Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MANAJEMEN DANA BANK SYARIAH

DISUSUN OLEH:

MARIA C.R.M.GANDI 2021220100

EMELIA FITRI 2021220101

KETUT LIYANTI 2021220102

SEKAR MEWANGI PUTRI 2021220103

MUHAMMAD RADIYANOR 2021220104

LAPITRI NOOR ADINNA 2021220105

SHELATUL RAHMAH 2021220126

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BANJARMASIN INDONESIA

(STIE INDONESIA) BANJARMASIN

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengantar dan Konsep-

Konsep Dasar Akuntansi Manajemen”. Laporan yang telah disusun ini berdasarkan yang

telah ditentukan dan dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Akuntansi.

Kiranya kelak makalah ini dapat bermanfaatluas pada umumnya dan mahasiswa-mahasiswi

Fakultas Ekonoi dan Bisnis Universitas PGRI Madiun. Kami menyadari bahwa makalah ini

masih jauh dari apa yang diharapkan dalam mencapi kesempurnaan. Oleh karena itu kami

sangat mengharapkan kritik dan syarat yang membangun dari dosen dan mahasiswa-

mahasiswi supaya kiranya makalah ini dapat mencapai kesempurnaan agar makalah ini

nantinya juga dapat bermanfaat bagi kita. Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................3
1.3 TUJUAN MASALAH......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1 Pengertian Manajemen Dana Bank Syariah.....................................................................4
2.2 Fungsi Manajemen Dana Bank Syariah...........................................................................5
2.3 Tujuan Manajemen Dana Bank Syariah...........................................................................5
2.4 Permasalahan-Permasalahan Manajemen dana Bank Syariah.........................................6
2.5 Sumber-Sumber Dana Bank Syariah................................................................................7
2.6 Penggunaan Dana Bank....................................................................................................9
2.7 Pendekatan Alokasi Dana Bank.....................................................................................10
2.8 Sumber dan Alokasi Pendapatan....................................................................................15
2.9 Penghimpunan Dana Bank Syariah................................................................................16
BAB III PENUTUP................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manajemen dalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak

terkecuali jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit).

Untuk itu mendapatkan keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan

dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manager

dimanapun mereka berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan publik, maupun

organisasi sosial kemasyarakatan. Perbedaannya hanyalah pada falsafah hidup yang

dianut oleh masing-masing pendiri atau manajer badan usaha tersebut. Demikian juga

dalam dunia perbankan, manajemen menjadi sangat penting sebab hal ini akan

mempengaruhi kinerja perbankan dan kepercayaan masyarakat.

Masyarakat hanya menginginkan lembaga keuangan yang dapat dipercaya

dalam mengembangkan dana yang dimilikinya, khususnya pada perbankan. Selain

menginginkan dana yang dikelola oleh orang-orang terpercaya, sehingga mereka

merasa aman akan dananya, nasabah juga pasti menginginkan dananya dapat

dikembangkan dan memperoleh keuntungan yang maksimal.

Banyak yang meragukan adanya perbankan syariah, sebab mereka

beranggapan bahwa sistem perbankan bebas. Bunga adalah suatu yang tidak mungkin

dan tidak lazim, dan juga banyak yang mempertanyakan bagaimana bank akan

membiayai operasinya. Pada dasarnya bank syariah berfungsi sebagai agen perantara

pemilik dengan modal (nasabah) yang menitipkan uangnya dengan para pengelola

usaha atau masyarakat yang membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan mereka

baik kebutuhan konsumtif maupun kebutuhan produktif. Dalam rangka memenuhi

1
kebutuhan masyarakat ini, bank menggunakan prinsip penyertaan dalam rangka

pemenuhan permodalan atau dengan prinsip peminjaman untuk pembiayaan.

Bank syariah mempunyai hukum tersendiri yang lain dengan bank

konvensional dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia diatas, yakni dengan

menggunakan akad-akad hasil (profit loss sharing), sebagai metode pemenuhan

kebutuhan permodalan (equty financing) dan akad-akad jual beli untuk memenuhi

kebutuhan pembiayaan (deep financing).

Bank syariah adalah bank yang menjalankan bisnis perbankan dengan

menganut sistem syariah yang berbasis hukum Islam. Dalam hukum Islam dinyatakan

bahwa riba itu haram, sehingga bisnis bank konvensional yang menerapkan system

rente atau riba dengan perhitungan Bunga berbunga, baik untuk produk simpanan

maupun pinjamannya tidak sesuai dengan hukum Islam.

Bank syariah tidak menerapkan sistem bunga tetapi menerapkan sistem bagi

hasil, yaitu sistem pengelolaan dana dalam perekonomian Islam. Perhitungan bagi

hasil didasarkan pada mufakat pihak bank bersama nasabah yang menginvestasikan

dananya di bank syariah. Besarnya hak nasabah terhadap banknya dalam perhitungan

bagi hasil tersebut, ditetapkan dengan sebuah angka ratio atau besaran bagian yang

disebut Nisbah.

Pembiayaan bank syariah bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip

kemitraan. Dalam prinsip ini, konsep yang diterapkan adalah hubungan antar investor

yang harmonis (mutual investor relationship). Adapun dalam sistem konvensional

konsep yang diterapkan adalah hubungan debitur dan kreditur yang antagonis (debitor

to creditor relationship).

2
Sudah barang tentu, pengelolaan Bank Syariah dengan demikian perlu suatu

manajemen yang dapat memberikan kepercayaan masyarakat dan sesuai dengan ajaran

agama. Sebagaimana pendapat Adnan (1999). Bank syariah harus bisa menempatkan

posisi ‘nasabah’ sebagaimana mestinya. Manajemen harus betul-betul dapat

memposisikan nasabah sebagai mitra, dan bukan lebih tinggi atau lebih rendah.

Manajemen juga harus memahami sisi psikis, bahkan kalau mungkin sisi tauhid

nasabah. Sehingga konflik yang bias terjadi akibat perbedaan yang menyolok antara

kedua pihak bias dihindari, atau mungkin dimanfaatkan secara positif dan konstruktif.

1.2 RUMUSAN MASALAH


A. Apa pengertian dan fungsi manajemen dana bank syariah

B. Bagaimana permasalahan-pemasalahan dalam menjalankan manajemen dana bank


syariah

C. Apa pengertian dan jenis-jenis tabungan syariah

1.3 TUJUAN MASALAH


A. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi majanemen dana bank syariah

B. Untuk menjelaskan permasalahan-permasalahan dalam menjalankan manajemen

dana bank syariah

C. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis tabungan syariah

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Dana Bank Syariah


Manajemen dana bank sebagai suatu proses pengelolaan penghimpunan dana-

dana dari masyarakat ke dalam bank dan pengalokasian dana-dana tersebut bagi

kepentingan bank dan masyarakat serta pemupukannya secara optimal melalui

pergerakan semua sumber daya yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang

memadai sesuai dengan batas ketentuan peraturan yang berlaku.

Manajemen dana bank Syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga

dana bank Syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari

aktivitas funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank

yang bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan

solvabilitas.1

Gambar Siklus dan Distribusi Dana di Bank Syariah

BAGI HASIL

Masyarakat BANK Masyaraka


Proses Proses
Pemilik SYARIA t
Penghimpunan Penyaluran Dana
H Pengguna

BAGI HASIL

Konsep Penghimpun Dana : Wadiah dan Mudharabah Konsep Penyaluaran Dana :

1
Muhamad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : UPP-AMP YKPN, 2002.
4
- Bagi Hasil (Mudharabah &

Musyarakah)

- Jual Beli (Murabahah,

Istishna’ & Salam)

- Ujroh (Ijarah & Ijarah

Muntahiya Bittamblik)

2.2 Fungsi Manajemen Dana Bank Syariah


Dalam menjalankan operasinya bank Syariah memiliki empat fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai penerimaan amanah untuk melakukan investasi dana-dana yang

dipercaya oleh pemegang rekening investasi/deposan atau dasar prinsip bagi hasil

dengan kebijakan investasi bank.

2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki pemilik dana (Shahibul maal)

sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana.

3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang

tidak bertentangan dengan prinsip Syariah.

4. Sebagai pengelola fungsi sosial.

2.3 Tujuan Manajemen Dana Bank Syariah


Manajemen dana bank Syariah mempunyai tujuan sebagai berikut :

a. Memperoleh profit yang optimal.

b. Menyediakan akhir cair dan kas yang memadai.

c. Penyimpan cadangan.

d. Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan yang pantas

bagi seseorang yang bertindak sebagai pemelihara dana-dana orang lain.

e. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan.2

2
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 112.
5
2.4 Permasalahan-Permasalahan Manajemen dana Bank Syariah
Pokok-pokok permasalahan manajemen dana bank pada umumnya dan bank

Syariah pada khususnya adalah :

1. Berapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya yang relative

murah.

2. Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk apa untuk

memperoleh pendapatan yang optimal.

3. Berapa besarnya dividen yang dibayarkan yang dapat memuaskan pemilik/pendiri

dan laba ditahan yang memadai untuk pertumbuhan bank Syariah.

Dari permasalahan yang ada di atas, maka manajemen dana mempunyai tujuan

sebagai berikut:

1. Memperoleh profit yang optimal.

2. Menyediakan aktiva cair dan kas yang memadai.

3. Menyimpan cadangan.

4. Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan yang pantas

bagi seseorang yang bertindak sebagai pemelihara dana-dana orang lain.

5. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan.

Bank Syariah dirancang untuk melakukan fungsi pelayanan sebagai lembaga

keuangan bagi para nasabah dan masyarakat. Untuk itu bank Syariah harus mengelola

dana yang dapat digolongkan sebagai berikut :

6
1. Kekayaan bank Syariah dalam bentuk :

a. Kekayaan yang menghasilkan (Aktiva Produktif) yaitu pembiayaan untuk

debitur serta penempatan dana di bank atau investasi lain yang menghasilkan

pendapatan.

b. Kekayaan yang tidak menghasilkan yaitu kas dan inventaris (harga tetap).

2. Modal bank Syariah, berasal dari :

a. Modal sendiri yaitu simpanan pendiri (modal), cadangan dan hibah,

infaq/shadaqah.

b. Simpanan/hutang dari pihak lain.

3. Pendapatan usaha keuangan bank Syariah berupa bagi hasil dari pembiayaan yang

diberikan dan biaya administrasi serta jasa tabungan bank Syariah di bank.

4. Biaya yang harus dipikul oleh bank Syariah yaitu biaya operasi, biaya gaji,

manajemen, kantor dan bagi hasil simpanan nasabah penabung.

Untuk mengatasi hal tersebut pihak bank Syariah dapat melakukan kegiatan

manajemen sebagai berikut :

1. Rencana Keuangan (Budgeting)

2. Batasan dan Pengukuran atas :

a. Struktur Modal

b. Pemeliharaan Likuiditas

c. Pengawasan Efisiensi

d. Rentabilitas

e. Aktiva Produktif (Pembiayaan)3

3
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 111.
7
2.5 Sumber-Sumber Dana Bank Syariah
Sebagai lembaga keuangan, dana merupakan masalah bank yang paling utama.

Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa (tidak dapat berfungsi sama

sekali). Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk

tunai atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang

dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri,

tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang

sewaktu-waktu akan ditarik kembali, baik sekaligus atau berangsur-angsur.

Berdasarkan data empiris selama ini, dana yang berasal dari para pemilik bank

itu sendiri, ditambah cadangan modal yang berasal dari akumulasi keuntungan yang

ditanam kembali pada bank, hanya sebesar 7-8% dari total aktiva bank. Bahkan di

Indonesia rata-rata jumlah modal dan cadangan yang dimiliki oleh bank-bank belum

pernah melebihi 4% dari total aktiva. Ini berarti bahwa sebagaian besar modal kerja

bank berasal dari masyarakat, lembaga keuangan lain dan pinjaman likuiditas dari

bank Sentral.

Dengan demikian, sumber dana bank Syariah terdiri dari :

a. Modal inti (core capital)

Modal ini merupakan dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari para

pemegang saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti

terdiri dari :

 Modal yang disetor oleh pemegang saham

 Cadangan-cadangan

 Laba ditahan

b. Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account)

Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu

akad kerja sama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha
8
(mudharib) untuk melakukan suatu usaha bersama dan pemilik dana tidak boleh

mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini dalam

kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan jasa bagi para investor

berupa :

a. Rekening investasi umum

b. Rekening investasi khusus

c. Rekening tabungan Mudharabah

c. Dana Titipan (wadiah/non remunerated deposit)

Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang

umumnya berupa giro atau tabungan. Menurut Zainul Arifin, dana titipan wadiah

ini dikembangkan dalam bentuk rekening giro wadiah dan rekening tabungan

wadiah.

2.6 Penggunaan Dana Bank


Setelah dana pihak (DPK) telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai dengan

fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk

pembiayaan. Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-

dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang

telah digariskan. Alokasi dana ini mempunyai beberapa tujuan yaitu :

1. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkar risiko yang rendah.

2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas

tetap aman.

Alokasi penggunaan dana bank Syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua

bagian penting dari aktiva bank, yaitu :

1. Earning Assests (aktiva yang menghasilkan)

9
Asset bank yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Asset ini disalurkan

dalam bentuk investasi yang terdiri dari :

 Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah)

 Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah)

 Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al Bai’i)

 Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah, Ijarah Iqtina, & IMBT)

 Surat-surat berharga Syariah dan investasi lainnya

2. Non Earning Assets (aktiva yang tidak menghasilkan)4

Seperti aktiva dalam bentuk tunai, pinjaman (Qard), penanaman dana dalam

aktiva tetap dan inventaris .

2.7 Pendekatan Alokasi Dana Bank


Cara penempatan alokasi dana oleh suatu bank dengan mempertimbangkan

sumber dana yang diperolehnya terdiri atas dua pendekatan yang masih banyak

dipergunakan atau dipilih oleh eksekutif bank, yaitu :

a. Pool of fund approach ialah penempatan dana bank dengan tidak memperhatikan

hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu dan

tingkat harga perolehannya.

b. Asset allocation approach ialah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan

mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang

sesuai dengan sifat, jangka waktu dan tingkat harga perolehan sumber dana

tersebut.5

4
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta : Alvabeta bekerja sama dengan Tazkia
Institut, 2002), hlm. 53-59
5
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 54.
10
Secara skematis sumber dan penggunaan dana berdasarkan pusat pengumpulan

dana (pool of fund approach digambarkan pada skema berikut :

Sumber Dana Penggunaan Dana


PRIMARY
WADIAH RESERVE

SECONDARY
RESERVE
QARD

MUSYARAKAH
MUDHARABAH
MUTLAQAH DANA POOL MUDHARABAH

MURABAHAH

SALAM

ISTISHNA

IJARAH
MUSYARAKAH
AKTIVA

MUDHARABAH SPECIAL
MUQAYYADAH INVESTMENT

Secara khusus, sumber-sumber penerimaan dana dapat dialokasikan pada sisi-sisi

pembiayaan. Secara skematis diagram sumber dan penggunaan dana berdasarkan

pendekatan Alokasi aktiva (Asset Allocation Approach) dapat digambarkan sebagai

berikut :

11
Sumber Dana Penggunaan Dana
PRIMARY RESERVE
WADIAH
SECONDARY RESERVE

QARD
MUDHARABAH MURABAHAH
MUTLAQAH
ISTISHNA

IJARAH

MUDHARABAH IMBT
MUQAYYADAH
SALAM

MUDHARABAH
MUSYARAKAH
MUSYARAKAH

AKTIVA TETAP

Dari bagan diatas dapat diterangkan bahwa:

a) Wadiah adalah titipan dari nasabah kepada pihak bank dimana pihak bank

bertanggung jawab untuk menjaga dan mengembalikan kapan saja penyimpan

menghendakinya.

b) MudharabahMutlaqoh adalah sistem mudharabah dimana pemilik modal

memberikan penuh kepada pengelola untuk menggunakan modal tersebut dalam

usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan.

c) MudharabahMuqayadah adalah pemilik modal menyerahkan modal kepada nasabah

dan menentukan syarat serta pembatasan kepada pengelola dalam menggunakan

modal tersebut.

12
d) Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu

usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan

kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan bersama.6

e) Primary Reserve adalah sumber utama bagi likuiditas bank terutama untuk

menghadapi kemungkinan terjadinya penarikan nasabah bank, baik berupa penarikan

dan masyarakat yang disimpan pada bank tersebut maupun kredit.

f) Secondary Reserve adalah cadangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas yang bersifat jangka pendek seperti penarikan simpanan oleh nasabah

deposan dan pencairan kredit dalam jumlah besar yang telah diperkirakan.

g) Qard adalah pinjaman kebajikan tanpa imbalan biasanya untuk pembelian barang-

barang fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat,

ukuran, dan jumlahnya).

h) Murabahah adalah akad penyediaan barang berdasarkan system jual beli, dimana

bank memberikan kebutuhan nasabah (barang) dan menjual kembali kepada nasabah

ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama.

i) Salam adalah akad jual beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera

(pada saat akad disepakati) sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam

jangka waktu yang disepakati.

j) Ijarah adalah pembiayaan bank untuk pengadaan barang ditambah keuntungan yang

disepakati dengan sistem pembayaran sewa tanpa diakhiri dengan kepemilikan. 7

k) Aktiva Tetap adalah pembiayaan untuk debitur serta penempatan dana dibank atau

investasi lain yang menghasilkan pendapatan.

Tabel Perbandingan Antara Manajemen Dana dengan Metode Fool of Fund Approach

dan Asset Allocation Approach


6
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syari'ah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 49.
7
Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), hlm.
102.
13
Fool of Fund Approach Asset Allocation Approach

Kelebihan Kelebihan

o Perhitungan biaya relative sederhana. o Mengalihkan penekanan likuiditas kepada

o Pengelolaannya todak kompleks. profitabilitas.

o Jumlah rata-rata cadangan likuiditas

mengalami penurunan sehingga alokasi

dana dapat dialihkan lebih banyak pada

penyaluran pembiayaan dan penanaman

modal pada surat-surat berharga yang

memiliki keuntungan lebih tinggi.

Kelemahan Kelemahan

o Tidak diberikan dasar untuk o Keputusan mengenai jumlah likuiditas

memperkirakan standar likuiditas. dilakukan berdasarkan perkiraan atau

o Tidak terdapat pertimbangan terhadap perputaran simpanan.

perubahan giro, tabungan, deposito, dan o Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang

sumber lainnya. menyebabkan keuntungan berkurang.

o Mengabaikan likuiditas yang berasal dari o Portofolio kredit dianggap sama sekali

portofolio kredit/pembiayaan melalui tidak likuid sehingga kredit tidak dianggap

pembayaran cicilan terus menerus. sebagai sumber likuiditas yang potensial.

o Memperkecil peranan cadangan sekunder o Keputusan mengenai manajemen aktiva

sebagai sumber likuiditas. pasiva dibuat secara independen.

o Mengabaikan kenyataan mengenai

kemampuan bank untuk memperoleh laba

14
dari operasinya.

o Mengabaikan peran interaksi aktiva dan

pasiva dalam penyediaan likuiditas secara

musiman.

2.8 Sumber dan Alokasi Pendapatan


Dan yang telah diperoleh bank akan dialokasikan untuk menghasilkan

pendapatan. Dari pendapatan tersebut didistribusikan kepada para nasabah penyimpan.

Dalam hal ini perlu dipertimbangkan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh bank

Syariah.

1. Sumber Pendapatan Bank Syariah

Sesuai dengan akad-akad penyaluran pembiayaan di bank Syariah, maka

hasil penyaluran dana tersebut dapat memberikan pendapatan bank. Sumber

pendapatan bank Syariah dapat diperoleh dari :

a. Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah.

b. Keuntungan atas kontrak jual-beli (al Ba’i).

c. Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina.

d. Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.

2. Pembagian Keuntungan (Profit Distribution)

Pendapatan-pendapatan yang dihasilkan dari kontrak pembiayaan, setelah

dikurangi dengan biaya-biaya operasional, harus dibagi atau didistribusikan antara

pihak bank dengan penyandang dana, yaitu nasabah investasi, para penabung, dan

para pemegang saham sesuai dengan nisbah bagi-hasil yang diperjanjikan.

15
Berdasarkan kesepakatan mengenai nisbah bagi-hasil antara bank dengan para

nasabah tersebut, bank akan mengalokasikan penghasilannya dengan tahap-tahap

sebagai berikut :

a. Tahap pertama : bank menetapkan jumlah relative masing-masing dana

simpanan yang berhak atas bagi-hasil usaha bank menurut tipenya, dengan

cara membagi setiap tipe dana-dana dengan seluruh jumlah dana-dana yang

ada pada bank dikalikan 100%.

b. Tahap kedua : bank menetapkan jumlah pendapatan bagi-hasil bagi masing-

masing tipe dengan cara mengkalikan persentasi (jumlah relative) dari

masing-masing dana simpanan pada huruf a dengan jumlah pendapatan bank.

c. Tahap ketiga : bank menetapkan porsi bagi-hasil untuk masing-masing tipe

dana simpanan sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan.

d. Tahap keempat : bank harus menghitung jumlah relative biaya operasional

terhadap volume dana, kemudian mendistribusikan beban tersebut sesuai

dengan porsi dana dari masing-masing tipe simpanan.

e. Tahap kelima : bank mendistribusikan bagi-hasil untuk setiap pemegang

rekening menurut tipe simpanannya sebanding dengan jumlah simpanannya.8

2.9 Penghimpunan Dana Bank Syariah

Penghimpunan dana adalah mengumpulkan atau mendapatkan dana dari

masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Hal ini

dilakukan oleh bank dengan berbagai strategi agar masyarakat tertarik untuk

menanamkan dana yang dimiliknya! Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh

masyarakat adalah giro syariah, tabungan syariah dan deposito syariah.

1. Giro Syariah
8
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 129.

16
a. Definisi
Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek/bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan pemindahbukuan. Definisi giro syariah dalam hukum Islam saat ini tidak
berbeda dengan definisi giro konvensional. Namun, mekanisme dan
pengoperasian giro dalam hukum Islam harus didasarkan pada prinsip-prinsip
hukum Islam yang telah disahkan oleh Fatwa Dewan Syariah Nasional. Menurut
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 86/DSNMUI/XII/2012 tentang
penghimpunan dana dari lembaga keuangan syariah, giro adalah simpanan dana
masyarakat yang tujuannya untuk memperlancar transaksi bisnis, dan
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro
dan/atau yang dipersamakan dengan itu.9
b. Akad
1) Wadiah adalah transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada
penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan
untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu.
2) Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana (shahibul
maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha
tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua
belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

c. Fitur dan Mekanisme

1) Giro atas dasar akad wadiah

 Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak

sebagai penitip dana.

 Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus

kepada nasabah.

 Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa

biaya- biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening

9
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 86/DSN-MUI/XII/2012 tentang hadiah dalam penghimpunan dana
lembaga keuangan syariah giro
17
antara lain biaya cek/bilyet giro, biaya materai, cetak laporan transaksi

dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan rekening.

 Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah.

 Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.

2) Giro atas dasar akad mudharabah

 Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan nasabah

bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal).

 Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati.

 Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa

biaya- biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening

antara lain biaya cek/bilyet giro, biaya materai, cetak laporan transaksi

dan saldo rekening, pembukaan dan penutupan rekening.

 Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa

persetujuan nasabah.

2. Tabungan Syariah
a. Definisi
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek/bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sedangkan
menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang
menyatakan bahwa, tabungan adalah simpanan berdasarakan wadi’ah atau
investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet, giro atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
b. Akad

18
1) Wadiah adalah transaksi penitipan dana atau barang dari pemilik kepada

penyimpan dana atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan

untuk mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu. Sementara

secara istilah Al-Wadi’ah adalah usaha untuk menjaga dan menyimpan harta

milik orang lain tanpa adanya kompensasi atau imbalan apapun atas jasa

penyimpanan tersebut.10

2) Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana (shahibul

maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha

tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua

belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

c.. Jenis-Jenis Tabungan Syariah

1). Tabungan Bagi Hasil (Mudharabah)

Tabungan ini menggunakan sistem bagi hasil sebagai imbal balik pada

nasabah atas kesediaanya menabung di bank syariah. Pola bagi hasil adalah

pola kerja sama antara nasabah dan bank seperti yang sudah dijelaskan

sebelumnya. Nasabah berperan sebagai mitra usaha yang menyediakan dana

bagi bank untuk melakukan usahanya. Dana yang didapat oleh bank

kemudian akan disalurkan lagi ke konsumen yang membutuhkan

pembiayaan. Pembiayaan itu akan mendatangkan keuntungan bagi pihak

bank.

Oleh karena Anda berperan sebagai pemodal, maka Anda juga berhak atas

hasil usaha atau keuntungan yang diperoleh bank syariah. Setiap bulan, bank

10
Khalid bin Ali Al-Mu‟ashirah, Buku Pintar Muamalah (Aktual & Mudah), (Klaten: Wafa Press,2012) h. 177
19
akan menghitung berapa keuntungan yang diperolehnya dari perputaran dana

nasabah.

Selanjutnya, kepadaa nasabah akan diberikan bagi hasil sejumlah

keuntungan bank dari dana Anda dikali persentase tertentu (nisbah) sesuai

dengan perjanjian pada saat nasabah membuka rekening di bank syariah

tersebut.

2). Tabungan Titipan (Wadi’ah)

Dengan skema wadi’ah, nasabah berperan sebagai penitip dana dan

bank berperan sebagai penerima titipan dana. Oleh karena sifatnya titipan dan

bukan kerja sama usaha, maka bank tidak akan menjanjikan persentase

keuntungannya kepada nasabah. Namun, untuk menarik minat nasabah, bank

dapat saja memberikan bonus kepada nasabah, tetapi jumlahnya tidak

ditentukan besarnya maupun persentasenya.

Beberapa bank, terutama bank perkreditan rakyat syariah,

menggunakan skema titipan ini sebagai produk tabungan. Sementara itu,

bank syariah pada umumnya hanya menggunakan skema wadi’ah ini untuk

produk giro saja, tidak untuk tabungan.

3). Tabungan Haji

Ini adalah produk tabungan yang bersifat khusus yang diselenggarakan

oleh bank. Tabungan ini selain berfungsi sebagai sarana menyimpan uang,

juga membantu nasabah dalam hal administrasi pendaftaran haji. Tabungan

ini damksudkan untuk membantu nasabah mempersiapkan Ongkos Naik Haji

20
(ONH) dan membantu nasabah untuk melakukan pendaftaran haji langsung

ke Departemen Agama secara on-line.

Jika waktu pendaftran haji sudah dibuka, bank akan mendaftarkan

nasabahnya sebagai calon jamaah haji hingga mendapatkan kepastian untuk

berangkat pada musim haji berikutnya.

Kelebihan lain dari tabungan haji ini adalah, bank juga dapat

memberikan dana talangan pada nasabah yang ingin naik haji tahun itu tetapi

masih memiliki kendala arus kas. Tentu dengan memastikan terlebih dahulu

bahwa ia mampu untuk melunasi biaya ONH-nya sebelum berangkat.11

d. Fitur dan Mekanisme

1) Tabungan atas dasar akad wadiah

 Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak

sebagai penitip dana.

 Bank tidak diperkenankan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus

kepada nasabah.

 Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa

biaya- biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening

antara lain biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening,

pembukaan dan penutupan rekening.

 Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah.

 Dana titipan dapat diambil setiap saat oleh nasabah.

2) Tabungan atas dasar akad mudharabah

11
Ahmad Gozali, HALAL, BERKAH, BERTAMBAH, Mengenal dan Memilih Produk Investasi Syariah, (Jakarta:
PT.Elex Media Koputindo Kelompok Gramedia, 2004).
21
 Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan nasabah

bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal).

 Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang

disepakati.

 Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat dilakukan sesuai waktu

yang disepakati.

 Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa

biaya- biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening

antara lain biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening,

pembukaan dan penutupan rekening.

 Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah

tanpa persetujuan nasabah yang bersangkutan.

3) Deposito Syariah

a. Definisi

Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank.

b. Akad mudharabah

Transaksi penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada

pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu yang sesuai

syariah, dengan pembagian hasil usaha antara kedua belah pihak berdasarkan

nisbah yang telah disepakati sebelumnya.³

22
c. Fitur dan mekanisme

 Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan nasabah bertindak

sebagai pemilik dana (shahibul maal).

 Pengelolaan dana oleh bank dapat dilakukan sesuai batasan-batasan yang

ditetapkan oleh pemilik dana (mudharabah muqayyadah) atau dilakukan

tanpa batasan-batasan dari pemilik dana (mudharabah mutlaqah).

 Dalam akad mudharabah muqayyadah harus dinyatakan secara jelas syarat-

syarat dan batasan tertentu yang ditentukan oleh nasabah.

 Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah yang disepakati.

 Penarikan dana oleh nasabah hanya dapat dilakukan sesuai waktu yang

disepakati.

 Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi berupa biaya-

biaya yang terkait langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain

biaya materai, cetak laporan transaksi dan saldo rekening, pembukaan dan

penutupan rekening.

 Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa

persetujuan nasabah yang bersangkutan.

23
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Manajemen Dana Bank Syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga

bank syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari

aktifitas funding untuk disalurkan kepada aktifitas financing. Penghimpunan dana

adalah mengumpulkan atau mendapatkan dana dari masyarakat luas dalam bentuk

simpanan giro, tabungan dan deposito. Hal ini dilakukan oleh bank dengan

berbagai strategi agar masyarakat tertarik untuk menanamkan dana yang

dimiliknya. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat di perbankan

syariah adalah giro syariah, tabungan syariah dan deposito syariah.

Sumber Dana Bank dalam menghimpun dana yang berasal dari masyarakat.

Sumber dana bank dapat diperoleh dari berbagai cara seperti: dana bersumber dari

bank itu sendiri adalah dana yang diperoleh dari dalam bank, Kuasi ekuitas

merupakan penghimpunan dana bagi hasil atas prinsip mudharabah, Dana titipan

yaitu dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang memiliki motivasi untuk

memperoleh keamanan dan keleluasaan untuk menarik kembali dananya sewaktu-

waktu. Penghimpunan dana tersebut tergantung pada bank itu sendiri yang mana

berasal dari simpanan masyarakat atau lembaga lainya

Dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank akan menjadikan beban

apabila dibiarkan begitu saja tanpa adanya alokasi untuk tujuan yang produktif.

Oleh karena itu bank harus berusaha untuk mengalokasikan dananya dalam

berbagai bentuk asset. Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk

memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan

pinjaman, namun sebagai gantinya diterapkan pola bagi hasil. Pola ini

24
memungkinkan nasabah untuk mengawasi langsung kinerja bank syariah melalui

monitoring atas jumlah bagi hasil yang diperoleh.

25
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim. (2008). Bank Islam : Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta: PT

Grafindo Persada.

Arifin, Zainul. (2002). Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : Alvabet bekerja

sama dengan Tazkia Institut.

Ascarya. (2008). Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Dendawijaya, Lukman. (2009). Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Gozali, Ahmad. (2004). HALAL, BERKAH, BERTAMBAH, Mengenal dan Memilih Produk Investasi

Syariah, Jakarta: PT.Elex Media Koputindo Kelompok Gramedia.

Khalid bin Ali Al-Mu‟ashirah. (2012). Buku Pintar Muamalah (Aktual & Mudah), Klaten: Wafa

Press.

Muhamad. (2014). Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta : Rajawali Pers. Cet. 1

Muhamad. (2002). Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN.

26

Anda mungkin juga menyukai