Oleh:
Nada Puspita (2022613060022)
Rina Zahara (2022613060033)
Dosen Pengampu :
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi Rabbil'alamin, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Yang berjudul “Sistem
Pembiayaan Bank Syariah”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................... I
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Hal tersebut selaras dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1992, yang
mendefinisikan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu ditambah dengan jumlah bunga, imbalan
atau pembagian hasil.
Menurut Kasmir, S.E, MM, Pembiayaan Adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan terhadap bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut dalam waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil
Berdasarkan prinsip syariah pembiayaan adalah kegiatan yang berupa
penyediaan uang dan barang dari pihak bank kepada nasabah sesuai kesepakatan
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil, yang didasari prinsip syariah yaitu
prinsip mudharabah, musyarakah, murabahah dan ijarah.
Menurut sifat penggunaannya,pembiayaan dapat dibagi menjadi dua :
1. Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi atau untuk peningkatan usaha,baik usaha produksi,perdagangan
maupun investasi.
2. Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi,yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
5
a) Unsur Pembiayaan
Adapun unsur-unsur dalam pembiayaan, yaitu :
1. Adanya dua belah pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul maal) dan
penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan pemberi pembiayaan dan
penerima pembiayaan merupakan hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan saling tolong
menolong.
2. Adanya kepercayaan shahibul maal kepada mudharib yang didasarkan
atas prestasi yaitu potensi mudharib.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul maal dengan
pihak lainnya yang berjanji membeayar dari mudharib kepada shahibul
maal.
b) Tujuan Pembiayaan
Tujuan pemberian suatu pembiayaan sebagai berikut:
1. Mencari keuntungan Tujuan utama pemberian pembiayaan adalah untuk
memperoleh keuntungan. Hasil dari keuntungan ini diperoleh dalam
bentuk bagi hasil yang diterima sebagai balas jasa dan biaya administrasi.
2. Membantu usaha nasabah Membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana untuk mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini
baik nasabah maupun lembaga pemberi pembiayaan sama-sama
diuntungkan.
3. .Membantu pemerintah Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah
adalah dalam penerimaan pajak, membuka kesempatan kerja,
meningkatkan jumlah barang dan jasa, dan menghemat serta
meningkatkan devisa negara.
6
sebagai penyandang dana (shahibul maal) atau nasabah sebagai pengusaha
(mudharib).pembiayaan semacam ini disebut mudharabah (trust financing).
1. Pembiayaan likuiditas (cash financing)
Pembiayaan ini pada umumnya digunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang timbul akibat terjadinya ketidaksesuaian (mismatched)
antara cash inflow dan cash outflow pada per-usahaan nasabah. Fasilitas
yang biasanya diberikan oleh bank konvensional adalah fasilitas cerukan
(overdraft facilities) atau yang biasa disebut kredit rekening koran. Atas
pemberian fasilitas ini bank memperoleh imbalan manfaat berupa bunga
atas jumlah rata-rata pemakaian dana yang disediakan dalam fasilitas
tersebut.Bank syariah dapat menyediakan fasilitas semacam itu dalam
bentuk qardh timbal balik atau yang disebut compensating balance.
Melalui fasilitas ini nasabah harus membuka rekening giro, dan bank tidak
memberikan bonus atas giro tersebut. Bila nasabah mangalami situasi
mismatched, nasabah dapat menarik dana melebihi saldo yang tersedia
sehingga menjadi negatif sampai maksimum jumlah yang disepakati dalam
akad. Atas fasilitas ini, bank tidak dibenarkan meminta imbalan apa pun,
kecuali sebatas biaya administrasi pengelolaan fasilitas tersebut (Arifin,
1998)
7
(membeli dari supplier secara tunai) barang-barang yang dibutuhkan
nasabah. Tahap kedua, yaitu bank menjual kepada nasabah pembeli
dengan membayar Tangguh dan dengan mengambil keuntungan yang
disepakati bersama antara bank dengan nasaabah. Ada beberapa akad jual
beli yang digunakan untuk mendekati kebutuhan tersebut yaitu:
a. Bai’ al Murabahah
Pembiayaan persediaan dalam usaha produksi terdiri atas
biaya pengadaan bahan baku dan penolong. Melalui proses
produksi, bahan baku tersebut akan menjadi barang setengah jadi,
kemudian menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Bila barang
jadi itu dijual dengan krcdit, ia berubah menjadi piutang dan
melalui proses collection akan berubah menjadi kas kembali.
Pcmbiayaan ini juga dapat diberikan kepada nasabah yang hanya
membutuhkan dana untuk pengadaan bahan baku dan bahan
penolong Sementara itu, biaya proses produksi dan penjualan,
seper ti upah tenaga kerja, biaya pengepakan, biaya distribusi, serta
biaya-biaya lainnya, dapat ditutup dalam jangka waktu sesuai
dengan lamanya perputaran modal kerja tersebut yaitu dari
pengadaan persediaan bahan baku sampai terjualnya hasil produksi
dan hasil penjualan diterima dalam bentuk tunai (cash).
b. Bai’ al Istishna’
Transaksi bay’ al-istishna’ merupakan kontrak penjualan
secara antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini,
pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang
lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli
barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya
kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak sepakat atas harga serta
system pembayaran,apakah pembayaran dibayar di muka,melalui
cicilan,atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang
akan datang.(Hasanah, 2018)
8
c. Bai’ as-Salam
Salam ialah transaksi jual beli di mana barang yang di
perjual belikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan
secara tangguh sedangkan pembayarannya dilakukan secara tunai.
Sekilas transaksi ini mirip dengan jual beli ijon, namun dalam
transaksi ini kualitas, kualitas harga, dan waktu penyerahan barang
harus ditentukan secara pasti (Istinah, 2018).
Dalam menggunakan akad salam, hendaknya menyebutkan
sifat-sifat dari objek jual beli salam yang mungkin bisa dijangkau
oleh pembeli, bak berupa barang yang ditakar, dtimbang, maupun
diukur. Disebutkan juga jenisnya dan semua identittas yang
melekat pada barang yang dipertukarkan yang menyangkut kualitas
barang tersebut. Jual beli salam juga dapat berlaku untuk
mengimpor barang dari luar negeri dengan menyebutkan sifat-
sifatnya, kualitasnya, dang kuantitasnya. Penyerahan uang muka
dan penyerahan barangnta dapat disepakati bersama (Ardi, 2016)
9
4. Pembiayaan modal Kerja untuk Perdagangan
a. Perdagangan Umum
Perdagangan umum adalah perdagangan yang dilakukan
dengan target pembeli siapa saja yang datang membeli barang-
barang yang telah disediakan ditempat penjual, baik pedagang
eceran (retailer) maupun pedagang besar (whole seller). Perputaran
modal kerja perdagangan semacam ini sangat tinggi, tetapi
pedagang harus menjaga persediaan barang.
b. Perdagangan Berdasarkan Pesanan
Perdagangan ini biasanya tidak dilakukan atau
diselesaikan ditempat penjual yaitu seperti perdagangan
antarkota, perdagangan antarpulau atau perdagangan antarnegara.
Pembeli terlebih dulu memesan barang-barang yang dibutuhkan
kepada penjual berdasarkan contoh barang atau daftar barang
serta harga yang ditawarkan. Berdasarkan pesanan itu, penjual
lalu mengumpulkan barang-barang yang diminta dengan cara
membeli atau memesan, baik dari produsen maupun dari
pedagang yang lainnya. Setelah terkumpul, baru dikirimkan
kepada pembeli sesuai dengan pesanan. Apabila barang telah
dikirim, penjual juga menghadapi kemungkinan risiko tidak
dibayarnya barang yang dikirimnya itu.
10
2) Modal kerja brutto (gross working capital) merupakan keseluruhan
dari jumlah aktiva lancar (current assets). Pengertian modal kerja bruto
didasarkan pada jumlah atau kuantitas dana yang tertanam pada unsur-
unsur aktiva lancar. Aktiva lancar merupakan aktiva yang sekali
berputar akan kembali dalam bentuk semula.
3) Modal kerja netto (net working capital) merupakan kelebihan aktiva la
atas hutang lancar. Dengan konsep ini, sejumlah tertentu aktiva lancar
harus digunakan untuk kepentingan pembayaran hutang lancar dan tidak
boleh dipergunakan untuk keperluan lain. Jenis pembiayaan ini
berlangsung dalam jangka pendek dan diberikan kepada pemilik usaha
untuk memodali bisnisnya sesuai prinsip-prinsip syariat. Pembiayaan
modal kerja bisa memfasilitasi usaha yang berprospek, sesuai dengan
hukum negara, serta tidak melanggar syariat Islam. Selain itu,
pembiayaan ini bertujuan untuk menghilangkan risiko sekaligus
mengoptimalkan peroleha laba lembaga keuangan. Jangka waktu
pembiayaan modal kerja maksimum 1 (satu) tahun dan dapat di
perpanjang sesuai dengan kebutuhan
11
Pembiayaan investasi syariah memerlukan beberapa analisis, di antaranya
adalah.
c) Analisis risiko, Analisis ini terbagi dalam dua macam, yaitu analisis
probabilitas dan sensitivitas. Analisis probabilitas menilai risiko
pembiayaan investasi dengan menghitung statistik setiap proyek yang
mengandung unsur perkiraan dan kemungkinan. Adapun analisis
sensitivitas yang menilai risiko tak terduga atau di luar perhitungan,
seperti cost over run akibat inflasi.
12
Setelah mempertimbangkan hal-hal di atas, barulah lembaga keuangan
bisa menetapkan akad untuk pembiayaan investasi. Untuk pembiayaan investasi
bank Syariah menggunakan skema musyaraqah mutanaqishah skema lain yang
dapat digunakan adalah murabahah, istishna,salam dan IMBT.
D. Pembiayaan Sindikasi
13
Umumnya, pembiayaan ini diberikan bank kepada nasabah korporasi yang
memiliki nilai transaksi yang sangat besar. Pembiayaan sindikasi diterapkan oleh
beberapa lembaga keuangan syariah untuk mendanai suatu objek. Terdapat 3 jenis
sindikasi yang dapat dibiayai, sebut saja,
1) Club Deal, yaitu sejumlah lembaga keuangan syariah yang bekerja sama
membiayai suatu proyek, tetapi masing-masing lembaga tidak memiliki
kesepakatan bisnis dalam hal penyatuan modal.
14
E. Pembiayaan berdasarkan Take Over
Jenis pembiayaan ini dipakai untuk mengalihkan utang akibat transaksi
nonsyariat yang masih berjalan. Ada dua ragam utang nasabah kepada lembaga
keuangan konvensional yang dapat di-take over, antara lain, utang pokok
ditambah bunga atau utang pokok saja.
Dalam menangani utang berbentuk pokok plus bunga, lembaga keuangan
syariah menawarkan layanan berakad qardh. Sementara itu, untuk menangani
utang pokok, nasabah dapat menggunakan jasa hawalah.
Sesuai fatwa DSN No:12/DSN-MUI/IV/2002 tentang hawalah bahwa
hawalah memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Rukun hawalah adalah muhil, yakni orang yang berhutang dan sekaligus
berpiutang, muhal atau muhtal, yakni orang berpiutang kepada muhil,
muhal ’alaih, yakni orang yang berhutang kepada muhil dan wajib
membayar hutang kepada muhtal, muhal bih, yakni hutang muhil kepada
muhtal, dan sighat (ijab qabul).
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad).
3. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau
menggunakan cara-cara komunikasi modern.
4. Hawalah dilakukan harus dengan persetujuan muhil, muhal/muhtal, dan
muhal’alaih
5. Kedudukan dan kewajiban para pihak harus dinyatakan dalam akad
secara tegas.
6. Jika transaksi hawalah telah dilakukan, pihak-pihak yang terlibat
hanyalah muhtal dan muhal’alaih; dan hak penagihan muhal berpindah
kepada muhal’alaih.
15
ke luar negeri (kepada pemesan/importir) dan akan memudahkan pihak-pihak
yang berada di dalamnya. Pengertian lainnya, surat kredit merupakan mekanisme
pembayaran yang digunakan dalam perdagangan internasional untuk memberikan
jaminan ekonomi dari bank yang layak dikreditkan, kepada pihak pengirim barang
(eksportir). Surat kredit digunakan secara luas dalam pembiayaan perdagangan
internasional ketika reliabilitas pihak-pihak yang melakukan kontrak belum siap
sepenuhnya. Efek ekonominya, metode ini memperkenalkan bank sebagai
penjamin emisi yang menanggung risiko pihak pembeli (importir) yang
membayar pada penjual (eksportir).
16
c. Obyek yang diwakilkan
d. Shighat
2. Al-Kafalah
Al-kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung
(kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung. Dalam pengertian lain al-kafalah juga berati
mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang
pada tanggungjawab orang lain sebagi penjamin.
3. Al-Hawalah
Al-hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berhutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama,
hal ini merupakan pemindahan beban utang dari muhil (orang yang
berhutang) menjadi tangguhan mahal al-alaih atau orang yang
berkewajiban membayar utang.
Rukun Hawalah:
1. Pihak pertama (muhil) yaitu orang yang menghiwalahkan
(memindahkan) utang
2. Pihak kedua (muhal) yaitu orang yang dihiwalahkan
3. Pihak ketiga (muhal ‘alaih) yaitu orang yang menerima
hiwalah
4. Ada piutang muhil kepada muhal
5. Ada piutang muhal ‘alaih kepada muhil
17
6. Ada sighat hiwalah yaitu ijab dari muhil
4. Ar-Rahn
Ar-rahn adalah menahan salah satu harta pemilik sipeminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.Dengan demikian, pihak
yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil seluruh atau
sebagian piutangnya.Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah
semacamjaminan utang atau gadai.
Rukun Rahn:
1) Al Rahn atau Al Marhuun (barang yang digadaikan)
2) Al Marhun bihi (hutang)
3) Shighat
4) Dua pihak yang bertransaksi yaitu Raahin (orang yang
menggadaikan) dan Murtahin (pemberi hutang)
Aplikasi Rahn Dalam Perbankan Syariah
a) Sebagai Produk Pelengkap
Rahn dipakai sebagai produk pelengkap, artinya
sebagaiakad tambahan (jaminan/collateral) terhadap produk
lain sepertidalam pembiayaan bai’a murabahah. Bank dapat
menahanbarang nasabah sebagai konsekuensi akan tersebut.
18
b) Sebagai Produk Tersendiri
Dibeberapa negara islam termasuk diantarnya
adalah Malaysia, akan rahn telah pakai sebgai alterntif dari
pegadaian kon-vensional. Perbedaan utama antara biaya
rahn dan bungapegadaian adalah dan sifat bunga yang bisa
berakumulasi dan berlipat ganda.
5. Al-Qardh
Al Qardh adalah Menghutangkan harta kepada orang lain tanpa
mengharapkan imbalan, untuk dikembalikan dengan pengganti yang sama
dan dapat ditagih atau diminta Kembali kapan saja dikehendaki.
Rukun Qardh:
a. Muqridh, orang yang mempunyai barang untuk dihutangkan.
b. Muqtaridh, orang yang mempunyai hutang
c. Muqtaradh, obyek yang dihutangkan
d. Sighat akad (ijab dan qabul)
19
20
BAB III
PENUTUP
1.1 SIMPULAN
Dalam transaksi perbankan syariah, prinsip-prinsip Islam menjadi panduan
utama. Akad-akad yang dibuat harus mematuhi ketentuan-ketentuan syariah,
seperti kehalalan barang dan jasa, keterbukaan harga, dan kepemilikan penuh atas
barang yang diperdagangkan. Hal ini memastikan bahwa transaksi dilakukan
dengan itikad baik dan sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Pembiayaan adalah penyediaan dana berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan dana atau tagihan setelah jangka tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil. Berdasarkan prinsip syariah pembiayaan adalah kegiatan berupa
penyediaan uang dan barang dari pihak bank kepada nasabah sesuai kesepakatan
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang setelah jangka
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil, yang didasari prinsip mudharabah,
musyarakah, murabahah dan ijarah.
Pembiayaan dalam konteks perbankan syariah mencakup pembiayaan produktif
dan konsumtif. Tujuan utama dari pembiayaan adalah mencari keuntungan,
membantu usaha nasabah, dan mendukung pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan.
Dalam kesimpulannya, perbankan syariah tidak hanya mengikuti prinsip-
prinsip keuangan konvensional, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai etika dan
moral Islam dalam setiap aspek operasionalnya. Sebagai alternatif yang semakin
diterima di masyarakat, perbankan syariah memiliki potensi untuk terus
berkembang dan memberikan kontribusi positif terhadap inklusi keuangan dan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, M. S. (2001). Bank syariah: dari teori ke praktik. Gema Insani.
https://books.google.co.id/books?id=r3yFiZMvgdAC
Penerapan Salam dan Istisna. In Jurnal Hukum Diktum (Vol. 265, Issue 2).
Arifin, Z. (1998). Pasar Uang dan Valuta Asing Berbasis Syariah. Bank Indonesia,
Jakarta, 21.
Hasanah, U. (2018). Bay’ Al-Salam dan Bay’ Al-Istisna’ (Kajian Terhadap Produk
https://www.rumah.com/panduan-properti/pembiayaan-syariah-67827
https://www.maybankfinance.co.id/artikel/jenis-pembiayaan-syariah
21