Anda di halaman 1dari 13

PERBEDAAN ANTARA BANK SYARIAH DAN KONVENSIONAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mengikuti Mata Kuliah

Operasional Perbankan Syariah dan Praktik

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. Aditia Indra Pratama 2051020380

2. Novita Arshella 2051020363

3. Salma Ade Pratiwi 2051020388

Program Studi/jurusan Perbankan Syari’ah


Dosen Pengampu :
Anggun Okta Fitri, M.M

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Perbedaan Antar
Bank Syariah dan Bank Konvensional” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anggun Okta Fitri, M.M. Selaku dosen
mata kuliah Operasional Bank Syariah dan Praktik yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Bandar Lampung, 21 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. I

DAFTAR ISI ............................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 3

A. Latar Belakang ............................................................................ 3


B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 6

A. Akad dan Aspek Legalitas .......................................................... 6


B. Struktur Organisasi ...................................................................... 7
C. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai................................................... 9
D. Lingkungan Kerja ........................................................................ 10

BAB III PENUTUP .................................................................................... 11

A. Kesimpulan ................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan
penting didalam perekonomian suatu negara. Bank memiliki peran sebagai
perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak
yang tidak memiliki dana. Misalnya dalam memperlancar perekonomian,
berbagai transaksi baik berskala local maupun internasional membutuhkan
adanya jasa perbankan. Transfer dana, rekening giro, penerbitan L/C,
depositobox, tukar menukar valuta asing serta berbagai jenis pelayanan jasa
lainnya merupakan kegiatan dalam perbankan disamping tempat yang aman
untuk menitipkan dana.
Pada awalnya bank hanya terdiri dari bank sentral dan bank konvensional
lalu dengan seiring berjalannya waktu mulailah terbentuk bank syariah dengan
prinsip syariah yaitu menggunakan ketentuan dan hukum islam. Bahkan
pertumbuhan bank syariah terus meningkat terbukti dengan mulai
bertumbuhnya jumlah bank syariah di Indonesia maupun Negara lain yang
membuka cabang syariah. Meskipun keberadaan bank syariah masih sangat
minim bila dibandingkan dengan keberadaan bank konvensional, namun
keberadaan bank syariah masih tetap berkembang. Bank syariah lahir di
Indonesia tahun 90’an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No.10 tahun
1998 tentang perubahan Undang-Undang N0. 7 tahun 1992 tentang perbankan
yang telah memberikan amanat kepada Bank Indonesia untuk mengakomodasi
pengaturan dan pengawasan perbankan berdasaran prinsip syariah. Undang-
undang tersebut memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau mungkin mengkonversi diri secara total menjadi
bank syariah.
Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional adalah terletak pada
prinsip yang digunakan. Bank syariah beroperasi menggunakan prinsip bagi
hasil untuk menghindari riba, sedangkan bank konvensional menggunakan
bunga dalam operasi dan berprinsip meraih untung yang sebesar-besarnya.
Selain itu pada bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah sedangkan pada
bank konvensional tidak ada. Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu
menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank
syariah harus bersaing dengan bank konvensional yang lebih dominan dan telah
berkembang pesat di Indonesia. persaingan dengan bank konvensional yang
lebih dahulu mapan, menyebabkan bank syariah harus mampu meningkatkan
kinerjanya dan harus berorientasi pada profesionalisme.
Analisis rasio keuangan bank konvensional dilakukan dengan menganalisis
posisi neraca dan laporam laba-rugi. Begitu juga dengan bank syariah dalam
menganalisis rasio keuangan yaitu menggunakan posisi neraca dan laporan
laba-rugi. Oleh karena itu, sampai saat ini analisis rasio keuangan bank syariah
masih menggunakan aturan yang berlaku di bank konvensional.
Saat ini cukup banyak bank konvensional yang telah mendirikan atau
membuka cabang yang bersifat syariah. Sebagai contoh, Bank Mandiri kini
membuka Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang menjalankan usahanya
dengan berlandaskan prinsip syariah. Selain itu, bank lain seperti BNI, BRI juga
telah membuka bank syariah dengan nama BNI syariah, BRI syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Akad dan Aspek Legelitas yang terdapat pada bank syariah dan
konvensional?
2. Bagaimana Struktur Organisasi yang terdapat pada bank syariah dan
konvensional?
3. Bagaimana Bisnis usaha yang dibiayai oleh bank syariah dan konvensional?
4. Bagaimana lingkungan kerja (Corporate Culture) yang terdapat pada bank
syariah dan konvensional?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akad dan Aspek Legalitas


Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi
dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Produk
apapun yang dihasilkan semua perbankan, termasuk didalamnya perbankan
syariah, tidak akan terlepas dari proses transaksi yang dalam istilah fiqih
muamalahnya disebut dengan aqad, kata jamaknya al-uqud.
Akad merupakan perjanjian tertulis yang dibuat dihadapan atau diketahui
oleh notaris dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh bank. Perjanjian
yang dibuat antara bank syariah dan nasabah baik nasabah investor maupun
pengguna dana sesuai dengan kesepakatan berdasarkan prinsip syariah. Dalam
perjanjian telah dituangkan tentang bentuk return yang akan diterapkan sesuai
akad yang diperjanjikan. Perjanjiannya menggunakan akad yang sesuai dengan
sistem syariah. Dasar hukum yang digunakan dalam akad bank syariah
menggunakan dasar hukum syariah islam. Sebaliknya, perjanjian yang
dilaksanakan antara bank konvensional dan nasabah adalah menggunakan dasar
hukum positif.
Asas pada bank syariah dan konvensional sebenarnya sama yaitu
berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.
Namun, pada bank syariah terdapat asas prinsip syariah yang tidak ada pada
bank konvensional. Dalam pembuatan akad bagi lembaga perbankan
berdasarkan prinsip syariah harus mengandung asas-asas sebagai berikut:
1. Asas Ridha’iyyah (rela sama rela)
Asas ridha’iyyah ialah bahwa transaksi ekonomi islam dalam bentuk
apapun yang dilakukan perbankan dengan pihak lain terutama nasabah
harus didasarkan atas prinsip rela sama rela yang hakiki.
2. Asas Manfaat
Maksdunya adalah bahwa akad yang dilakukan oleh bank dengan
nasabah berkenaan dengan hal-hal (objek) yang bermanfaat bagi kedua
belah pihak, dalam artian bahwa objek yang diperjanjikan harus jelas,
tidak bertentangan dengan Undang-Undang, Ketertiban Umum dan
Kesusilaan.
3. Asas Keadilan
Dimanapun pihak yang bertransaksi (bank dan nasabah) harus berlaku
dan diperlakukan adil dalam konteks pengertian yang luas dan konkret.
Hal ini didasarkan pada sejumlah ayat Al-Qur’an yang menjunjung
tinggi keadilan dan anti-kezaliman, terutama pengertian kezaliman
dalam bentuk riba seperti tersurat dalam Al-Qur’an.
4. Asas saling menguntungkan
Setiap yang akan dilakukan oleh para pihak harus bersifat memberi
keuntungan bagi mereka. Itulah sebabnya islam mengharamkan
transaksi yang mengantung unsur gharar (penipuan), karena hanya
menguntungkan satu pihak dan merugian pihak yang lainnya.
Ketentuan rukun akad dari transaksi bank syariah berbeda dengan bank
konvensional. Rukun akad dalam bank syariah adalah: Pembeli, Barang, Harga
dan Akad/Ijab qabul.

B. Struktur Organisasi
Setiap bank memiliki dewan pengawas yang tersusun dalam struktur
organisasi lembaga tersebut. Di bank kovensional, struktur pengawas dijabat
oleh dewan komisaris. Namun, dibank syariah struktur pengawas lebih
kompleks, mulai dari dewan komisaris, dewan pengawas syariah, hingga dewan
syariah nasional.
Unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional
adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang berfungsi
mengawasi operasi bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis
syariah. DPS biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada
setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas setiap opini yang diberikan oleh
DPS. Oleh karena itu, biasanya penetepan anggota DPS dilakukan oleh rapat
umum pemegang saham setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi
dari Dewan Syariah Nasional (DSN). DSN merupakan badan otonom Majelis
Ulama Indonesia (MUI) yang secara eks-officio diketahui oleh MUI.
DSN didirikan berdasarkan SK MUI No. Kep. 754/II/1999, dengan empat
tugas pokok, yaitu:
1. Menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan
perekonomian.
2. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan.
3. Mengeluarkan fatwa atau produk keuangan syariah, dan
4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
Adapun fungsi dari Dewan Syariah Nasional adalah:
1. Mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai
dengan syariah.
2. Meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan
lembaga keuangan syariah.
3. Memberikan rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan sebagai
DPS pada suatu lembaga keuangan syariah, dan
4. Memberi teguran kepada lembaga keuangan syariah jika terjadi
penyimpangan dari garis panduan yang telah ditetapkan.
Adapun fungsi dari Dewan Pengawas Syariah, sebagai berikut:
1. Mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar sesuai dengan
ketentuan syariah.
2. Membuat pernyataan berkala bahwa bank yang diawasinya telah
berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.
3. Meneliti dan membuat rekomendasi produk dari bank yang diawasinya.
C. Bisnis usaha yang dibiayai
Perbankan merupakan suatu bentuk usaha yang bergerak dengan
spesialisasinya sebagai suatu lembaga dalam jasa keuangan (financial services).
Perbankan melayani jasa keuangan seperti simpan maupun pinjam dengan
menggunakan sistem bunga sebagai kompensasi yang diberikan. Hal ini yang
diterapkan dalam perbankan konvensional secara umum. Berebeda halnya
dengan perbankan syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah
tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah
tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang
diharamkan. Terdapat sejumlah batasan hukum dalam hal pembiayaan. Tidak
semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank syariah,
namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah. Berikut prinsip-prinsip
utama yang dianut bank-bank islam adalah:
1. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.
2. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada
memperoleh keuntungan yang sah secara syariah.
3. Memberikan zakat.
Terdapat batasan-batasan utama terhadap pembiayaan yang akan disetujui
dalam perbankan syariah, yakni sebagai berikut:
1. Dipergunakan untuk membiayai kegiatan yang halal.
2. Tidak merugikan syiar Islam.
3. Dapat memberikan manfaat kepada masyarakat.
4. Tidak melanggar kesusilaan dan kesopanan umum.
5. Tidak dipergunakan untuk mebiayai kegiatan-kegiatan yang dilarang
oleh Undang-Undang.
Perbedaan utama yang membedakan perbankan syariah dan perbankan
konvensional dalam bidang usaha dan bisnis yang dibiayai adalah terkait
larangan riba (bunga) untuk perbankan syariah. Tidak hanya riba yang dilarang
dalam perbankan, mengingat dalam prinsip ekonomi syariah sebenarnya semua
transaksi diperbolehkan asalkan tidak terdapat unsur riba, maizir dan gharar.

D. Lingkungan Kerja (Corporate Culture)


Sebuah bank syariah selayaknya memilki lingkungan kerja yang sesuai
dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus
melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim
yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional (fathanah) dan
mampu melakukan tugas secara team-work dimana informasi merata diseluruh
fungsional organisasi (tabligh). Demikian pula dalam hal reward
(penghargaan) dan punishment (hukuman), diperlukan prinsip keadilan yang
sesuai dengan syariah.
Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan merupakan
cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang
membawa nama besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang terbuka dan tingkah
laku yang kasar. Demikian pula dalam menghadapai nasabah, akhlak harus
senantiasa terjaga. Ketika kita memasuki kantor bank tersebut ada nuansa
perbedaan sendiri, nuansa yang diciptakan untuk bank syariah terkesan lebih
bernuansa islami. Mulai dari cara berpakaian, beretika dan bertingkahlaku dari
para karyawan dan pelayannya. Sedangkan pada bank konvensional pakaian
kurang/tidak Islami. Fakta membuktikan kalau berada di lingkungan bank
konvensional terkesan glamor dan tidak religius.
BAB III

PENUTUP

Bank Syariah berfungsi sebagai sarana untuk mengumpulkan tabungan


masyarakat dan mengembangkannya. Intinya bahwa Bank Syariah adalah
lembaga yang berfungsi untuk menginvestasikan dana msyarakat sesuai dengan
ajaran Islam dengan efektif, produktif dan untuk kepentingan umat Islam.
Tujuan utama dari Bank Syariah, yaitu menyatukan umat Islam,
mengembalikan kekuatan, peran dan kedudukan Islam di muka bumi ini bisa
tercapai.
Bank Konvensional didirikan untuk mendapatkan keuntungan material
sebesar-besarnya, sedangkan Bank Syariah didirikan untuk memberikan
kesejahteraan material dan spiritual. Kesejahteraan material dan spiritual
tersebut didapat melalui usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang halal.
Artinya, Bank Syariah tidak akan menyalurkan dana untuk usaha pabrik
minuman keras atau usaha lain yang tidak bisa dijamin bahwa hasilnya berasal
dari kegiatan yang halal. Karena itu dapat dikatakan bahwa konsep keuntungan
pada Bank Konvensional lebih cenderung berfokus pada sudut keuntungan
materi, sedangkan konsep keuntungan pada Bank Syariah harus memperhatikan
keuntungan dari sudut duniawi dan ukhrawi (akhirat). Jika memang tujuan
nasabah sesuai dengan tujuan Bank Syariah, maka secara prinsip tidak ada
kekurangan dari menabung di Bank Syariah karena adanya keseibangan
duniawi dan ukhrawi. Namun apabila tujuan nasabah lebih ke aspek-aspek
material, maka bisa jadi keuntungan yang diperoleh akan kurang sesuai dengan
harapan.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Gemala Dewi, S.H., LL.M: Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan
Perasuransian Syariah di Indonesia, Kencana, 2008

Dr. Sri Wahyuni, SE., M.Si: Kinerja Sharia Conformity and Profitability Index dan
Faktor Determinan, Scopindo Media Pustaka, 2020

Hendra, S.E.I., M.A., Muhammad Zuhirsyan, Lc, M.A: Perbankan Syariah dalam
Perspektif Praktis dan Legalitas, Merdeka Kreasi Group, 2022

Muhammad Wandisyah R, Hutagalung, M.E: Analisis Pembiayaan Bank Syariah,


Merdeka Kreasi Group, 2022

Anda mungkin juga menyukai