Rukun dan syarat transaksi murabahah itu meliputi Pihak yang
berakad, objek yang diakadkan, adanya akad.

Dengan adanya standar akuntansi tentang Bank Syariah maka bank


syariah memiliki pedoman dalam proses transaksi keuangan serta memilki
suatu acuan yang pasti dalam proses transaksi murabahah. Peranan standar
Akuntansi Syariah dalam transaksi keuangan adalah untuk membukukan
transaksi murabahah, terlebih dahulu harus diketahui perlakuan akuntansi
sebagaimana diatur dalam PSAK No 59 tentang Akuntansi Bank Syariah.
Dapat disimpulkan bahwa setiap transaksi murabahah harus mengacu pada
PSAK, dalam PSAK No 102 tentang pembiyaan murabahah, dijelaskan
bahwa PSAK No 102 menggantikan PSAK NO 59: Akuntansi Perbankan

ix
Syariah, yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan murabahah.

Secara umum, perbedaan antara bank konvesional dan bank syariah


secara umum diuraikan sebagai berikut :

x
Bank Syariah Bank Konvensional
Fungsi dan Intermediasi, jasa Intermediasi, Manager
kegiatan bank keuangan Investasi, Investor, Sosial,
Jasa keuangan
Mekanisme dan Anti riba Riba
Objek Usaha
Prinsip dasar - Bebas nilai (prinsip - Tidak bebas nilai (prinsip
Operasi materialis) syariah Islam)
- Uang sebagai komoditi - Uang sebagai alat tukar
- Bunga dan komoditi
- Bagi hasil, jual beli, sewa
Prioritas Kepentingan pribadi Kepentingan public
Pelayanan
Orientasi Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi
Islam, Keuntungan
Bentuk Bank Komersial Bank Komersial, bank
pembangunan, bank
universal atau multi-
purpose
Evaluasi Kepastian pengembalian Lebih hati-hati karena
Nasabah pokok dan bunga partisipasi dalam resiko
(creditworthiness dan
collateral)
Hubungan Terbatas debitor-kreditor Erat sebagai mitra usaha
Nasabah
Sumber Pasar Uang, Bank Sentral Pasar Uang Syariah, Bank
likuiditas jangka Sentral
pendek
Pinjaman yang Komersial dan Komersial dan
diberikan nonkomersial, berorientasi nonkomersial, berorientasi
laba laba dan nirlaba
Lembaga Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan
penyelesaian Arbitrase Syariah Nasional
sengketa
- Risiko bank tidak terikat - Dihadapi bersama antara
langsung dengan debitur, bank dan nasabah dengan
risiko debitur tidak terikat prinsip keadilan dan
langsung dengan bank kejujuran
- Kemungkinan terjadi
negative spread

- Tidak mungkin terjadi


negative spread
Struktur Dewan Komisaris Dewan Komisaris, Dewan
organisasi Pengawas Syariah, Dewan xi
perusahaan Syariah Nasional
Investasi Halal atau Haram Halal
C. Bagi Hasil Perbankan Syariah dan Bunga Perbankan Konvensional
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit
sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba.
Secara definitif profit sharing diartikan : “Distribusi beberapa bagian dari laba
pada para pegawai dari suatu perusahaan”. Lebih lanjut dikatakan bahwa hal
itu dapat berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada laba
yang diperoleh pada tahun – tahun sebelumnya, atau dapat berbentuk
pembayaran mingguan atau bulanan, sedangkan bagi hasil pada sistem
pengelolaan dana dapat diartikan sebagai perhitungan bagi hasil atas dasar
laba dan rugi bulanan (dengan sistem revenue sharing).
Sistem revenue sharing adalah suatu sistem bagi hasil yang didasarkan
kepada tingkat pendapatan usaha. Sedangkan sistem profit sharing adalah
suatu sistem bagi hasil yang didasarkan kepada tingkat laba usaha. Secara
umum, prinsip bagi hasil dalam Perbankan Syariah dapat dilakukan dalam 4
(empat) akad utama, yaitu : al–musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah dan
al–musaqah. Namun dengan demikian prinsip yang paling banyak dipakai
adalah al–musyarakah dan al-mudharabah, sedangkan al-muzara’ah dan al–
musaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing (pembiayaan
pertanian) oleh beberapa Bank Syariah.

xii
Kemudian bagaimanakah konsep bunga dalam Perbankan
Konvensional? Operasional pada Perbankan Konvensional sebagian besar
ditentukan oleh kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat melalui
pelayanan dan bunga yang menarik, nasabah penyimpan dana akan memilih
bank yang memiliki penawaran paling tinggi pada tingkat bunga simpanannya
dan memberikan berbagai jenis hadiah. Pada sisi penyaluran dana tingkat
bunga simpanan itu ditambah dengan persentase tertentu untuk pembiayaan
yang terdiri dari : Biaya operasional, cadangan kredit macet, cadangan wajib,
dan profit margin, yang dibebankan kepada nasabah peminjam dana. Yang
kemudian digunakan membayar bunga simpanan dan pembiayaan bagi bank,
sebagai imbal jasa yang dibayarkan kepada pihak bank.
Terdapat beberapa pembagian Bunga pinjaman pada bank – bank
konvensional diantara adalah sebagai berikut :
1. Bunga tetap (fixed interest)
Suku bunga ini akan berubah selama periode tertentu sesuai kesepakatan.
Jika suku bunga pasar berubah (naik atau turun), bank atau lembaga
pembiayaan akan tetap konsisten pada suku bunga yang telah ditetapkan.
2. Bunga mengambang (floating interest)
Suku bunga akan mengikuti naik-turunnya suku bunga pasar. Jika suku
bunga pasar naik, maka bunga kredit pun akan ikut naik. Demikian pula
sebaliknya. Sistem ini diterapkan pada KPR, kredit Pinjaman Modal kerja,
usaha, dan investasi.
3. Bunga flat (flat interest)
Pada sistem ini, jumlah pembayaran utang pokok dan bunga kredit
besarnya sama tiap bulan. Bunga ini diperuntukkan kredit jangka pendek
seperti kredit kendaraan dan KTA.
4. Bunga efektif (effective interest)
Perhitungan beban bunga dihitung setiap akhir periode pembayaran

xiii
angsuran berdasarkan saldo pokok. Jadi, beban bunga akan semakin
menurun setiap bulan karena pokok utang jadi berkurang.
5. Bunga anuitas (anuity interest)
Dalam perhitungan anuitas, porsi bunga pada masa awal sangat besar,
sedangkan porsi angsuran pokok sangat kecil. Namun, mendekati akhir
masa kredit, keadaan akan berbalik

Dari beberapa uraian diatas dapat kita lihat perbedaan yang jelas
dalam sistem bagi hasil dan bunga pada sistem pengelolaan dana, konsep dan
sistem bagi hasil (nisbah) yang dapat dilihat dalam sistem pengelolaan dana
disini berkaiatan dengan kegitan perekonomian perbankan syariah yang bagi
hasil didalamnya berdasarkan sistem revenue sharing yaitu bagi hasil yang
didasarkan pada tingkat pendapatan atau laba rugi bulanan suatu usaha.

Kemudian apakah bunga pada sistem pengelolaan dana konvensional


adalah riba’’? terdapat beberapa pendapat dalam masalah ini, para intelektual
dan ulama modernis mempunyai pendapat yang berbeda-beda, tergantung dari
sudut pandang mereka, ada segolongan dari mereka yang mengharamkannya
karena bunga bank tersebut dipandang sebagai riba’, tetapi segolongan
lainnya menghalalkannya.

Kubu pertama (yang mengharamkan bunga bank), tersebutlah


Mahmud Abu Saud (Mantan Penasehat Bank Pakistan), berpendapat bahwa
segala bentuk rente (bank) yang terkenal dalam sistem perekonomian seka-
rang ini adalah riba’, lalu kita juga mendengar pendapat Muhammad Abu
Zahrah, Guru Besar Hukum Islam pada Fakultas Hukum Universitas Cairo
yang memandang bahwa riba’ Nasi’ah sudah jelas keharamannya dalam Al -
Qur’an. Buya Hamka secara sederhana memberikan batasan bahwa arti riba’
adalah tambahan. Maka, apakah ia tambahan lipat-ganda, atau tambahan 10

xiv
menjadi 11, atau tambahan 6% atau tambahan 10%, dan sebagainya, tentulah
terhitung riba’ juga.

Kubu kedua (yang menghalalkan bunga bank), adalah berasal dari


kalangan intelektual dan ulama modernis. Mereka memandang bahwa bunga
bank yang berlaku sekarang ini dalam batas-batas yang wajar, tidaklah dapat
dipandang haram. A. Hasan, salah seorang pemuka Persatuan Islam (Persis),
yang mengemukakan bahwa, menurut beliau, riba’ yang sedikit dan yang
tidak membawa kepada berganda, maka itu boleh. Ia menambahkan bahwa
riba’ yang tidak haram adalah riba’ yang tidak mahal (besar) dan yang berupa
pinjaman untuk tujuan berdagang, bertani, berusaha, pertukangan dan
sebagainya, yakni yang bersifat produktif. Drs. Syarbini Harahap berpendapat
bahwa bunga konsumtif yang dipungut oleh bank tidaklah sama dengan riba’,
karena, menurutnya, di sana tidak terdapat unsur penganiayaan, adapun jika
bunga konsumtif itu dipungut oleh lintah darat, maka ia dapat dipandang
sebagai riba’, sebab praktek tersebut, memberikan kemungkinan adanya
penganiayaan dan unsur pemerasan antar sesama warga masyarakat, meng-
ingat bahwa lintah darat hanya mengejar keuntungan untuk dirinya sendiri,
adapun jika bunga tersebut dipungut dari orang yang meminjam untuk tujuan-
tujuan yang produktif seperti untuk perniagaan, asalkan saja tidak ada dalam
teknis pemungutan tersebut unsur paksaan atau pemerasan, maka tidaklah
salah dan tidak ada keharaman padanya.

xv
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah kita pelajari lebih mendalam dari pengertian, peranan dan
perkembangan bank syariah din Indonesia dapat di simpulkan bahwa masa
depan perbankan syariah Indonesia sangat cerah. Hal ini terlihat dari
semakin bertambahnya jumlah (unit) perbankan syariah dari tahun ke
tahun.Perbankan syariah dapat di kembagkan debagai salah salah satu sistem
perbankan alternatif selain sistem perbankan yang umum (konvensional).
Jika dibandingkan dengan jumlah nasabah dan simpanan dari perbankan
yang umum (konvensional) cenderung tidak meningkat (stagnan), maka
masih sangat terbuka kemungkinan perbangkan syariah untuk mendapatkan
kenaikan jumlah nasabah maupun simpanan mereka.Aturan yang berlaku
dalam perbankan syariah adalah adanya sistem bagi hasil yang tidak seberat
jika kita mengikuti aturan dalam perbankan umum (komvensional yang
sering memberatkan kalangan pengusaha.Perbangkan syariah menawarkan
berbagai produk baik tabungan maupun yang lainnya. Sehingga harapan dari
kalangan usaha kecil dan menengah untuk memperoleh modal untuk
memajukan usaha mereka bisa terlaksana dengan baik. Perbangkan syariah
tidak memberikan pinjaman untuk kegiatan haram dan spekulasi..

xvi
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan. Sebagai manusia,
kami pun tak luput dari kesalahan dan tentunya masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Tapi, semoga saja yang kita pelajari ini bermanfaat, dengan
harapan bisa menambah Pengetahuan dan Keilmuan bagi kita semua. Kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk menjadi koreksi
kedepan.

xvii
xviii
DAFTAR PUSTAKA

Setia Budhi Wilardjo, Pengertian, Peranan dan Perkembangan Bank Syariah Di


INDONESIA VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004- Maret 2005
http://jurnal.unimus.ac.id

Mudrajad Kuncoro dan Suharjono, 2002, Manajemen Perbankan : Teori dan Aplikasi,
Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE

Muhamad, 2000, Lembaga Keuangan Umat Kontemporer, Yogyakarta : UII Press


Azwar Karim Adiwarman. Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan. Rajawali Pers.
Jakarta.2013.

Apriyanti, H. W. (2018, february). perkembangan industri perbankan syariah di


indonesia. 8(1), 16-23.

Agus Marimin, A. H. (2015, juli). Perkembangan Bank Syariah di Indonesia. ilmiah


ekonomi islam, 1(2), 75-87.

Frianto Pandia, Elly Santi Ompusunggu, Achmad Abror. Lembaga Keuangan. Rineka
Cipta, Jakarta 2005

Fasa, M. I. (2013, desember). Tantangan dan strategi perkembangan perbankan


syariah di indonesia. ekonomi islam, 2(1), 19-40.

Machmud Amir & Rukmana. 2010. Bank Syariah, Jakarta. Erlangga

Ponpes Al Hasanah Bengkulu. Mengenal Pengertian Syariat Islam. Diakses 26


April 2023, dari https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/mengenal-
pengertian-syariat-islam/

Rusydiana, A. S. (2016, oktober). analisis masalah pengembangan perbankan syariah


di indonesia. bisnis dan manajemen, 6(2), 237-246.

xix
Syariat (Def.1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses 26
April 2023, melalui https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/syariat

Wilardjo, S. B. (2005, maret). pengertian,peranan dan perkembangan bank syariah di


indonesia. 2(1), 1-10.

xx

Anda mungkin juga menyukai