Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mengikuti Mata Kuliah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anggun Okta Fitri, M.M. Selaku dosen
mata kuliah Operasional Bank Syariah dan Praktik yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. I
A. Kesimpulan ................................................................................. 12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan
penting didalam perekonomian suatu negara. Bank memiliki peran sebagai
perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak
yang tidak memiliki dana. Misalnya dalam memperlancar perekonomian,
berbagai transaksi baik berskala local maupun internasional membutuhkan
adanya jasa perbankan. Transfer dana, rekening giro, penerbitan L/C,
depositobox, tukar menukar valuta asing serta berbagai jenis pelayanan jasa
lainnya merupakan kegiatan dalam perbankan disamping tempat yang aman
untuk menitipkan dana.
Pada awalnya bank hanya terdiri dari bank sentral dan bank konvensional
lalu dengan seiring berjalannya waktu mulailah terbentuk bank syariah dengan
prinsip syariah yaitu menggunakan ketentuan dan hukum islam. Bahkan
pertumbuhan bank syariah terus meningkat terbukti dengan mulai
bertumbuhnya jumlah bank syariah di Indonesia maupun Negara lain yang
membuka cabang syariah. Meskipun keberadaan bank syariah masih sangat
minim bila dibandingkan dengan keberadaan bank konvensional, namun
keberadaan bank syariah masih tetap berkembang. Bank syariah lahir di
Indonesia tahun 90’an atau tepatnya setelah ada Undang-Undang No.10 tahun
1998 tentang perubahan Undang-Undang N0. 7 tahun 1992 tentang perbankan
yang telah memberikan amanat kepada Bank Indonesia untuk mengakomodasi
pengaturan dan pengawasan perbankan berdasaran prinsip syariah. Undang-
undang tersebut memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau mungkin mengkonversi diri secara total menjadi
bank syariah.
Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional adalah terletak pada
prinsip yang digunakan. Bank syariah beroperasi menggunakan prinsip bagi
hasil untuk menghindari riba, sedangkan bank konvensional menggunakan
bunga dalam operasi dan berprinsip meraih untung yang sebesar-besarnya.
Selain itu pada bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah sedangkan pada
bank konvensional tidak ada. Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu
menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank
syariah harus bersaing dengan bank konvensional yang lebih dominan dan telah
berkembang pesat di Indonesia. persaingan dengan bank konvensional yang
lebih dahulu mapan, menyebabkan bank syariah harus mampu meningkatkan
kinerjanya dan harus berorientasi pada profesionalisme.
Analisis rasio keuangan bank konvensional dilakukan dengan menganalisis
posisi neraca dan laporam laba-rugi. Begitu juga dengan bank syariah dalam
menganalisis rasio keuangan yaitu menggunakan posisi neraca dan laporan
laba-rugi. Oleh karena itu, sampai saat ini analisis rasio keuangan bank syariah
masih menggunakan aturan yang berlaku di bank konvensional.
Saat ini cukup banyak bank konvensional yang telah mendirikan atau
membuka cabang yang bersifat syariah. Sebagai contoh, Bank Mandiri kini
membuka Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang menjalankan usahanya
dengan berlandaskan prinsip syariah. Selain itu, bank lain seperti BNI, BRI juga
telah membuka bank syariah dengan nama BNI syariah, BRI syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Akad dan Aspek Legelitas yang terdapat pada bank syariah dan
konvensional?
2. Bagaimana Struktur Organisasi yang terdapat pada bank syariah dan
konvensional?
3. Bagaimana Bisnis usaha yang dibiayai oleh bank syariah dan konvensional?
4. Bagaimana lingkungan kerja (Corporate Culture) yang terdapat pada bank
syariah dan konvensional?
BAB II
PEMBAHASAN
B. Struktur Organisasi
Setiap bank memiliki dewan pengawas yang tersusun dalam struktur
organisasi lembaga tersebut. Di bank kovensional, struktur pengawas dijabat
oleh dewan komisaris. Namun, dibank syariah struktur pengawas lebih
kompleks, mulai dari dewan komisaris, dewan pengawas syariah, hingga dewan
syariah nasional.
Unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional
adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang berfungsi
mengawasi operasi bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis
syariah. DPS biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada
setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas setiap opini yang diberikan oleh
DPS. Oleh karena itu, biasanya penetepan anggota DPS dilakukan oleh rapat
umum pemegang saham setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi
dari Dewan Syariah Nasional (DSN). DSN merupakan badan otonom Majelis
Ulama Indonesia (MUI) yang secara eks-officio diketahui oleh MUI.
DSN didirikan berdasarkan SK MUI No. Kep. 754/II/1999, dengan empat
tugas pokok, yaitu:
1. Menumbuh kembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan
perekonomian.
2. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan keuangan.
3. Mengeluarkan fatwa atau produk keuangan syariah, dan
4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
Adapun fungsi dari Dewan Syariah Nasional adalah:
1. Mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai
dengan syariah.
2. Meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan
lembaga keuangan syariah.
3. Memberikan rekomendasi para ulama yang akan ditugaskan sebagai
DPS pada suatu lembaga keuangan syariah, dan
4. Memberi teguran kepada lembaga keuangan syariah jika terjadi
penyimpangan dari garis panduan yang telah ditetapkan.
Adapun fungsi dari Dewan Pengawas Syariah, sebagai berikut:
1. Mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar sesuai dengan
ketentuan syariah.
2. Membuat pernyataan berkala bahwa bank yang diawasinya telah
berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.
3. Meneliti dan membuat rekomendasi produk dari bank yang diawasinya.
C. Bisnis usaha yang dibiayai
Perbankan merupakan suatu bentuk usaha yang bergerak dengan
spesialisasinya sebagai suatu lembaga dalam jasa keuangan (financial services).
Perbankan melayani jasa keuangan seperti simpan maupun pinjam dengan
menggunakan sistem bunga sebagai kompensasi yang diberikan. Hal ini yang
diterapkan dalam perbankan konvensional secara umum. Berebeda halnya
dengan perbankan syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah
tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah
tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang
diharamkan. Terdapat sejumlah batasan hukum dalam hal pembiayaan. Tidak
semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank syariah,
namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah. Berikut prinsip-prinsip
utama yang dianut bank-bank islam adalah:
1. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi.
2. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada
memperoleh keuntungan yang sah secara syariah.
3. Memberikan zakat.
Terdapat batasan-batasan utama terhadap pembiayaan yang akan disetujui
dalam perbankan syariah, yakni sebagai berikut:
1. Dipergunakan untuk membiayai kegiatan yang halal.
2. Tidak merugikan syiar Islam.
3. Dapat memberikan manfaat kepada masyarakat.
4. Tidak melanggar kesusilaan dan kesopanan umum.
5. Tidak dipergunakan untuk mebiayai kegiatan-kegiatan yang dilarang
oleh Undang-Undang.
Perbedaan utama yang membedakan perbankan syariah dan perbankan
konvensional dalam bidang usaha dan bisnis yang dibiayai adalah terkait
larangan riba (bunga) untuk perbankan syariah. Tidak hanya riba yang dilarang
dalam perbankan, mengingat dalam prinsip ekonomi syariah sebenarnya semua
transaksi diperbolehkan asalkan tidak terdapat unsur riba, maizir dan gharar.
PENUTUP
Dr. Gemala Dewi, S.H., LL.M: Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan
Perasuransian Syariah di Indonesia, Kencana, 2008
Dr. Sri Wahyuni, SE., M.Si: Kinerja Sharia Conformity and Profitability Index dan
Faktor Determinan, Scopindo Media Pustaka, 2020
Hendra, S.E.I., M.A., Muhammad Zuhirsyan, Lc, M.A: Perbankan Syariah dalam
Perspektif Praktis dan Legalitas, Merdeka Kreasi Group, 2022