Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

SISTEM MANAJEMEN OPERASIONAL BANK SYARIAH


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah

Dosen Pengampu:
Yuni Maimuna, S.Ak.M.Ak

OLEH:
KELOMPOK 1
Adrian 216602111
Saprianti Dias 216602010
Atika Putri Anastasya 216602056
Muh.Syarhil 191821155

KELAS REG 02
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Yuni Maimuna,S.Ak,M.Ak
sebagai dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Syariah yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kendari, 20 Oktober 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

PENDAHULUAN ...................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................3

BAB II .....................................................................................................................................4

PEMBAHASAN ......................................................................................................................4

2.1 Pola Manajemen Bank Syariah.................................................................................4

2.2 Kegiatan Operasional Bank Syariah .........................................................................7

2.3 Sistem Penghimpunan Dana Bank Syariah.............................................................15

2.4 Sistem Menabung di Bank Syariah.........................................................................16

2.5 Menghitung Bagi Hasil Simpanan Di Bank Syariah ...............................................17

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil ..................................................................18

2.7 Produk dan Jasa bank Syariah ................................................................................19

2.8 Bentuk Laporan Keuangan Bank Syari'ah Mared stafor .........................................22

2.9 Hambatan-hambatan dalam operasional Bank Syariah ...........................................26

PENUTUP .............................................................................................................................30

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................30

3.2 Saran ......................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan Akuntansi Perbankan Syariah di Indonesia sekarang ini sudah
mencapai tahap yang menjanjikan. Banyak bermunculan bank-bank yang
berbasiskan syariah Islam, bahkan bank-bank konvensional pun sekarang
membuka cabang syariahnya untuk mengikuti persaingan perbankan di
Indonesia. Terlihat dari antusiasnya Bank-bank membuka cabang syariah tentu
tidak terlepas dari banyaknya individu-individu atau lembaga-lembaga yang
mempunyai kepentingan di bidang keuangan menginginkan suatu tempat atau
jasa yang menawarkan sesuatu tawaran atau produk yang lebih baik dari produk
perbankan konvensional yang tentunya mempunyai kebijakan yang dapat
dipercaya sesuai dengan syariah Islam. Produk-produk tertentu yang dikeluarkan
mempunyai konsep konsep yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, tidak
seperti produk-produk dari bank atau lembaga konvensional yang sering kali
tidak jelas baik dalam proses awal penentuan bunga khususnya maupun kegiatan-
kegiatan operasional dari lembaga keuangan itu sendiri. Karena konsep-konsep
atau prinsip-prinsip dasar dari bank syariah berbeda dengan prinsip dasar bank-
bank atau Lembaga keuangan konvensional berbeda, maka akan langsung
berdampak kepada berbeda juga sistem-sistem operasional yang dijalankan di
kedua jenis bank atau lembaga keuangan tersebut. Jika diteliti lebih lanjut
perbedaan dari bank konvensional dibandingkan dengan bank syariah adalah
lebih kepada sistem bagi hasilnya berbanding terbalik dengan sistem bunga yang
dianut oleh lembaga keuangan biasa. Akan tetapi dalam prakteknya belum tentu
suatu bank atau lembaga keuangan syariah dapat menjalankan fungsinya sebagai
1
lembaga keuangan syariah dikarenakan untuk mewujudkan itu diperlukan sistem
operasional yang syariah, sumber daya yang syariah pula. Jadi tidak bisa sistem
operasional tersebut dapat terwujud apabila semua komponen itu hanya berjalan
atau berdiri sendiri-sendiri.

Menurut Internal Associacion Of Islamic Bank penerapan akuntansi Islam di


perbankan Islam misalnya bertujuan untuk membuat dan mengundang dana dan
menggunakannya sesuai dengan syariat Islam untuk maksud membangun
solidaritas, kesatuan, dan menjamin adanya distribusi dan penggunaan dana yang
sesuai dengan prinsip islam. Menurut Osmad Muthaler (2012:14) pengertian
umum bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.

Sedangkan menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 pengertian prinsip


syariah adalah sebagai:

"Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (musharakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pemilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank
oleh pihak lain (ijarah waiqtina)."

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi
permasalahan ini dirumuskan sebagai berikut:
2
1. Bagaimana Pola manajemen bank syariah ?
2. Apa saja Kegiatan operasional bank syariah ?
3. Bagaimana Sistem penghimpunan dana bank syariah ?
4. Bagaimana Sistem menabung di bank syariah ?
5. Bagaimana Menghitung bagi hasil simpanan di bank syariah ?
6. Apa saja Faktor yang mempengaruhi bagi hasil ?
7. Apa Produk dan jasa bank syariah ?
8. Bagaimana Bentuk laporan keuangan bank syariah ?
9. Apa saja Hambatan- hambatan dalam operasional bank syariah ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan diatas, maka yang menjadi tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pola manajemen bank syariah
2. Untuk mengetahui Kegiatan operasional bank syariah
3. Untuk mengetahui Sistem penghimpunan dana bank syariah
4. Untuk mengetahui Sistem menabung di bank syariah
5. Untuk mengetahui Menghitung bagi hasil simpanan di bank syariah
6. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhibagi hasil
7. Untuk mengetahui Produk dan jasa bank syariah
8. Untuk mengetahui Bentuk laporan keuangan bank syariah
9. Untuk mengetahui Hambatan- hambatan dalam operasional bank syariah

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pola Manajemen Bank Syariah

2.1.1 Dewan Pengawas Syariah Amat Datang


Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah badan independen yang ditempatkan
oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) pada bank. Anggota DPS harus terdiri dari
para pakar di bidang syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan umum
bidang perbankan. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, DPS wajib mengikuti
fatwa DSN yang merupakan otoritas tertinggi b dalam mengeluarkan fatwa
mengenai kesesuaian produk dan jasa bank dengan ketentuan dan prinsip syariah.
Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha bank agar tidak menyimpang
dari ketentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan oleh DSN. Selain itu DPS
juga mempunyai fungsi:
a. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan Unit
Usaha Syariah dan pimpinan kantor cabang syariah mengenai hal-hal
yang terkait dengan aspek syariah.
b. Sebagai mediator antara bank dan DSN dalammengkomunikasikan usul
dan saran pengembangan par produk dan jasa dari bank yang
memerlukan kajian dan fatwa dari DSN.
c. Sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank. DPS wajib
melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan bank syariah yang
diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.
Bank yang akan membentuk DPS dalam rangka perubahan kegiatan
usaha atau membuka kantor cabang syariah untuk Da dan pertama

4
kalinya dapat menyampaikan permohonan penempatan anggota DPS
kepada DSN.

2.1.2 Dewan Syariah Nasional.


Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan bagian dari Majelis Ulama
Indonesia (MUI) yang bertugas menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai
syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan sektor keuangan pada
khususnya, termasuk usaha bank, asuransi dan reksadana. Anggota DSN terdiri
dari para ulama, praktisi dan pakar dalam bidang-bidang yang terkait dengan
perekonomian dan syariah muamalah. Anggota DSN ditunjuk dan diangkat oleh
MUI untuk masa bakti 4 tahun. DSN merupakan satu-satunya badan yang
mempunyai kewenangan mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan, produk dan
jasa keuangan syariah serta mengawasi penerapan fatwa dimaksud oleh lembaga-
lembaga keuangan syariah di Indonesia. Di samping itu DSN juga mempunyai
kewenangan untuk:
a. Memberikan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan duduk
sebagai anggota DPS pada satu lembaga keuangan syariah.
b. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS di masing-masing Alembaga
keuangan syariah dan menjadi dasar Tindakan hukum pihak terkait.
c. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Bank Indonesia dan
BAPEPAM.
d. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk
menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh
DSN.
e. Mengusulkan kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan
apabila peringatan tidak diindahkan.

5
2.1.3 Perencanaan Organisasi
Perencanaan organisasi bank adalah pengelompokan yang dologis dari
kegiatan-kegiatan bank, menurut hasil yang ingin a dicapai yang menunjukkan
dengan jelas tanggung jawab dan wewenang atas suatu tindakan. Struktur
organisasi tergantung pada besar-kecilnya bank (bank size), keragaman layanan
yang ditawarkan, keahlian personilnya dan peraturan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku. Tidak ada acuan baku bagi penyusunan struktur organisasi
bagi bank dalam segala situasi kebutuhan operasinya. Bank mengorganisasikan
fungsi-fungsinya untuk melayani nasabahnya atau menempatkan karyawan yang
ada atau karyawan baru Usesuai dengan bakat dan kemampuannyanya.

Struktur organisasi setiap bank berikut tanggung jawab dan wewenang para
pejabatnya bervariasi satu sama lain. Oleh karena itu, struktur organisasi
mencerminkan pandangan manajemen tentang cara yang paling efektif untuk
mengoperasikan bank.

Beberapa pendekatan yang lazim dalam menetapkan organisasi bank adalah


sebagai berikut:
a. Pendekatan Fungsional
Pendekatan tradisional dalam menyusun organisasi bank adalah melalui
pengintergrasian fungsi-fungsi. Biasanya fungsi-fungsi itu ditetapkan
berdasarkan aktivitas aktivitas yang tergambar dalam neraca, seperti
pembiayaan, investasi, kas, penerimaan dana-dana. Pada bank dengan layanan
tradisional, struktur organisasinya terbagi dalam tiga fungsi dasar yaitu:
(1) fungsi pembiayaan,
(2) fungsi operasi dan
(3) fungsi investasi
b. Pendekatan Pasar

6
Perbankan telah mengembangkan berbagai produk yang merupakan
kombinasi dari beberapa kegiatan dasar dalam satu paket, untuk memperoleh
keuntungan dan pendapatan fee. Produk dasar dari bank meliputi:
 Produk-produk pembiayaan (financing),
 Produk-produk operasional yaitu produk dana dan Des pemindahan dana
(deposit related services) serta layanan lain (non deposit functions) seperti
safekeeping dan data processing
 Produk-produk investasi (sertifikat pasar uang, waliamanat)
c. Fungsi Staf
Prinsip musyawarah sangat dianjurkan dalam organisasi yang berdasarkan
prinsip syariah. Oleh karena itu, di dalam proses perumusan kebijakan,
pengambilan keputusan perlu dilakukan secara musyawarah.
d. Struktur Personalia Struktur organisasi bank melibatkan berbagai tingkat
wewenang dan tanggung jawab
Bank harus mempunyai Pengurus (Board of Directors) dan manajemen.
Bank juga membentuk beberapa komite yang terdiri dari para anggota direksi
dan para personil yang terkait dalam tingkat manajemen.

2.2 Kegiatan Operasional Bank Syariah


Sejak diberlakukannya UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka
keberadaan bank syariah dalam sistem perbankan di Indonesia sebenarnya telah
diakui dan dikenal. Bahkan, dapat dikatakan bahwa UU No. 7 Tahun 1992 ini
merupakan pintu gerbang dimulainya perbankan syariah di Indonesia. Namun
demikian, UU tersebut belum memberikan landasan hukum yang cukup kuat
terhadap pengembangan bank syariah karena belum secara tegas mengatur
mengenai keberadaan bank berdasarkan prinsip syariah, melainkan bank bagi
hasil.

7
Pada dasarnya ketentuan UU yang telah dikeluarkan pemerintah antara lain
UU No. 7 Tahun 1992, UU No. 10 Tahun 1998 kemudian UU No. 23 Tahun
1999 sudah menjadi dasar hukum yang cukup kuat bagi terselenggaranya
perbankan syariah di Indonesia. Namun demikian, masih ada beberapa hal yang
perlu disempurnakan antara lain perlunya penyusunan dan penyempurnaan
ketentuan serta undang-undang operasional bank syariah secara tersendiri, sebab
undang-undang yang telah ada sesungguhnya dasar hukum bagi penerapan dual
banking system. Dual banking system adalah terselenggaranya dua sistem
perbankan (konvensional dan syariah secara berdampingan) yang
pelaksanaannya diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Sehingga yang terjadi adalah bank syariah tidak berdiri sendiri (mandiri)
dalam operasionalisasinya di mana masih menginduk kepada bank konvensional.
Bila demikian adanya perbankan syariah hanya menjadi salah satu bagian dari
program pengembangan bank konvensional, padahal yang dikehendaki adalah
bank syariah yang betul-betul mandiri dengan berbagai perangkatnya sebagai
bagian perbankan yang diakui secara nasional.

Bank Syariah:

1. Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah


Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkannya
harus sesuai ajaran Islam
2. Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakanpengelolaan harta
nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam
3. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelola
bank pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlaqul
karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank

8
4. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan,
prinsip kesederajatan dan prinsip ketentraman antara Pemegang Saham,
Pengelola Bank dan Nasabah atas jalannya husaha bank syariah
5. Prinsip bagi hasil:
a. Penentuan besarnya risiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dein dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi
b. Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah Makeuntungan yang
diperoleh
c. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai denganpeningkatan
jumlah pendapatan
d. Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil
e. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika
proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan
ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

2.2.1 Fungsi dan peranan bank syariah


Bank syariah mempunyai fungsi secara umum meliputi sebagai berikut:
 Bertanggung jawab terhadap penyimpanan dana nasabah
 Mengelola investasi dari dana yang diperoleh
 Penyedia transaksi keuangan
 Pengelola, zakat, infak, shadaqoh

2.2.2 Karakteristik bank syariah


Karakteristik bank syariah dapat bersifat fleksibel, yang meliputi:
a. Keadilan
Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan
pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara Bank dan
Nasabah.

9
b. Kemitraan
Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna
dana, maupun Bank pada kedudukan da yang sama dan sederajat dengan mitra
usaha. Hal ini dige tercermin dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan
yang berimbang di antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana
maupun Bank. Dalam hal ini bank Maan berfungsi sebagai intermediary
institution lewat skim skim pembiayaan yang dimilikinya.
c. Keterbukaan
Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara berkesinambungan,
nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas manajemen
bank.
d. Univeralitas
Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda bedakan suku,
agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip Islam
sebagai Rahmatan lil'alamiin.

2.2.3 Prinsip operasional bank syariah


Dalam menjalankan operasinya, fungsi bank Islam akan dah terdiri dari:
a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas ondana-dana
yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi/deposan atas dasar
prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi bank,
b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh statiq sub
pemilik dana/sahibul mal sesuai dengan arahan investasi Tadyang
dikehendaki oleh pemilik dana (dalam hal ini bank lolog bertindak
sebagai manajer investasi),
c. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa Tland lainnya
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip nalgua syariah,

10
d. Sebagai pengelola fungsi sosial, seperti pengelolaan dana nag zakat dan
penerimaan serta penyaluran dana kebajikan (fungsi optional).

Berdasarkan Keputusan direksi bank Indonesia No.32/34/KEP/DIR tanggal 19


Mei 1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip syariah, prinsip operasional
bank syariah meliputi:

a. Prinsip-prinsip dalam Penghimpunan Dana Bank Syariah


1. Prinsip Wadi'ah
Prinsip wadi'ah adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau
benda kepada pihak kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi titipan
tersebut sewaktu-waktu dapat diambil kembali, di mana penitip dapat
dikenakan biaya penitipan. Berdasarkan kewenangan yang diberikan maka
wadi'ah dibedakan menjadi wadi'ah yad dhamanah yang berarti penerima
titipan berhak mempergunakan dana/barang titipan untuk didayagunakan
tanpa ada kewajiban penerima titipan untuk memberikan imbalan kepada
penitip dengan tetap pada kesepakatan dapat diambil setiap saat diperlukan,
sedang di sisi lain wadi'ah yad amanah tidak memberikan kewenangan kepada
penerima titipan untuk mendayagunakan barang/dana yang dititipkan.
Aplikasi dalam perbankan yaitu giro dan tabungan.

2. Prinsip Mudharabah
Prinsip Mudharabah yaitu perjanjian antara dua pihak di mana pihak
pertama sebagai pemilik dana/sahibul mal dan pihak kedua sebagai pengelola
dana/mudharib untuk mengelola sesuatu kegiatan ekonomi dengan
menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh,
sedangkan kerugian bol yang timbul adalah risiko pemilik dana sepanjang

11
tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan atau tindakan
yang tidak amanah (misconduct).

Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada ads mudharib, ada dua jenis
mudharabah yaitu:

 Mudharabah Mutlaqah (Investasi Tidak Terikat/Unrestricted Invesment)


dimana mudharib diberikan kewenangan sepenuhnya untuk menentukan
pilihan investasi yang dikehendaki, aplikasi dalam perbankan yaitu deposito,
tabungan;

 Mudharabah Muqayyadah (Investasi Terikat/ Restricked Investment) di mana


arahan investasi ditentukan oleh pemilik dana, sedangkan mudharib bertindak
sebagai pelaksana/pengelola.

b. Prinsip Penyaluran Dana Bank Syariah


1. Prinsip Jual Beli (Al Buyu) yaitu terdiri dari:
 Murabahah yaitu akad jual beli antara dua belah pihak dimana pembeli dan
penjual menyepakati mated harga jual yang terdiri dari harga beli ditambah
ongkos pembelian dan keuntungan bagi penjual. Murabahah dapat
dilakukan secara tunai bisa juga secara bayar tangguh atau bayar dengan
angsuran;
 Salam yaitu pembelian barang dengan pembayaran grebu dimuka dan
barang diserahkan kemudian;
 Istishna' yaitu pembelian barang melalui pesanan weg dan diperlukan
proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan
pembayaran dilakukan di muka sekaligus atau secara bertahap.

12
2. Prinsip Bagi Hasil
 Mudharabah yaitu perjanjian antara pemilik aslidmi taqalin modal dan
pengelola modal untuk memperoleh keuntungan. Bank sebagai shahibul
maal dan bamb mudharib sebagai pengelola modal masing-masing
mendapatkan keuntungan yang dibagi sesuai nisbah yang disepakati awal
akad. Prinsip amirano man pembagian hasil usaha bisa berpedoman pada
Mian revenue sharing atau profit sharing.
 Musyarakah yaitu perjanjian antara pihak-pihak untuk menyertakan modal
dalam suatu kegiatan disepakati. ekonomi dengan pembagian keuntungan
atau ib kerugian sesuai nisbah yang sym Musyarakah dapat bersifat tetap
atau bersifat temporer dengan penurunan secara periodik atau sekaligus di
akhir masa proyek, Prinsip pembagian hasil usaha bisa berpedoman pada
revenue sharing Vother ch atau profit sharing.

c. Prinsip-Prinsip Penyedia Jasa


1. Prinsip Sewa-Ijarah yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan
imbalan pendapatan sewa, bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilik
pada akhir masa sewa disebut Ijarah muntahiyah bit tamlik (sama dengan
operating lease). Prinsip sewa terdiri dari:
 Ijarah yaitu akad sewa menyewa barang antara bank (muaajir) dengan
penyewa (mustajir). Setelah masa sewa berakhir barang sewaan
dikembalikan kepada muaajir.
 Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik yaitu akad sewa menyewa barang antara
bank (muaajir) dengan penyewa (mustajir) yang diikuti janji bahwa
pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewaan akan berpindah
kepada mustajir.
2. Prinsip Jasa Perbankan Syariah

13
 Wakalah yaitu pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak
kedua (sebagai wakil) untuk urusan tertentu dimana pihak kedua
mendapat imbalan berupa fee atau komisi,
 Kafalah yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas
kegiatan yang dilakukan oleh pihak kedua sepanjang sesuai dengan
yang diperjanjikan dimana pihak pertama menerima imbalan
berupa fee atau komisi (garansi),
 Hiwalah, yaitu akad pemindahan piutang nasabah (muhil) kepada
bank (muhalalaih) dari nasabah lain (muhal). Muhil meminta
muhal alaih untuk membayarkan terlebih dahulu piutang yang
timbul dari jual beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo, muhal
akan membayar kepada muhal alaih. di Muhal akan memperoleh
imbalan sebagai jasa pemindahan piutang.
 Rahn, yaitu penyerahan barang harta (markun) dari nasabah
(rahim) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau
seluruh utang.
 Qardhul Al Hasan, yaitu akad pinjaman dari bank (murqidh)
kepada pihak tertentu (muqtaridh) untuk tujuan sosial yang wajib
dikembalikan sesuai dengan pinjaman, dimana barang tersebut
tanpa bunga yang sumber dananya berasal dari dana zakat, infaq,
shodakoh.
 Sharf, yaitu akad jual beli suatu valuta asing dengan valuta lainnya
sesuai dengan prinsip syariah.
 Ujr, yaitu imbalan yang diminta atau diberikan atassuatu pekerjaan
yang diberikan.

14
2.3 Sistem Penghimpunan Dana Bank Syariah
Dalam rangka mobilisasi dana, bank syariah menghimpun beberapa sumber
dana antara lain :
1. Modal
Merupakan dana yang diserahkan oleh pemilik (owner) dan atas penyerahan
dana ini pemilik memperoleh bagian dari hasil usaha pada akhir tahun buku,
(deviden). Dana yang berasal dari setoran modal dapat dipergunakan sebagai:
fixed assets/non earning assets dan pembiayaan. Dana yang bersumber dari
setoran modal kemudian disalurkan menjadi pembiayaan dan pada akhir tahun
buku investor akan mendapatkan bagi hasil dari penyaluran tersebut dalam
bentuk deviden.

2. Titipaneer
Sumber dana lainnya adalah titipan. Akad dalam rangka mobilisasi dana ini
adalah al-wadiah yang merupakan titipan murni yang setiap saat dapat diambil
oleh pemiliknya. Titipan ini terbagi menjadi 2 yaitu: wadiah yad al-amanah dan
wadiah yad adh-dhamanah. Pada konsep ini pihak bank yang menerima titipan
boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan dan
bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.

Persamaan Antara Jasa Giro Dan Bonus


Jasa giro Bonus (Athaya)
 Diperjanjikan  Tidak diperjanjikan
 Disebutkan dalam akad  Murni sebagai budi baik bank
 Ditentukan dalam presentase yang  Ditentukan sesuai keuntungan riil
jelas bank

3. Investasi

15
Penghimpunan dana lainnya adalah dengan menerapkan prinsip investasi
dengan akad mudharabah. Pada penempatan dana dengan akad mudharabah
terbagi atas: mudharabah muthlaqoh dan mudharabah muqayyadah.

2.4 Sistem Menabung di Bank Syariah


a) Produk-produk Simpanan
Secara umum produk-produk simpanan pada perbankan syariah mirip dengan
bank konvensional antara lain:
1. Rekening Giro
2. Rekening Tabungan
3. Rekening Deposito

b) Perbedaan Menabung di Bank Syariah dan Konvensional


Secara umum, menabung di Bank Syariah dan Konvensional akan tampak
tidak berbeda, hal ini disebabkan keduanya mengikuti aturan teknis perbankan
secara umum. Secara prinsip perbedaan menabung pada kedua bank tersebut adalah:
a. Akad
Pada Bank Syariah, semua transaksi harus berdasarkan akad yang dibenarkan
oleh syariah dengan demikian harus mengikuti aturan dan kaidah yang berlaku.
Sedangkan pada Bank Konvensional transaksi pembukaan rekening simpanan
berdasarkan perjanjian titipan yang tidak mengikuti prinsip manapun, salah satu
ketidaksesuaiannya adalah menjanjikan imbalan dengan tingkat suku bunga
terhadap uang yang disetor.
b. Imbalan yang diberikan
Bank Konvensional menerapkan spread bunga terhadap pengelolaan dananya
sehingga apabila bank memperoleh spread negatif maka akan mensubsidi
penyimpan dana si dengan keuntungan sebelumnya atau dengan modal. Pada
Bank Syariah pendekatan yang dilakukan adalah profit sharing artinya
16
keuntungan dari pengelolaan dana yang disalurkan dalam bentuk pembiayaan
dibagi dua sebesar nisbah pembagian keuntungan yang disepakati dimuka.
c. Sasaran kredit/pembiayaan
Dalam pengelolaan kredit/ pembiayaan yang diberikan penabung pada Bank
Konvensional tidak sadar bahwa dana tabungannya diputarkan pada semua bisnis
tanpa memandang halal dan haramnya bisnis tersebut, atau bahkan hanya
diberikan pada grupnya saja. Penyaluran pada Bank Syariah dibatasi pada prinsip
syariah dan keuntungan sehingga pembiayaan yang diberikan juga harus
mengikuti prinsip syariah di samping keuntungan, hal ini tidak memungkinkan
dana tersebut diberikan pada usaha yang haram ataupun bisnis lain yang tidak
sesuai syariah.

2.5 Menghitung Bagi Hasil Simpanan Di Bank Syariah

Bank syariah Bank konvensional


Anda memiliki deposito Rp 10.000.000,- Kerabat anda memiliki deposito Rp
dengan jangka waktu 1 (satu) bulan. 10.000.000,- dengan jangka waktu 1
Nisbah bagi hasil = 57% deposan dan (satu) bulan. Bunga = 20% p.a
43% bank
Jika rata-rata saldo deposito jangka
waktu 1 bulan sebesarRp950.000.000,-
dengan keuntungan yang diperoleh untuk
deposito jangka waktu 1 bulan sebesar
Rp30.000.000,
Maka bagi hasil yang diperoleh sebesar Bunga yang diperoleh kerabat Anda
Rp.(10.000.000,- :950.000.000,) x Rp. sebesar: Rp10.000.000,- X (31: 365 hari)
30.000.000,- x 57% = Rp.180.000,- x 20% = Rp. 169.863,
AWS1

17
Kesimpulan: Kesimpulan:
Jumlah bagi hasil yang didapat Jumlah bunga yang di dapat
dipengaruhi oleh: Dipengaruhi oleh:
Pendapatan bank Tingkat suku bunga berlaku nominal
Nisbah yang disepakati Nominal deposito deposito jangka waktu deposito
Rata-rata saldo deposito dalam jangka
waktu tertentu pada bank Jangka waktu
penempatan deposito

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil


Dari seluruh pendapatan atas akad-akad yang dilakukan dengan peminjam
dana, beberapa faktor secara langsung ataupun tidak langsung yang mempengaruhi
nilai atas bagi hasil, yaitu:
a. Invesment rate yaitu persentase aktual dana yang diinvenstasikan dari total
dana. Jika ditentukan investment 80% maka sisanya merupakan dana
likuiditas.
b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari
berbagai dana yang tersedia. Metode menghitung dana ini merupakan saldo
rata-rata minimum bulanan atau rata-rata saldo harian. Investment rate dikali
dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan menghasilkan jumlah
aktual dana yang digunakan.
c. Nisbah (profit sharing ratio)
 Besarnya nisbah yang disepakati di awal
 Nisbah setiap bank biasanya akan berbeda yang disesuaikan dengan besarnya
dana dan lamanya investasi yang dilakukan.
d. Penetapan bank atas metode yang digunakan dalam perhitungan bagi hasil,
misalnya didasari oleh revenue sharing (segala biaya ditanggung oleh bank)
18
atau profit sharing (dari hasil pengurangan pendapatan oleh biaya-biaya).
Fatwa DSN No. 15/DSN-MUI/IX/2000 untuk saat ini lebih maslahat dengan
menggunakan metode revenue sharing.

2.7 Produk dan Jasa bank Syariah


Produk syariah Produk perbankan
Jual Beli Pembiayaan
1. Murabahah yaitu jual beli yang 1. Kredit
keuntungannya disepakati penjual 2. Kredit modal kerj
dan pembeli. 3. Kredit konstuksi
2. Musawamah yaitu jual beli yang
keuntungannya hanya diketahui Pembangunan
penjual. 1. Kredit usaha kecil
3. Tauliah yaitu jual beli yang tidak ada 2. Kredit usaha tani
keuntungan bagi penjual (komisi) 3. Kredit untuk koperasi
4. Muwadhaah yaitu jual beli yang
harganya dibawah harga jual Konsumsi
(diskon) 1. Kredit pemilikan rumah
5. Mutlaq yaitu tukar menukar uang 2. Kredit pemilikan kendaraan
dengan barang
6. Muqayadhah yaitu tukar menukar Kredit Ekspor
barang dengan barang 1. Leter of Credit
7. Sarf yaitu tukar menukar uang 2. Garansi Bank
dengan uang
8. Salam yaitu jual beli yang harga Treasury
dibayar lebih dulu, barang 1. Spot
diserahkan kemudian 2. Forward
9. Istishna yaitu jual beli yang harga 3. Swap
dapat dicicil, barang dibuat dan 4. Option
19
diserahkan kemudian Simpanan
10. Wafa yaitu jual beli yang diiringi 1. Giro
syarat untuk membeli kembali 2. Tabungan
11. Urbun yaitu jual beli yang jika tidak 3. Deposito
diteruskan uang muka jadi milik
penjual Jasa
Bagi Untung (Bagi Hasil) 1. Transfer
1. Mudharabah yaitu perkongsian 2. Inkaso
pemodal (shohibul mal) dan 3. ATM
pengelola (mudharib), keuntungan
dibagi menurut porsi yang disepakati
sebelumnya sedangkan jika usaha
rugi ditanggung pemodal
2. Musyarakah yaitu perkongsian para
pemodal, keuntungan dibagi menurut
porsi yang disepakati sebelumnya,
kerugian ditanggung bersama
berdasarkan proporsi modal
3. Musaraah yaitu perkongsian pemilih
tahan pertanian dan pengelolaan,
pembagian hasil menurut porsi
disepakati sebelumnya.
4. Musaqat yaitu perkongsian pemilih
tana perkebunan dan pengelolaan,
pembagian menurut porsi yang
disepakati sebelumnya.
Jasa
1. Ijasah yaitu sewa menyewa

20
2. Wadiah yaitu titipan
3. Wakalah yaitu perwakilan
4. Kafala yaitu penjaminan
5. Hiwahal yaitu anjak piutang
6. Ju’alah yaitu jasa khusus /
sayembara
7. qord yaitu pinjaman
8. Rahn yaitu gadai

Produk / jasa Prinsip syariah


Giro Wadiah yadhamanah
Tabungan Waduah yadhamanah mudharabah
Deposito/rekening investasi bebas Mudharabah
Rekening invesatasi tidak bebas Mudharabah muqayyadah
penggunaan Mudharabah tidak tunai
Piutang Murabahah Mudharabah
Investasi Mudharabah Musyarakah
Investasi Musyarakah Ijarah
Investasi assets untuk disewakan Salam atau isthisna
Pengadaan barang untuk dijual atau Kafalah
dipakai sendiri Wakalh
Bank garansi Wadiah Amanah
Transfer, inkaso, L/C, dan lain- lain Mudharabah
Safe deposit box Surat berharga sharf
Jual beli valas (non speculative motive)

21
2.8 Bentuk Laporan Keuangan Bank Syari'ah Mared stafor

Laporan keuangan merupakan informasi keuangan suatu perusahaan pada


suatu periode akuntansi yang menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dan
akan digunakan dalam pengambilan keuputasan. Laporan keuangan merupakan
bagian dari pelaporan keuangan yang meliputi:
 Neraca
 Laporan laba rugi komprehensif
 Laporan perubahan ekuitas
 Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus
kas atau laporan arus dana
 Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan

Secara terperinci laporan keuangan bank syariah di antaranya:

1. Neraca (Laporan Posisi Keuangan)


Beberapa poin pembeda antara bank syariah dengan bank konvensional. Bank
syariah menerima penyaluran dana mengikuti perkiraan dana yang
sebelumnya disalurkan. Artinya bahwa prinsip jual beli akan diperkirakan
sama dengan perkiraan piutang yang tercantum pada piutang murabahah, dan
piutang istishna.
2. Laporan Laba dan Rugi Komprehenship
Seperti halnya bank konvensional, bank syariah juga memiliki laporan
keuangan laba rugi. Berikut beberapa unsur yang ada di dalam laporan
keuangan laba rugi bank syariah yakni:

22
 Pendapatan operasi utama yaitu pendapatan operasi utama bank syariah
yang menggunakan prinsip ekonomi syariah dalam penyalurannya yaitu
menggunakan asas bagi hasil yang merupakan hasil mudharabah yang
akan dibagi dengan hasil amusyarakah.
 Nantinya hasil dari pendapatan utama dipisahkan agar bisa menentukan
pelaporan informasi atas penggunaan dari laporan keuangan yang
dikaitkan dengan bagi hasil.
 Hak-hak pihak ketiga merupakan hasil bagi dari dana syarikah temporer.
Syarikah kontemporer merupakan komponen diberikan oleh bank syariah
kepada pemilik dana sesuai dengan yang telah disepakati. Ini merupakan
alokasi yang didapat dari pendapatan atas Bank Syariah. Ini bukan
kategori dana beban bank syariah karena besaran dari bagi hasil ini
bergantung pada pendapatan operasi utama dari bank dan tidak bersifat
tetap.ilem yan
 Pendapatan operasi lainnya merupakan unsur yang bisa digunakan untuk
menyimpan pendapatan dari oprasi utama lainnya yang tidak dilakukan
pembagian hasil alias milik bank syariah sepenuhnya. Termasuk di
dalamnya fee wakalah, pendapatan atas layanan, fee kafalah dan fee
wudharabah muqayyadah.
 Beban-Beban merupakan rincian dari semua jenis beban yang
dipertanggungjawabkan oleh pihak bank. Ini merupakan poin yang
mungkin sama dengan bank konvensional lainnya.

Laporan laba rugi bank syariah seperti tujuan laporan keuangan lainnya,
menggunakan metode revenue sharing atau jenis bagi hasil yang berbeda dengan
jenis bank konvensional yang menggunakan metode profit sharing.

23
Profit Sharing: Revenue Sharing
1. Pendapatan yang akan 1. Pendapatan yang akan
didistribusikan adalah pendapatan didistribusikan adalah pendapatan
bersih setelah pengurangan total kotor dari penyaluran dana, tanpa
cost (biaya) terhadap total revenue harus dikalkulasikan terlebih
(pendapatan). dahulu dengan biaya-biaya
2. Biaya-biaya operasional akan pengeluaran operasional usaha
dibeban ke dalam modal usaha atau 2. Biaya-biaya akan ditanggung bank
pendapatan usaha, artinya biaya- Syariah sebagai Mudharib
biaya akan ditanggung oleh (pengelola di modal).
shahibul maal 3. Pendapatan yang akan
2. 3. Pendistribusian pendapatan yang didistribusikan hanya pendapatan
akan dibagikan adalah seluruh dari penyaluran uldana shahibul
pendapatan, baik pendapatan dari maal, sedangkan pendapatan fee
hasil investasi dana atau atas jasa-jasa bank syariah
pendapatan dari fee atas jasa-jasa merupakan pendapatan murni bank
yang diberikan bank setelah sendiri. Dari pendapatan fee inilah
dikurangi seluruh biaya-biaya bank Syariah dapat menutupi
operasional. biaya-biaya operasional yang
ditanggung bank syariah

3. Laporan Arus Kas


Laporan arus kas merupakan jenis laporan keuangan bank syariah yang juga
diajukan menggunakan tatanan PASAK 2 atau Laporan arus kas yang biasa.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan keuangan yang menggunakan
metode tatanan PSAK 1.
5. Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat

24
Laporan perubahan dana investasi terikat sebagaimana perbedaan laporan
keuangan komersial dan fisikal, akan menggambarkan laporan dari investasi
terikat menggunakan pola chanelling. Ini merupakan jenis laporan keuangan
yang digunakan sebagai bentuk tanggung jawab dari pihak bank syariah
sebagai agen yang menyalurkan investasi terikat tersebut sebagai bentuk
pengelolaan dana.
6. Laporan Penggunaan Zakat serta Penggunaan Dana
Laporan ini merupakan penggunaan dari dana ZIS (zakat, infaq dan
shadaqah). Ini dilakukan penyempurnaan menggunakan laporan penggunaan
dari zakat karena infaq dan shadaqah tidak jelas dana penggunaan dan
nominalnya. Jadi, laporan keuangan ini akan disesuaikan dnegan jenis laporan
yang sudah jelas diperuntukkan untuk zakat tersebut dan juga dilakuka
penggabungan antara dana shadaqah beserta dana infaq tergabung
menggunakan sumber dana untuk kebajikan. yang

7. Laporan Penggunaan Dana Kebajikan Laporan ini tercantum dalam tatanan


PSAK 59 yang nantinya akan disempurnakan menggunakan data penggunaan
dana kebajikan beserta data sumber dana lengkap untuk memudahkan
penyusunan data dari lapora tersebut nantinya. dari laporan yang

25
No Bank Konvensional No Bank Syariah
1. laporan neraca (laporan posisi 1. laporan neraca (laporan posisi
keuangan keuangan)
2. laporan laba/ rugi komprehensip 2. laporan laba/rugi konpperhenship
3. laporan rekening administrative 3. laporan arus kas
4. laporan perubahan modal pemilik dan
laporan laba di tahan
5. laporan investasi terbatas
6. laporan sumber dan penggunaan zakat
dan dana sumbangan
7. laporan sumber dan penggunaan dana
qard

Sumber: accounting dan auditing standar for Islamic financial institutions


AAOIFT,1998

2.9 Hambatan-hambatan dalam operasional Bank Syariah


Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa hambatan dalam operaisonal bank
syariah, di antaranya:
1. Regulasi
Regulasi dalam perbankan syariah di Indonesia masih berdasarkan sistem
sekuler. Bank Syariah pertama berdiri tahun 1992, saat itu Bank Indonesia
membentuk Biro perbankan Syariah yang berfungsi untuk mengatur dan
mengawasi Bank Syariah, baik dari aspek perbankan maupun dari aspek syariah.
Namun meskipun sudah ada Biro Perbankan Syariah, regulasi mengenai operasi
perbankan syariah masih menggunakan aturan umum dalam perbankan
konvensional, kecuali dalam beberapa hal. Permasalahan utamanya adalah pada

26
sebuah aturan mengenai dual banking system. Menurut cetak biru Perbankan
Syariah yang dikembangkan di Indonesia, Bank Syariah seharusnya memiliki
Undang-undang Perbankan Syariah yang memisahkan dan berbeda dari Undang-
Undang Bank Konvensional.
2. Diversifikasi Produk
Pembiayaan mudharabah dan musyarakah tidak langsung diberikan kepada
nasabah yang baru. Nasabah baru hanya diberikan produk jual beli murabahah,
salam dan istisna karena dalam produk-produk ini bank dapat menerapkan semua
prinsip perbankan murni. Saat nasabah mengambil produk pembiayaan tersebut
kepercayaan nasabah sudah dapat dilihat, kemudian bank menawarkan produk
yang lebih beresiko, seperti mudharabah. Pada produk ini bank tidak dapat lagi
membebankan resiko pada nasabah, karena sepenuhnya Thug ditanggung oleh
bank.
Sebagai mudharib maka kredibilitas, integritas dan akuntibilitas nasabah
menjadi faktor penentu. Apabila dengan produk ini nasabah bisa dipercaya, maka
produk yang tertinggi tingkat resikonya, yaitu qardh (pinjaman tanpa bagi hasil)
dapat diberikan. Pada tingkat ini nasabah telah mencapai taraf prima (prime
customer) karena tanpa jaminan dan tanpa kewajiban memberikan tambahan,
bank dapat memberikan pinjaman. da Biasanya diberikan untuk kebutuhan
mendesak, berjangka waktu In relatif pendek, tidak bisa dilayani oleh produk lain
dan kemungkinan besar tidak akan macet.
Muncul permasalahan terhadap pengkategorian produk seperti dini, dimana
fasilitas mudharabah hanya diberikan kepada nasabah yang besar (dianggap
mampu). Meskipun ini tidak melanggar syariah, namun akan berdampak pada
pelestarian status quo ekses perbankan konvensional, dimana hanya strata
masyarakat atas saja yang dapat menikmati fasilitas perbankan.
Selain itu adanya tuntutan masyarakat yang tinggal di daerah yang
menginginkan agar ada bank syariah di daerahnya menjadi salah saru sumber

27
diversifikasi produk. Contoh daerah Sumatera hodan Kalimantan yang lebih
mengedepankan budi daya kehutanan dan perkebunan tentu saja menuntut
produk pembiayaan dengan dijangka waktu lebih panjang karena tidak mungkin
dapat mengembalikan dana pembiayaan dalam jangka waktu satu-dua tahun,
padahal hasil perkebunan baru dapat dinikmati setelah kurang lebih lima (5)
tahun. Artinya bahwa produk syariah harus diarahkan pada produk investasi yang
bisa dikembangkan menjadi instrumen pasar uang antar bank syariah untuk
menjaga tingkat likuiditas. Sebaliknya di perkotaan, masyarakat lebih memilih
produk pembiayaan jangka pendek, misalnya 2 tahun.
3. Penentuan Harga (Pricing)
Hambatan lainnya adalah berapa tingkat keuntungan yang harus dibebankan
kepada nasabah dari penghasilan bank. Produk jual beli seperti murabahah,
istisna dan salam, bank dapat menentukan tingkat keuntungan seperti halnya
dalam perbankan konvensional, misalnya persen. Tingkat keuntungan 12
ditambahkan pada harga beli dan menjadi harga jual kepada nasabah. Permasalah
muncul saat menentukan tingkat keuntungan, apakah itu lumpsum atau per
annum.
Ketentuan dalam syariah untuk harga jual tidak boleh dua kali dalam satu
akad. Jadi jika bank dan nasabah bersepakat menentukan tingkat keuntungan 12
persen per annum dari harga beli sebesar Rp. 100 juta, dalam jangka waktu dua
tahun. Artinya ada dua harga dalam satu akad pembiayaan. Jika nasabah sudah
mencicil hutangnya sampai 20 bulan lalu menunggak, dan baru bisa melunasi
sesudah 2 tahun setengah, maka harga jualnya tidak lagi sebesar harga beli
ditambah 24 persen, tetapi harga beli ditambah 30 persen. Itu sebabnya mengapa
bank syariah mendapat kritik tajam dari sebagian masyarakat, karena penentuan
harga seperti ini tidak berbeda dengan penentuan at tingkat bunga dalam bank
konvensional.
4. Sumber Daya Manusia

28
Pada perbankan Indonesia masih minim Sumber Daya Insani byang paham
terhadap syariah. Para karyawan tidak hanya harus berjilbab saat memberikan
pelayanan, namun juga hati dan jiwanya memahami dasar-dasar penetapan akad
dan hakikat penerapan akad yang sesuai dengan syariah. Masih minimnya 1
Sumber Daya Manusia yang berkualitas ini menjadi sebuah tantangan bagi pihak
perbankan. Untuk menjawab tantangan tal semua stakeholeder diharapkan
mampu bekerjasama sehingga kebutuhan dunia Perbankan Syariah terhadap
SDM dapat terpenuhi baik dari sisi kulitas maupun kuantitasnya.
Sementara itu menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ada tujuh hambatan
yang dihadapi perbankan syariah nasional dalam pertumbuhannya. Pertama
belum selarasnya visi dan kurangnya koordinasi antar pemerintah dan otoritas
dalam pengembangan perbankan syariah. Kedua masih banyak perbankan
syariah yang belum memiliki modal memadai. Hal ini tentu saja berdampak pada
kesulitan mengembangkan usaha seperi membuka kantor kantor cabang,
mengembangkan infrastruktur, dan pengembangan segmen layanan. Ketiga
pembiayaan menjadi andalan pada struktur pendanaan perbankan syariah.
Artinya nilai pengembalian ke pada nasabah atau yang pada bank konvesional
disebut sebagai bunga simpanan terhitung cukup tinggi. Hal ini akan berdampak
pada bank syariah menjadi tidak efisien karena harus menyediakan dana lebih
besar untuk memberikan bagi hasil ke pada nasabah yang menyimpan uangnya di
bank. Hal tersebut tercermin dari komposisi Cash and Saving accounts (CASA)
belum seefisien bank konvensional. Keempat, produk yang tidak variatif, selain
itu pelayanan yang belum sesuai ekspektasi masyarakat. Kemudian fitur bank
syariah belum selengkap produk serupa bank konvensional. Kelima, Kuantiatas
dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) belum memadai serta teknologi
informasi kurang mendukung pengembangan produk serta layanan. Keenam,
yaitu pemahaman dan kesadaran masyarakat yang masih rendah ke bank syariah.
Dan ketujuh, pengaturan dan pengawasan yang masih belum optimal.

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan Akuntansi Perbankan Syariah di Indonesia sekarang ini sudah
mencapai tahap yang menjanjikan. Banyak bermunculan bank-bank yang
berbasiskan syariah Islam, bahkan bank-bank konvensional pun sekarang
membuka cabang syariahnya untuk mengikuti persaingan perbankan di
Indonesia. Terlihat dari antusiasnya Bank-bank membuka cabang syariah tentu
tidak terlepas dari banyaknya individu-individu atau lembaga-lembaga yang
mempunyai kepentingan di bidang keuangan menginginkan suatu tempat atau
jasa yang menawarkan sesuatu tawaran atau produk yang lebih baik dari produk
perbankan konvensional yang tentunya mempunyai kebijakan yang dapat
dipercaya sesuai dengan syariah Islam.
Produk-produk tertentu yang dikeluarkan mempunyai konsep konsep yang
jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, tidak seperti produk-produk dari bank
atau lembaga konvensional yang sering kali tidak jelas baik dalam proses awal
penentuan bunga khususnya maupun kegiatan-kegiatan operasional dari lembaga
keuangan itu sendiri. Karena konsep-konsep atau prinsip-prinsip dasar dari bank
syariah berbeda dengan prinsip dasar bank-bank atau Lembaga keuangan
konvensional berbeda, maka akan langsung berdampak kepada berbeda juga
sistem-sistem operasional yang dijalankan di kedua jenis bank atau lembaga
keuangan tersebut.
Jika diteliti lebih lanjut perbedaan dari bank konvensional dibandingkan
dengan bank syariah adalah lebih kepada sistem bagi hasilnya berbanding
terbalik dengan sistem bunga yang dianut oleh lembaga keuangan biasa. Akan
tetapi dalam prakteknya belum tentu suatu bank atau lembaga keuangan syariah
30
dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan syariah dikarenakan
untuk mewujudkan itu diperlukan sistem operasional yang syariah, sumber daya
yang syariah pula. Jadi tidak bisa sistem operasional tersebut dapat terwujud
apabila semua komponen itu hanya berjalan atau berdiri sendiri-sendiri.

3.2 Saran
Maka tugas kita selaku akademisi adalah bagaimana kita mengembangkan dan
menerapkan kegiatan perbankan syariah pada masyarakat dunia, sehingga tidak
ada kata alergi ketika masyarakat mendengar istilah – istilah kegiatan perbankan
syariah. Harapan kita bahwa sudah cukup sampai disini saja kegiatan dunia
bisnis baik yang basis finansial, Investasi, perbankan, real, pasar modal, pasar
barang dll. Yang hanya menguntungkan sebagian pihak dan dipihak lain tertidas.
Mari kita jadikan Perbankan syariah sebagai sarana untuk menciptakan dunia
bisnis baru yang bernafaskan positif yang dapat memberikan kesejahteraan bagi
semua.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan dari
para pembaca.

31
DAFTAR PUSTAKA

Machmud Amir & Rukmana. (2010). Bank Syariah, Jakarta. Erlangga


Marimin, A., & Romdhoni, A. H. (2015). Perkembangan bank syariah di Indonesia.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 1(02).
Sri Dewi A,A.R.K. (2020). Akuntansi Syariah: Peluang dan Tantangan.

32

Anda mungkin juga menyukai