Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

STANDAR AKUNTANSI PADA BANK SYARIAH

Disusun oleh :

Nama : Rizatul Aliyah

Nim : 202001020002

Program Studi : S1 Akuntansi

Semester :5

Dosen Pengampu : Rini Hidayah, SE, M.Si, Akt, CA, CAP.

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN 2023
DAFTAR ISI

Standar Akuntansi Pada Bank Syariah ................................................................. 1


Daftar Isi.............................................................................................................. 2

Bab I .................................................................................................................... 3
Pendahuluan ........................................................................................................ 3
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
Bab II................................................................................................................... 6
Pembahasan ......................................................................................................... 6
2.1. Bank Syari’ah Dan Dasar Hukumnya ..................................................... 6
2.1.1. Definisi Bank Syariah ..................................................................... 6
2.1.2. Dasar Hukum Bank Syariah ............................................................ 7
2.2. Standar Akuntansi Bank Syari’ah........................................................... 9
2.2.1. Kdpplk Bank Syariah .................................................................... 10

2.2.2. Pedoman Standar Akuntansi Keungan (Psak) No.59 ..................... 11


2.2.3. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (Papsi) ............ 14
2.3. Karakteristik Dan Jenis-Jenis Akad Di Dalam Bank Syari’ah ............... 15
2.3.1. Karakteristik Bank Syariah Di Indonesia ...................................... 15
2.3.2. Jenis-Jenis Akad Bank Syariah ..................................................... 16
2.4. Fungsi Dan Tujuan Bank Syari’ah ....................................................... 20

2.4.1. Fungsi Bank Syariah ..................................................................... 20


2.4.2. Tujuan Bank Syariah .................................................................... 20
Bab III ............................................................................................................... 22
Penutup.............................................................................................................. 22
3.1. Kesimpulan.......................................................................................... 22
Daftar Pustaka ................................................................................................... 24

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akuntansi adalah media komunikasi, oleh karena itu sering disebut


sebagai “Bahasanya Dunia Usaha” (Business Language). Sistem keuangan
Islam bukan sekedar transaksi komersial, tetapi harus sudah sampai kepada
lembaga keuangan untuk dapat mengimbangi tuntutan zaman. Bentuk
sistem keuangan atau lembaga keuangan yang sesuai dengan prinsip Islam
adalah terbebas dari unsur riba. Kontrak keuangan yang dapat
dikembangkan dan dapat menggantikan sistem riba adalah mekanisme
syirkah yaitu : musyarakah dan mudharabah.

Dengan adanya standar akuntansi syariah, laporan keuangan


diharapkan dapat menyajikan informasi yang relevan dan dapat dipercaya
kebenarannya. Standar akuntansi juga digunakan oleh pemakai laporan
keuangan seperti investor, kreditor, pemerintah, dan masyarakat umum
sebagai acuan untuk memahami dan menganalisis laporan keuangan
sehingga memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan yang benar.
Dengan demikian, standar akuntansi memiliki peranan penting bagi pihak
penyusun dan pemakai laporan keuangan sehingga timbul keseragaman atau
kesamaan interpretasi atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan.

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat


Indonesia. Berdiri tahun1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat
terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya
hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan
suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit
dan menghasilkan laba. Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah

3
di atur dalam Undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang
Perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

Adanya Perbankan syariah di Indonesia bertujuan untuk mewadahi


penduduk di Negara Indonesia yang hampir seluruh penduduknya beragama
Islam, Dengan adanya bank tersebut diharapkan tidak adanya kerancuan
dalam proses muamalah bagi para pemeluk agama islam,sehingga mereka
terjaga dari keharaman akibat tidak adanya suatu wadah yang melayani
mereka dalam bidang muamalah yang bersifat islami. Namun realitas yang
ada,dari 80% penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak lebih dari
10% di antara mereka yang bertransaksi secara syar’I lebih-lebih dalam hal
perbankan, Sampai saat ini perbankan syariah di Indonesia belum mampu
menunjukan eksistensinya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari bank syari’ah dan bagaimana dasar hukumnya ?


2. Bagaimana standar akuntansi yang digunakan oleh bank syari’ah ?
3. Bagaimana karakteristik dan jenis-jenis akad di dalam bank syari’ah ?
4. Apa fungsi dan tujuan dari bank syari’ah ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui definisi dari bank syari’ah dan bagaimana dasar


hukumnya.
2. Untuk mengetahui standar akuntansi yang digunakan oleh bank syari’ah.
3. Untuk mengetahui karakteristik dan jenis-jenis akad di dalam bank
syari’ah.
4. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari bank syari’ah.

1.4. Manfaat Penelitian

 Manfaat Teoritis

4
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan
pemikiran bagi pembaharuan ilmu pengetahuan khususnya terkait standar
akuntansi pada bank syariah.

 Manfaat Praktis
1. Bagi penulis:
Manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh penulis berupa adanya
upaya melatih diri dalam melakukan penulisan tentang standar
akuntansi pada bank syariah. Selain itu, penulis juga mendapatkan
pengetahuan baru mengenai kaidah penulisan karya tulis yang benar.
2. Bagi masyarakat atau pembaca:
Memberi informasi baru kepada masyarakat tentang standar
akuntansi pada bank syariah.
3. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan:
Bisa digunakan sebagai referensi dalam penulisan selanjutnya yang
dapat menghasilkan suatu kegiatan yang lebih kreatif dan inovatif.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Bank Syari’ah dan Dasar Hukumnya

2.1.1. Definisi Bank Syariah

Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam


sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank
syariah. Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum islam yang diatur
dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan
keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan (maslahah),
universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir,
riba, zalim dan obyek yang haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah
juga mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial
dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau
dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf
(nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf (wakif).

Menurut (Moegiri et al., 2022), Bank Syariah adalah bank yang


menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank
pembiayaan rakyat syariah. Perbedaan pokoknya adalah BPRS
dilarang menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu
lintas sistem pembayaran. Secara kelembagaan bank umum syariah
ada yang berbentuk bank syariah penuh (full-pledged) dan terdapat
pula dalam bentuk Unit Usaha Syariah (UUS) dari bank umum
konvensional.

6
Sistem dan mekanisme untuk menjamin pemenuhan kepatuhan
syariah yang menjadi isu penting dalam pengaturan bank syariah.
Dalam kaitan ini lembaga yang memiliki peran penting adalah
Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI. Undang-undang No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah memberikan kewenangan
kepada MUI yang fungsinya dijalankan oleh organ khususnya yaitu
DSN-MUI untuk menerbitkan fatwa kesesuaian syariah suatu produk
bank. Kemudian Peraturan Bank Indonesia (sekarang POJK)
menegaskan bahwa seluruh produk perbankan syariah hanya boleh
ditawarkan kepada masyarakat setelah bank mendapat fatwa dari
DSN-MUI dan memperoleh ijin dari OJK.

Pada tataran operasional pada setiap bank syariah juga


diwajibkan memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
fungsinya ada dua, pertama fungsi pengawasan syariah dan kedua
fungsi advisory (penasehat) ketika bank dihadapkan pada pertanyaan
mengenai apakah suatu aktivitasnya sesuai syariah apa tidak, serta
dalam proses melakukan pengembangan produk yang akan
disampaikan kepada DSN untuk memperoleh fatwa. Selain fungsi-
fungsi itu, dalam perbankan syariah juga diarahkan memiliki fungsi
internal audit yang fokus pada pemantauan kepatuhan syariah untuk
membantu DPS, serta dalam pelaksanaan audit eksternal yang
digunakan bank syariah adalah auditor yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi di bidang syariah.

2.1.2. Dasar Hukum Bank Syariah

a) Dasar Hukum Islam (Al – Qur’an & Hadist)


 QS Al – Baqarah Ayat 275
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,

7
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.”
 QS Ar – Rum Ayat 39
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar
dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-
orang yang melipat gandakan (pahalanya).”
b) Dasar Hukum Perundang-undangan
UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah,perkembangan perbankan syariah meningkat tajam
terutama dilihat dari peningkatan jumlah bank/kantor yang
menggunakan prinsip syriah dan peningkatan jumlah asset yang
dikelola.Untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat,sebelum
1992,telah didirikan beberapa lembaga keuangan nonbank yang
kegiatannya menerapkan sistem syariah .Selanjutnya melalui UU
No.7 Tahun 1992 tentang perbankan dan dijabarkan dalam PP
No. 72 tahun 1992, pemerintah telah memberikan kesempatan
untuk pelaksanaan bank syariah.Peraturan pemerintah nomor 72
tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Peraturan
pemerintah nomor 72 tahun 1992 telah secara spesifik mengatur
mengenai bank berdasarkan prinsip bagi hasil sebagaimana yang
disebutkan dalam pasal 1 ayat (1) dan (2) sebagai berikut:

8
1) Bank berdasarkan prinsip bagi hasil adalah bank umum atau
bank perkreditan rakyat yang melakukan kegiatan usaha
semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil.
2) Bank umum atau bank perkreditan rakyat yang melakukan
kegiatan usaha bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Wajib memenuhi ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan pemerintah nomor 70 tahun 1992 ttentang bank
umum dan peraturan pemerintah nomor 71 tahun 1992 tentang
bank perkreditan rakyat serta peraturan perundang-undangan
lainnya yang berlaku bagi bank umum dan bank perkreditan
rakyat.

2.2. Standar Akuntansi Bank Syari’ah

Pendapat (Siregar, n.d.), Akuntansi Islam adalah proses akuntansi


yang menyediakan informasi yang tepat kepada pemangku kepentingan
suatu entitas untuk memastikan bahwa entitas terus beroperasi dalam
batas syariah Islam dan mewujudkan tujuan sosial ekonominya.
Sedangkan untuk kontrasnya, akuntansi konvensional diartikan sebagai
identifikasi, pencatatan, klasifikasi, interpretasi dan komunikasi peristiwa
ekonomi untuk memungkinkan pengguna membuat keputusan yang tepat.
Akuntansi syariah didasarkan pada konsep syariah yang berdiri di atas
prinsip prinsip Islam dibandingkan dengan konvensional akuntansi
didasarkan pada interpretasi kapitalis. Selain itu, bahwa akuntansi
syariah memastikan bahwa organisasi Islam mematuhi prinsip-prinsip
syariah atau hukum Islam dalam transaksi dan memungkinkan penilaian
apakah tujuan organisasi terpenuhi. Akuntansi syariah merupakan bagian
dari Akuntansi yang relatif sangat baru sehingga tidak banyak negara yang
melakukan pembahasan akuntansi syariah. Perkembangan Akuntansi Bank
Syariah secara konkrit baru dikembangkan pada tahun 1999, Bank
Indonesia sebagai pemprakarsa, membentuk tim penyusunan PSAK Bank
Syariah, yang tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
Nomor 1/16/KEP/DGB/1999, yang meliputi unsur-unsur komponen dari

9
Bank Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia, Bank Muamalat Indonesia dan
Departemen Keuangan, hal ini seiring dengan pesatnya perkembangan
Perbankan syariah yang merupakan implementasi dari Undang-Undang
nomor 10 tahun 1998.
Dalam pembahasan terdapat cakupan yang jelas tanggung jawab
antara Ikatan Akuntan Indonesia (Dewan Standar Akuntansi) dan Dewan
Syariah Nasional, tetapi kedua unit tersebut tidak bisa dipisahkan satu
dengan yang lain dalam melakukan pembahasan Akuntansi Perbankan
Syariah. Ikatan Akuntan Indonesia bertanggung jawab terhadap pengukuran,
pengakuan dan penyajian atau hal-hal lain yang berkaitan dengan akuntansi,
dengan memperhatikan fakwa dari Dewan Syariah Nasional, karena unit ini
yang berkompeten terhadap hal ini sedangkan Dewan Syariah Nasional
bertanggung jawab terhadap syariah yang ada pada pembahasan akuntansi
tersebut, karena unit ini yang berkompeten tentang syariah, dan berkaitan
dengan akuntansi diserahkan kepada Dewan Standar Akuntansi.

2.2.1. KDPPLK Bank Syariah

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


Syariah (KDPPLK Syariah) merupakan pengaturan akuntansi yang
memberikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan atas transaksi syariah. Berbeda dengan Kerangka
Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) pada SAK umum yang
mengacu kepada transaksi konvensional, KDPPLK Syariah
memberikan konsep dasar paradigma, asas transaksi syariah, dan
karakteristik transaksi syariah. Berdasarkan KDPPLK Syariah,
transaksi syariah berasaskan pada prinsip:

 Persaudaraan (ukhuwah);
 Keadilan (‘adalah);
 Kemaslahatan (maslahah);
 Keseimbangan (tawazun);
 Unversalisme (syumuliyah);

10
Beberapa karakteristik transaksi syariah yang disebutkan dalam
KDPPLK Syariah diantaranya:

 Tidak mengandung unsur riba;


 Tidak mengandung unsur kezaliman;
 Tidak mengandung unsur maysir;
 Tidak mengandung unsur gharar;
 Tidak mengandung unsur haram

KDPPLK ini pertama kali disahkan oleh Dewan Standar


Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27
Juni 2007 dan masih berlaku hingga saat ini. Berdasarkan surat
Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-B/DPN/IAI/XI/2013
maka seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya
dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada
Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.

2.2.2. Pedoman Standar Akuntansi Keungan (PSAK) No.59

Intisari Kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah


merupakan nilai lebih tersendiri bagi perbankan syariah. Nasabah
bank syariah dari waktu ke waktu semakin meningkat terbukti
semakin maraknya pangsa pasar bank syariah. Adanya kepercayaan
masyarakat yang begitu besar mendorong pemerintah menerbitkan
pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 59. Pedoman ini
merupakan standard keuangan yang diperuntukkan bagi perbankan
syariah di Indonesia. Melalui standard ini perbankan syariah wajib
menyelenggarakan kegiatan akuntansi berdasarkan nilai-nilai syariah
yaitu pengungkapan Islamic Value. Penelitian ini ingin mengungkap
apakah perbankan syariah telah mengimplementasikan PSAK No.59
secara konsisten yakni yang berkaitan dengan pengakuan, penilaian,
penyajian dan pengungkapan. Penelitian ini menggunakan metode
studi literatur atas berbagai penelitian yang pernah dilakukan dan
dianalisis dengan metode diskriptif kualitatif. Berdasarkan analisis

11
studi literatur seputar konsistensi praktik akuntansi syariah pada
Bank Syariah dapat disimpulkan bahwa praktik akuntansi syaraih
pada Bank Syariah untuk transaski penghimpunan dan penyaluran
dana pihak ketiga telah dilaksanakan secara konsisten. Sementara
akuntansi untuk bagi hasil belum sepenuhnya konsisten
dipraktikkan.

Terhitung Sejak 1992-2002 atau 10 tahun lembaga keuangan


baik bank syariah maupun entitas syariah yang lain tidak
memiliki PSAK khusus yang mengatur transaksi dan kegiatan
berbasis syariah. PSAK No.59 sebagai produk pertama Dewan
Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) – Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) untuk entitas syariah dan merupakan awal dari
pengakuan dan eksistensi keberadaan akuntansi syariah di
Indonesia. PSAK No.59 Akuntansi Perbankan Syariah dan
kerangka dasar penyusunan laporan keuangan Bank Syariah ini
disahkan tanggal 1 Mei 2002 dan yang resmi berlaku mulai 1
Januari 2003.

Adapun Kronologis Penyusunan PSAK Perbankan Syariah


(2003) di jelaskan sebagai berikut:

a) Januari – Juli 1999, masyarakat mulai memberi usulan mengenai


standar akuntansi untuk bank syariah.
b) Juli 1999, usulan masuk agenda dewan konsultan SAK.
c) Agustus 1999, dibentuk tim penyusunan pernyataan SAK bank
syariah.
d) Desember 2000, Tim penyusunan menyelesaikan konsep
exposure draf.
e) 1 Juli 2001, exposure draft disahkan mengenai kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bank syariah dan
PSAK Akuntansi Perbankan Syariah.

12
f) 1 Mei 2002, pengesahan kerangka dasar penyusunan dan
penyusunan dan pengajian laporan keuangan Bank Syariah dan
PSAK Akuntansi Perbankan Syariah.
g) 1 Januari 2003, mulai berlaku krangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bank syariah dan PSAK Akuntansi
Syariah.

PSAK No.59 dikhususkan untuk kegiatan transaksi syariah


hanya di sektor perbankan syariah, ini sangat ironis karena ketika
itu sudah mulai menjamur entitas syariah selain dari perbankan
syariah, seperti asuransi syariah, pegadaian syariah, koperasi
syariah. Maka seiring tuntutan akan kebutuhan akuntansi untuk
entitas syariah yang lain maka Komite Akuntansi Syariah Dewan
Standar Akuntasi Keuangan (KAS DSAK) menerbitkan
enam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bagi
seluruh lembaga keuangan syariah (LKS) yang disahkan tanggal
27 Juni 2007 dan berlaku mulai tanggal 1 Januari 2008 atau
pembukuan tahun yang berakhir tahun 2008.

Adapun Ke-enam PSAK itu adalah:

1. PSAK No 101 : Penyajian laporan keuangan syariah


2. PSAK No 102 : Aakuntansi Murabahah (Jual beli)
3. PSAK No 103 : Akuntansi Salam
4. PSAK No 104 : Akuntansi Isthisna
5. PSAK No 105 : Akuntansi Mudarabah (Bagi hasil)
6. PSAK No 106 : Akuntansi Musyarakah (Kemitraan)

Keenam PSAK merupakan standar akuntansi yang mengatur


seluruh transaksi keuangan syariah dari berbagai LKS. Dalam
penyusunaan keenam PSAK, KAS DSAK mendasarkan pada
Pernyataan Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) Bank
Indonesia. Selain itu, penyusunan keenam PSAK juga
mendasarkan pada sejumlah fatwa akad keuangan syariah yang

13
diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI).

2.2.3. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI)

Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI)


merupakan pedoman yang mengatur secara teknis dan rinci
penjabaran Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor
No.59 tanggal 1 Mei 2002 tentang Perbankan Syariah. Tim
penyusunan PAPSI dibentuk berdasarkan Keputusan Deputi
Gubernur Bank Indonesia No.2/8/KEP.DpG/2000 tanggal 12
September tahun 2000. Dalam proses penyusunan PAPSI, tim
penyusun berpedoman kepada standar-standar yang terdapat di
dalam PSAK No.59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang telah
direview oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) melalui suratnya No. U-118/DSN-MUI/IV/2002 tanggal
17 April 2002.

Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia berdasarkan


SE BI No.5/26/BPS tanggal 27 Oktober 2003, mencakup 13 bagian
yang secara ringkas isinya sebagai berikut:

1. Bagian I Pendahuluan
2. Bagian II Laporan Keuangan Bank Syariah
3. Bagian III Aktiva
4. Akuntansi Kewajiban
5. Akuntansi Investasi
6. Ekuitas
7. Laporan Laba/Rugi
8. Laporan Arus Kas
9. Laporan Perubahan Ekuitas
10. Laporan Perubahan Investasi Terikat
11. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana ZIS
12. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardh

14
13. Catatan Atas Laporan Keuanga

Pesatnya perkembangan industri perbankan syariah,


kompleksitas transaksi yang terjadi di dalamnya, dan besarnya
tuntutan masyarakat akan transparansi bank syariah, memicu
perbankan syariah untuk meningkatkan kemampuannya dalam
rangka menjaga kepercayaan masyarakat. Demikian juga pada sisi
pengaturan diperlukan adanya peraturan yang relevan dan dapat
diimplementasikan dengan kondisi yang ada.

Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang


memadai dalam pembahasan dan penerapan PAPSI revisi tahun
2013. Sehingga perbankan syariah dapat menyajikan laporan
keuangan yang memiliki kualitas tinggi dengan informasi yang
akurat dan komprehensif bagi semua stakeholder dan mencerminkan
kinerja bank syariah secara utuh.

2.3. Karakteristik dan Jenis-Jenis Akad di dalam Bank Syari’ah

2.3.1. Karakteristik Bank Syariah di Indonesia

Seperti Dilansir oleh Direktorat Perbankan Syariah BI


menguraikan ada tujuh karakteristik utama yang menjadi prinsip
Sistem Perbankan Syariah di Indonesia yang menjadi landasan
pertimbangan bagi calon nasabah dan landasan kepercayaan bagi
nasabah yang telah loyal. Tujuh karakteristik ini diterbitkan dan
diedarkan berupa sebuah booklet Bank Syariah Untuk Kita
Semua. Ketujuh karakteristik ini adalah :
 Universal, yaitu Memandang bahwa Bank Syariah berlaku untuk
setiap orang tanpa memandang perbedaan kemampuan ekonomi
maupun perbedaan agama.
 Adil, yaitu Memberikan sesuatu hanya kepada yang berhak serta
memperlakukan sesuatu sesuai dengan posisinya dan melaran
adanya unsur maysir (unsur spekulasi atau untung-
untungan), gharar (ketidakjelasan), haram, riba,

15
 Transparan, yaitu Dalam kegiatannya bank syariah sangat terbuka
bagi seluruh lapisan masyarakat.
 Seimbang, yaitu Mengembangkan sektor keuangan melalui
akitfitas perbankan syariah yang mencangkup pengembangan
sektor riil dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah)
 Maslahat, yaitu Bermanfaat dan membawa kebaikan bagi seluruh
aspek kehidupan
 Variatif, yaitu Produk bervariasi mulai dari tabungan haji dan
umrah, tabungan umum, giro, deposito, pembiayaan yang berbasis
bagi hasil, jual-beli dan sewa, sampai kepada produk jasa
kustodian, jasa transfer, dan jasa pembayaran (debet card, syariah
charge).
 Fasilitas, yaitu Penerimaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah,
wakaf, dana kebajikan (qard), memiliki fasilitas ATM, mobile
banking, internet banking dan interkoneksi antarbank syariah.

Melihat ketujuh karakteristik ini, kita bisa memahami bahwa


Perbankan Syariah sudah memiliki landasan awal yang kokoh sebagai
implementasi dari Falsafah Ekonomi Syariah dan masyarakat kini
dapat memperoleh beragam produk dan skema keuangan yang
variatif, kredibel, lengkap serta adil dan menguntungkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan transaksi keuangan masyarakat
modern.

2.3.2. Jenis-Jenis Akad bank Syariah

a. Penghimpunan Dana
 Wadiah
Dari bahasa Arab, al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan
murni dari satu pihak ke pihak lainnya. Jadi, jika kita kaitkan
dengan perbankan Syariah, maka al-wadi’ah merupakan titipan
murni dari seorang/sekelompok nasabah ke pihak bank.
Jika ada seorang nasabah yang ingin membuka tabungan
syariah atas dasar akad wadiah, maka nasabah tersebut

16
sebenarnya menitipkan atau menyimpan sejumlah uang ke bank
dan uang tersebut bisa diambil sewaktu-waktu oleh nasabah.
 Mudharabah
Sebuah perjanjian yang ditentukan diawal antara nasabah
dan pihak pengelola (bank syariah), dimana dalam perjanjian ini
menjelaskan bahwa nasabah adalah pemilik 100% uang atau
modal, sedangkan bank bertindak sebagai pengelola uang /
modal tersebut untuk jenis usaha/bisnis yang halal.Selanjutnya,
jika sebuah usaha yang dikelola dari modal nasabah tersebut
memberikan hasil (keuntungan) maka akan dibagi diantara
keduanya berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat dalam
kontrak awal perjanjian. Pembagian hasil keuntungan disebut
dengan nisbah.

b. Penyaluran Dana
 Qard, adalah suatu akad pinjaman (penyaluran dana)
kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati
antara nasabah dan LKS.
 Murabahah, adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan
nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah
kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan
sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan
yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.
 Salam, adalah pembeli memesan barang dengan
memberitahukan sifat-sifat serta kualitasnya kepadaa penjual
dan setelah ada kesepakatan. Dengan kata lain , pembelian
barang dengan membayar uang lebih dahulu dan barang yang
beli diserahkan kemudian (Dow Payment) artinya penyetoran
harga baik lunas maupun sebagian harga pembelian sebagai

17
bukti kepercayaan, sehubungan dengan transaksi yang telah
dilakukan.
 Istishna, adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/ mustashni')
dan penjual (pembuat/shani').
 Mudharabah Pembiayaan, adalah akad kerjasama antara bank
selaku pemilik dana (shahibul maal) dengan nasabah selaku
(mudharib) yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk
mengelola suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil
keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama
berdasarkan nisbah yang disepakati.
 Musyarakah, adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil di mana
dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dalam
melakukan usaha, dengan proporsi pembagian profit bisa sama
atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para
mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut proporsi modal.
Transaksi Musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak
yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka
miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber
daya.
 Ijarah, adalah akad penyediaan dana dalam rangka
memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa
berdasarkan transaksi sewa tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri. Sedangkan, ijarah Muntahiya
Bittamlik, Adalah akad penyediaan dana dalam rangka
memindahkan hak guna atau manfaat dari suaru barang atau jasa
berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan
kepemilikan barang.
c. Jasa-Jasa Perbankan
 Rahn dalam istilah terminologi positif disebut dengan barang
jaminan, agunan dan runggahan. Dalam islam rahn merupakan

18
sarana saling tolong-menolong bagi umat Islam, tanpa adanya
imbalan atau perjanjian penyerahan barang untuk menjadi
agunan dari fasilitas pembayaran yang diberikan.
 Wakalah adalah pelimpahan/penyerahan kekuasaan oleh
seseorang sebagai pihak pertama kepada orang lain sebagai
pihak kedua dalam hal-hal yang diwakilkan (dalam hal ini pihak
kedua) hanya melaksanakan sesuatu sebatas kuasa atau
wewenang yang diberikan oleh pihak pertama, namun apabila
kuasa itu telah dilaksanakan sesuai yang disyaratkan, maka
semua resiko dan tanggung jawab atas dilaksanakan perintah
tersebut sepenuhnya menjadi pihak pertama atau pemberi kuasa.
 Kafalah adalah sebuah perjanjian pemberian jaminan, baik
berupa jaminan diri atau harta (maal), yang diberikan oleh pihak
penanggung (kafil) kepada pihak ketiga (makhful lahu) untuk
memenuhi kewajiban pihak kedua (makhful anhu ashill) / pihak
yang ditanggung.
 Hawalah adalah secara bahasa pengalihan hutang dalam hukum
islam disebut sebagai hiwalah yang mempunyai arti lain
yaitu Al-intiqal dan Al-tahwil, artinya adalah memindahkan dan
mengalihkan.Penjelasan yang dimaksud adalah memindahkan
hutang dari tanggunganmuhil (orang yang berhutang) menjadi
tanggungan muhal'alaih (orang yang melakukan pembayaran
hutang)
 Sharf adalah akad penukarn atau transaksi jual-beli. Akad Sharf
adalah transaksi jual beli valuta dengan valuta lainnya.
Transaksi jual beli atau pertukaran mata uang dapat dilakukan
baik dengan mata uang yang sejenis maupun mata uang yang
tidak sejenis.

19
2.4. Fungsi dan Tujuan Bank Syari’ah

2.4.1. Fungsi Bank Syariah

Dalam menjalankan operasinya bank syariah memiliki empat


fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi dana-dana


yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan
atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi
bank ;
2. sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki pemilik
dana/shahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang
dikehendaki oleh pemilik dana;
3. sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah; dan
4. sebagai pengelola fungsi sosial, konsep perbankan syariah
mengharuskan bank-bank syariah memberikan pelayanan sosial
baik melalui Qardh (pinjaman kebajikan) atau zakat dan dana
sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

2.4.2. Tujuan Bank Syariah

Bank syariah memiliki tujuan yang lebih luas dibandingkan


dengan bank konvensional, berkaitan dengan keberadaannya sebagai
institusi komersial dan kewajiban moral yang disandangnya. Selain
bertujuan meraih keuntungan sebagaimana layaknya bank
konvensional pada umumnya, bank syariah juga bertujuan sebagai
berikut :

1. Menyediakan lembaga keuangan perbankan sebagai sarana


meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Pengumpulan modal dari masyarakat dan pemanfaatannya kepada
masyarakat diharapkan dapat mengurangi kesenjangan sosial

20
guna tercipta peningkatan pembangunan nasional yang semakin
mantap. Metode bagi hasil ini akan memunculkan usaha-usaha
baru dan pengembangan usaha yang telah ada sehingga dapat
mengurangi pengangguran.
2. Meningkatnya partisipasi masyarakat banyak dalam proses
pembangunan karena keengganan sebagian masyarakat untuk
berhubungan dengan bank yang disebabkan oleh sikap
menghindari bunga telah terjawab oleh bank syariah. Metode
perbankan yang efisien dan adil akan menggalakkan usaha
ekonomi kerakyatan.
3. Membentuk masyarakat agar berpikir secara ekonomis dan
berperilaku bisnis untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
4. Berusaha bahwa metode bagi hasil pada bank syariah dapat
beroperasi, tumbuh dan berkembang melebihi bank-bank dengan
metode lain.

21
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bank syari’ah dapat diartikan sebagai suatu lembaga euanga ang


berfungsi menjadi perantara bagi pihak yang berlebihana dan dn pihak yang
membutuhkan dana untuk kegiatan usah atau kegiatan yang lainnya sesuai
hukum islam. Kegiatan dan usaha bank selalu berkaitan dengan komoditas
antara lain:

 Pemindahan uang
 Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran
 Mendiskonsurat wesel, surat order maupun surat-surat berharga lainnya
 Membeli dan menjual surat-surat berharga
 Membeli dan menjual cek wesel, surat wesel, kertas dagang
 Membeli kredit
 Memberi jaminan kredit.

Secara umum adalah melarang melakukan transaksi yang


mengandung unsur-unsur riba, maisir, gharar, dan jual beli barang haram.
Prinsip bank syariah ini diterapkan untuk mencapai tujuan sesuai jalur
syariah. Pada artikel sebelumnya, telah dijelaskan bahwa setidaknya ada 11
macam prinsip bank syariah, yaitu Mudharabah, Musyarakah, Wadi’ah,
Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah, Qardh, Rahn, Hiwalah/Hawalah.

Standar akuntansi pada bank syariah, mengacu pada :

 KDPPLK Bank Syariah


Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah (KDPPLK Syariah) merupakan pengaturan akuntansi yang
memberikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan atas transaksi syariah. Berbeda dengan Kerangka Konseptual

22
Pelaporan Keuangan (KKPK) pada SAK umum yang mengacu kepada
transaksi konvensional, KDPPLK Syariah memberikan konsep dasar
paradigma, asas transaksi syariah, dan karakteristik transaksi syariah.
 Pedoman Standar Akuntansi Keungan (PSAK) No.59
Intisari Kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah merupakan
nilai lebih tersendiri bagi perbankan syariah. Nasabah bank syariah dari
waktu ke waktu semakin meningkat terbukti semakin maraknya pangsa
pasar bank syariah. Adanya kepercayaan masyarakat yang begitu besar
mendorong pemerintah menerbitkan pedoman Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 59. Pedoman ini merupakan standard keuangan
yang diperuntukkan bagi perbankan syariah di Indonesia. Melalui
standard ini perbankan syariah wajib menyelenggarakan kegiatan
akuntansi berdasarkan nilai-nilai syariah yaitu pengungkapan Islamic
Value.
 Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI)
Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI) merupakan
pedoman yang mengatur secara teknis dan rinci penjabaran Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor No.59 tanggal 1 Mei 2002
tentang Perbankan Syariah. Tim penyusunan PAPSI
dibentuk berdasarkan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia
No.2/8/KEP.DpG/2000 tanggal 12 September tahun 2000.

23
DAFTAR PUSTAKA
Moegiri, M., Dwi Andayani, T., & Saebeni, S. (2022). ANALISIS
KOMPARATIF SEBELUM DAN SAAT PANDEMI COVID 19 BANK
UMUM SYARIAH: Dibuat oleh Moegiri, Tutut Dwi Andayani, Saebani.
Neraca, 18(1), 1–12. https://doi.org/10.48144/neraca.v18i1.1187

Siregar, S. (n.d.). Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konvensional: Komparasi


Nyata Dari Tinjauan Literature.
http://iethafairuz.blogspot.co.id/2014/11/konsep-dasar-bank-syariah.html

http://www.banksyariah.net/2012/07/prinsip-bank-syariah.html
http://simplenews05.blogspot.co.id/2015/08/peran-dan-fungsi-bank-syariah.html
http://www.banksyariah.net/2012/12/fungsi-bank-syariah.html
http://andikagz.blogspot.co.id/2014/01/makalah-konsep-dasar-bank-
indonesia.html

24

Anda mungkin juga menyukai