Anda di halaman 1dari 26

PASAR MODAL SYARIAH

Mata Kuliah : Lembaga Keuangan Syariah


Waktu : Kamis, 18.30 - 21.00
Dosen : Pak Imron Zabidi
Hasil :

Kelompok 10
1. Muhammad Isa 1112000431
2. Sri Nurhayati 1112000469
3. Dian Oktaviani 1112000432
4. Sunarman 1112000359

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI)


Jl. Kayujati Raya 11 A Rawamangun Jakarta Timur 13220. Telepon : 021 4750321 -
Faximili : 021 4722371 . Email : info@stei.a.id - Website : www.stei.ac.id
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………...……………………….………………………………………..…………..………....... 02

BAB I : PENDAHULUAN

1. Latar Belakang………………...……………………………………………………………………………………….………..... 03

2. Rumusan Masalah ………………...…….………………………………………………………….…..…………..…..…..... 04

3. Tujuan Penulisan ………………......………………………………………………………………………………….....…..... 04

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar Modal Syariah ………………...……………………………………………………………………05

B. Perkembangan Pasar Modal Syariah ...………………………………………………….…………………..…….……05

C. Islamisasi Pasar Modal Syariah ...……………………………………………..…………………………………..……….07

D. Produk Pasar Modal Syariah …………………………………………………………………………………………………08

E. Struktur Pasar Modal Syariah ...……………...………………………………………………………...……………………12

F. Gambaran Pasar Modal Syariah di Indonesia ...…………………………………………………...……………… 12

G. Tujuan dan Fungsi Pasar Modal Syariah .....………………………………………………….……………………… 13

H. Karakteristik Pasar Modal Syariah ...………………………………………….………………………………….……… 14

I. Instrument Pasar Modal Syariah ...……………………………………………………..……………………………….…15

J. Instrument yang dilarang dalam Pasar Modal Syariah ...………………………………...…………..…………16

K. Indeks Syariah ...…………………………...………………………………………………………………….……………..…….. 17

L. Jakarta Islamic Index ……….…………………………………………………………………………………………………….18

M. Kendala dan Strategi Pasar Modal Syariah ...…………………………………………….…………………..…..... 23

BAB III : PENUTUP

1. Kesimpulan ...…………………...…………………………………………….……………………………………….……..…..... 25

2. Saran ...….……………..…………………………………………………..……………………………………………………..…..... 25

DAFTAR PUSTAKA ...…………...………………………………………………………….………………………...……..…..... 26

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keberadaan pasar modal syariah merupakan fenomena yang menarik dalam


industri pasar modal di tanah air. Seperti pendirian bank syariah, pasar modal
syariah didirikan berdasarkan pada kenyataan bahwa mayoritas penduduk Indonesia
adalah muslim. Dan diantara juataan muslim tersebut ada yang mempunyai
kelebihan dana (surplus unit) setra mereka susah menginvestasikannya, dan salah
satu penyebabnya adalah mereka enggan investasi di pasar modal yang ada.
Muslim kaya tersebut enggan berinvestasi di pasar modal konvensional karena
pasar modal yang ada tersebut hanya merupakan tempat manipulasi pasar dan
cenderung dipenuhi transaksi spekulatif.

Kegiatan utama dari pasar modal yang ada umumnya hanya kegiatan dalam
bentuk short selling, membeli saham di pagi hari untuk kemudian menjualnya di sore
hari bila memungkinkan mendapat gain capital. Kegiatan tersebut jauh sekali dari
tujuan awal pendirian pasar modal yaitu sebagai perantara penyediaan modal bagi
perusahaan penerbit efek yang kemudian digunakan untuk perluasan usaha.
Ekspansi atau perluasan usaha tersebut dapat menambah lapangan pekerjaan dan
dalam jangka panjang dapat menggerakan perekonomian. Dan kemudian pasar
modal syariah hadir untuk memenuhi fungsi utama dari pasar modal tersebut.

Dalam melakukan kegiatan investasi khususnya dipasar modal, Islam tidak


hanya melihat optimalisasi atau maksimalisasi hasil akhir. Niat awal dan proses yang
kemudian dijalani harus tetap di jalur syar’i. Norma Islam secara garis besar
mengedepankan kehalalan instrumen dan kemanfaatan dan kemashlahatan
termasuk didalamnya Larangan Riba, Gharar, Maisir, insider trading, Margin trading,
goreng-menggoreng saham dan spekulasi.

3
2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Pasar Modal Syariah ?
2. Bagaimanakah Struktur Pasar Modal Syariah ?
3. Apakah Tujuan dari Pasar Modal Syariah ?
4. Bagaimana Karakteristik Pasar Modal Syariah ?
5. Apa Kendala dan Strategi Pasar Modal Syariah ?

3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian dari Pasar Modal Syariah
2. Mengetahui Struktur Pasar Modal Syariah
3. Mengetahui Tujuan dari Pasar Modal Syariah
4. Mengetahui Karakteristik Pasar Modal Syariah
5. Mengetahui Kendala dan Strategi Pasar Modal Syariah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar Modal Syariah


Pasar Modal menurut pasal 13 UU Nomor. 8 Tahun 1995 adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik
yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek. Sedangkan prinsip syari`ah menurut pasal 1 ayat (13) UU
No. 10 tahun 1998 adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain, pembiayaan
berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip
penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan
atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Dari kedua defenisi dapat disimpulkan bahwa pasar modal syariah (Islamic stock
exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah
perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga
profesi yang berkaitan dengannya, di mana semua produk dan mekanisme
operasionalnya tidak bertentangan denga syariat Islam. Pasar modal syariah dapat
juga diartikan adalah pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.

B. Perkembangan Pasar Modal Syariah


Sejarah perkembangan industri keuangan syariah yang meliputi perbankan,
asuransi dan pasar modal pada dasarnya merupakan suatu proses sejarah yang
sangat panjang. Lahirnya Agama Islam sekitar 15 (lima belas) abad yang lalu
meletakkan dasar penerapan prinsip syariah dalam industri keuangan, karena di
dalam Islam dikenal kaedah muamalah yang merupakan kaedah hukum atas
hubungan antara manusia yang di dalamnya termasuk hubungan perdagangan
dalam arti yang luas.

5
Namun demikian, perkembangan penerapan prinsip syariah mengalami masa
surut selama kurun waktu yang relatif lama pada masa imperium negara-negara
Eropa. Pada masa tersebut negara-negara di Timur Tengah serta negara-negara
Islam lain hampir semuanya menjadi wilayah jajahan negara-negara Eropa.Dalam
perkembangan selanjutnya, dengan banyaknya negara Islam yang terbebas dari
penjajahan dan semakin terdidiknya generasi muda Islam, maka ajaran Islam mulai
meraih masa kebangkitan kembali. Sekitar tahun 1960-an banyak cendekiawan
muslim dari negara-negara Islam sudah mulai melakukan pengkajian ulang atas
penerapan sistem hukum Eropa kedalam industri keuangan dan sekaligus
memperkenalkan penerapan prinsip syariah Islam dalam industri keuangannya.

Pada awalnya prinsip syariah islam diterapkan pada industri perbankan dan Cairo
adalah merupakan negara yang pertama kali mendirikan bank Islam sekitar tahun
1971 dengan nama “Nasser Social Bank” yang operasionalnya berdasarkan sistem
bagi hasil (tanpa riba). Berdirinya Nasser Social Bank tersebut, kemudian diikuti
dengan berdirinya beberapa bank Islam lainnya seperti Islamic Development Bank
(IDB) dan the Dubai Islamic pada tahun 1975, Faisal Islamic Bank of Egypt, Faisal
Islamic Bank of Sudan dan Kuwait Finance House tahun 1977.

Dalam perkembangan selanjutnya, dengan banyaknya negara Islam yang


terbebas dari penjajahan dan semakin terdidiknya generasi muda Islam, maka ajaran
Islam mulai meraih masa kebangkitan kembali. Sekitar tahun 1960-an banyak
cendekiawan moslem dari negara-negara Islam sudah mulai melakukan pengkajian
ulang atas penerapan sistem hukum Eropa kedalam industri keuangan dan sekaligus
memperkenalkan penerapan prinsip syariah islam dalam industri keuangannya.

Lembaga keuangan baik yang merupakan bank ataupun non bank mempunyai
peran yang cukup penting diera globalisasi seperti sekarang. Keduanya berperan
sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat
secara efektif dan efesien ke arah perkembangan perekonomian rakyat.

Pada dasarnya lembaga keuangan berfungsi mentransfer dana-dana (loanable


funds) dari penabung kepada peminjam (borrowers). Dana tersebut dialokasikan
dengan negoisasi antara pemilik dana dengan pemakai dana melalui pasar uang dan
pasar modal. Seperti halnya bank, lembaga keuangan non bank menghimpun dana

6
dari masyarakat. Bedanya jika bank menghimpun dana secara langsung berupa
simpanan dana masyarakat, sedangkan non bank penghimpun dana secara tidak
langsung dari masyarakat, tapi melalui kertas berharga yang diperjualbelikan.
( Hamidi, M. Lutfi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Senayan Abadi, Jakarta 2003 hlm. 37 )

C. Islamisasi Pasar Modal


Dilihat dari sisi syariah, pasar modal adalah salah satu sarana atau produk
muamalah. Transaksi didalam pasar modal, menurut prinsip hukum syariah tidak
dilarang atau dibolehkan sepanjang tidak terdapat transaksi yang bertentangan
dengan ketentuan yang telah digariskan oleh syariah. Diantara yang dilarang oleh
syariah adalah transaksi yang mengandung bunga dan riba. Larangan transaksi
bunga (riba) sangat jelas, karena itu transaksi dipasar modal yang didalamnya
terdapat bunga (riba) tidak diperkenankan oleh Syari’ah.

Syari’ah juga melarang transaksi yang didalamnya terdapat spekulasi dan


mengandung gharar atau ketidakjelasan yaitu transaksi yang didalamnya
dimungkinkan terjadinya penipuan (khida’). Termasuk dalam pengertian ini:
melakukan penawaran palsu (najsy), transaksi atas barang yang belum dimiliki (short
selling/bai’u maalaisa bimamluk), menjual sesuatu yang belum jelas (bai’ulma’dum);
pembelian untuk penimbunan efek (ihtikar) dan menyebarluaskan informasi yang
menyesatkan atau memakai informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan
transaksi yang dilarang (insider trading).

Dengan adanya berbagai ketentuan dan pandangan syariah seperti diatas, maka
investasi tidak dapat dilakukan terhadap semua produk pasar modal karena diantara
produk pasar modal itu banyak yang bertentangan dengan syari’ah. Oleh karena itu
investasi di pasar modal harus dilakukan dengan selektif dan dengan hati-hati
(ihtiyat) supaya tidak masuk kepada produk non halal. Sehingga hal inilah yang
mendorong islamisasi pasar modal.

Terkait dengan upaya pengembangan pasar modal syariah, hingga saat ini
terdapat 6 (enam) Fatwa DSN-MUI yang berkaitan dengan industri pasar modal.
Fatwa-fatwa tersebut adalah : Fatwa No.05 tahun 2000 tentang Jual Beli Saham,
No.20 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana
Syariah, No.32 tahun 2002 tentang Obligasi Syariah, No.33 tahun 2002 tentang

7
Obligasi Syariah Mudharabah, No.40 tahun 2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
Umum Penerapan Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal, dan yang terakhir fatwa
No.41 tahun 2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.

Bentuk ideal dari pasar modal syariah dapat dicapai dengan islamisasi empat pilar
pasar modal, yaitu :
a. Emiten (perusahaan) dan efek yang diterbitkannya didorong untuk memenuhi
kaidah syariah, keadilan, kehati-hatian dan transparansi
b. Pelaku pasar (investor) harus memiliki pemahaman yang baik tentang ketentuan
muamalah, manfaat dan risiko transaksi di pasar modal
c. Infrastruktur informasi bursa efek yang jujur, transparan dan tepat waktu yang
merata di publik yang ditunjang oleh mekanisme pasar yang wajar
d. Pengawasan dan penegakan hukum oleh otoritas pasar modal dapat
diselenggarakan secara adil, efisien, efektif dan ekonomis.

Selain itu prinsip-prinsip Syariah juga akan memberikan penekanan (emphasis)


pada :
a. Kehalalan produk/jasa dari kegiatan usaha, karena menurut prinsip Syariah
manusia hanya boleh memperoleh keuntungan atau penambahan harta dari hal-
hal yang halal dan baik
b. Adanya kegiatan usaha yang spesifik dengan manfaat yang jelas, sehingga tidak
ada keraguan akan hasilusaha yang akan menjadi obyek dalam perhitungan
keuntungan yang diperoleh
c. Adanya mekanisme bagi hasil yang adil –baik dalam untung maupun rugi-
menurut penyertaan masing-masing pihak; dan
d. Penekanan pada mekanisme pasar yang wajar dan prinsip kehati-hatian baik
pada emiten maupun investor.

D. Produk Pasar Modal Syariah


Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga atau efek.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM),
Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial,
saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif,
kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek.

8
Sejalan dengan definisi tersebut, maka produk syariah yang berupa efek harus
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.Oleh karena itu efek tersebut dikatakan
sebagai Efek Syariah. Dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang
Penerbitan Efek Syariah disebutkan bahwa Efek Syariah adalah Efek sebagaimana
dimaksud dalam UUPM dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan
kegiatan usaha yang menjadi landasan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan
prinsip – prinsip syariah di Pasar Modal. Sampai dengan saat ini, Efek Syariah yang
telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham Syariah, Sukuk dan Unit
Penyertaan dari Reksa Dana Syariah.

1. Saham Syariah
Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal
kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham
berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut. Konsep
penyertaan modal dengan hak bagian hasil usaha ini merupakan konsep yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.Prinsip syariah mengenal konsep ini
sebagai kegiatan musyarakah atau syirkah.Berdasarkan analogi tersebut, maka
secara konsep saham merupakan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.Namun demikian, tidak semua saham yang diterbitkan oleh Emiten dan
Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham syariah. Suatu saham dapat
dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:
a) Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam
anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik
tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah.
b) Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak
bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah, sebagaimana diatur dalam
peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:
1) perjudian dan permainan yang tergolong judi;
2) perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
3) perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
4) bank berbasis bunga;
5) perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
6) jual beli risiko yang mengandung unsur ketidak pastian(gharar) dan/atau
judi (maisir), antara lain asuransi konvensional;

9
7) memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi), barang
atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan
oleh DSN-MUI; dan/atau, barang atau jasa yang merusak moral dan
bersifat mudarat;

2. Sukuk atau Obligasi Syariah


Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah
obligasi syariah (islamic bonds). Sukuk secara terminologi merupakan bentuk
jamak dari kata ”sakk” dalam bahasa Arab yang berarti sertifikat atau bukti
kepemilikan. Sementara itu, Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13
memberikan definisi Sukuk sebagai berikut :
“Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan
mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi
(syuyu’/undivided share) atas:
 Aset berwujud tertentu (ayyan maujudat);
 Nilai manfaat atas aset berwujud (manafiul ayyan) tertentu baik yang sudah
ada maupun yang akan ada;
 Jasa (al khadamat) yang sudah ada maupun yang akan ada
 Aset proyek tertentu (maujudat masyru’ muayyan); dan atau
 Kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah)”

 Karakteristik Sukuk
Sebagai salah satu Efek Syariah sukuk memiliki karakteristik yang berbeda
dengan obligasi. Sukuk bukan merupakan surat utang, melainkan bukti
kepemilikan bersama atas suatu aset/proyek. Setiap sukuk yang diterbitkan
harus mempunyai aset yang dijadikan dasar penerbitan (underlying asset ).
Klaim kepemilikan pada sukuk didasarkan pada aset/proyek yang spesifik.
Penggunaan dana sukuk harus digunakan untuk kegiatan usaha yang halal.
Imbalan bagi pemegang sukuk dapat berupa imbalan, bagi hasil, atau marjin,
sesuai dengan jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.

10
 Jenis Sukuk
a) Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.
b) Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi 4 (empat) tipe :
Sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada, Sertifikat
kepemilikan atas manfaat aset di masa depan, sertifikat kepemilikan atas
jasa pihak tertentu dan Sertifikat kepemilikan atas jasa di masa depan.
c) Sertifikat salam.
d) Sertifikat istishna.
e) Sertifikat murabahah.
f) Sertifikat musyarakah.
g) Sertifikat muzara’a.
h) Sertifikat musaqa.
i) Sertifikat mugharasa.

3. Reksa Dana Syariah


Reksa Dana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik harta ( shabib al-mal/rabb al-mal)
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi
sebagai wakil shahib al-mal menurut ketentuan dan prinsip Syariah islam.
Portofolio efek adalah kumpulan (kombinasi) sekuritas, surat berharga atau efek
, atau instrument yang dikelola.

Reksa Dana Syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya merupakan


salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil
dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung
risiko atas investasi mereka. Reksa Dana dirancang sebagai sarana untuk
menghimpun danadari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan
untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang
terbatas. (kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT RajaGrafindo Persada
Jakarta 2007 hlm. 64)

11
E. Struktur Pasar Modal Syariah

F. Gambaran Pasar Modal Syariah Di Indonesia

Sejak secara resmi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) meluncurkan


prinsip pasar modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan
ditandatanganinya nota kesepahaman antara Bapepam dengan Dewan Syariah
Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), maka dalam perjalanannya
perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar modal Indonesia
terus meningkat. Harus dipahami bahwa ditengah maraknya pertumbuhan kegiatan
ekonomi syariah secara umum di Indonesia, perkembangan kegiatan investasi
syariah di pasar modal Indonesia masih dianggap belum mengalami kemajuan yang
cukup signifikan, meskipun kegiatan investasi syariah tersebut telah dimulai dan
diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1997 melalui instrumen reksa dana syariah
serta sejumlah fatwa DSN-MUI berkaitan dengan kegiatan investasi syariah di pasar
modal Indonesia.

12
Dilihat dari kenyataannya, walaupun sebagian besar penduduk Indonesia

mayoritas beragama Islam namun perkembangan pasar modal yang berbasis

syariah dapat dikatakan sangat tertinggal jauh terutama jika dibandingkan dengan

Malaysia yang sudah bisa dikatakan telah menjadi pusat investasi berbasis syariah

di dunia, karena telah menerapkan beberapa instrumen keuangan syariah untuk

industri pasar modalnya. Kenyataan lain yang dihadapi oleh pasar modal syariah kita

hingga saat ini adalah minimnya jumlah pemodal yang melakukan investasi,

terutama jika dibandingkan dengan jumlah pemodal yang ada pada sektor

perbankan.

Pasar modal merupakan salah satu pilar penting dalam perekonomian dunia

saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal

sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi

keuangannya. Menurut Irfan Syawqy, secara faktual, pasar modal telah menjadi

financial nerve-centre (saraf finansial dunia, Red) dunia ekonomi modern.

G. Tujuan Dan Fungsi Pasar Modal Syariah

 Tujuan Pasar Modal Syariah


Guna memenuhi kebutuhan jaman yang semakin berkembang sebagai
negara hukum, pemerintah Indonesia mengaktifkan beroperasinya pasar modal
dengan tujuan untuk lebih memacu laju pertumbuhan ekonomi nasional. Upaya
tersebut dilandaskan oleh adanya kebutuhan dana pembangunan yang semakin
meningka. Dengan demikian melalui pasar modal, dunia usaha akan dapat
memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan di perlukan. Selain itu, juga
dimaksudkan untuk meratakan hasil-hasil pembangunan melalui kepemilikan
saham-saham perusahaan serta penyediaan lapangan kerja dan pemerataan
kesempatan usaha.

13
 Fungsi Pasar Modal Syariah
Menurut Metwally fungsi dari keberadaan pasar modal syariah :
1) Memungkinkan bagi masyarakat berpartispasi dalam kegiatan bisnis dengan
memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.
2) Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas
3) Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun
dan mengembangkan lini produksinya
4) Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga
saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional
5) Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan
bisnis

H. Karakteristik Pasar Modal Syariah

Karakter pasar modal yang diperlukan dalam membentuk struktur pasar modal
syariah, di mana memungkinkan para pemegang saham individual dapat
melepaskan sahamnya dan memperoleh keuntugan dengan adanya komitmen
antara pemegang saham dengan perusahaan untuk tidak mencairkan sahamnya
setidak-tidaknya dalam jangka tiga bulan. Sedangkan karakteristik yang diperlukan
dalam membentuk pasar modal syariah (Metwally, 1995, 178-179) adalah sebagai
berikut :
a) Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek
b) Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat
diperjualbelikan melalui pialang
c) Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan di Bursa
efek diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan (account) keuntungan
dan kerugian serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek,
dengan jarak tidak lebih dari 3 bulan
d) Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap
perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali
e) Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST
f) Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST
g) Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat
dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah

14
h) Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode
perdagangan setelah menentukan HST
i) Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode perdagangan,
dan dengan harga HST

I. Instrument Pasar Modal Syariah


Efek-efek yang boleh diperdagangkan dalam pasar modal syariah adalah
hanya memenuhi criteria syariah, seperti saham syariah, obligasi syariah, dan
reksadana syariah. Untuk menghasilkan instrumen yang benar-benar sesuai
dengan syariah, telah dilakukan upaya-upaya rekontruksi terhadap surat berharga
di antaranya :
a) Penghapusan bunga tetap dan mengalihkannya ke surat investasi yang ikut
serta dalam keuntungan dan kerugian serta tunduk pada kaidah al-ghunmu bil
ghunmi (keuntungan / penghasilan berimbang dengan kerugian yang
ditanggung)
b) Penghapusan surat jaminan atas kembalinya harga obligasi denga bunga,
sehingga menjadi seperti saham biasa.
c) Pengalihan obligasi ke saham biasa.

Berdasarkan kaidah tersebut, maka diterbitkanlah instrument pasar modal syariah


dengan prinsip-prinsip berikut:

a) Muqaradah/ mudharabah funds


Dana yang berbentuk saham yang memberikan kesempatan kepada
insvestor untuk bersama-sama dalam pembiayaan atau investasi dengan
perjanjian bagi hasil dan bagi risiko (profit and loss sharing).

b) Muraqadhah/ mudharabah bonds


Salah satu bentuk obligasi yang sesuai dengan ketentuan syariah adalah
obligasi berdasarkan prinsip mudharabah.

15
J. Instrument Yang Dilarang Dalam Pasar Modal Syariah
Adapun instrument yang diharamkan dalam pasar modal syariah adalah :
a. Preferred stock (saham istimewa)
Saham istimewa adalah saham yang memberikan hak lebih besar daripada
saham biasa dalam dividen pada waktu perseroan dilikuidasi.Adapun
karakteristik saham preference adalah hak utama atas aktiva, penghasilan tetap,
jangka waktu tidak terbatas, tidak punya hak suara.

b. Forward contract
Forward contract merupakan salah satu jenis transaksi yang diharamkan,
karena bertentangan dengan syariah. Forward contract merupakan bentuk jual
beli utang yang didalamnya terdapat unsur riba, sedangkan transaksi (jual beli)
dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo.

c. Option
Option adalah transaksi yang tidak disertai dengan underlying asset atau
real asset, dengan kata lain objek yang ditransaksikan tidak dimiliki oleh pihak
penjual. Option termaksud dalam katagori gharar (penipuan/spekulasi) dan
maisir (judi).

d. Transaksi margi on tranding


Transaksi ini adalah di mana pembeli membayar sebagian harga secara
tunai, yang sisinya dilunasi dari pinjaman bank melalui perantara dengan syarat
surat berharga tersebut dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga
pinjaman.

e. Transaksi short selling


Transaksi ini merupakan suatu benuk transaksi jual beli, di mana penjualan
terhadap surat berharga belum dimilki pada waktu akad. Transaksi ini dilarang
dalam agama islam karena memilki unsur-unsur yang bersifat spekulatif dan
penipuan.

16
K. Indeks Syariah

Indeks harga saham adalah suatu indicator yang menunjukan pergerakan harga
saham. Indeks berfungsi sebagai indicator tren pasar, artinya pergerakan indeks
menunjukan kondisi pasar pada saat pasar sedang aktif atau lesu.
Ada beberapa fungsi indeks syariah, yaitu:
 Indicator tren pasar : sesuatu yang memungkinkan trader dan investor untuk
bisa mendapatkan keuntungan. Apakah untuk jangka panjang atau jangka
pendek, dalam pasar yang bergerak satu arah atau di kisaran terbatas, perubahan
dari harga yang satu ke harga selanjutnya adalah yang menciptakan keuntungan
atau kerugian.

 Sebagai indikator tingkat keuntungan dari saham. Untuk dapat melakukan


investasi di saham, Anda harus mengukur seberapa besar resiko yang Anda
kehendaki. Risiko menurut kami adalah hal yang paling kritis, karena kerugian
yang terjadi di pasar modal sebagian besar bukan karena kurangnya
pengetahuan investor tapi lebih disebabkan ketidakmampuan mereka untuk
melakukan "cut loss" jika posisi yang mereka lakukan salah. Jika Anda relatif
konservatif sebaiknya pilih saham-saham yang memiliki fundamental yang bagus
dan cukup likuid.

 Sebagai tolak ukur / patok duga (benchmark) kinerja suatu portofolio investasi.
Dalam mengevaluasi kinerja suatu portofolio ada beberapa faktor yang perlu kita
perhatikan, yaitu:
1. Tingkat risiko
Seperti telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya tentang adanya Trade-
off antara risiko dan return, di mana semakin tinggi tingkat risiko maka semakin
tinggi pula tingkat return yang diharapkan.
2. Periode waktu
Seperti halnya tingkat risiko, faktor waktu juga akan mempengaruhi tingkat
return portofolio. Oleh karena itu, pada saat mengevaluasi kinerja suatu
portofolio kita juga perlu memperhatikan faktor periode waktu yang digunakan.
3. Penggunaan patok duga (bechmark) yang sesuai
Dalam melakukan evaluasi kinerja suatu portofolio, kita perlu
membandingkan return portofolio tersebut dengan return yang bisa dihasilkan
oleh alternatif portofolio lain yang sebanding.

17
4. Tujuan investasi
Evaluasi kinerja suatu portofolio juga perlu memperhatikan tujuan yang
ditetapkan oleh investor atau manajer investasi. Tujuan investasi yang berbeda
akan mempengaruhi kinerja portofolio yang dikelolanya, Misalnya, jika tujuan
investasi seorang investor adalah pertumbuhan jangka panjang, maka kinerja
portofolio yang dibentuknya akan relatif lebih kecil dari kinerja portofolio yang
dibentuk dengan tujuan mendapatkan keuntungan jangka pendek.

 Sebagai dasar pembentukan portofolio dengan strategi pasif.


merupakan tindakan investor yang cenderung pasif dalam berinvestasi
dalam saham dan hanya mendasarkan pergerakan sahamnya pada pergerakan
indeks pasar. Menggambarkan perkembangan produk derivative (produk turunan)
yang diperdagangkan di bursa. sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran
pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi
"acuan pokok" atau juga disebut " produk turunan" (underlying product); daripada
memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar
membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu
nilai disuatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi
acuan pokok.

L. Jakarta Islamic Index

Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang
ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-
saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama
antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT
Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3
Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar
Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003.
Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan
dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga puluh) saham yang
memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995
dengan nilai dasar 100. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

18
Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk
melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi
pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek.
JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham
berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin
berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor
yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan
dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih
portofolio saham yang halal. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas)

1. Sejarah Jakarta Islamic Indeks


Pada dasarnya saham syariah sudah ada di Indonesia pada tahun 1997 dengan
diluncurkannya saham reksadana syariah oleh PT. Dana Reksa.Landasan hukum
dari peluncuran saham syariah ini didasarkan pada undang – undang pasar modal
no. 8 tahun 1995. pasal 1 butir 13 dari undang – undang tersebut yang menyatakan
bahwa pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum
dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. (Buku
Panduan Harga Saham Bursa Efek Indonesia)

Dengan berlandaskan pada undang – undang yang sama dengan penerbitan


saham syariah dana reksa, pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia
bekerja sama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan
indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta Islamic Index
(JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis
syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah. (Buku Panduan
Harga Saham Bursa Efek Indonesia)

2. Pemilihan Saham untuk Indeks


Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan
Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui
filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT
DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar saham-saham tersebut dapat masuk
ke JII:

19
a. emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi
atau perdagangan yang dilarang
b. bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba,
termasuk perbankan dan asuransi konvensional
c. usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan
memperdagangkan makanan/minuman yang haram
d. tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan
barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat

Selain filter syariah, saham yang masuk ke dalam JII harus melalui
beberapa proses penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu:

a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk
dalam 10 kapitalisasi besar.
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar
90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun
terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.

Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan


komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan
perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus
berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya
menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks.
Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain.
Semua prosedur tersebut bertujuan untuk mengeliminasi saham spekulatif yang
cukup likuid. Sebagian saham-saham spekulatif memiliki tingkat likuiditas rata-rata
nilai perdagangan reguler yang tinggi dan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah.
(Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

20
3. Kriteria Pemilihan Saham Jakarta Islamic Index

Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta


Islamic Index dilakukan proses seleksi sebagai berikut :

a. Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang
dikeluarkan oleh Bapepam – LK.
b. Memilih 60 saham dari daftar efek syariah tersebut berdasarkan urutan
kapitalisasi pasar terbesar dalam 1 tahun terakhir.
c. Dari 60 perusahaan tersebut dipilih 30 perusahaan berdasarkan likuiditas,
yaitu nilai transaksi di pasar reguler dalam 1 tahun terakhir.

Adapun tahapan atau seleksi untuk saham yang masuk dalam indeks syariah
antara lain :

a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan (kecuali
masuk 10 besar dalam hal kapitalisasi)
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tenaga tahun
terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar
90%
c. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata
kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuidasi rata-rata nilai
perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
(Sumber: Heri Sudarsono, bank & lembaga keuangan syariah, deskripsi dan
ilustrasi)

4. Perhitungan Indeks

Perhitungan JII dilakukan oleh BEJ dengan menggunakan metode


perhitungan indeks yang telah ditetapkan yaitu dengan bobot kapitalisasi pasar
(market cap weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian -
penyesuaian (adjustments) akibat berubahnya data emiten yang disebabkan
adanya corporate action. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas)

21
5. Komponen saham JII
Saham-saham perusahaan yang masuk dalam indeks JII yang valid utk
periode Desember 2015 - Mei 2016 adalah :
No. Kode Nama perusahaan
1 IDX: AALI Astra Agro Lestari
2 IDX: ADRO Adaro Energy
3 IDX: AKRA AKR Corporindo
4 IDX: ASII Astra International
5 IDX: ASRI Alam Sutera Realty
6 IDX: BSDE Bumi Serpong Damai
7 IDX: ICBP Indofood CBP Sukses Makmur
8 IDX: INCO Vale Indonesia
9 IDX: INDF Indofood Sukses Makmur
10 IDX: INTP Indocement Tunggal Prakarsa
11 IDX: ITMG Indo Tambangraya Megah
12 IDX: JSMR Jasa Marga (Persero)
13 IDX: KLBF Kalbe Farma
14 IDX: LPKR Lippo Karawaci
15 IDX: LPPF Matahari Departement Store
16 IDX: LSIP PP London Sumatra Indonesia
17 IDX: MIKA Mitra Keluarga Karyasehat
18 IDX: MPPA Matahari Putra Prima
19 IDX: PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero)
20 IDX: PTPP PP (Persero)
21 IDX: PWON Pakuwon Jati
22 IDX: SILO Siloam International Hospitals
23 IDX: SMGR Semen Indonesia (Persero)
24 IDX: SMRA Summarecon Agung
25 IDX: SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk
26 IDX: TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero)
27 IDX: UNTR United Tractors
28 IDX: UNVR Unilever Indonesia
29 IDX: WIKA Wijaya Karya (Persero)
30 IDX: WSKT Waskita Karya (Persero)

Sumber dari Bursa Efek Indonesia ,Lamp.Pengumuman No: Peng-00955/BEI.OPP/11-2015 Tanggal 27 Nov 2015

22
M. Kendala Dan Strategi Pasar Modal Syariah

Menurut Nurul Huda, Pakar Pasar Modal Syariah Pascasarjana UI (2006),


dalam mengembangkan pasar modal syariah di Indoensia, ada beberapa kendala
yang dihadapi : antara lain :

a. Belum ada ketentuan yang menjadi legitimisi pasar modal syariah dari Bapepam
atau pemerintah, misalnya Undang-Undang. Perkembangan keberadaan pasar
modal syariah saat ini merupakan gambaran bagaimana legalitas yang diberikan
Bapepam dan pemerintah lebih tergantung dari permintaan pelaku pasar yang
menginginkan keberadaan pasar modal syariah.
b. Selama ini pasar modal syariah lebih populer sebagai sebuah wacana dimana
banyak bicara tentang bagaimana pasar yang disyariahkan. Dimana selama ini
praktek pasar modal tidak bisa dipisahkan dari riba, maysir dan gharar, dan
bagaimana memisahkan ketiganya dari pasar modal
c. Sosialisasi instrumen syariah di pasar modal perlu dukungan dari berbagai
pihak. Karena ternyata perkembangan pasar modal perlu dukungan berbagai
pihak. Karena ternyata perkembangan Jakarta Islamic Index dan reksadana
syariah kurang tersosialisasi dengan baik sehingga perlu dukungan dari berbagai
pihak, khususnya praktisi dan akademisi. Praktisi dapat menjelaskan
keberadaan pasar modal secara pragmatis sedangkan akademisi bisa
menjelaskan secara ilmiah

Beradasarkan pada kendala –kendala di atas maka strategi yang perlu

dikembangkan:

a. Keluarnya Undang-Undang Pasar modal syariah diperlukan untuk mendukung


keberadaan pasar modal syariah atau minimal menyempurnakan UUPM No 8
Tahun 1995, sehingga dengan hal ini diharapkan semakin mendorong
perkembangan pasar modal syariah
b. Perlu keaktifan dari pelaku bisnis (pengusaha) muslim untuk membentuk
kehidupan ekonomi yang islami. Hal ini guna memotivasi meningkatkan image
pelaku pasar terhadap keberadaan instrumen pasar modal yang sesuai dengan
syariah
c. Diperlukan rencana jangka pendek dan jangka panjang oleh Bapepam untuk
mengakomodir perkembangan instrumen-instrumen syariah dalam pasar modal.
Sekaligus merencanakan keberadaan pasar modal syariah di tanah air.

23
d. Perlu kajian-kajian ilmiah mengenai pasar modal syariah, oleh karena itu
dukungan akadmisi sangat diperlukan guna memahamkan perlunya keberadaan
pasar modal syariah.

Sedangkan Dari studi yang telah dilakukan Bapepam, kendala umum pengembangan,
antara lain:
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman pelaku pasar dan pemodal
2. Terbatasnya informasi tentang pasar modal syariah
3. Belum siapnya kerangka peraturan untuk penerapan prinsip syariah di pasar
modal
4. Pola institusi pengawasan dianggap sebagai “dis-insentif” oleh para pelaku
5. Kurangnya “insentif”
6. Khusus bagi reksa dana, terbatasnya produk syariah untuk dijadikan portofolio.

Tiga kerangka utama upaya pemerintah dalam pengembangan pasar modal


syariah, yaitu institutional building, regulatory framework, dan product development.
Langkah strategis yang dilakukan pemerintah saat ini adalah menetapkan
“Pengembangan Pasar Modal Syariah” sebagai salah satu sasaran dalam “Master
Plan Pasar Modal Indonesia 2005-2009”, dengan strategi:
1. Mengembangkan kerangka hukum untuk memfasilitasi pengembangan pasar
modal berbasis syariah
2. Mendorong pengembangan produk pasar modal berbasis syariah.

Tantangan pengembangan ke depan yang perlu diagendakan, antara lain:


1. Penyusunan kerangka peraturan harus sejalan dengan prinsip IOSCO, yaitu
“kesetaraan” dengan pasar modal konvensional
2. Harmonisasi dengan aturan lainnya, seperti standar akuntansi syariah
3. Penyusunan pola pemberdayaan pelaku pasar yang efektif yang memberikan
“insentif” bagi pengembangan pasar modal syariah; dan
4. Pola pengawasan dan penegakan hukum yang menitikberatkan pada tindakan
preventif dan meminimalkan risiko pelanggaran prinsip syariah.

24
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Bahwasanya pasar modal syariah sangat dan perlu di perhatikan diera globalisasi
ini, lebih-lebih di Negara kita Indonesia, yang mana sebagian besar penduduknya
beragama muslim. Peran pasar modal perlu di akui penting dan dicap jempol karena
tidak adanya diskriminasi dan hukum keadilan sangat diterapkan serta tingkat
keamanan lebih terjaga, tidak adanya sistem bunga, riba, dan hal-hal yang
memberatkan pihak sebelah (bersifat manfaat) serta hal-hal yang melanggar atuaran
agama islam, seperti dalam pasar modal konvensional.Dimana jika pasar modal
konvensional Sistem mekanismenya yang mengandung riba, maisir dan gharar
selama ini telah menimbulkan keraguan dikalangan umat islam.

Ketentuan-ketentuan hukum perikatan nasional dan sanksi pidana dalam hukum


nasional yang cukup rinci sangat mendukung pemberlakuan prinsip syariah dalam
bermuamalah.Kecuali dalam hal riba, dan transaksi yang menyangkut makanan
yang diharamkan oleh umat Muslim, prinsip-prinsip hukum nasional (khususnya di
bidang pasar modal) tidak bertentangan prinsip-prinsip syariah.Dengan demikian
dapat diharapkan pasar modal dapat segera disemarakkan dengan produk-produk
pasar modal yang berbasis syariah. Namun demikian, karena istilah-istilah syariah
berbeda dengan istilah yang sudah dikenal dikhasanah hukum nasional. umat
Muslim merasa lebih afdol untuk bertransaksi atas warkat-warkat yang telah dicap
halal oleh MUI.

2. Saran
Maka kami berpendapat perlu dibuat aturan-aturan khusus yang mengatur
penerbitan warkat-warkat pasar modal berbasis syariah oleh Bapepam bekerjasama
dengan Dewan Syariah Nasional. Tanpa disadari juga fungsi pasar syariah harus
sangat di perhatikan diantaranya membantu perekonomian negara yang sangat
besar dan membantu perkembangan serta pertumbuhan Negara.

25
DAFTAR PUSTAKA

Soemitra,M.A, Andri.2009.Bank dan Lembaga Keuangan Syariah.Jakarta.Kencana


Prenada Media Group.

kasmir,S.E. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT RajaGrafindo


Persada

Hamidi, M. Lutfi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah, Senayan Abadi, Jakarta 2003 hlm. 37

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan
Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 222-223

Buku Panduan Harga Saham Bursa Efek Indonesia, Jakarta: Indoesian Stock Exchange,
2008, hal. 13-55

Heri Sudarsono, bank & lembaga keuangan syariah, deskripsi dan ilustrasi, cet. II
Yogyakarta: Ekonisia, 2004, hal. 195

Bursa Efek Indonesia ,Lamp.Pengumuman No: Peng-00955/BEI.OPP/11-2015 Tanggal


27 Nov 2015

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

http://www.bapepam.go.id/syariah/pengenalan_produk_syariah.html

http://raddien.blogspot.com/2010/04/pasar-modal-syariah.html

http://www.slideshare.net/guest43545f9/pasar-modal-syariah

26

Anda mungkin juga menyukai