Dosen Pengampu:
Dr. Mulyadi., S.E., Akt, M.M., M.Si., CA
Disusun oleh:
Kelompok 2 (6-A2)
1. Annisa Oktaviani (201810315116)
2. Amelia Ivana Putri (201810315124)
3. Soni Alviah Aziz (201810315190)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 2 dapat
menyelesaikan makalah tentang “Akuntansi Perbankan Syariah”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Dosen mata kuliah Akuntansi Syariah yaitu Bapak Dr. Mulyadi, S.E., Akt,
M.M., M.Si., CA.
Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Akuntansi
Perbankan Syariah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang
telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan.......................................................................2
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
2.1 Pengenalan Sistem Perbankan Syariah..........................................................4
2.2 Prinsip Dasar Perbankan Syariah..................................................................6
2.3 Sistem Operasional Bank Syariah...................................................................9
2.4 Prinsip-Prinsip Dalam Penghimpunan Dana Bank Syariah.......................10
2.5 Prinsip Penyaluran Dana Bank Syariah.......................................................11
2.6 Prinsip-Prinsip Dalam Pelaksanaan Fungsi Jasa Keuangan Perbankan...12
2.7 Akuntansi Penghimpun Dana Masyarakat..................................................15
BAB III...........................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
3.1 Simpulan.........................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu dari prinsip-prinsip ekonomi Islam adalah PLS (Profit and Loss
Sharing) yaitu bagi hasil dan bagi rugi. Prinsip ini digunakan oleh perbankan
syariah dan membedakan bank syariah dengan bank konvensional. Perbankan
syariah nasional makin lama makin dilirik oleh nasabah bahkan oleh Negara lain.
Boleh dikatakan pertumbuhan perbankan syariah bagai cendawan di musim hujan.
Hampir semua bank nasional papan atas mulai membentuk unit usaha syariah
(UUS) untuk mendampingi unit usaha konvensional. Perbankan syariah di tanah
air telah mengalami perkembangan yang pesat terutama sejak keluarnya UU
Perbankan No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 Tahun
1998 yang mengatur secara lebih mendetail mengenai industri perbankan syariah.
Pada pasar perbankan di Indonesia, bank syariah menunjukkan
pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini didorong oleh makin tumbuhnya
kesadaran masyarakat untuk memilih produk yang halal dan juga karena jumlah
penduduk muslim di Indonesia adalah yang paling banyak di dunia, sehingga
merupakan potensi bagi keuangan syariah untuk menjadi bagian dalam
pembiayaan ekonomi masyarakat. Selain itu, fakta menunjukkan bahwa
pertumbuhan dan perkembangan lembaga perbankan syariah mengalami
kemajuan yang sangat pesat, baik di dunia internasional maupun di Indonesia.
Perkembangan bank syariah dan ekonomi syariah berkembang pesat sejak krisis
tahun 2008 lalu. Hampir semua bank-bank besar dan menengah mempunyai unit
syariah.
1
5. Apa sajakah prinsip penyaluran dana bank syariah?
6. Apa sajakah prinsip-prinsip dalam pelaksanaan fungsi jasa keuangan
perbankan?
7. Bagaimana akuntansi penghimpun dana masyarakat?
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1.3 Lembaga-Lembaga Pendukung Bank Syariah di Tingkat
Internasioanal
5
(DSN-MUI), dan Komite Akuntansi Syariah-Ikatan Akuntan Indonesia (KAS-
IAI).
6
terkait dengan aktivitas pengadaan jasa, produksi makanan, minuman dan bahan
konsumsi lain yang diharamkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam
pemberian pembiayaan, bank syariah dituntut untuk selalu memastikan kehalalan
jenis usaha yang dibantu pembiayaannya oleh bank syariah. Dengan demikian,
pada suatu bank syariah tidak akan ditemui adanya pembiayaan untuk usaha yang
bergerak di bidang yang diharamkan.
2. Larangan Terhadap Transaksi yang Diharamkan Sistem dan Prosedur
Perolehan Keuntungan
Beberapa hal yang masuk kategori transaksi yang diharamkan karena
sistem dan prosedur perolehan keuntungan adalah:
a. Tadlis (ketidaktahuan satu pihak)
Tadlis adalah transaksi yang mengandung suatu hal pokok yang tidak
diketahui oleh salah satu pihak (unknown to one party). Tadlis dapat terjadi
pada salah satu dari empat hal pokok dalam hal jual beli berikut:
Kuantitas, misal salah satu pihak (penjual) mengurangi takaran barang
yang telah disepakati antara penjual dan pembeli.
Kualitas, misal hanya pihak (penjual) yang mengetahui bahwa barang yang
akan dijual memiliki cacat sehingga dapat dijual dengan harga tinggi atau
lebih tinggi dari sebenarnya.
Harga, misal dilakukan penjual dengan memanfaatkan ketidak tahuan
pembeli tentang harga pasar, sehingga dapat menjual produknya dengan
harga tinggi.
Waktu Penyerahan, misal dilakukan penjual dengan menutupi kemampuan
ia dalam menyerahkan barang yang sebenarnya lebih lambat dari yang ia
janjikan.
b. Gharar (ketidaktahuan kedua pihak)
Transaksi gharar memiliki kemiripan dengan tadlis. Gharar terjadi karena
ketidaktahuan pada kedua pihak. Gharar dapat terjadi pada salah satu dari
empat hal pokok dalam jual beli berikut:
Kuantitas, misalnya adalah pembelian seluruh hasil panen ketika pohon
atau tanaman belum menunjukkan hasilnya.
Kualitas, misalnya adalah penjual sapi yang masih dalam perut induknya.
7
Harga, Gharar dalam harga dapat terjadi jika keduabelah pihak tidak pasti
mengenai harga yang dipakai dalam jual beli yang disepakati.
Waktu Penyerahan, Gharar dalam waktu penyerahan dapat terjadi jika
kedua belah pihak tidak tahu kapan barang akan diserahterimakan.
c. Ikhtikar (rekayasa pasar dalam pasokan)
Ikhtikar adalah mengupayakan adanya kelangkaan barang dengan cara
menimbun. Dengan demikian, penjual akan memperoleh keuntungan yang
besar karena dapat menjual dengan harga yang jauh lebih tinggi dibanding
harga sebelum kelangkaan terjadi.
d. Bai’ najasy (rekayasa pasar dalam permintaan)
Bai’ najasy adalah tindakan menciptakan permintaan palsu, seolah-olah ada
banyak permintaan terhadap suatu produk, sehingga harga jual produk akan
naik.
e. Maysir (Judi)
Maysir (judi atau gambling) didefinisikan sebagai sebuah permainan di mana
satu pihak akan memperoleh keutungan sementara pihak lainnya akan
menderita kerugian.
f. Riba
Riba adalah bentuk transasksi yang dilarang dalam Islam dan
bersinggungan dengan praktik perbankan bank konvensional. Sumber hukum
tentang riba didasari pada Q.S. Al-Baqarah 278-279.
Riba timbul dalam transaksi utang piutang dan transaksi jual beli barang
ribawi. Riba dalam transaksi utang piutang terbagi atas dua, yaitu riba qardh
dan riba jahilliyah. Riba qardh adalah kelebihan tertentu yang disyaratkan
terhadap yang berutang, sedang riba jahiliyyah adalah riba yang timbul
karena peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang
ditetapkan.
Adapun riba dalam transaksi jual beli terbagi menjadi dua, yaitu riba fadhl
dan riba nasi’ah. Riba fadhl adalah riba yang timbul karena pertukaran antar
barang ribawi yang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda. Riba
nasi’ah adalah riba yang timbul karena penangguhan penyerahan atau
penerimaan barang yang dipertukarkan dengan jenis barang lainnya
8
3. Larangan Terhadap Transaksi yang Tidak Sah Akadnya
Suatu transaksi juga harus memenuhi syarat suatu akad. Akad adalah
keterikatan keinginan diri dengan keinginan orang lain dengan cara yang
memunculkan adanya komitmen tertentu yang disyariatkan. Hukum fikih
menyatakan bahwa akad yang sah harus dipenuhi, sedang akad yang tidak sah
tidak boleh dipenuhi. Berikut ada rukun-rukun akad:
a. Adanya dua pihak atau lebih yang saling terikat dengan akad.
b. Adanya sesuatu yang diikat dengan akad, yakni barang yang dijual dalam
akad jual beli, atau sesuatu yang disewakan dalam akad sewa dan sejenisnya.
c. Adanya pengucapan akad berupa ungkapan serah terima (ijab Kabul). Ijab
adalah ungkapan penyerahan kepemilikan oleh pemilik barang, sedangkan
Kabul adalah ungkapan penerimaan kepemilikan oleh pemilik brang
berikutnya.
9
Sebagai manajer investasi dari pemilik dana dalam hal dana tersebut harus
dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif.
2. Fungsi investor
Sebagai investor, penanaman dana yang dilakukan oleh bank syariah harus
dilakukan pada sektor-sektor yang produktif dengan risiko yang minim dan tidak
melanggar ketentuan syariah.
3. Fungsi sosial
Terdapat dua instrumen yaitu ZISWAF (Zakat, Infak, Sadaqah, dan
Wakaf) berfungsi menghimpun ZISWAF dari masyarakat. Dan instrumen kedua
yaitu Qardhul Hasan berfungsi menghimpun dana dari penerimaan yang tidak
memenuhi kriteria halal serta dana infak dan sedekah yang tidak ditentukan.
4. Fungsi jasa keuangan
10
a. Wadiah Yad-Dhamanah
Titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat
dimanfaatkan oleh penerima titipan
b. Wadiah Yad-Amanah
Penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai si
penitip mengambil titipannya
2. Dengan Prinsip Mudharabah
a. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah yang memberi kuasa kepada mudharib secara penuh untuk
menjalankan usaha tanpa batasan apapun yang berkaitan dengan usaha
tersebut.
b. Mudharabah Muqayyadah
Memberi batasan kepada mudharib dalam pengelolaan dana berupa jenis
usaha, tempat, pemasok maupun konsumen.
c. Mudharabah Musytarakah
Bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau
dananya dalam kerjasama investasi.
11
sebagai penjual memperoleh keuntungan dari selisih harga jual kepada nasabah
dengan harga produk pembelian barang yang dilakukan pada pemasok.
3. Jual Beli dengan Skema Istishna’
Jual beli dengan skema istishna’ adalah jual beli yang didasarkan atas
penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan
barang atau suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan
menjualnya dengan harga yang disepakati berbada dengan murabahah. Skema ini
dapat digunakan bank untuk membantu nasabah yang memerlukan produk
kontruksi seperti bangunan, kapal, dan pesawat terbang yang belum jadi dan
memerlukan waktu cukup lama untuk menyelesaikannya. Walaupun bank hanya
sebagai penjual, pembuatan produknya tetap dilakukan oleh pihak lain, yaitu
produsen.
12
terhadap jasa pendidikan, kesehatan, dan bahkan aktivitas rekreasi yang
memerlukan biaya tertentu.
2. Sewa dengan Skema Ijarah Muntahiya Bittamlik
Sewa dengan skema ijarah muntahiya bittamlik adalah transaksi sewa-
menyewa antara pemilik objek sewa (bank) dan penyewa (nasabah) untuk
mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disediakan dengan opsi
perpindahan hak milik pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. Transakasi
ini memberi hak pilih pada penyewa untuk memiliki barang yang disewa.
13
1. Merupakan tanggungan pihak yang berutang, baik berupa uang, benda,
maupun pekerjaan.
2. Bisa dilaksanankan oleh penjamin.
3. Merupakan piutang yang mengikat tidak mungkin hapus kecuali
setelah dibayar atau dibebaskan.
4. Jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya.
5. Tidak bertentangan dengan syariat Islam.
c. Prinsip Hawalah
Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang (muhil)
kepada orang lain yang menanggungnya (muhal’alaih). Dalam transaksi
hawalah, pada saat A (muhal) memberi pinjaman kepada B (muhil), B
masih mempunyai utang pada C (muhal’alaih). Begitu B tidak mampu
membayar utangnya pada A, ia lalu mengalihkan uang tersebut kepada C.
Selanjutnya, C harus membayar utang B kepada A, sedangkan utang C
sebelumnya pada B dianggap selesai.
d. Prinsip Sharf
Prinsip sharf adalah prinsip yang digunakan dalam transaksi jual beli mata
uang, baik antarnama uang sejenis maupun antarnama uang yang
berlainan. Berdasarkan Fatwa DSN nomor 10 tahun 2002, terdapat
beberapa syarat transaksi jual beli mata uang, yaitu:
1. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan),
2. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan),
3. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka, nilanya
harus sama dan secara tunai, dan
4. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs)
yang berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.
e. Prinsip Ijarah
Prinsip ijarah merupakan prinsip yang sangat banyak digunakan dalam
pelaksanaan fungsi jasa keuangan bank syariah. Berdasarkan Fatwa DSN
nomor 9 tahun 2000, disebutkan bahwa objek ijarah adalah manfaat dari
pengunaan barang atau jasa. Sedangkan bila diterapkan untuk
mendapatkan manfaat orang disebut upah-mengupah. Ijarah dapat
14
dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang pembayarannya bergantung pada
kinerja yang disewa (ju’alah), dimana orang bersangkutan memperoleh
success fee, dan ijarah yang pembayarannya tidak bergantung pada
kinerja yang disewa atau disebut dengan ijarah dimana orang bersangkutan
memperoleh gaji atau upah.
Dalam praktik perbankan, transaksi berikut banyak diimplementasikan
dengan menggunakan skema ijarah.
1. Kartu ATM.
2. SMS banking.
3. Pembayaran tagihan.
4. Pembayaran gaji elektronik.
2.7.1 Tabungan
1. Transaksi Penambahan Tabungan Mudharabah
15
nasabah, transfer ke rekening lain pada bank yang sama, transfer kepada
nasabah bank lain, serta penarika biaya administrasi tabungan, pajak, dan
lainnya oleh bank.
3. Akuntansi Tabungan Wadiah
Perbedaan akuntansi tabungan wadiah dengan tabungan mudharabah adalah
dalam hal insentif yang diterima oleh nasabah. Insentif yang diberikan kepada
nasabah tabungan mudharabah disebut dengan hak pihak ketiga atas bagi hasil
yang dihitung dalam persentase tertentu yang harus dibayar oleh bank secara
periodik sesuai dengan tingkat keuntungan bank syariah.
2.7.2 Giro
1. Giro Wadiah
Giro wadiah adalah giro yang harus mengikuti fatwa DSN tentang wadiah.
Akad wadiah adalah akad penitipan dana dengan ketentuan penitip dana
mengizinkan kepada bank untuk memanfaatkan dana yang dititipkan tersebut
dan bank wajib mengembalikan apabila sewaktu-waktu penitip mengambil
dana tersebut. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai penitip dana
(mudi’) dan bank bertindak sebagai penerima dana titipan (muda’). Bank
berkewajiban menjaga dana titipan dan bertanggung jawab atas
pengembaliannya bila sewaktuwaktu ditarik oleh nasabah pemilik dana titipan.
a. Transaksi Penambahan Rekening Giro Wadiah
Rekening giro wadiah dapat bertambah melalui transaksi penyetoran tunai,
transfer dari tabungan maupun giro cabang lain dari bank yang sama,
penerimaan cek dari nasabah bank lain yang diuangkan oleh nasabah suatu
bank dan penerimaan bonus giro wadiah dari bank syariah.
b. Transaksi Pengurangan Giro Wadiah
16
Beberapa transaksi yang berakibat terjadinya berkurangnya saldo giro
wadiah antara lain penarikan cek oleh nasabah giro wadiah untuk ditukar
secara tunai, penarikan bilyet giro untuk ditransfer ke cabang lain bank
yang sama atau ke nasabah bank lain, serta potongan administrasi dan
pajak tabungan.
2. Giro Mudharabah
17
Siklus kegiatan deposito dimulai dari transaksi pembukaan deposito oleh
nasabah. Pada saat itu, antara nasabah dan bank sudah menyepakati nisbah bagi
hasil dasar dan jangka waktu deposito (tanggal pencairan deposito). Selama
jangka waktu deposito, saldo deposito bersifat tetap, karena pengambilan atau
penambahan deposito hanya dilakukan saat jatuh tempo atau saat penutupan jika
ingin diambil sebelum jatuh tempo, bagi hasil yang diterima oleh nasabah
dimasukkan ke rekening yang lain, dan pajak yang mesti dibayar langsung
diambil dari bagi hasil yang akan diberikan kepada nasabah.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
19
yang digunakan. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), prinssip
penghimpunan dana yang digunakan dalam bank syariah ada dua, yaitu prinsip
wadiah dan prinsip mudharabah.
beli, skema investasi, dan skema sewa. Skema jual beli memiliki beberapa bentuk,
yaitu murabahah, salam dan istihna’. Skema investasi terdiri atas dua jenis, yaitu
mudharabah dan musyarakah. Sementara itu, skema atas ijarah terdiri atas ijarah
dan ijarah muntahiya bittamlik. Prinsip investasi dalam pembiayaan oleh bank
syariah terdiri atas investasi dengan skema mudharabah dan investasi dengan
skema musyarakah.
20
piutang pada C (muhal ‘alaih). Begitu B tidak mampu membayar utangnya kepada
A, ia lalu mengalihkan utang tersebut kepada C. Selanjutnya, C harus mambayar
utang B kepada A, sedangkan utang C sebelumnya pada B dianggap selesai.
9 tahun 2000, disebutkan bahwa objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan
barang dan/atau jasa. Ijarah bila diterapkan untuk mendapatkan manfaat barang
DAFTAR PUSTAKA
21