Dosen Pengampu:
Yuni Maimuna, S.Ak.M.Ak
OLEH:
KELOMPOK 1
Adrian 216602111
Saprianti Dias 216602010
Atika Putri Anastasya 216602056
Muh.Syarhil 191821155
KELAS REG 02
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Yuni Maimuna,S.Ak,M.Ak
sebagai dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Syariah yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
BAB II .....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................4
PENUTUP .............................................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
"Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (musharakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pemilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah waiqtina)."
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
kalinya dapat menyampaikan permohonan penempatan anggota DPS
kepada DSN.
5
2.1.3 Perencanaan Organisasi
Perencanaan organisasi bank adalah pengelompokan yang dologis dari
kegiatan-kegiatan bank, menurut hasil yang ingin a dicapai yang menunjukkan
dengan jelas tanggung jawab dan wewenang atas suatu tindakan. Struktur
organisasi tergantung pada besar-kecilnya bank (bank size), keragaman layanan
yang ditawarkan, keahlian personilnya dan peraturan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku. Tidak ada acuan baku bagi penyusunan struktur organisasi
bagi bank dalam segala situasi kebutuhan operasinya. Bank mengorganisasikan
fungsi-fungsinya untuk melayani nasabahnya atau menempatkan karyawan yang
ada atau karyawan baru Usesuai dengan bakat dan kemampuannyanya.
Struktur organisasi setiap bank berikut tanggung jawab dan wewenang para
pejabatnya bervariasi satu sama lain. Oleh karena itu, struktur organisasi
mencerminkan pandangan manajemen tentang cara yang paling efektif untuk
mengoperasikan bank.
6
Perbankan telah mengembangkan berbagai produk yang merupakan
kombinasi dari beberapa kegiatan dasar dalam satu paket, untuk memperoleh
keuntungan dan pendapatan fee. Produk dasar dari bank meliputi:
Produk-produk pembiayaan (financing),
Produk-produk operasional yaitu produk dana dan Des pemindahan dana
(deposit related services) serta layanan lain (non deposit functions) seperti
safekeeping dan data processing
Produk-produk investasi (sertifikat pasar uang, waliamanat)
c. Fungsi Staf
Prinsip musyawarah sangat dianjurkan dalam organisasi yang berdasarkan
prinsip syariah. Oleh karena itu, di dalam proses perumusan kebijakan,
pengambilan keputusan perlu dilakukan secara musyawarah.
d. Struktur Personalia Struktur organisasi bank melibatkan berbagai tingkat
wewenang dan tanggung jawab
Bank harus mempunyai Pengurus (Board of Directors) dan manajemen.
Bank juga membentuk beberapa komite yang terdiri dari para anggota direksi
dan para personil yang terkait dalam tingkat manajemen.
7
Pada dasarnya ketentuan UU yang telah dikeluarkan pemerintah antara lain
UU No. 7 Tahun 1992, UU No. 10 Tahun 1998 kemudian UU No. 23 Tahun
1999 sudah menjadi dasar hukum yang cukup kuat bagi terselenggaranya
perbankan syariah di Indonesia. Namun demikian, masih ada beberapa hal yang
perlu disempurnakan antara lain perlunya penyusunan dan penyempurnaan
ketentuan serta undang-undang operasional bank syariah secara tersendiri, sebab
undang-undang yang telah ada sesungguhnya dasar hukum bagi penerapan dual
banking system. Dual banking system adalah terselenggaranya dua sistem
perbankan (konvensional dan syariah secara berdampingan) yang
pelaksanaannya diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sehingga yang terjadi adalah bank syariah tidak berdiri sendiri (mandiri)
dalam operasionalisasinya di mana masih menginduk kepada bank konvensional.
Bila demikian adanya perbankan syariah hanya menjadi salah satu bagian dari
program pengembangan bank konvensional, padahal yang dikehendaki adalah
bank syariah yang betul-betul mandiri dengan berbagai perangkatnya sebagai
bagian perbankan yang diakui secara nasional.
Bank Syariah:
8
4. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan,
prinsip kesederajatan dan prinsip ketentraman antara Pemegang Saham,
Pengelola Bank dan Nasabah atas jalannya husaha bank syariah
5. Prinsip bagi hasil:
a. Penentuan besarnya risiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dein dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi
b. Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah Makeuntungan yang
diperoleh
c. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai denganpeningkatan
jumlah pendapatan
d. Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil
e. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika
proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
9
b. Kemitraan
Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna
dana, maupun Bank pada kedudukan da yang sama dan sederajat dengan mitra
usaha. Hal ini dige tercermin dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan
yang berimbang di antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana
maupun Bank. Dalam hal ini bank Maan berfungsi sebagai intermediary
institution lewat skim skim pembiayaan yang dimilikinya.
c. Keterbukaan
Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara berkesinambungan,
nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas manajemen
bank.
d. Univeralitas
Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda bedakan suku,
agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip Islam
sebagai Rahmatan lil'alamiin.
10
d. Sebagai pengelola fungsi sosial, seperti pengelolaan dana nag zakat dan
penerimaan serta penyaluran dana kebajikan (fungsi optional).
2. Prinsip Mudharabah
Prinsip Mudharabah yaitu perjanjian antara dua pihak di mana pihak
pertama sebagai pemilik dana/sahibul mal dan pihak kedua sebagai pengelola
dana/mudharib untuk mengelola sesuatu kegiatan ekonomi dengan
menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh,
sedangkan kerugian bol yang timbul adalah risiko pemilik dana sepanjang
11
tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan atau tindakan
yang tidak amanah (misconduct).
Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada ads mudharib, ada dua jenis
mudharabah yaitu:
12
2. Prinsip Bagi Hasil
Mudharabah yaitu perjanjian antara pemilik aslidmi taqalin modal dan
pengelola modal untuk memperoleh keuntungan. Bank sebagai shahibul
maal dan bamb mudharib sebagai pengelola modal masing-masing
mendapatkan keuntungan yang dibagi sesuai nisbah yang disepakati awal
akad. Prinsip amirano man pembagian hasil usaha bisa berpedoman pada
Mian revenue sharing atau profit sharing.
Musyarakah yaitu perjanjian antara pihak-pihak untuk menyertakan modal
dalam suatu kegiatan disepakati. ekonomi dengan pembagian keuntungan
atau ib kerugian sesuai nisbah yang sym Musyarakah dapat bersifat tetap
atau bersifat temporer dengan penurunan secara periodik atau sekaligus di
akhir masa proyek, Prinsip pembagian hasil usaha bisa berpedoman pada
revenue sharing Vother ch atau profit sharing.
13
Wakalah yaitu pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak
kedua (sebagai wakil) untuk urusan tertentu dimana pihak kedua
mendapat imbalan berupa fee atau komisi,
Kafalah yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas
kegiatan yang dilakukan oleh pihak kedua sepanjang sesuai dengan
yang diperjanjikan dimana pihak pertama menerima imbalan
berupa fee atau komisi (garansi),
Hiwalah, yaitu akad pemindahan piutang nasabah (muhil) kepada
bank (muhalalaih) dari nasabah lain (muhal). Muhil meminta
muhal alaih untuk membayarkan terlebih dahulu piutang yang
timbul dari jual beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo, muhal
akan membayar kepada muhal alaih. di Muhal akan memperoleh
imbalan sebagai jasa pemindahan piutang.
Rahn, yaitu penyerahan barang harta (markun) dari nasabah
(rahim) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau
seluruh utang.
Qardhul Al Hasan, yaitu akad pinjaman dari bank (murqidh)
kepada pihak tertentu (muqtaridh) untuk tujuan sosial yang wajib
dikembalikan sesuai dengan pinjaman, dimana barang tersebut
tanpa bunga yang sumber dananya berasal dari dana zakat, infaq,
shodakoh.
Sharf, yaitu akad jual beli suatu valuta asing dengan valuta lainnya
sesuai dengan prinsip syariah.
Ujr, yaitu imbalan yang diminta atau diberikan atassuatu pekerjaan
yang diberikan.
14
2.3 Sistem Penghimpunan Dana Bank Syariah
Dalam rangka mobilisasi dana, bank syariah menghimpun beberapa sumber
dana antara lain :
1. Modal
Merupakan dana yang diserahkan oleh pemilik (owner) dan atas penyerahan
dana ini pemilik memperoleh bagian dari hasil usaha pada akhir tahun buku,
(deviden). Dana yang berasal dari setoran modal dapat dipergunakan sebagai:
fixed assets/non earning assets dan pembiayaan. Dana yang bersumber dari
setoran modal kemudian disalurkan menjadi pembiayaan dan pada akhir tahun
buku investor akan mendapatkan bagi hasil dari penyaluran tersebut dalam
bentuk deviden.
2. Titipaneer
Sumber dana lainnya adalah titipan. Akad dalam rangka mobilisasi dana ini
adalah al-wadiah yang merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil
oleh pemiliknya. Titipan ini terbagi menjadi 2 yaitu: wadiah yad al-amanah dan
wadiah yad adh-dhamanah. Pada konsep ini pihak bank yang menerima titipan
boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan dan
bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.
3. Investasi
15
Penghimpunan dana lainnya adalah dengan menerapkan prinsip investasi
dengan akad mudharabah. Pada penempatan dana dengan akad mudharabah
terbagi atas: mudharabah muthlaqoh dan mudharabah muqayyadah.
17
Kesimpulan: Kesimpulan:
Jumlah bagi hasil yang didapat Jumlah bunga yang di dapat
dipengaruhi oleh: Dipengaruhi oleh:
Pendapatan bank Tingkat suku bunga berlaku nominal
Nisbah yang disepakati Nominal deposito deposito jangka waktu deposito
Rata-rata saldo deposito dalam jangka
waktu tertentu pada bank Jangka waktu
penempatan deposito
20
2. Wadiah yaitu titipan
3. Wakalah yaitu perwakilan
4. Kafala yaitu penjaminan
5. Hiwahal yaitu anjak piutang
6. Ju’alah yaitu jasa khusus /
sayembara
7. qord yaitu pinjaman
8. Rahn yaitu gadai
21
2.8 Bentuk Laporan Keuangan Bank Syari'ah Mared stafor
22
Pendapatan operasi utama yaitu pendapatan operasi utama bank syariah
yang menggunakan prinsip ekonomi syariah dalam penyalurannya yaitu
menggunakan asas bagi hasil yang merupakan hasil mudharabah yang
akan dibagi dengan hasil amusyarakah.
Nantinya hasil dari pendapatan utama dipisahkan agar bisa menentukan
pelaporan informasi atas penggunaan dari laporan keuangan yang
dikaitkan dengan bagi hasil.
Hak-hak pihak ketiga merupakan hasil bagi dari dana syarikah temporer.
Syarikah kontemporer merupakan komponen diberikan oleh bank syariah
kepada pemilik dana sesuai dengan yang telah disepakati. Ini merupakan
alokasi yang didapat dari pendapatan atas Bank Syariah. Ini bukan
kategori dana beban bank syariah karena besaran dari bagi hasil ini
bergantung pada pendapatan operasi utama dari bank dan tidak bersifat
tetap.ilem yan
Pendapatan operasi lainnya merupakan unsur yang bisa digunakan untuk
menyimpan pendapatan dari oprasi utama lainnya yang tidak dilakukan
pembagian hasil alias milik bank syariah sepenuhnya. Termasuk di
dalamnya fee wakalah, pendapatan atas layanan, fee kafalah dan fee
wudharabah muqayyadah.
Beban-Beban merupakan rincian dari semua jenis beban yang
dipertanggungjawabkan oleh pihak bank. Ini merupakan poin yang
mungkin sama dengan bank konvensional lainnya.
Laporan laba rugi bank syariah seperti tujuan laporan keuangan lainnya,
menggunakan metode revenue sharing atau jenis bagi hasil yang berbeda dengan
jenis bank konvensional yang menggunakan metode profit sharing.
23
Profit Sharing: Revenue Sharing
1. Pendapatan yang akan 1. Pendapatan yang akan
didistribusikan adalah pendapatan didistribusikan adalah pendapatan
bersih setelah pengurangan total kotor dari penyaluran dana, tanpa
cost (biaya) terhadap total revenue harus dikalkulasikan terlebih
(pendapatan). dahulu dengan biaya-biaya
2. Biaya-biaya operasional akan pengeluaran operasional usaha
dibeban ke dalam modal usaha atau 2. Biaya-biaya akan ditanggung bank
pendapatan usaha, artinya biaya- Syariah sebagai Mudharib
biaya akan ditanggung oleh (pengelola di modal).
shahibul maal 3. Pendapatan yang akan
2. 3. Pendistribusian pendapatan yang didistribusikan hanya pendapatan
akan dibagikan adalah seluruh dari penyaluran uldana shahibul
pendapatan, baik pendapatan dari maal, sedangkan pendapatan fee
hasil investasi dana atau atas jasa-jasa bank syariah
pendapatan dari fee atas jasa-jasa merupakan pendapatan murni bank
yang diberikan bank setelah sendiri. Dari pendapatan fee inilah
dikurangi seluruh biaya-biaya bank Syariah dapat menutupi
operasional. biaya-biaya operasional yang
ditanggung bank syariah
24
Laporan perubahan dana investasi terikat sebagaimana perbedaan laporan
keuangan komersial dan fisikal, akan menggambarkan laporan dari investasi
terikat menggunakan pola chanelling. Ini merupakan jenis laporan keuangan
yang digunakan sebagai bentuk tanggung jawab dari pihak bank syariah
sebagai agen yang menyalurkan investasi terikat tersebut sebagai bentuk
pengelolaan dana.
6. Laporan Penggunaan Zakat serta Penggunaan Dana
Laporan ini merupakan penggunaan dari dana ZIS (zakat, infaq dan
shadaqah). Ini dilakukan penyempurnaan menggunakan laporan penggunaan
dari zakat karena infaq dan shadaqah tidak jelas dana penggunaan dan
nominalnya. Jadi, laporan keuangan ini akan disesuaikan dnegan jenis laporan
yang sudah jelas diperuntukkan untuk zakat tersebut dan juga dilakuka
penggabungan antara dana shadaqah beserta dana infaq tergabung
menggunakan sumber dana untuk kebajikan. yang
25
No Bank Konvensional No Bank Syariah
1. laporan neraca (laporan posisi 1. laporan neraca (laporan posisi
keuangan keuangan)
2. laporan laba/ rugi komprehensip 2. laporan laba/rugi konpperhenship
3. laporan rekening administrative 3. laporan arus kas
4. laporan perubahan modal pemilik dan
laporan laba di tahan
5. laporan investasi terbatas
6. laporan sumber dan penggunaan zakat
dan dana sumbangan
7. laporan sumber dan penggunaan dana
qard
26
sebuah aturan mengenai dual banking system. Menurut cetak biru Perbankan
Syariah yang dikembangkan di Indonesia, Bank Syariah seharusnya memiliki
Undang-undang Perbankan Syariah yang memisahkan dan berbeda dari Undang-
Undang Bank Konvensional.
2. Diversifikasi Produk
Pembiayaan mudharabah dan musyarakah tidak langsung diberikan kepada
nasabah yang baru. Nasabah baru hanya diberikan produk jual beli murabahah,
salam dan istisna karena dalam produk-produk ini bank dapat menerapkan semua
prinsip perbankan murni. Saat nasabah mengambil produk pembiayaan tersebut
kepercayaan nasabah sudah dapat dilihat, kemudian bank menawarkan produk
yang lebih beresiko, seperti mudharabah. Pada produk ini bank tidak dapat lagi
membebankan resiko pada nasabah, karena sepenuhnya Thug ditanggung oleh
bank.
Sebagai mudharib maka kredibilitas, integritas dan akuntibilitas nasabah
menjadi faktor penentu. Apabila dengan produk ini nasabah bisa dipercaya, maka
produk yang tertinggi tingkat resikonya, yaitu qardh (pinjaman tanpa bagi hasil)
dapat diberikan. Pada tingkat ini nasabah telah mencapai taraf prima (prime
customer) karena tanpa jaminan dan tanpa kewajiban memberikan tambahan,
bank dapat memberikan pinjaman. da Biasanya diberikan untuk kebutuhan
mendesak, berjangka waktu In relatif pendek, tidak bisa dilayani oleh produk lain
dan kemungkinan besar tidak akan macet.
Muncul permasalahan terhadap pengkategorian produk seperti dini, dimana
fasilitas mudharabah hanya diberikan kepada nasabah yang besar (dianggap
mampu). Meskipun ini tidak melanggar syariah, namun akan berdampak pada
pelestarian status quo ekses perbankan konvensional, dimana hanya strata
masyarakat atas saja yang dapat menikmati fasilitas perbankan.
Selain itu adanya tuntutan masyarakat yang tinggal di daerah yang
menginginkan agar ada bank syariah di daerahnya menjadi salah saru sumber
27
diversifikasi produk. Contoh daerah Sumatera hodan Kalimantan yang lebih
mengedepankan budi daya kehutanan dan perkebunan tentu saja menuntut
produk pembiayaan dengan dijangka waktu lebih panjang karena tidak mungkin
dapat mengembalikan dana pembiayaan dalam jangka waktu satu-dua tahun,
padahal hasil perkebunan baru dapat dinikmati setelah kurang lebih lima (5)
tahun. Artinya bahwa produk syariah harus diarahkan pada produk investasi yang
bisa dikembangkan menjadi instrumen pasar uang antar bank syariah untuk
menjaga tingkat likuiditas. Sebaliknya di perkotaan, masyarakat lebih memilih
produk pembiayaan jangka pendek, misalnya 2 tahun.
3. Penentuan Harga (Pricing)
Hambatan lainnya adalah berapa tingkat keuntungan yang harus dibebankan
kepada nasabah dari penghasilan bank. Produk jual beli seperti murabahah,
istisna dan salam, bank dapat menentukan tingkat keuntungan seperti halnya
dalam perbankan konvensional, misalnya persen. Tingkat keuntungan 12
ditambahkan pada harga beli dan menjadi harga jual kepada nasabah. Permasalah
muncul saat menentukan tingkat keuntungan, apakah itu lumpsum atau per
annum.
Ketentuan dalam syariah untuk harga jual tidak boleh dua kali dalam satu
akad. Jadi jika bank dan nasabah bersepakat menentukan tingkat keuntungan 12
persen per annum dari harga beli sebesar Rp. 100 juta, dalam jangka waktu dua
tahun. Artinya ada dua harga dalam satu akad pembiayaan. Jika nasabah sudah
mencicil hutangnya sampai 20 bulan lalu menunggak, dan baru bisa melunasi
sesudah 2 tahun setengah, maka harga jualnya tidak lagi sebesar harga beli
ditambah 24 persen, tetapi harga beli ditambah 30 persen. Itu sebabnya mengapa
bank syariah mendapat kritik tajam dari sebagian masyarakat, karena penentuan
harga seperti ini tidak berbeda dengan penentuan at tingkat bunga dalam bank
konvensional.
4. Sumber Daya Manusia
28
Pada perbankan Indonesia masih minim Sumber Daya Insani byang paham
terhadap syariah. Para karyawan tidak hanya harus berjilbab saat memberikan
pelayanan, namun juga hati dan jiwanya memahami dasar-dasar penetapan akad
dan hakikat penerapan akad yang sesuai dengan syariah. Masih minimnya 1
Sumber Daya Manusia yang berkualitas ini menjadi sebuah tantangan bagi pihak
perbankan. Untuk menjawab tantangan tal semua stakeholeder diharapkan
mampu bekerjasama sehingga kebutuhan dunia Perbankan Syariah terhadap
SDM dapat terpenuhi baik dari sisi kulitas maupun kuantitasnya.
Sementara itu menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ada tujuh hambatan
yang dihadapi perbankan syariah nasional dalam pertumbuhannya. Pertama
belum selarasnya visi dan kurangnya koordinasi antar pemerintah dan otoritas
dalam pengembangan perbankan syariah. Kedua masih banyak perbankan
syariah yang belum memiliki modal memadai. Hal ini tentu saja berdampak pada
kesulitan mengembangkan usaha seperi membuka kantor kantor cabang,
mengembangkan infrastruktur, dan pengembangan segmen layanan. Ketiga
pembiayaan menjadi andalan pada struktur pendanaan perbankan syariah.
Artinya nilai pengembalian ke pada nasabah atau yang pada bank konvesional
disebut sebagai bunga simpanan terhitung cukup tinggi. Hal ini akan berdampak
pada bank syariah menjadi tidak efisien karena harus menyediakan dana lebih
besar untuk memberikan bagi hasil ke pada nasabah yang menyimpan uangnya di
bank. Hal tersebut tercermin dari komposisi Cash and Saving accounts (CASA)
belum seefisien bank konvensional. Keempat, produk yang tidak variatif, selain
itu pelayanan yang belum sesuai ekspektasi masyarakat. Kemudian fitur bank
syariah belum selengkap produk serupa bank konvensional. Kelima, Kuantiatas
dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) belum memadai serta teknologi
informasi kurang mendukung pengembangan produk serta layanan. Keenam,
yaitu pemahaman dan kesadaran masyarakat yang masih rendah ke bank syariah.
Dan ketujuh, pengaturan dan pengawasan yang masih belum optimal.
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan Akuntansi Perbankan Syariah di Indonesia sekarang ini sudah
mencapai tahap yang menjanjikan. Banyak bermunculan bank-bank yang
berbasiskan syariah Islam, bahkan bank-bank konvensional pun sekarang
membuka cabang syariahnya untuk mengikuti persaingan perbankan di
Indonesia. Terlihat dari antusiasnya Bank-bank membuka cabang syariah tentu
tidak terlepas dari banyaknya individu-individu atau lembaga-lembaga yang
mempunyai kepentingan di bidang keuangan menginginkan suatu tempat atau
jasa yang menawarkan sesuatu tawaran atau produk yang lebih baik dari produk
perbankan konvensional yang tentunya mempunyai kebijakan yang dapat
dipercaya sesuai dengan syariah Islam.
Produk-produk tertentu yang dikeluarkan mempunyai konsep konsep yang
jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, tidak seperti produk-produk dari bank
atau lembaga konvensional yang sering kali tidak jelas baik dalam proses awal
penentuan bunga khususnya maupun kegiatan-kegiatan operasional dari lembaga
keuangan itu sendiri. Karena konsep-konsep atau prinsip-prinsip dasar dari bank
syariah berbeda dengan prinsip dasar bank-bank atau Lembaga keuangan
konvensional berbeda, maka akan langsung berdampak kepada berbeda juga
sistem-sistem operasional yang dijalankan di kedua jenis bank atau lembaga
keuangan tersebut.
Jika diteliti lebih lanjut perbedaan dari bank konvensional dibandingkan
dengan bank syariah adalah lebih kepada sistem bagi hasilnya berbanding
terbalik dengan sistem bunga yang dianut oleh lembaga keuangan biasa. Akan
tetapi dalam prakteknya belum tentu suatu bank atau lembaga keuangan syariah
30
dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan syariah dikarenakan
untuk mewujudkan itu diperlukan sistem operasional yang syariah, sumber daya
yang syariah pula. Jadi tidak bisa sistem operasional tersebut dapat terwujud
apabila semua komponen itu hanya berjalan atau berdiri sendiri-sendiri.
3.2 Saran
Maka tugas kita selaku akademisi adalah bagaimana kita mengembangkan dan
menerapkan kegiatan perbankan syariah pada masyarakat dunia, sehingga tidak
ada kata alergi ketika masyarakat mendengar istilah – istilah kegiatan perbankan
syariah. Harapan kita bahwa sudah cukup sampai disini saja kegiatan dunia
bisnis baik yang basis finansial, Investasi, perbankan, real, pasar modal, pasar
barang dll. Yang hanya menguntungkan sebagian pihak dan dipihak lain tertidas.
Mari kita jadikan Perbankan syariah sebagai sarana untuk menciptakan dunia
bisnis baru yang bernafaskan positif yang dapat memberikan kesejahteraan bagi
semua.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan dari
para pembaca.
31
DAFTAR PUSTAKA
32