Dosen Pengampu :
Dr. Renny Oktafia, S.E., M.E.I
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Paper dengan judul “Analisis
Tingkat Kesehatan Bank Swasta PT Bank BNI Syariah Periode 2016-2020 dengan
menggunakan Metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital)”.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kami kepada Ibu Dr. Renny Oktafia, S.E., M.E.I yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pemahaman terkait materi – materi yang
ada di mata kuliah Manajemen Keuangan Bank. Serta ucapan terima kasih kepada rekan –
rekan yang telah bekerja-sama dengan baik dalam penyusunan makalah ini.
Semoga paper ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan, mohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan paper ini di waktu mendatang.
Kelompok 01
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................9
3.2 Saran........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbankan memiliki peran yang sangat penting untuk penggerak perekonomian negara.
Dengan kondisi perbankan yang semakin baik, itu juga akan menandakan pula kondisi
perekonomian di suatu negara. Salah satu peran perbankan yaitu sebagai lembaga perantara
yang artinya mempermudah proses pengalihan dana dari pihak yang kelebihan dana pada
pihak yang sedang membutuhkan dana. Bank melakukan peran dengan menghimpun dana
dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana dalam bentuk tabungan, giro, deposito, dan
menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
Kepercayaan masyarakat sangat penting bagi likuiditas bank karena merupakan faktor
yang sangat penting dalam menarik minat masyarakat dalam menyimpan uangnya di bank.
Penilaian tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tergantung terhadap keahlian
pengelolaan dan integritas kinerjanya. Jadi, suatu bank dapat layak dipercaya apabila bank
tersebut dapat menjaga likuiditas maupun kepercayaan masyarakat dan dapat
mempertanggungjawabkan kelancaran kewajiban pihak yang memerlukan dana untuk
memenuhi kewajibannya.
Suatu kinerja bank dapat dianalisis dari penilaian kesehatan bank tersebut. Kesehatan
bank juga dapat dilihat dari tingkat modal yang sesuai dengan regulasi internasional. Bank
sentral negara Indonesia menetapkan kebijakan untuk menilai kinerja perusahaan perbankan
yaitu dengan menerapkan peraturan Basel. Akan tetapi, penilaian suatu kesehatan bank tidak
hanya dilihat dari suatu faktor permodalan saja, penilaian suatu kesehatan bank juga dilihat
dari faktor risiko, tata kelola perusahaan, dan rentabilitasnya.
Peningkatan suatu kesehatan bank diharapkan dapat diikuti dengan peningkatan kinerja
dari bank itu sendiri terutama bagi bank yang terdaftar di pasar modal yang dimana kinerja
perusahaan menjadi salah satu pertimbangan bagi para investor dalam menamakan
modalnya. Dengan begitu, suatu bank harus memelihara, memperbaiki, serta meningkatkan
tingkat kesehatan banknya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan melihat manajemen
risiko yang ada dalam suatu kegiatan usahanya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terbentuknya PT Bank BNI Syariah?
2. Apa yang dimaksud dengan Kesehatan Bank ?
3. Bagaimanakah analisis tingkat kesehatan PT Bank BNI Syariah dengan menggunakan
Metode RGEC pada tahun 2016-2020 ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Selain adanya demand dari masyarakat terhadap perbankan syariah, untuk mewujudkan
visinya (yang lama) menjadi “Universal Banking” BNI membuka layanan perbankan yang sesuai
dengan prinsip syariah dengan syariah dengan konsep dual systembanking, yakni menyediakan
layanan perbankan umum dan syariah sekaligus. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No.10 tahun
1998 yang memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan syariah.
Diawali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di tahun 1999, Bank Indonesia
mengeluarkan izin prinsip dan usaha untuk beroperasi unit usaha syariah BNI. Setelah itu BNI
menerapkan strategi pengembangan jaringan cabang syariah sebagai berikut:
a. Dengan berlandaskan dengan UU No.10 tahun 1998 tepatnya pada tanggal 29 April 2000
didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI syariah dengan membuka 5 kantor cabang syariah
sekaligus dikota-kota potensial, yakni Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara, dan
Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31
Kantor Cabang Pembantu.
b. Tahun 2001 BNI Syariah kembali membuka 5 kantor cabang syariah, yang difokuskan
dikota-kota besar di Indonesia, yakni 2 cabang di Jakarta, Bandung,Makassar dan Padang
c. Seiring dengan perkembangan bisnis dan banyaknya permintaan masyarakat untuk layanan
perbankan syariah, tahun 2002 lalu BNI Syariah membuka 2 kantor cabang syariah baru di
Medan dan Palembang.
d. Diawal tahun 2003, dengan pertimbangan load bisnis yang semakin meningkat sehingga
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, BNI Syariah melakukan relokasi
kantorcabang syariah di Jepara ke Semarang. Sedangkan untuk melayani masyarakat kota
Jepara, BNI Syariah membuka kantor cabang pembantu syariah Jepara.
e. Pada bulan Agustus dan September 2004, BNI Syariah membuka layanan BNI Syariah Prima
di Jakarta dan Surabaya. Layanan ini diperuntukkan untuk individu yang membutuhkan
layanan perbankan yang lebih personal dalam suasana yang nyaman.
3
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di kantor cabang BNI
Konvensional (office channeling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar diseluruh
wilayah Indonesia. Didalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap
memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari
DPS sehingga telah memenuhi aturan Syariah.
Dilihat dari jaringan layanannya, BNI Syariah saat ini memiliki 68 Kantor
Cabang, 300 Kantor Cabang Pembantu, 13 Kantor Kas, 8 Kantor Fungsional, 23 Mobil
Layanan Gerak, 55 Payment Point, 202 Mesin ATM BNI dan 1.500 Outlet.
Menurut POJK No. 04 tahun 2016 Pasal 1 ayat 4, tingkat kesehatan bank adalah
"hasil penilaian kondisi Bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank". Pada pasal 2
ayat 1 menjelaskan bahwa "bank wajib memelihara dan/atau meningkatkan Tingkat
Kesehatan Bank dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam
melaksanakan kegiatan usaha." Pada pasal 2 ayat 3 dikatakan bahwa "bank wajib melakukan
penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank
Rating) baik secara individu maupun secara konsolidasi.
Menurut Santoso dan Nuritomo (2014:73) Kesehatan suatu bank dapat diartikan
sebagai "Kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara
normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang
sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku." Tingkat kesehatan bank tersebut akan
4
menentukan bank tersebut berada dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat dan
tidak sehat.
Bank memiliki kewajiban untuk melakukan penilaian tingkat kesehatan mereka
secara berkala dan melaporkannya kepada Otoritas Jasa Keuangan.POJK No 4 tahun 2016
pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa "bank wajib melakukan penilaian sendiri (self
assessment) atas tingkat kesehatan bank sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 3". Dimana
masih dalam pasal 3 ayat 2 sampai 3 "penilaian sendiri (self assessment) tingkat kesehatan
bank sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib dilakukan paling sedikit setiap semester
untuk posisi akhir bulan Juni, akhir bulan Desember, dan sewaktu-waktu apabila
diperlukan".
Ketatnya persaingan di dalam sektor perbankan, kepercayaan dari masyarakat
terhadap bank sangatlah penting. karena peranan bank BCA sudah terpercaya di kalangan
masyarakat. Maka dari itu pentingnya menjaga tingkat kesehatan bank agar bank BCA dapat
terus meningkatkan dan memperkuat posisi BCA sebagai bank transaksi yang dipercaya oleh
kalangan pemerintah maupun swasta dalam mengelola sektor keuangannya. Bank BCA
mempertahankan posisi BCA sebagai salah satu bank penyedia layanan transaksi maupun
pembayaran di Indoneisa. Hal tersebut dilakukan guna mempertahankan likuiditas bank
karena jika sudah tidak dipercaya kembali oleh masyarakat akan mengakibatkan terjadinya
pengeluaran secara besar-besaran.
2.3 Analisis Tingkat Kesehatan PT Bank BNI Syariah Dengan Menggunakan Metode
RGEC Periode 2016-2020
Penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode RGEC ini yaitu:
1. Risk Profile (Profil Risiko)
a. Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai
aktivitas fungsional bank seperti pengkreditan, investasi, pembiayaan, dan lain- lain.
Rumusnya adalah:
pembiayaan bermasalah
NPF= x 100 %
total pembiayaan
5
b. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas ini akibat ketidakmampuan dari bank untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo dari sumber pendan- aan arus kas dan atau dari aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan bank. Rumusnya adalah:
total pembiayaan
FDR= x 100 %
DPK
3. Earnings (Rentabilitas)
a. Return On Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba sebelum pajakterhadap rata-
rata total aset (total aktiva) dan merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank
dalam memperoleh laba. Rumusnya adalah:
6
beban operasional
BOPO= x 100 %
pendapatan operasional
4. Capital (Permodalan)
Bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah diwajibkan untuk
memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia dalam pasal 11 Undang-Undang No. 1 Tahun 2008 menegaskan bahwa
besarnya modal minimum untuk mendirikan Bank Umum Syariah (BUS) ditetapkan
dalam peraturan Bank Indonesia. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi
bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian, dan rasio yang
digunakan adalah CAR (Capital Adequacy Ratio). Rumus CAR yang digunakan adalah:
modal
CAR= /x 100
ATMR
Dari tabel diatas dapat dilihat rasio Net Performing Loan atau pembiayaan
bermasalah pada bank BNI Syariah menunjukkan angka terendah yakni pada tahun
2017 dengan rasio 4.87%. dengan rasio tersebut mendapatkan peringkat 2 dengan
predikat sehat. Kemudian di tahun-tahun berikutnya rasio NPF bank BNI Syariah
7
mengalami kenaikan hingga 6.94% pada tahun 2020. Artinya pada tahun 2017-2020
angka pembiayaan bermasalah pada bank BNI Syariah meningkat dari tahun ke
tahun. Meskipun rasio NPF terus menunjukkan grafik meningkat tetapi masih
tergolong dalam predikat cukup sehat. Semakin besar rasio NPF suatu bank maka
semakin tidak baik pula kondisi kesehatan bank dari sisi resiko kredit.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka rasio Financial to Deposite Ratio pada
bank BNI Syariah paling rendah yakni pada tahun 2020 dengan rasio FDR sebesar
68.79%. angka rasio tersebut menunjukkan bank BNI Syariah sangat sehat.
Kemudian secara keseuruhan mulai tahun 2016-2020, rasio FDR bank BNI Syariah
secara signifikan menunjukkan grafik yang menurun. Mulai dari tahun 2016-2018
dengan predikat sehat hingga tahun 2019-2020 dengan predikat sangat sehat.
Semakin kecil raso FDR suatu bank maka semakin baik pula tingkat kesehatan bank
tersebut dilihat dari segi resiko likuiditas.
8
2. Indikator GCG (Good Corporate Governance)
Berikut adalah hasil perhitungan (Self Assesment) mandiri pada bank BNI Syariah
periode 2016-2020.
Tahun Nilai Komposit GCG Peringkat Predikat
2016 2% 2 Sehat
2017 2% 2 Sehat
2018 2% 2 Sehat
2019 2% 2 Sehat
2020 2% 2 Sehat
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai komposit menyentuh 2% pada setiap tahunnya
dan menduduki peringkat 2. Dengan nilai tersebut menyatakan bahwa Bank BNI
berperdikat sehat dan dapat menjaga kestabilannya. Jika suatu perusahaan mengalami
kenaikan signifikan dalam rasio GCG maka pengendalian bank tersebut dalam kondisi
tidak baik.
9
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa rasio ROA paling tinggi
pada tahun 2019 dengan nilai 1.82% yang menandakan bahwa penilaian kesehatan
bank berada pada peringkat 1 (satu) dengan predikat sangat sehat. Sedangkan pada
periode tahun lainnya bank BNI syariah mendapatkan peringkat 2 dengan predikat
sehat. Hal tersebut menandakan bahwa selama periode 5 tahun terakhir bank sudah
dinilai mampu bersaing dan menghasilkan laba.
10
2018 85.37% 1 Sangat Sehat
2019 81.26% 1 Sangat Sehat
2020 84.06% 1 Sangat Sehat
Sumber: Annual Report BNI Syariah Periode 2020
Berdasarkan data dalam tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan bank BNI
syariah dalam menjaga rentabilitasnya berdasarkan rasio BOPO sangat baik. Hal
tersebut terbukti dengan bank BNI syariah yang berhasil menduduki peringkat 1
(satu) dari periode tahun 2016-2020, yang menandakan kondisi bank sangat baik.
Berikut merupakan rasio kecukupan modal (Capital Adequency Ratio) pada bank
BNI Syariah dalam periode 5 tahun terakhir.
Berdasaran data dalam tabel yang disajikan diatas terdapat kesimpulan bahwasannya
selama 5 (lima) tahun terakhir periode berjalan bank BNI Syariah sudah sangat mampu
dalam memenuhi kecukupan modal sesuai standar kecukupan modal minimum yang tela
ditetapkan. Pada tahun 2016 nilai rasio CAR bank BNI Syariah sebesar 14,92 % yang
berarti sangat sehat. Di Tahun 2017 rasio CAR meninngkat drastis di 20,14 % yang
berarti kondisi Bank semakin membaik. Meskipun pada tahun 2018 dan 2019 mengalami
penurunan akan tetapi pada terakhir periode berjalan rasio CAR ban BNI syariah kembali
naik hingga 21,36 %.
11
12