Anda di halaman 1dari 19

OPERASIONAL BANK SYARIAH

MANAJEMEN PERBANKAN SYARIAH


Dosen Pengampu : POPPY FEBRINA, SE. MM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :


1. ARYO APRIANSYAH (2006211031)
2. BAYAN RASYDIN (2006211023)
3. EEN LIASARI (2006211074)
4. FEBY INDRIATI (2006211032)
5. FITRIA AGUSTINA (2006211020)
6. RANDO WALDI (2006211055)

SEMESTER : VI B

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI APRIN


PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Meski ada
sedikit kendala dalam pengerjaannya, namun akhirnya makalah berjudul
“Operasional Bank Syariah” dapat kami selesaikan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dari semua pihak yang
terlibat. Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberi
tugas, sehingga kami dapat memahami lebih dalam materi ini.

Kami menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan. Baik dari
Bahasa yang digunakan maupun dari Teknik penyajiannya. Kami harap pembaca
dapat memberikan kritik agar proposal ini lebih baik lagi kedepannya.

Akhir kata, kami berharap semoga proposal ini dapat memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk para pembaca .

Palembang, 25 Januari 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................... i

KATAPENGANTAR ................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................ iii

ABSTRAK .................................................................. iv

BAB I Pendahuluan................................................... v

1.1 Latar belakang ............................................ v


1.2 Rumusan Masalah ...................................... v
1.3 Tujuan Pembahasan................................... vi
1.4 Manfaat ...................................................... vi

BAB II Pembahasan .................................................. vii

2.1 Pengertian Sistem Operasional Bank Syariah .. vii

2.2 Pokok-Pokok Operasional Bank Syariah .......... viii

2.3 Prinsip Operasional Bank Syariah .................... ix-x

2.4 Bagi Hasil ......................................................... xi-xvi

BAB III Penutup ......................................................... xvii

3.1 Kesimpulan ...................................................... xvii

3.2 Saran ............................................................... xvii

DAFTAR PUSTAKA ................................................... xviii

iii
ABSTRAK

Bank berasal dari bahasa italia ”banco” yang artinya meja, sedangkan bank
menurut para ahli ekonomi artinya bank adalah suatu badan yang menerima dan
memberi kredit. Manajemen Perbankan Syariah adalah manajemen Lembaga
yang melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan
atau melaksanakan fungsi intermediasi keuangan. Bank Syariah merupakan bank
yang melakukan penghimpunan dana dan penyalurannya memberikan dan
mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah islam, dengan akad sebagai
keterikatan bank dengan nasabah.

Banyak presepsi ulama yang menyatakan hukum tentang bank yaitu haram
yaitu alasannya bunga, bank tanpa bunga itu mustahil padalah islam melarang
sistem bunga. Mubah yaitu dengan alasan bank kebutuhan yang tidak bisa
dielakkan sehingga di bolehkan dan mustasyabihat yaitu masih diragukan haram
tidaknya karena bank merupakan kebutuhan mendesak dalam kehidupan. Bank
konvesional yang menerapakan sistem bunga (riba) yang sangat bertentangan
dengan syariat islam, oleh karena itu para ekonom muslim mencari jalan keluar
untuk ekonomi secara islam dengan mengembangkan perbankan yang menganut
sistem syariah. Maka bank syariah tidak membebankan dan memberi bunga
melainkan mengajak partisipasi (yang menjadi deposan) dalam bidang usaha yang
didanai. Para deposan dalam bank syariah sama-sama mendapatkan keuntungan
yang telah ditetapkan. Yang dijalankan dengan sistem opersional yang telah
ditetpakan sesuai syariah islam.

Perbankan Syariah di Indonesia sendiri dimulai Ketika Bank Pengkreditan


Rakyat Syariah (BPRS) didirikan di bandung tahun 1991 dan PT BPRS herukat di
Nangroe Aceh Darussalam yang diprakarsai oleh MUI melalui serangkaian
lokakarya, tanggal 18-20 Agustus 1990. Dari hasil ini berkembang menjadi PT
Bank Muamalat Indonesia (BMI) tahun 1991 dan beropersi pada tahun 1992.
Tahun 2005-2009 Bank Syariah terus meningkat.

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Eksistensi perbankan syariah yang kini semakin berkembang pesat telah


menjadi sebuah indicator dari keberhasilan ekonomi syariah di Indonesia. Sistem
ekonomi syariah mempunyai aturan yang dilandaskan berdasarkan prinsip hukum
islam, dimana prinsip tersebut mengaharamkan adanya sistem riba,, sebagaimana
yang telah ditetapkan ayat-ayat dalam Al-Quran. Bank syariah yang merupakan
implemensi dari sistem ekonomi islam seharusnya menjadi prioritas utama baik
bagi masyarakat muslim maupun non muslim dalam memberikan Amanah
sebagaimana fungsinya sebagai Lembaga intermediasi yaitu menghimpun dana
dari masyarakat yang kelebihan dana untuk kemudian disalurkan Kembali kepada
masyarakat yang membutuhakan dana melalui pembiayaan serta pelayanan
produk jasa dan sosial.

Bank syariah memiliki tujuan menerapkan aktivitas ekonomi masyarakat


secara syariah, khususnya yang berkaitan dengan opersional perbankan supaya
terhindar dari kegiatan yang bisa menimbulkan pengaruh negatif dalam kehidupan
ekonomi masyarakat. Hubungan ekonomi yang sesuai dengan syariah ditentukan
oleh hubungan akad yang terdiri dari lima konsep dasar akad yaitu sistem
simpanan, bagi hasil, margin keuntungan atau jual beli, sewa, fee atau jasa. Dana
yang dikumpulkan melaui produk pengumpulan dana yang terdiri atas prinsip
wadia’ah dengan prinsip mudharabah, kemudian dana disalurkan dengan
murabahan, musyarakah, al istishnana dan bai’As-salam.

Islam adalah suatu agama yang dapat digunakan sebagai pandangan hidup
yang praktis serta menjalankan segala sesuatu dengan baik dan bermanfaat,
memberikan dasar-dasar ajaran untuk pandangan hidup sehingga selalu dapat
menyesuaikan dengan perubahan kondisi rill dalam masyarakat. Sehingga Bank
syariah tersebut dijalankan dengan aturan dan konsep operasional yang telah
ditetapkan sebagaimana mestinya sesuai dengan ajaran dan syariat islam.

v
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang


akan di bahas pada proposal ini adalah :

1. Apa pengertian sistem Operasional Bank Syariah ?


2. Apa saja pokok-pokok Operasional Bank Syariah?

1.3 Tujuan Pembahasan


Dilihat dari rumusan masalah yang ada, dapat mengetahui bahwa proposal ini
bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengertian sistem operasional Bank Syariah
2. Untuk mengetahui pokok-pokok operasional Bank Syariah

1.4 Manfaat
1. Diharapkan Ketika proposal ini dibuat kami memperoleh ilmu pengetahuan
mengenai perbankan syariah dan operasional bank syariah.
2. Diharapkan proposal ini bisa dijadikan bahan ajaran dan menambah
pengetahuan pembaca .

vi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Operasional Bank Syariah

Sistem perbankan syariah adalah sistem perbankan yang menerapakan


prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan bagi bank dan nasabah. Sistem
perbankan syariah yang dalam pelaksanaannya berlandaskan pada syariah islam,
menonjolkan aspek keadilan dan kejujuran dalam bertransaksi, investasi uang
beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraaan dalam
berproduksi dan menghindari kegiatan spekulatif dari berbagai transaksi
keuangan. Sistem ekonomi islam akan menjadi dasar beroperasinya bank syariah
yang paling menonjol adalah tidak mengenal bunga uang dan yang tidak kalah
pentingnya kemitraan/Kerjasama (Mudarabah dan musyarakat) dengan prinsip
bagi hasil, sedangakan peminjaman uang hanya dimungkinakan untuk tujuan
sosial tanpa adanya imbalan apapun. Pada sistem opersi bank syariah, pemilik
dana menanamkan uangnya di bank tidak dengam motif mendapatkan uang, tapi
dalam rangka mendapatkan keuntunganbagi hasil. Dana nasabah tersebut
kemudian disalurkan kepada meraka yang membutuhkan ( misalnya modal usaha
), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem
operasional tersebut meliputi :

1. Sistem penghimpun dana


Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank konvensional didasari
teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang
membutuhkan uang untuk tiga kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan
investasi. Teori tersebut menyebabakan produk penghimpunan dana
disesuaikan dengan tiga fungsi tersebut yaitu berupa giro, tabungan dan
deposito.

2. Sistem penyaluran dana (financing)


Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga
model yaitu :
• Transaksi pembiayaan yang ditunjukkan untuk memiliki barang dilakukan
dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk
pembiayaan-pembiayaan murabahah, salam dan istishna’

vii
• Transaksi pembiayanan ditunjukkan untuk mendaptakan jasa dilakukkan
dengan prinsip sewa(ijarah). Transaksi ijarah dilandasi adanya
pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan
prinsip jual beli, namun perbedaaannya terletak pada obyek transaksinya.
Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah
obyek transaksinya jasa.

• Transaksi pembiayaan yang ditunjukkan untuk usaha Kerjasama yang


ditunjukkan guna mendapatakan sekaligus barang dan jasa, dengan
prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank
syariah diopersionalkan dengan pola-pola musyarakat dan mudharabah.
Jasa layanan perbankana yang diopersionalkan dengan pola hiwalah,
rahn. Al-qardh, wakalah, dan kaffalah.

Prinsip utama operasional bank berdasarkan prinsip syariah adalah hukum


islam yang bersumber dari Al-Quran dan Al Hadist. Kegiatan operasional bank
harus memperhatikan dan larangan kedua sumber tersebut.

2.2 Pokok-Pokok Operasional Bank Syariah


1. Landasan hukum, dalam operasional Bank Syariah
• Dewan Pengawas Syariah, setelah menerima laporan dari direksi
terutama yang menyangkut produk-produk Bank Syariah, segera
mengadakan musyawarah dengan pimpinan ketuanya.
• Operasional Bank Syariah yang dipimpin oleh direksi berlandaskan fatwa
agama.
• Produk-produk baru baik yang timbul dari direksi, komisaris, DPS
maupun dari masyarakat pada umumnya harus melalui fatwa agama dari
DPS yang disampaikan kepada direksi dengan Tindakan kepada
komisaris.
• Kebijaksanaan direksi yang tidak sesuai dengan fatwa agama, karena
tidak mampu berlandaskan fatwa agama tersebut ataupun dengan
alasan lain, segera diambil oleh komisaris untuk diadakan musyawarah
bersama antara direksi, DPS dan komisaris.
2. Untuk pertama kali, direksi membuat rencana kerja/operasional dan
membuat anggaran yang disampaikan kepada departemen keuangan

viii
Jakarta didalam permohonan ijin operasional. Kegiatan operasional Bank
Syariah antara lain :
a) Bidang Marketing
Sebagai Langkah awal bidang marketing membuat rencana target, baik
untuk produk funding maupun produk financing. Dalam membuat target
tersebut haruslah disesuaikan dengan rencana kerja operasional Bank
Syariah yang dibuat oleh direksi.
b) Kegiatan Operasional
1) Pemasaran produk dengan melakukan dari berbagai macam media
pemasaran, baik media elektronik, cetak, pertemuan-pertemuan,
pengajian-pengajian, khutbah jum’at dan sebagainya.
2) Kegiatan funding officer dan anggotanya terutama dalam monilisasi
dana, hasilnya :
• Funding : saham, deposito, mudharabah, tabungan, titipan
wadiahyad dhomamamah atau zakat, infaq, dan shadaqah(zis)
• Setelah diadministrasikan oleh FO, funding yang baru
diserahkan kepada SA dan bagian jasa nasabah(janas),
sedangkan funding kelanjutan langsung diserahkan kepada
teller/kasir.
3) Operasional account Officer (A/O) atau pembinaan pembiayaan
• Membuat struktur dana dan alokasi dana dari dana mobilisasi
tersebut untuk memenuhi permohonan pembiayaan yang
masuk.
• Memperoses calon debitur yang masuk.
• Membina debitur agar lancer pengembalian pembiayaan serta
mengurangi risiko(menekan risiko) atas pembiayaan yang
diberikan.

ix
2.3 Prinsip Operasional Bank Syariah

Perbankan syariah menjalankan fungsi-fungsi operasional perbankan meliputi


penghimpunan, penyaluran, dan jasa. Islam dalam memberikan dasar-dasar pedoman
operasional perbankan bank syariah dapat menjalankan prinsip-prinsip, sebagai
berikut :
1) Produk Pembiayaan (Financing)
a. Pembiayaan Ekuitas (Equity Financing)
b. Kontrak Musyarakah ( Joint Venture Profit Sharing)
c. Kontrak Mudharabah (Trustee Profit Sharing)
d. Debt Financing (Cost Plus Financing)
e. Kontrak Murabahah
f. Kontrak Bai’ As Salam
g. Kontrak Bai’ Al Istishna’
h. Kontrak Al Ijarah
i. Kontrak Qardh
2) Produk Penghimpunan Dana (Funding)
a. Rekening koran (Current account atau Demand deposit) dengan prinsip
wadi’ah.
b. Rekening tabungan dengan prinsip wadi’ah atau mudharabah (saving
account)
c. Rekening Mudharabah mutlaqah untuk investasi umum (investment
account)
d. Rekening Mudharabah muqayyadah untuk investasi khusus (special
investment account)

3) Produk Jasa
a. Jaminan peminjaman (latter off credit) dengan prinsip wakalah,
musyarakah, atau mudharabah.
b. Garansi bank prinsip kafalah.
c. Transfer prinsip wakalah
d. Jual beli valuta asing atau valas (sharf)

x
Uraian pengertian mengenai produk-produk perbankan syariah :

1. Wadi’ah adalah penitipan dana atau barang dari pemilik dana/jasa kepada
penyimpan dana atau barang dengan kewajiban pihak yang menerima
titipan untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu.
2. Mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal)
kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiata usaha
tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi
(profit-loss sharing) atau metode bagi pendapatam (revenue sharing)
diantara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya.
3. Musyarakah adalah penanaman dana dari pemilik dana atau modal untuk
mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan
pembagain keuntungan berdasrkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya. Kerugian yang timbul ditanggung semua pemilik dana/modal
berdasarkan bagian dana/modal masing-masing.
4. Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah
dengan margin keuntungan yang disepakati.
5. Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-
syarat tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
Istishna’ adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan barang kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai
dengan kesepakatan.
6. Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah
mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa
atau imbalan jasa.
7. Qardh adalah pinjam-meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban
pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau
cicilan dalam jangka waktu tertentu.

Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dengan akad wadi’ah,


mudharabah, dan cara lainnya. Dana yang dihimpun selanjutnya oleh bank syariah
disalurkan kepada pihak yang memerlukan dana dengan akad bagi hasil, sewa-
menyewa, dan/atau jual beli. Dari akad bagi hasil, bank akan memperoleh
pendapatan bagi hasil, sedangkan dari akad sewa bank akan memperoleh biaya
sewa. Sementara, dari akad jual beli, bank akan memperolah keuntungan berupa

xi
margin. Selain tugas utama menghimpun dan menyalurkan dana, bank syariah
juga memberikan layanan/jasa kepada nasabah dengan memperoleh fee dari
pengguna layanan perbankan.

2.4 Bagi Hasil


Landasan Syariah “Pemilik modal menyerahkan modalnya kepada
pekerja/pedagang untuk dikelola, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi
menurut kesepakatan bersama” (Ensiklopedia Hukum Islam).

1. Mudharabah

Mudharabah adalah kerja sama antara pemilik modal atau bank dan
pengelola atau nasabah. Keuntungan yang diperoleh dibagi menurut kesepakatan
di muka dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Bank syariah Sebagai
channeling hanya memperoleh fee dari jasa yang diberikan. Disebut “of balance
sheet” karena transaksi antara shahibul maal dan mudharib tidak dibukukan dalam
buku bank, Tetapi hanya dicatat secara khusus di luar buku bank. Biasanya,
pengguna produk ini adalah pemilik dana yang besar dan pihak yang memerlukan
dana besar, seperti pengusaha atau proyek-proyek. Skema mudharabah
muqayyadah on balance sheet berdasarkan sektor adalah skema di mana bank
syariah menyalurkan dana yang dihimpun kepada pihak yang memerlukan dana
pada sektor tertentu. Skema ini adalah jenis yang paling banyak diterapkan bank
syariah. Skema mudharabah muqayyadah on balance sheet berdasarkan akad
yang digunakan.

Apabila invenstor menginginkan dana yang dititipkan bank diinvestasikan


sesuai keinginan investor. Selain akad tersebut, kebanyakan nasabah, khususnya
nasabah kecil memercayakan secara penuh dananya di bank syariah. Kondisi ini
tidak memberikan persyaratan khusus kepada bank untuk menginvestasikan
dananya. Bank melakukan analisis untuk menginvestasikan sesuai dengan
analisis dan kebutuhan yang dilakukan pihak bank syariah. Akad yang digunakan
oleh bank kepada investor adalah mudharabah mutlaqah.

Akad mudharabah mutlaqah on balance sheet merupakan akad yang


paling banyak digunakan nasabah penyimpan dana yang tidak
mempermasalahkan penggunaan dana tersebut. Bank syariah diberi kebebasan
untuk mengalokasikan dana berdasarkan analisis perbankan.

xii
Rukun dan Syarat Mudharabah

1. Rukun
Adanya pemilik modal, ada pengelola, ada usaha yang dikelola, ada
keuntungan yang diharapkan dan ada pengikat antara pemilik modal dan
pengelola.
2. Syarat
Kedua belah pihak paham akan hukum, modal dalam bentuk tunai dan dapat
dihitung serta pembagian keuntungan disepakati bersama/
3. Implementasi Mudharabah dalam teknis perbankan
Nasabah memiliki proyek dan meminta pembiayaan dari bank untuk
proyeknya, nasabah mengelola proyek, nisbah bagi hasil keuntungan
ditetapkan bersama dengan jangka waktu pengelolaan dan pembagian hasil
ditentukan serta bank diizinkan dalam mengawasi pengelolaan
4. Objek Mudharabah
Objek didasarkan pada jenis usaha, seperti waralaba atau kemitraan. Objek
ini juga digunakan untuk modal kerja dan investasi.
5. Modal
Modal diberikan untuk mengelola usaha yang disepakati bersama. Jumlah
modal yang disertakan harus jelas dan dilakukan dengan sekaligus atau
bertahap sesuai kesepakatan. Jika ada biaya lain yang dibutuhkan, tidak
termasuk dalam perhitungan modal.
6. Bagi hasil
Perhitungan bagi hasil dapat dihitungkan dari pendapatan kotor yaitu reneue
sharing atau pendapatan bersih yaitu profit sharing sesuai kesepakatan.
Pembagian juga dapat dihitung setiap bulan, per tigabulan atau tergantung
kesepakatan, besarnya nisbah bagi hasil juga sesuai kesepakatan . apabila
terjadi kegagalan usaha karena nasabah sebagai pengelola modal maka
kerugian menjadi tanggung jawab nasabah dan modal menjadi piutang bank.
7. Pengelolaan usaha
Bank bisa mengawasi atau terlibat dalam usaha bergantung pada
kesepakatan dan bank tidak berhak membatasi usaha nasabah dalam
mendapatkan keuntungan sepanjang usaha tersebut tidak melanggar syariat
dan aktivitas utama usaha.

xiii
8. Dokumentasi perbankan
Terdiri dari surat permohonan mudharabah, surat persetujuan dan akad
mudharabah serta surat permohonan realisasi mudharabah(SPRM) dan
tanda terima uang oleh nasabah (TTUON).

9. Akad mudharabah
Spesifikasi proyek, jumlah modal yang disertakan, jangka waktu
mudharabah, nisbah bagi hasil dan jangka waktu bagi hasil.
10. Prinsip dasar pengembalian modal
Bagi hasil diberikan setiap bulan atau per tiga bulan bergantung pada arus
kas,kesepakatan dan analisis account officer. Modal dikembalikan Ketika
akhir periode mudharabah dengan teknis pelaksanaan yang bervariasi. Modal
dikembalikan bersamaan dengan bagi hasil dan ditampung di dalam
escrouwn account dan didebet oleh bank syariah pada akhir periode.

2. Al-Musyarakah

Musyarakah adalah kerja sama antara bank dan nasabah, di mana masing-
masing Menginvestasikan modalnya dengan keuntungan dibagi menurut
kesepakatan di muka. Sementara itu, kerugian yang terjadi ditanggung oleh bank
dan nasabah secara proporsional. Musyarakah adalah akad kerja sama dan bagi
hasil antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dengan cara masing-
masing pihak memberikan kontribusi atau menggabungkan modal, dana atau mal
dengan kesepakatan bahwa hak-hak, kewajiban, risiko dan keuntungan
ditanggung secara bersama dengan nisbah (bagi hasil) ditentukan. Menurut
Antonio (2001), musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Sesuai Musyarakah disebut juga dengan istilah sharikah atau syirkah. Secara
bahasa Musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti al-ikhtilath
(percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara masing-
masing sulit dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau perserikatan usaha.
Menurut fatwa DSN-MUI Nomor 8 Tahun 2000, pengertian al-syirkah adalah
pembiayaan berdasarkan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu

xiv
usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan dana bahwa keuntungan dan risiko akan di tanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan. Pembiayaan bagi hasil dalam bentuk musyarakah diatur
dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, dalam pasal 1
angka 13 disebutkan bahwa musyarakah merupakan salah satu produk
pembiayaan pada perbankan syariah.

Jenis-jenis Musyarakah

Al-Musyarakah ada dua jenis Musyarakah pemilihan dan musyarakah akad


(kontrak). Musyarakah pemilihan tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi
lainnya yang mengakibatkan pemilihan satu asset oleh dua orang atau lebih.
Dalam musyarakah ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah
asset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan asset tersebut.

Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau
lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
Mereka pun sepakatan berbagi keuntungan dan kerugian.

Musyarakah akad terbagi menjadi: al-‘inan, al-mufawadhah, al-a’maal, al-


wujuh, dan al-mudharabah. Para ulama berbeda pendapatan tentang al-
mudharabah, apakah ia termasuk jenis al-musyarakah atau bukan. Beberapa
ulama menganggap al-mudharabah termasuk ketegori al-musyarakah karena
memenuhi rukun dan syarat sebuah akad (kontrak) musyarakah. Adapun ulama
lain menganggap al-mudharabah tidak termasuk sebagai musyarakah.

a) Syirkah Al-‘inan
Kontrak antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi
dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Kedua pihak berbagi
dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati. Akan tetapi,
porsi masing-masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil,
tidak harus sama dan identic sesuai dengan kesepakatan mereka. Mayoritas
ulama membolehkan jenis al-musyarakah ini.
b) Syirkah Mufawadhah
Kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih, setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap
pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama. Dengan demikian

xv
syarat utama dari jenis al-musyarakah ini adalah kesamaan dana yang
diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang dibagi oleh masing-masing
pihak.
c) Syirkah A’maal
Kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima pekerjaan secara
bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaaan itu. Misalnya, kerja sama
dua orang arsitek untuk menggarap sebuah proyek, atau kerja sama dua
orang penjahit untuk menerima order pembuatan seragam sebuah kantor. Al-
musyarakah ini kadang-kadang disebut musyarakah abdan atau snaa’i.

d) Syirkah wujuh
Kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik
serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu
perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai. Mereka berbagi dalam
keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang
disediakan oleh tiap mitra. Jenis al-musyarakah ini tidak memerlukan modal
karena pembelian secara kredit berdasar pada jaminan tersebut. Karenannya,
kontrak ini pun lazim disebut sebagai musyarakah piutang.

3. Al-Muzara’ah
Al Muzara’ah yaitu kerja sama antara pemilik lahan dan penggarap dalam
pengolahan pertanian, dimana benih tanaman berasal dari penggarap.
Pemilik lahan memberikan lahannya kepada penggarap, untuk dikelola dan
hasilnya dibagi dua sesuai kesepakatan (persentase) dari hasil panen.
Menurut Abdul Sami’ Al-Mishri, mengartikan Muzara’ah sebagai sebuah akad
kerjasama pengelola lahan pertanian antara pemilik lahan dan pengarap.
Pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada sipenggarap, untuk
ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu dengan hasil panen.
Namun, jika terjadi kerugian atau gagal panen, maka penggarap tidak
menanggung apapun, tapi telah rugi atas usaha dan waktu yang telah ia
keluarkan.
Pengertian diatas dapat dipahami, bahwa Muzara’ah adalah suatu bentuk
kerjasama antara pemilik lahan dan penggarap tanah dengan perjanjian bagi
hasil yang jumlahnya menurut kesepakatan bersama, apakah pembagiannya
1/3, 2/3 atau menurut perjanjian diantara mereka.Menurut Hanafiyah, rukun

xvi
Muzara’ah ialah akad, yaitu Ijab dan Kabul antara pemilik dan pekerja. Secara
rinci, jumlah rukun-rukun Muzara’ah menurut Hanafiyah ada 4, yaitu Tanah,
perbuatan pekerja, modal, alat-alat untuk menanam.
Dasar Hukum Muzara’ah, yaitu kerjasama dalam bentuk muzara’ah
menurut kebanyakan ulama hukumnya adalah boleh. Dasar kebolehannya itu,
disamping dapat dipahami dari umummnya Firman Allah yang menyuruh
bertolong-tolongan, juga secara khusus dari hadits Nabi dari Ibnu Abbas
menurut riwayat al-Bukhari yang menyatakan: “Bahwasannya Rasul Allah
SAW memperkerjakan penduduk Khaibar (dalam pertanian) dengan imbalan
bagian dari apa yang dihasilkannya, dalam bentuk tanaman atau buah-
buahan”.
Dari hadits tersebut dapat dipahami, bahwa apa yang dilakukan oleh Nabi
dengan petani Khibar adalah kerjasama, bukan upah mengupah dengan
pekerja tani dan bukan pula sewa-menyewa (ijarah) tanah dengan pemilik
tanah; karena sewa dalam akad sewa menyewa atau upah dalam akad upah
mengupah (ijarah) harus jelas dan pasti nilainya, bukan dengan hasil yang
belum pasti. Ulama yang mengatakan tidak boleh muamalah dalam bentuk
muzara’ah, adalah Abu Hanifah dan Zufar, menurutnya hadist yang
menjelaskan muamalah yang dilakukan Nabi dengan penduduk Khaibar,
sebenarnya bukan merupakan kerjasama dengan menggunakan akad
muzara’ah, melainkan kharaj musaqamah, yaitu kewajiban tertentu (pajak)
berupa prosentase tertentu dari hasil bumi. Pada prinsipnya zakat dibebankan
kepada orang yang mampu, hasil pertanian telah mencapai batas nishab. Jika
dilihat asal benih tanaman, maka dalam Muzara’ah yang wajib zakat adalah
pemilik tanah, karena dialah yang menanam, sedangkan penggarap hanya
mengambil upah kerja. Hikmah Muzara’ah ialah Terwujudnya kerjasama yang
saling menguntungkan antara pemilik tanah dengan petani
penggarap,Meningkatnya kesejahteraan masyarakat, Tertanggulanginya
kemiskinan danTerbukanya lapangan pekerjaan, terutama bagi petani yang
memiliki kemampuan bertani tetapi tidak memiliki tanah garapan.

xvii
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bank syariah adalah bank yang melaksankan segala kegiatannya
berdasarkan prinsip syariat agama islam, yang Pada sistem operasionalnya,
pemilik dana menanamkan uangnya di bank namun tidak mendapatkan
bunga, melainkan keuntungan bagi hasil. Dana yang di tanamkan oleh
nasabah tersebut akan disalurkan kepada nasabah yang membutuhkan
dengan berdasarkan prinsip operasional bank syariah yaitu keuntungan yang
diperoleh dengan bagi hasil. Bagi hasil dengan mudrabah, musyakah
maupun muzara’ah,sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

3.2 Saran
Bank syariah adalah bank yang dilaksankan dengan menghindari bunga
dalam pengambilan keuntungannya. Maka hendaknya bank tersebut tetap
menjalankan operasional serta prinsip bank tersebut berdasarkan syariah.

xviii
DAFTAR PUSTAKA
Danupranata, gita. 2013. Manajemen perbankan syariah. Jakarta. Salemba
empat.

Antonio Syafii Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teknik ke Praktik. Jakarta :
Gemma Insani Press

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/09/20/akad-musyarakah

https://amp.kompas.com/skola/read/2021/01/02/145651369/sistem-operasi-bank-
syariah

https://id.wikipedia.org/wiki/perbankan_syariah

https://www.detik.com/sulsel/berita/d6366750/15-contoh-kata-pengantar-
makalah-beserta-struktur-dan-cara-membuatnya/amp

https://amp.suara.com/bisnis/2021/10/22/204033/apa-itu-manajemen-bank-
syariah-prinsip-dasar-fungsi-dan-sejarah

https://repository.unissula.ac.id

https://pm.unida.gontor.ac.id/hukum-dan-fungsi-bank-menurut-islam/

https://www.infojambi.com/prinsip-bagi-hasil-mengenai-al-muzaraah-dan-al-
mukharabah/#:~:text=Secara%20umum%20prinsip%20bagi%20hasil%20dalam
%20ekonomi%20syariah,pertanian%20disebut%20Muzara%E2%80%99ah%20d
an%20Al%20Mukharabah.%20Al%20Muzara%E2%80%99ah

xix

Anda mungkin juga menyukai