Anda di halaman 1dari 24

SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH

Oleh:
Nada Puspita (2022613060022)
Rina Zahara (2022613060033)

Dosen Pengampu :

Haris Al Amin, S.E.I.,MA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH


JURUSAN TATA NIAGA
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2023/2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil'alamin, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Yang berjudul “Sistem
Pembiayaan Bank Syariah”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Buket rata, 13 September 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... I

KATA PENGANTAR ............................................................................................ II

DAFTAR ISI .........................................................................................................1II

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3

2.1 Lembaga Keuangan di Indonesia ................................................................3

2.2 Pengertian Pembiayaan ... ..........................................................................4

2.3 Jenis dan sistem pembiayaan ...................................................................... 6

2.4 Akad produk jasa Bank Syariah ............................................................... 16

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 20

3.1 SIMPULAN ..............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial


intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya
berkaitan dengan masalah uang. Bank menyalurkan dana dari pihak kelebihan
dana (surplus unit) terhadap pihak yang kekurangan dana (defisit unit). Pihak-
pihak surplus dana terschut meliputi 3 pihak yaitu dana pihak pertama, yang
dimana berasal dari pemodal dan pemilik saham, dana pihak kedua yang berasal
dari pinjaman baik dari lembaga keuangan maupun non keuangan. Dana pihak
ketiga adalah dana yang berasal dari simpanan, tabungan dan deposito termasuk
aktivitas ekonomi yang sangat cepat berkembang. Wilardjo, 2005)
Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia khususnya perbankan syariah
mulai berkembang dengan pesat sejak tahun 1999 yaitu setelah berlakunya
Undang undang nomor 10 tahun 1998) yang merupakan penyempurnaan dari
Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. Dengan berkembangnya
perbankan syariah di Indonesia tersebut mendorong perkembangan Lembaga
Keuangan Syariah lainnya seperti antara lain Asuransi Syariah, Lembaga
Pembiayaan Syariah, Pegadaian Syariah, Koperasi Syariah dan juga Lembaga
Keuangan Mikro Syarah yang sering disebut dengan Baitul Maal wat Tamwil
(BMT) yaitu lembaga keuangan mikro yang berbadan hukum Koperasi Syariah
atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). (wiroso, 2011)
Perkembangan bank syariah juga didorong oleh mayoritas penduduk
muslim di Indonesia yang mencapai 80%. Besarnya jumlah penduduk muslim di
Indonesia merupakan peluang pertumbuhanbank syariah. Umumnya masyarakat
muslim memiliki keinginan untuk menjalankan kegiatan perbankan sesuai dengan
norma ekonomi Islam dan berlandaskan al-Quran dan Hadist. Atas dasar
keinginan inilah bank umum syariah menjadi pilihan bagi masyarakat untuk
menjalankan kegiatan perbankan sesuai dengan norma ekonomi Islam.
Pembiayaan merupakan aktivitas yang sangat penting karena dengan
pembiayaan akan diperoleh sumber pendapatan utama dan menjadi penunjang
kelangsungan usaha bank. Sebaliknya, bila pengelolaannya tidak baik akan
menimbulkan permasalahan dan berhentinya usaha bank. Berkaitan dengan hal
tesebut. Penulis ingin mengembangkan lebih lanjut tentang Sistem Pembiayaan di
Bank Syariah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan latar belakang masalah diatas, maka penulis


merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
2. Apa itu pembiayaan.
3. Bagaimana sistem pembiayaan dalam Bank Syariah.
4. Apa jenis-jenis pembiayaan yang di terapkan Bank Syariah.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu selain sebagai salah satu tugas
mata kuliah Perbangkan Syariah, penulis berharap dengan makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan pembaca mengenai sistem pembiayaan di Bank
Syariah.

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lembaga Keuangan di Indonesia


Keberadaan bank dalam kehidupan masyarakat saat ini, mempunyai peran
yang penting. Karena, lembaga perbankan khususnya bank umum, merupakan inti
sari dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang
menjadi tempat bagi perusahaan, lembaga pemerintah, swasta maupun perorangan
menyimpan dananya, melalui kegiatan perkreditan dari berbagai jasa yang
diberikan. Bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan
mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.
Perkembangan kegiatan perbankan saat ini tidak hanya didominasi oleh
bankbank konvensional yang sudah lebih dulu ada dan eksis di Indonesia, bank
dalam sektor syariah pun saat ini sudah mulai berkembang dan mulai diterima di
masyarakat. Perbankan Syariah seperti halnya perbankan pada umumnya
merupakan lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution)
lembaga yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk kredit atau pembiayaan. Dengan munculnya Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan), maka bank syariah diakui
keberadaannya dalam sistem perbankan di Indonesia. Kaitannya dengan
Perbankan Syariah, undang-undang ini lebih memberikan kesempatan bagi
perkembangan perbankan syariah di Indonesia, karena undang-undang inilah yang
secara tegas membedakan bank berdasarkan prinsip konvensional dan bank
berdasarkan prinsip syariah.
Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam
maksudnya adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti ketentuan-
ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah
secara Islam. Dalam tata cara bermualat itu dijauhi praktik-praktik yang
dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba, untuk diisi dengan kegiatan-
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan atau praktik-
praktik usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah atau bntuk-bentuk usaha yang
telah ada sebelumnya, tetapi tidak dilarang oleh beliau.
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi
dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Seringkali
nasabah berani melanggar kesepakatan/ perjanjian yang telah dilakukan bila
hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila
perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.
Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku
transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal-
hal berikut.
1. Rukun
Seperti:
-penjual,
-pembeli,
-barang,
-akad/ijab-qabul.
-harga,
Seperti syarat berikut.
1) Barang dan jasa harus halal sehngga transaksi atas barang dan jasa yang
haram menjadi batal demi hukum syariah.
2) Harga barang dan jasa harus jelas. Tempat penyerahan (delivery) harus
jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi.
3) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan Tidak
boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti yang
terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.(Antonio, 200)

2.2 Pengertian Pembiayaan


Pembiayaan adalah penyediaan dana berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan dana atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.

4
Hal tersebut selaras dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1992, yang
mendefinisikan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian hasil.
Menurut Kasmir, S.E, MM, Pembiayaan Adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan terhadap bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut dalam waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil
Berdasarkan prinsip syariah pembiayaan adalah kegiatan yang berupa
penyediaan uang dan barang dari pihak bank kepada nasabah sesuai kesepakatan
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil, yang didasari prinsip syariah yaitu
prinsip mudharabah, musyarakah, murabahah dan ijarah.
Menurut sifat penggunaannya,pembiayaan dapat dibagi menjadi dua :
1. Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi atau untuk peningkatan usaha,baik usaha produksi,perdagangan
maupun investasi.
2. Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi,yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut Keperluannya,pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua :


1. Pembiayaan modal kerja (pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan).
2. Pembiayaan investasi(untuk memenuhi kebutuhan barang barang modal
serta fasilitas )

5
a) Unsur Pembiayaan
Adapun unsur-unsur dalam pembiayaan, yaitu :
1. Adanya dua belah pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul maal) dan
penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan pemberi pembiayaan dan
penerima pembiayaan merupakan hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan saling tolong
menolong.
2. Adanya kepercayaan shahibul maal kepada mudharib yang didasarkan
atas prestasi yaitu potensi mudharib.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul maal dengan
pihak lainnya yang berjanji membeayar dari mudharib kepada shahibul
maal.

b) Tujuan Pembiayaan
Tujuan pemberian suatu pembiayaan sebagai berikut:
1. Mencari keuntungan Tujuan utama pemberian pembiayaan adalah untuk
memperoleh keuntungan. Hasil dari keuntungan ini diperoleh dalam
bentuk bagi hasil yang diterima sebagai balas jasa dan biaya administrasi.
2. Membantu usaha nasabah Membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana untuk mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini
baik nasabah maupun lembaga pemberi pembiayaan sama-sama
diuntungkan.
3. .Membantu pemerintah Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah
adalah dalam penerimaan pajak, membuka kesempatan kerja,
meningkatkan jumlah barang dan jasa, dan menghemat serta
meningkatkan devisa negara.

2.3 Jenis dan sistem Pembiayaan


A. Pembiayaan modal kerja Syariah
Bank Syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal
kerja dengan menjalin hubungan partnership dengan nasabah,bank bertindak

6
sebagai penyandang dana (shahibul maal) atau nasabah sebagai pengusaha
(mudharib).pembiayaan semacam ini disebut mudharabah (trust financing).
1. Pembiayaan likuiditas (cash financing)
Pembiayaan ini pada umumnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang timbul akibat terjadinya ketidaksesuaian (mismatched)
antara cash inflow dan cash outflow pada per-usahaan nasabah. Fasilitas
yang biasanya diberikan oleh bank konvensional adalah fasilitas cerukan
(overdraft facilities) atau yang biasa disebut kredit rekening koran. Atas
pemberian fasilitas ini bank memperoleh imbalan manfaat berupa bunga
atas jumlah rata-rata pemakaian dana yang disediakan dalam fasilitas
tersebut.Bank syariah dapat menyediakan fasilitas semacam itu dalam
bentuk qardh timbal balik atau yang disebut compensating balance.
Melalui fasilitas ini nasabah harus membuka rekening giro, dan bank tidak
memberikan bonus atas giro tersebut. Bila nasabah mangalami situasi
mismatched, nasabah dapat menarik dana melebihi saldo yang tersedia
sehingga menjadi negatif sampai maksimum jumlah yang disepakati dalam
akad. Atas fasilitas ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan apa pun,
kecuali sebatas biaya administrasi pengelolaan fasilitas tersebut (Arifin,
1998)

2. Pembiayaan piutang (Receivable financing)


Kebutuhan pembiayaan ini timbul pada perusahaan yang menjual
barangnya dengan kredit, tetapi baik jumlah dan jangka waktunya
melebihi kapasitas modal kerja yang dimilikinya.
a.pembiaayan piutang
b.Anjak piutang(factoring)

3. Pembiaayan persediaan (Inventory financing)


Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan persediaan, antara lain dengan menggunakan prinsip
jual-beli (al-bai) dalam dua tahap. Tahap pertama, bank mengadakan

7
(membeli dari supplier secara tunai) barang-barang yang dibutuhkan
nasabah. Tahap kedua, yaitu bank menjual kepada nasabah pembeli
dengan membayar Tangguh dan dengan mengambil keuntungan yang
disepakati bersama antara bank dengan nasaabah. Ada beberapa akad jual
beli yang digunakan untuk mendekati kebutuhan tersebut yaitu:
a. Bai’ al Murabahah
Pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri atas
biaya pengadaan bahan baku dan penolong. Melalui proses
produksi, bahan baku tersebut akan menjadi barang setengah jadi,
kemudian menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Bila barang
jadi itu dijual dengan krcdit, ia berubah menjadi piutang dan
melalui proses collection akan berubah menjadi kas kembali.
Pcmbiayaan ini juga dapat diberikan kepada nasabah yang hanya
membutuhkan dana untuk pengadaan bahan baku dan bahan
penolong Sementara itu, biaya proses produksi dan penjualan,
seper ti upah tenaga kerja, biaya pengepakan, biaya distribusi, serta
biaya-biaya lainnya, dapat ditutup dalam jangka waktu sesuai
dengan lamanya perputaran modal kerja tersebut yaitu dari
pengadaan persediaan bahan baku sampai terjualnya hasil produksi
dan hasil penjualan diterima dalam bentuk tunai (cash).

b. Bai’ al Istishna’
Transaksi bay’ al-istishna’ merupakan kontrak penjualan
secara antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini,
pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang
lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli
barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya
kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak sepakat atas harga serta
system pembayaran,apakah pembayaran dibayar di muka,melalui
cicilan,atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang
akan datang.(Hasanah, 2018)

8
c. Bai’ as-Salam
Salam ialah transaksi jual beli di mana barang yang di
perjual belikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan
secara tangguh sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai.
Sekilas transaksi ini mirip dengan jual beli ijon, namun dalam
transaksi ini kualitas, kualitas harga, dan waktu penyerahan barang
harus ditentukan secara pasti (Istinah, 2018).
Dalam menggunakan akad salam, hendaknya menyebutkan
sifat-sifat dari objek jual beli salam yang mungkin bisa dijangkau
oleh pembeli, bak berupa barang yang ditakar, dtimbang, maupun
diukur. Disebutkan juga jenisnya dan semua identittas yang
melekat pada barang yang dipertukarkan yang menyangkut kualitas
barang tersebut. Jual beli salam juga dapat berlaku untuk
mengimpor barang dari luar negeri dengan menyebutkan sifat-
sifatnya, kualitasnya, dang kuantitasnya. Penyerahan uang muka
dan penyerahan barangnta dapat disepakati bersama (Ardi, 2016)

(Skema diatas adalah bentuk dari transaksi salam pararel)

9
4. Pembiayaan modal Kerja untuk Perdagangan
a. Perdagangan Umum
Perdagangan umum adalah perdagangan yang dilakukan
dengan target pembeli siapa saja yang datang membeli barang-
barang yang telah disediakan ditempat penjual, baik pedagang
eceran (retailer) maupun pedagang besar (whole seller). Perputaran
modal kerja perdagangan semacam ini sangat tinggi, tetapi
pedagang harus menjaga persediaan barang.
b. Perdagangan Berdasarkan Pesanan
Perdagangan ini biasanya tidak dilakukan atau
diselesaikan ditempat penjual yaitu seperti perdagangan
antarkota, perdagangan antarpulau atau perdagangan antarnegara.
Pembeli terlebih dulu memesan barang-barang yang dibutuhkan
kepada penjual berdasarkan contoh barang atau daftar barang
serta harga yang ditawarkan. Berdasarkan pesanan itu, penjual
lalu mengumpulkan barang-barang yang diminta dengan cara
membeli atau memesan, baik dari produsen maupun dari
pedagang yang lainnya. Setelah terkumpul, baru dikirimkan
kepada pembeli sesuai dengan pesanan. Apabila barang telah
dikirim, penjual juga menghadapi kemungkinan risiko tidak
dibayarnya barang yang dikirimnya itu.

Konsep modal kerja mencakup tiga hal yaitu:


1) Modal kerja (working capital assets) Modal kerja adalah modal lancar
yang dipergunakan untuk mendukung operasional perusahaan sehari-
hari menyediaan dana jangka pendek atau menengah berdasarkan
prinsip syariah untuk membantu usaha nasabah dalam memenuhi
kebutuhan sehingga perusahaan dapat beroperasi secara normal dan
lancar. Beberapa penggunaan modal kerja antara lain adalah untuk
pembayaran persekot pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh,
dan lain-lain.

10
2) Modal kerja brutto (gross working capital) merupakan keseluruhan
dari jumlah aktiva lancar (current assets). Pengertian modal kerja bruto
didasarkan pada jumlah atau kuantitas dana yang tertanam pada unsur-
unsur aktiva lancar. Aktiva lancar merupakan aktiva yang sekali
berputar akan kembali dalam bentuk semula.
3) Modal kerja netto (net working capital) merupakan kelebihan aktiva la
atas hutang lancar. Dengan konsep ini, sejumlah tertentu aktiva lancar
harus digunakan untuk kepentingan pembayaran hutang lancar dan tidak
boleh dipergunakan untuk keperluan lain. Jenis pembiayaan ini
berlangsung dalam jangka pendek dan diberikan kepada pemilik usaha
untuk memodali bisnisnya sesuai prinsip-prinsip syariat. Pembiayaan
modal kerja bisa memfasilitasi usaha yang berprospek, sesuai dengan
hukum negara, serta tidak melanggar syariat Islam. Selain itu,
pembiayaan ini bertujuan untuk menghilangkan risiko sekaligus
mengoptimalkan peroleha laba lembaga keuangan. Jangka waktu
pembiayaan modal kerja maksimum 1 (satu) tahun dan dapat di
perpanjang sesuai dengan kebutuhan

B. Pembiayaan Investasi Syariah


Berbeda dengan pembiayaan modal kerja yang bersifat jangka pendek,
pembiayaan investasi dilangsungkan dalam rentang waktu menengah hingga
panjang. Jenis pembiayaan ini mendanai pembelian barang-barang modal untuk
berbagai keperluan, misalnya, ekspansi perusahaan, relokasi proyek yang telah
ada, rehabilitasi, pendirian proyek baru, dan modernisasi.

Ciri ciri pembiayaan ivestasi adalah:

1) Untuk pengadaan barang barang modal


2) Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan terarah
3) Berjangka waktu menengah dan panjang

11
Pembiayaan investasi syariah memerlukan beberapa analisis, di antaranya
adalah.

a) Analisis rasio digunakan untuk mengidentifikasi kelayakan finansial


(financial viability), proyeksi, kinerja, serta probabilitas dari suatu
perusahaan.

b) Analisis perbandingan penanaman modal antara beberapa proyek (capital


project comparisons) Analisis ini membandingkan potensi penghasilan
dari sebuah proyek dengan proyek lain berdasarkan profit keseluruhan,
laba rata-rata, periode pengembalian dana, arus kas terdiskonto.

c) Analisis risiko, Analisis ini terbagi dalam dua macam, yaitu analisis
probabilitas dan sensitivitas. Analisis probabilitas menilai risiko
pembiayaan investasi dengan menghitung statistik setiap proyek yang
mengandung unsur perkiraan dan kemungkinan. Adapun analisis
sensitivitas yang menilai risiko tak terduga atau di luar perhitungan,
seperti cost over run akibat inflasi.

d) Analisis break even Analisis ini dilakukan untuk menetapkan harga


terendah dan tingkat produksi supaya proyek dapat beroperasi tanpa
terancam risiko.

Kemudian, untuk memutuskan pembiayaan investasi, dibutuhkan beragam


pertimbangan, seperti:

1. Penilaian telah dituntaskan,

2. Suatu proyek dapat didanai secara finansial,

3. Pihak lembaga keuangan, tanpa menyebutkan calon investor, meminta


surat rekomendasi umum terkait keseluruhan proyek dari dinas atau
departemen setempat,

4. Jika diperlukan, lembaga keuangan syariah menyertakan syarat


keterlibatan konsultan khusus untuk mengawasi aktiva tetap perusahaan.

12
Setelah mempertimbangkan hal-hal di atas, barulah lembaga keuangan
bisa menetapkan akad untuk pembiayaan investasi. Untuk pembiayaan investasi
bank Syariah menggunakan skema musyaraqah mutanaqishah skema lain yang
dapat digunakan adalah murabahah, istishna,salam dan IMBT.

C. Pembiayaan Konsumtif Syariah


Konsumtif adalah kebutuhan individual meliputi kebutuhan baik barang
maupun jasa yang tidak dipergunakan untuk tujuan usaha. Pembiayaan ini
biasanya dimanfaatkan oleh perorangan dan bertujuan mendanai kebutuhan di luar
usaha. Umumnya, terdapat 5 akad yang diterapkan dalam pembiayaan konsumtif,
antara lain, qardh dan ijarah, istisna, ijarah, murabahah, dan IMBT.

Untuk bisa menentukan akad pembiayaan yang sesuai, lembaga keuangan


syariah akan melangsungkan beberapa tahap sebagai berikut:

1. Bila nasabah membutuhkan biaya untuk keperluan konsumtif, lembaga


keuangan harus melihat bentuk produk yang dibeli: barang atau jasa.

2. Jika nasabah hendak melakukan pembelian barang, lembaga keuangan


perlu mengidentifikasi ketersediaan barang: stoknya sudah tersedia
(ready stock) atau masih harus diproses (goods in process). Pembiayaan
berakad murabahah akan diterapkan apabila barang ready stock.
Sementara itu, jika barang masih melalui proses produksi sebelum
diterima nasabah dan proses tersebut berlangsung di bawah 6 bulan, akad
pembiayaan yang diterapkan ialah salam.

3. Apabila nasabah mengajukan permintaan untuk mendanai pembelian jasa,


lembaga keuangan syariah akan memberlakukan akad ijarah.

D. Pembiayaan Sindikasi

Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh lebih dari


satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu. Pada

13
Umumnya, pembiayaan ini diberikan bank kepada nasabah korporasi yang
memiliki nilai transaksi yang sangat besar. Pembiayaan sindikasi diterapkan oleh
beberapa lembaga keuangan syariah untuk mendanai suatu objek. Terdapat 3 jenis
sindikasi yang dapat dibiayai, sebut saja,

1) Club Deal, yaitu sejumlah lembaga keuangan syariah yang bekerja sama
membiayai suatu proyek, tetapi masing-masing lembaga tidak memiliki
kesepakatan bisnis dalam hal penyatuan modal.

2) Lead Syndication, merupakan beberapa lembaga keuangan yang mendanai


suatu proyek bersama-sama dan menjadikan salah satu pihak di antara
mereka sebagai pemimpin.

3) Subsyndication, adalah suatu kerja sama bisnis yang terjadi dalam


sekelompok lembaga keuangan, tetapi hanya beberapa peserta yang
terlibat di dalamnya.

Faktor pertama yang harus ditilik dari pembiayaan sindikasi adalah


prosesnya: dijalankan secara langsung atau melalui dua tahap (two steps). Apabila
menerapkan pembiayaan langsung pada bentuk lead syndication, lembaga
keuangan syariah akan memberlakukan akad musyarakah. Kemudian, hal yang
perlu diperhatikan ialah tujuan pendanaannya: apakah untuk modal kerja atau
investasi? Dalam pembiayaan langsung, tidak diperbolehkan untuk pendanaan
konsumtif karena bentuknya bersifat korporasi. Jika melakukan pembiayaan
sindikasi pada jenis club deal dan subsyndication, tidak perlu lagi melakukan akad
musyarakah dan langsung mengidentifikasi tujuan pendanaan.

Adapun pembiayaan sindikasi dengan dua tahap, yaitu dengan cara


menentukan bentuk sindikasi, lalu menilik tujuan pembiayaan. Bila sindikasi
berbentuk lead syndication, tahap selanjutnya adalah melakukan akad musyarakah
dan melihat tujuan pembiayaan: untuk investasi, konsumtif, atau modal kerja.

14
E. Pembiayaan berdasarkan Take Over
Jenis pembiayaan ini dipakai untuk mengalihkan utang akibat transaksi
nonsyariat yang masih berjalan. Ada dua ragam utang nasabah kepada lembaga
keuangan konvensional yang dapat di-take over, antara lain, utang pokok
ditambah bunga atau utang pokok saja.
Dalam menangani utang berbentuk pokok plus bunga, lembaga keuangan
syariah menawarkan layanan berakad qardh. Sementara itu, untuk menangani
utang pokok, nasabah dapat menggunakan jasa hawalah.
Sesuai fatwa DSN No:12/DSN-MUI/IV/2002 tentang hawalah bahwa
hawalah memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Rukun hawalah adalah muhil, yakni orang yang berhutang dan sekaligus
berpiutang, muhal atau muhtal, yakni orang berpiutang kepada muhil,
muhal ’alaih, yakni orang yang berhutang kepada muhil dan wajib
membayar hutang kepada muhtal, muhal bih, yakni hutang muhil kepada
muhtal, dan sighat (ijab qabul).
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).
3. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Hawalah dilakukan harus dengan persetujuan muhil, muhal/muhtal, dan
muhal’alaih
5. Kedudukan dan kewajiban para pihak harus dinyatakan dalam akad
secara tegas.
6. Jika transaksi hawalah telah dilakukan, pihak-pihak yang terlibat
hanyalah muhtal dan muhal’alaih; dan hak penagihan muhal berpindah
kepada muhal’alaih.

F. Pembiayaan Letter Of Credit (L/C)

Letter of Credit atau Surat Kredit adalah sebuah cara pembayaran


internasional yang memungkinkan eksportir menerima pembayaran tanpa
menunggu berita dari luar negeri setelah barang dan berkas dokumen dikirimkan

15
ke luar negeri (kepada pemesan/importir) dan akan memudahkan pihak-pihak
yang berada di dalamnya. Pengertian lainnya, surat kredit merupakan mekanisme
pembayaran yang digunakan dalam perdagangan internasional untuk memberikan
jaminan ekonomi dari bank yang layak dikreditkan, kepada pihak pengirim barang
(eksportir). Surat kredit digunakan secara luas dalam pembiayaan perdagangan
internasional ketika reliabilitas pihak-pihak yang melakukan kontrak belum siap
sepenuhnya. Efek ekonominya, metode ini memperkenalkan bank sebagai
penjamin emisi yang menanggung risiko pihak pembeli (importir) yang
membayar pada penjual (eksportir).

Dalam perdagangan Internasional, bank berperan dalam memperlancar


proses pembayaran transaksi tersebut sehingga pihak penjual dan pihak pembeli
tidak perlu bertatap muka untuk menyerahkan uang pembayaran. Seiring dengan
perkembangannya, peran bank dalam perdagangan Internasional semakin
komplek, bank berfungsi sebagai penjamin pembayaran atas nama importir
(pembeli), sehingga pihak penjual yakin untuk melaksanakan transaksinya tanpa
ada rasa khawatir tidak akan dibayar. Adapun DSN telah menetapkan Letter of
credit (L/C) pada fatwanya nomor 34 dan 35 tahun 2002.

2.4 Akad Produk Jasa Bank Syariah


Ada beberapa akad yang dapat dipergunakan dalam operasional perbankan
syariah antara lain yaitun akad wakalah, kafalah,hawalah, rahn, dan qard dimana
kesemuanya itu dapat disesuaikan dengan aplikasi dan produk dalam dunia
perbankan saat ini,Akad tersebut diantaranya:
1. Al-Wakalah
Wakalah berarti penyerahan, pendelegasian,atau pemberian mandat
oleh satu pihak kepada pihak laindalam hal-hal yang boleh diwakilkan.

Dalam akad Wakalah beberapa rukun dan syarat harus dipenuhi :

a. Orang yang mewakilkan (Al-Muwakkil)


b. Orang yang diwakilkan (Al-Wakil)

16
c. Obyek yang diwakilkan
d. Shighat

2. Al-Kafalah
Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
(kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung. Dalam pengertian lain al-kafalah juga berati
mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang
pada tanggungjawab orang lain sebagi penjamin.

Adapun rukun dan syarat kafalah adalah:

a) Adh-dhamin(orang yang menjamin)


b) Al-Madhmun lahu(orang yang berpiutang)
c) Al-Madhmun ‘anhu(orang yang berutang)
d) Al-Madhmun(utang,barang)
e) Shigat(lafadz)

3. Al-Hawalah
Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berhutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama,
hal ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil (orang yang
berhutang) menjadi tangguhan mahal al-alaih atau orang yang
berkewajiban membayar utang.
Rukun Hawalah:
1. Pihak pertama (muhil) yaitu orang yang menghiwalahkan
(memindahkan) utang
2. Pihak kedua (muhal) yaitu orang yang dihiwalahkan
3. Pihak ketiga (muhal ‘alaih) yaitu orang yang menerima
hiwalah
4. Ada piutang muhil kepada muhal
5. Ada piutang muhal ‘alaih kepada muhil

17
6. Ada sighat hiwalah yaitu ijab dari muhil

Aplikasi Hawalah Dalam Perbankan Syariah Dalam praktek


perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank
mendapat ganti biaya atas jasa pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi
resiko kerugian yang akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas
kemampuan pihak yang berutang dan kebenaran transaksi antara yang
memindahkan piutang dengan yang berutang. Katakanlah seorang supplier
bahan bangunan menjual barangnya kepada pemilik proyek yang akan di-
bayar dua bulan kemudian. Karena kebutuhan supplier akan likuiditas,
maka ia meminta bank untuk mengambil alih piutangnya. Bank akan
menerima pembayaran dari pemilik proyek.

4. Ar-Rahn
Ar-rahn adalah menahan salah satu harta pemilik sipeminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.Dengan demikian, pihak
yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau
sebagian piutangnya.Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah
semacamjaminan utang atau gadai.
Rukun Rahn:
1) Al Rahn atau Al Marhuun (barang yang digadaikan)
2) Al Marhun bihi (hutang)
3) Shighat
4) Dua pihak yang bertransaksi yaitu Raahin (orang yang
menggadaikan) dan Murtahin (pemberi hutang)
Aplikasi Rahn Dalam Perbankan Syariah
a) Sebagai Produk Pelengkap
Rahn dipakai sebagai produk pelengkap, artinya
sebagaiakad tambahan (jaminan/collateral) terhadap produk
lain sepertidalam pembiayaan bai’a murabahah. Bank dapat
menahanbarang nasabah sebagai konsekuensi akan tersebut.

18
b) Sebagai Produk Tersendiri
Dibeberapa negara islam termasuk diantarnya
adalah Malaysia, akan rahn telah pakai sebgai alterntif dari
pegadaian kon-vensional. Perbedaan utama antara biaya
rahn dan bungapegadaian adalah dan sifat bunga yang bisa
berakumulasi dan berlipat ganda.

5. Al-Qardh
Al Qardh adalah Menghutangkan harta kepada orang lain tanpa
mengharapkan imbalan, untuk dikembalikan dengan pengganti yang sama
dan dapat ditagih atau diminta Kembali kapan saja dikehendaki.
Rukun Qardh:
a. Muqridh, orang yang mempunyai barang untuk dihutangkan.
b. Muqtaridh, orang yang mempunyai hutang
c. Muqtaradh, obyek yang dihutangkan
d. Sighat akad (ijab dan qabul)

Aplikasi Al Qardh Dalam Perbankan Syariah:

a) Qardh dikategorikan akad ta’awuni (saling tolong-


menolong), bukan transaksi komersial.

b) Akad ini dijalankan untuk fungsi sosial bank syariah.


Dananya bisa diambil dari dana zakat, infaq dan shadaqah
yang dihimpun oleh bank.

c) Bank memberikan pinjaman murni kepada orang miskin


tanpa dikenakan biaya apapun. Lebih efektif jika pinjaman
diberikan untuk kepentingan produktif, bukan konsumtif.
Adapun cara pengembaliannya dengan diangsur atau
dibayar tunai sekaligus. Jika pinjaman sudah dikembalikan,
bank dapat memutar kembali secara bergulir dan
bergilir.(Ichsan, 2014)

19
20

BAB III
PENUTUP

1.1 SIMPULAN
Dalam transaksi perbankan syariah, prinsip-prinsip Islam menjadi panduan
utama. Akad-akad yang dibuat harus mematuhi ketentuan-ketentuan syariah,
seperti kehalalan barang dan jasa, keterbukaan harga, dan kepemilikan penuh atas
barang yang diperdagangkan. Hal ini memastikan bahwa transaksi dilakukan
dengan itikad baik dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Pembiayaan adalah penyediaan dana berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan dana atau tagihan setelah jangka tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil. Berdasarkan prinsip syariah pembiayaan adalah kegiatan berupa
penyediaan uang dan barang dari pihak bank kepada nasabah sesuai kesepakatan
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang setelah jangka
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil, yang didasari prinsip mudharabah,
musyarakah, murabahah dan ijarah.
Pembiayaan dalam konteks perbankan syariah mencakup pembiayaan produktif
dan konsumtif. Tujuan utama dari pembiayaan adalah mencari keuntungan,
membantu usaha nasabah, dan mendukung pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.
Dalam kesimpulannya, perbankan syariah tidak hanya mengikuti prinsip-
prinsip keuangan konvensional, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai etika dan
moral Islam dalam setiap aspek operasionalnya. Sebagai alternatif yang semakin
diterima di masyarakat, perbankan syariah memiliki potensi untuk terus
berkembang dan memberikan kontribusi positif terhadap inklusi keuangan dan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. S. (2001). Bank syariah: dari teori ke praktik. Gema Insani.

https://books.google.co.id/books?id=r3yFiZMvgdAC

Ardi, M. (2016). Asas-Asas Perjanjian (Akad), Hukum Kontrak Syariah dalam

Penerapan Salam dan Istisna. In Jurnal Hukum Diktum (Vol. 265, Issue 2).

Arifin, Z. (1998). Pasar Uang dan Valuta Asing Berbasis Syariah. Bank Indonesia,

Jakarta, 21.

Hasanah, U. (2018). Bay’ Al-Salam dan Bay’ Al-Istisna’ (Kajian Terhadap Produk

Perekonomian Islam) Uswah Hasanah. Intiqad: Jurnal Agama Dan Pendidikan

Islam, 10(1), 162–173. https://doi.org/10.30596/intiqad.v10i1.1929

Ichsan, N. (2014). Pengantar perbankan. Referensi (Gaung Persada Press Group).

Wilardjo, S. (2005). perkembangan bank syariah di Indonesia.

wiroso. (2011). akuntansi transaksi syariah.

https://www.rumah.com/panduan-properti/pembiayaan-syariah-67827

https://www.maybankfinance.co.id/artikel/jenis-pembiayaan-syariah

21

Anda mungkin juga menyukai