Anda di halaman 1dari 12

BANK SYARIAH

MAKALAH
disusun untuk memenuhi satu tugas mata kuliah Bank dan Industri Keuangan Non Bank
Dosen pengampu : Irdan Nurdiansyah ,S.E.,M.E

Oleh :
Novia Tri Ananda Fauziah 1219230183
Raihan Firdaus 1219230184
Rezha Pirmansyah 1219230201

PRODI MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kami nikmat, karunia serta
hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah kami yang berjudul “Bank Syariah” dapat kami
selesaikan dengan baik tanpa halangan yang berarti.

Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Bank dan Industri Keuangan Non-Bank yang diampu oleh Bapak Irdan Nurdiansyah
SE., M.E serta untuk menambah wawasan mengenai pentingnya memahami Otoritas Jasa
Keuangan

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami berharap kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga dapat lebih baik
lagi dalam penulisan selanjutnya.

Demikian kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun ketidaksesuaian kami
memohon maaf sebesar-besarnya.

Bandung, 24 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1 Definisi Bank Syari’ah ................................................................................................................ 2
2.2 Sejarah berdirinya Bank Syariah.............................................................................................. 2
2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Perbankan Syariah ............................................................................... 3
2.4 Fungsi Bank Syariah................................................................................................................... 4
2.5 Persamaan dan Perbedaan Bank Syariah dan Bank konvensional ....................................... 4
2.6 Kelebihan dan kelemahan dari Bank Konvensional dan Bank Syariah ................................ 5
2.7 Konsep Operasional Bank Syariah ........................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perbankan pada saat ini, khususnya Bank umum merupakan inti sistem keuangan setiap negara.
Bank memiliki usaha pokok berupa menghimpun dana dari pihak yang berlebihan dana untuk kemudian
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat yang kekurangan dana dalam jangka waktu tertentu.
Fungsi untuk mencari dan selanjutnya menghimpun dana dalam dalam bentuk simpanan sangat
menentukan pertumbuhan suatu bank, sebab volume dana yang berhasil dihimpun atau disimpan
tentunya akan menentukan pula volume dana yang dapat dikembangkan oleh bank tersebut dalam
bentuk penanaman dana yang menghasilkan.

Kehadiran dan fungsi perbankan di Indonesia baik untuk masyarakat, industri besar, menengah atau
bawah mempunyai peranan dan pengaruh yang sangat signifikan. Hal ini terjadi karena kebutuhan akan
bank baik untuk penguatan modal atau penyimpanan uang oleh masyarakat sudah menjadi hal yang
biasa. Dalam mengantisipasi kebutuhan masyarakat serta memberikan rasa aman, nyaman dalam
transaksi perbankan, kehadiran Bank Syariah merupakan salah satu solusi untuk menambah
kepercayaan masyarakat terhadap kegiatan perbankan khususnya di Indonesia.

Bank Syariah merupakan salah satu produk perbankan yang berlandaskan sistem perekonomian
Islam, Sistem Ekonomi Islam atau syariah sekarang ini sedang banyak diperbincangkan di Indonesia.
Banyak kalangan masyarakat yang mendesak agar pemerintah Indonesia segera mengimplementasikan
sistem Ekonomi Islam dalam sistem Perekonomian Indonesia seiring dengan hancurnya sistem
Ekonomi Kapitalisme.

Bank Syariah pada awalnya dikembangkan sebagai suatu respon dari kelompok ekonomi dan
praktisi perbankan muslim yang berupaya mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang
menginginkan agar tersedia jasa transaksi keuagnan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan
prinsip-prinsip syariah Islam. Umat Islam diharapkan dapat memahami perkembangan bank syariah
dan mengembangkannya apabila dalam posisi sebagai pengelola bank syariah yang perlu secara cermat
mengenali dan mengidentifikasi semua mitra kerja yang sudah ada maupun yang potensial untuk
pengembangan bank syariah.

1.2 Rumusan Masalah


1) Seperti apa yang dimaksud dengan Bank Syariah?
2) Bagaimana sejarah berdirinya Bank Syariah?
3) Seperti apa Prinsip Bank Syariah?
4) Bagaimana perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional?

1.3 Tujuan Penelitian


1) Untuk mengetahui Seperti apa yang dimaksud dengan Bank Syariah
2) Untuk mengetahui Bagaimana sejarah berdirinya Bank Syariah
3) Untuk mengetahui Seperti apa Prinsip Bank Syariah
4) Untuk mengetahui bagaimana perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bank Syari’ah

Bank Syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja
berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan
spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan
meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.
Bank Syariah sering dipersamakan dengan bank tanpa bunga. Bank tanpa bunga merupakan konsep
yang lebih sempit dari bank Syariah, ketika sejumlah instrumen atau operasinya bebas dari bunga. Bank
Syariah, selain menghindari bunga, juga secara aktif turut berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan
tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasi pada kesejahteraan sosial
2.2 Sejarah berdirinya Bank Syariah

Perkembangan institusi keuangan syariah secara informal telah dimulai


sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan di Indonesia.
Beberapa badan usaha pembiayaan non- Bank telah didirikan sebelum tahun 1992 yang telah
menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan
masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang
sesuai dengan syariah.
Kebutuhan masyarakat tersebut telah terjawab dengan terwujudnya sistem perbankan yang sesuai
syariah. Pemerintah telah memasukkan kemungkinan tersebut dalam undang-undang yang baru.
Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan
usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan
tersebut telah dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya Bank syariah di Indonesia. Periode 1992
sampai 1998, hanya terdapat satu Bank Umum Syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) yang telah beroperasi.
Tahun 1998 muncul UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No 7 Tahun 1992 tentang
perbankan. Perubahan UU tersebut menimbulkan beberapa perubahan yang memberikan peluang yang
lebih besar bagi pengembangan Bank syariah. Undang- undang tesebut telah mengatur secara rinci
landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank
syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi Bank konvensional untuk membuka
cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi Bank syariah.
Akhir tahun 1999, bersamaan dengan dikeluarkannya UU perbankan maka munculah bank-bank
syariah umum dan Bank umum yang membuka unit usaha syariah. Sejak beroperasinya Bank Muamalat
Indonesia (BMI), sebagai Bank syariah yang pertama pada tahun 1992, data Bank Indonesia per 30 Mei
2007 menunjukkan bahwa saat ini perbankan syariah nasional telah tumbuh cepat, ketika pelakunya
terdiri atas 3 Bank Umum Syariah (BUS) antara lain: Bank Muamalat, Bank syariah Mandiri, 23 Unit
Usaha Syariah (UUS), dan 106 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), sedangkan asset kelolaan
perbankan syariah nasional per Mei 2007 telah berjumlah Rp. 29 triliyun. Perkembangan Bank umum
syariah dan Bank konvensional yang membuka cabang syariah juga didukung dengan tetap bertahannya
Bank syariah pada saat perbankan nasional mengalami krisis cukup parah pada tahun 1998.

2
Sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam produk-produk Bank Muamalat
menjadikan bank tersebut relatif lebih mampu mempertahankan kinerjanya dan tidak bergantung pada
tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga, beban operasionalnya lebih rendah dari bank
konvensional.
Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara
baik. Terlebih lagi Bank syariah harus bersaing dengan Bank konvensional yang dominan dan telah
berkembang pesat di Indonesia. Persaingan yang semakin tajam ini harus di ikuti dengan manajemen
yang baik untuk bisa bertahan di industri perbankan. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh bank
untuk bisa terus bartahan hidup adalah kinerja (kondisi keuangan) bank. Market share dalam bersaing
dengan Bank Konvensional yang telah berdiri lebih awal.
2.3 Prinsip-Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Dalam operasinya, bank Syariah mengikuti aturan-aturan dan norma-norma Islam, seperti yang
disebutkan dalam pengertian diatas, yaitu:
1) Bebas dari bunga (riba);
Bank syariah beroperasi tidak berdasarkan bunga, sebagaimana yang lazim dilakukan oleh bank
konvensional, karena bunga mengandung unsur riba yang jelas-jelas dilarang dalam Al-Qur’an. Bank
Syariah beroperasi dengan menggunakan prinsip lain yang diperbolehkan oleh syariah. Bagi Muslim
yang tidak menghiraukan larangan ini, Allah dan Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬menyatakan perang dengan
mereka (Q.S. Al-Baqarah(2): 279)

Riba berarti ‘tambahan’, yaitu pembayaran “premi” yang harus dibayarkan oleh peminjam
kepada pemberi pinjaman di samping pengembalian pokok, yang ditetapkan sebelumnya atas
setiap jenis pinjaman. Dalam pengertian ini riba memiliki persamaan makna dan
kepentingan dengan bunga (interest) menurut ijma’ ‘konsensus’ para fuqaha tanpa kecuali
(Chapra, 1985).
Riba dilarang dalam Islam secara bertahap, sejalan dengan kesiapan masyarakat pada masa itu, seperti
juga tentang pelarangan yang lain seperti judi dan minuman keras. Tahap pertama disebutkan bahwa
riba akan menjauhkan kekayaan dari keberkahan Allah, sedangkan sedekah akan meningkatkan
keberkahan berlipat ganda (Q.S. Ar-Rum: 39). Tahap kedua, pada awal periode Madinah, praktek riba
dikutuk dengan keras (Q.S. An-Nisa’: 161), sejalan dengan larangan pada kitab-kitab terdahulu. Dan
beberapa tahap lainnya yang menjelaskan larangan-larangan riba didalamnya.
2) Bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif seperti perjudian (maysir);
Istilah maysir pada awalnya dipakai untuk permainan anak panah pada jaman sebelum Islam, ketika
tujuh peserta bertaruh untuk mendapatkan hadiah yang telah ditentukan (Al-Omar dan Abdel-Haq,
1996). Maysir secara harfiah berarti memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau
mendapat keuntungan tanpa kerja. Dalam Islam, maysir yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu
yang mengandung unsur judi, taruhan, atau permainan berrisiko.
3) Bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar);
Gharar secara harfiah berarti akibat, bencana, bahaya, risiko, dan sebagainya. Dalam Islam, yang
termasuk gharar adalah semua transaksi ekonomi yang melibatkan unsur ketidakjelasan, penipuan
atau kejahatan. Hal itu dikutuk oleh Islam dalam beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits. Dalam dunia
bisnis, gharar artinya menjalankan suatu usaha secara buta tanpa memiliki pengetahuan
yang cukup, atau menjalankan suatu transaksi yang risikonya berlebihan tanpa mengetahui dengan pasti
apa akibatnya atau memasuki kancah risiko tanpa memikirkan konsekuensinya, meskipun unsur
ketidakpastian, yang tidak besar, boleh saja ada kalau memang tidak bisa ditinggalkan

3
4) Bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil); dan
5) Hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.
2.4 Fungsi Bank Syariah

Bank syariah mempunyai dua peran utama, yaitu sebagai badan usaha (tamwil) dan badan sosial
(maal). Sebagai badan usaha, bank syariah mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai manajer
investasi, investor, dan jasa pelayanan.
Sebagai manajer investasi, bank syariah melakukan penghimpunan dana dari para
investor/nasabahnya dengan prinsip wadi'ah yad dhamanah (titipan), mudharabah (bagi hasil) atau
ijarah (sewa). Sebagai investor, bank syariah melakukan penyaluran dana melalui kegiatan investasi
dengan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa. Sebagai penyedia jasa perbankan, bank syariah
menyediakan jasa keuangan, jasa nonkeuangan, dan jasa keagenan. Pelayanan jasa keuangan antara lain
dilakukan dengan prinsip wakalah (pemberian mandat), kafalah (bank garansi), hiwalah (pengalihan
utang), rahn (jaminan utang atau gadai), qardh (pinjaman kebajikan untuk dana talangan), sharf (jual
beli valuta asing), dan lain-lain.
Pelayanan jasa nonkeuangan dalam bentuk wadi'ah yad amanah (safe deposit box) dan pelayanan
jasa keagenan dengan prinsip mudharabah muqayyadah. Sementara itu, sebagai badan sosial, bank
syariah mempunyai fungsi sebagai pengelola dana sosial untuk penghimpunan dan penyaluran zakat,
infak, dan sadaqah (ZIS), serta penyaluran qardhul hasan (pinjaman kebajikan).

2.5 Persamaan dan Perbedaan Bank Syariah dan Bank konvensional

Bank konvensional dan Bank syariah memiliki beberapa persamaan, terutama dalam sisi teknis
penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum
memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Perbedaan
mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi, usaha yang dibiayai dan
lingkungan kerja.
Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional dengan syariah terletak
pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan
atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah. Kegiatan operasional Bank syariah
menggunakan prinsip bagi hasil (Mudharabah). Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat
untuk memperoleh keuntungan maupun membebankan bunga atas pinjaman karena bunga merupakan
riba yang diharamkan. Pola bagi hasil ini memungkinkan nasabah untuk mengawasi langsung kinerja
Bank syariah dengan memantau jumlah bagi hasil yang diperoleh. Jika jumlah keuntungan bank
semakin besar maka semakin besar pula bagi hasil yang diterima nasabah, demikian juga sebaliknya.
Perbedaan tujuan dari bank konvensional dengan bank syariah; Bank konvensional didirikan untuk
mendapatkan keuntungan material sebesar-besarnya, sedangkan bank syariah didirikan untuk
memberikan kesejahteraan material dan spiritual. Kesejahteraan material dan spiritual tersebut didapat
melalui usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang halal. Artinya, bank syariah tidak akan
menyalurkan dana untuk usaha pabrik minuman keras atau usaha lain yang tidak bisa dijamin bahwa
hasilnya berasal dari kegiatan yang halal. Karena itu dapat dikatakan bahwa konsep keuntungan pada
bank konvensional lebih cenderung, berfokus pada sudut keuntungan materi, sedangkan konsep
keuntungan pada bank syariah harus memperhatikan keuntungan dari sudut duniawi dan
ukhrawi(akhirat).

4
Jika memang tujuan nasabah sesuai dengan tujuan bank syariah, maka secara prinsip tidak ada
kekurangan dari menabung di bank syariah karena adanya keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi.
Namun apabila tujuan nasabah lebih ke aspek-aspek material, maka bisa jadi keuntungan yang
diperoleh akan kurang sesuai dengan harapan. Bank Syariah memiliki misi dan metodologi yang
ekslusif, misi yang bukan sekedar ada pada jumlah nominal investasi tapi juga mencakup pada jenis,
objek dan tujuannya itu sendiri.
Perbedaan lainnya, antara lain:

2.6 Kelebihan dan kelemahan dari Bank Konvensional dan Bank Syariah
A. Keunggulan Bank Konvensional :

1) Metode bunga telah lama dikenal oleh masyarakat, bank konvensional lebih mudah menarik
nasabah penyimpanan dana sehingga lebih mudah mendapatkan modal.
2) Bank konvensional lebih kreatif dalam menciptakan produk-produk dengan metode yang telah
teruji dan berpengalaman, bank konvensional lebih mengetahui permainan pasar perbankan dan
mencari celah-celah baru dalam mengupayakan ekspansinya.
3) Nasabah penyimpan dana yang telah terbiasa dengan metode bunga cenderung memilih bank
konvensional dari pada beralih ke metode bagi hasil yang relatif masih baru.
4) Dengan banyaknya bank-bank konvensional, persaingan antar bank lebih menggairahkan yang
dapat memacu manajemen untuk bekerja lebih baik.
5) Dukungan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah yang lebih mapan, sehingga
bank dapat bergerak lebih pasti.

5
B. Kelemahan bank konvensional adalah:

1) Faktor manajemen, yang ditandai oleh inkonsisatensi penyaluran kredit, campur tangan pemilik
yang berlebihan, dan manajer yang tidak professional.
2) Kredit bermasalah, karena prosedur pemberian kredit tidak dipatuhi dan penumpukan pemberian
kredit pada grup sendiri dan kalangan tertentu.
3) Praktik curang, seperti bank dalam bank dan transaksi fiktif.
4) Praktik spekulasi yang terlalu ambisius dan tanpa perhitungan.
Bank Syariah memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan antara lain sebagai berikut.
A. Keunggulan Bank Syariah adalah:

1) Mekanisme Bank Syariah didasarkan pada prinsip efisiensi, keadilan, dan kebersamaan.
2) Tidak mudah dipengaruhi gejolak moneter. Penentuan harga bagi bank bagi hasil didasarkan pada
kesepakatan antara bank dengan nasabah penyimpanan dana sesuai dengan jenis simpanan dan
jangka waktunya, yang akan menentukan besar kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima
penyimpan.
3) Bank Syariah lebih mandiri dalam penentuan kebijakan bagi hasilnya
4) Bank Syariah relatif lebih mudah merespon kebijakan pemerintah
5) Terhindar dari praktik money laundering.

B. Kelemahan Bank Syariah adalah:

1) Terlalu berprasangka baik kepada semua nasabah dan berasumsi bahwa semua orang terlihat jujur
dan dapat dipercaya, sehingga rawan terhadap itikad baik.
2) Metode bagi hasil memerlukan perhitungan rumit, sehinga resiko salah hitung lebih besar dari pada
bank konvensioanal.
3) Kekeliruan penilaian proyek berakibat lebih besar dari pada bank konvensional.
4) Produk-produk Bank Syariah belum biasa mengakomodasi kebutuhan masyarakat dan kurang
kompetitif, karena manajemen Bank Syariah cenderung mengadopsi produk perbankan
konvensional yang disyariahkan, dengan variasi produk yang terbatas.
5) Pemahaman masyarakat yang kurang tepat terhadap kegiatan operasional Bank Syariah.

2.7 Konsep Operasional Bank Syariah

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bank syariah merupakan bank dengan prinsip bagi hasil
yang merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam penghimpunan maupun dalam
penyaluran dana. Dana yang telah dihimpun melalui prinsip wadi'ah yad dhamanah, mudharabah
mutlaqah, ijarah, dan lain-lain, serta setoran modal dimasukkan ke dalam pooling fund. Sumber dana
paling dominan berasal dari prinsip mudharabah mutlaqah yang biasanya mencapai lebih dari 60 persen
dan berbentuk tabungan, deposito, atau obligasi. Pooling fund ini kemudian dipergunakan dalam
penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa.
Dari pembiayaan dengan prinsip bagi hasil diperoleh bagian bagi hasil/laba sesuai kesepakatan awal
(nisbah bagi hasil) dengan masing-masing nasabah (mudharib atau mitra usaha); dari pembiayaan
dengan prinsip jual beli diperoleh margin keuntungan; sedangkan dari pembiayaan dengan prinsip sewa
diperoleh pendapatan sewa. Keseluruhan pendapatan dari pooling fund ini kemudian dibagihasilkan

6
antara bank dengan semua nasabah yang menitipkan, menabung, atau menginvestasikan uangnya sesuai
dengan kesepakatan awal. Bagian nasabah atau hak pihak ketiga akan didistribusikan kepada nasabah,
sedangkan bagian bank akan dimasukkan ke dalam laporan rugi laba sebagai pendapatan operasi utama.
Sementara itu, pendapatan lain, seperti dari mudharabah muqayyadah (investasi terikat) dan jasa
keuangan dimasukkan ke dalam laporan rugi laba sebagai pendapatan operasi lainnya.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perbankan Syariah sering disebut juga Perbankan Islam, yaitu perbankan yang pelaksanaannya
berdasarkan hukum Islam atau syariat. Karena berdasarkan hukum Islam, maka perbankan syariah tidak
mengenal adanya “bunga pinjaman” alias interest rate. Bunga pinjaman dianggap riba dan berdosa.
Yang dikenal di perbankan syariah adalah “sistem bagi hasil” atau Nisbah yang prosesnya sama-sama
diketahui dan disetujui oleh bank dan pihak nasabah.
Kegiatan operasional Bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil (Mudharabah). Bank Syariah pada
dasarnya memiliki potensi dan peluang yang luar biasa besar. Pertumbuhan dari segi aset pun sudah
membuktikan bahwa Bank Syariah merupakan model bank yang sangat ideal untuk mendorong
kemajuan perekonomian Negara. Namun dari segi kualitas pelayanan Bank Syariah harus mengejar
ketinggalannya dari Bank Konvensional yang telah lebih awal berdiri. Selain itu, untuk menghasilkan
persaingan yang produktif antara Bank Syariah dan Bank Konvensional diperlukan peraturan perbankan
khusus untuk Perbankan Syariah sehingga mampu menjalankan tugasnya tanpa harus mengekor kepada
sistem konvensional.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, R. (2015, 06 09). Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia. Dipetik 10 03,
2015, dari Cermati: http://www.cermati.com/artikel/sejar ah-dan-perkembangan-bank-syariah- di-
indonesia
Algoud, Latifa M. and Lewis, Mervyn K. (2001), Perbankan Syariah, terjemahan, Serambi,
Jakarta.
Al-Omar, Fuad and Abdel-Haq, Mohammed (1996), Islamic Banking: Theory, Practice and Challenges,
Oxford University Press, Karachi and Zed Books Ltd., New Jersey, USA.
Antonio, M. Syafi’i (2001), Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press, Jakarta.
Arifin, Zainul (1999), Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Prospek,
Alvabet, Jakarta.
Bank Indonesia (2002), Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia, Bank
Indonesia, Jakarta.
Bank Indonesia (2004), Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004,
Direktorat Hukum, Bank Indonesia.
Antonio, M. S., & Muhammad. (2008). Bank Syariah: Analisis Kesehatan, Peluang, Kelemahan
dan Ancaman. Yogyakarta: Ekonisia.
Choir. (2010, 03 31). Kelebihan dan Kendala Bank Syariah. Dipetik 10 03, 2015, Dari Zona
Ekonomi islam: http://zonaekis.com/kelebihan-dan- kendala-bank-syariah/ Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah. (2010). 1-3.
Saksono. (2013, 12 21). Kelebihan Dan Kekurangan Bank Syariah. Dipetik 10 03, 2015, dari
Harian Ekonomi Neraca: http://www.neraca.co.id/article/3640 5/kelebihan-dan-kekurangan-bank-
syariah
Suprayogi, N. (2013, 30 01). Kenapa Bank Syariah Kalah Bersaing. Dipetik 10 03, 2015, dari
Universitas Airlangga: Sparta. (2008). Mengenal Keunggulan Praktek Perbankan Syariah di
Indonesia. Jurnal Ekonomi, 347-357.

Anda mungkin juga menyukai