Anda di halaman 1dari 15

Peran Sosial Bank Syariah

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbankan


Syariah
Disusun Oleh : KELOMPOK BANK MUAMALAT

Atika Apriliani
Cut Maulinda
Erik Pranaya
Haqiqi Amalia
Hardiansyah
Mutiara Wahyuni
Najmah
Qodrina Utami
Rabiatul Adawiyah
Siti Hafsah
Sules Irawan

Program Studi : Perbankan Syariah


Semester : 4 unggulan

Dosen Pengampu Mata Kuliah


Ahmad Fauzul Hakim Hasibuan, S.E.I, M.E.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM'IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA

2017
BAB II

PEMBAHASAN

Bank syariah memiliki karakteristik unik yang berbeda dengan bank


konvensional. Salah satu karakteristik unik tersebut adalah bank syariah memiliki
fungsi sosial yang bisa dijalankan dan bahkan fungsi ini dipayungi oleh undang-
undang. Fungsi sosial bank syariah sejalan dengan teori Corporate Social
Responsibility (CSR) yang bertujuan agar perusahaan tidak hanya menjalankan
kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja, tetapi juga memperhatikan
kepentingan stakeholder yang terdiri dari para pekerja, komunitas lokal,
pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan.1 CSR merupakan kepedulian
perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan Triple Bottom
Lines (3P), yaitu Profit, People, dan Planet. Dengan prinsip 3P ini, tujuan bisnis
tidak lagi hanya mencari laba (profit), tetapi juga harus menyejahterakan orang
(people) dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (planet).2

Terkait dengan fungsi sosial bank syariah, di Indonesia juga sudah dikenal
fungsi sosial bank syariah di samping fungsi bisnisnya. Bahkan, hal ini dipertegas
oleh UU Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008 Pasal 4 yang menjelaskan
bahwa bank syariah memiliki fungsi sosial, di samping fungsi komersialnya.8 Hal
ini tentu sejalan dengan prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam yang tidak hanya
terfokus pada tujuan komersial semata, tetapi juga mempertimbangkan perannya
dalam memberikan kesejahteraan secara luas bagi masyarakat yang merupakan
implementasi peran bank syariah selaku pelaksana fungsi sosial.

1 A.B. Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility: Pendekatan


Strategic Management dalam CSR (Jakarta: Esensi Group Erlangga, 2009), h. 109- 118.
2 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 191.

2
A. Konsep Dasar Perbankan Syariah

Perbankan syariah dalam peristilahan internasional dikenal dengan Islamic


Banking atau disebut juga dengan interest-free banking.3 Bank Islam atau
selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan
tidak mengandalkan pada bunga; Lembaga keuangan atau perbankan yang
operasionalnya dan produknya dikembangkan berdasarkan kepada Al-Qur’an dan
hadits Nabi saw; Atau dengan kata lain, lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam
dalam bermuamalat yaitu jual beli dan bagi hasil.4
Para ekonom, baik Muslim maupun non Muslim mengemukakan beberapa
prinsip mendasar dari sistim ekonomi dan keuangan Islam, yaitu pertama, bahwa
semua produk tidak mengandung tiga unsur; pertama, unsur riba (usury atau
excessive interest), kedua tidak mengandung gharar, dan ketiga tidak
mengandung perbuatan dosa, seperti gambling dan alkohol. Bahwa untuk menilai
syariah atau tidaknya sebuah produk yang ditawarkan oleh lembaga keuangan
Islam adalah dapat diukur dari sejauh mana produk tersebut terbebas dari unsur
maisir,gharar, dan riba. Ketiga aspek ini dijadikan sebagai parameter operasional
untuk menilai syariah atau tidaknya sebuah produk yang ditawarkan oleh lembaga
keuangan yang mengusung nama dan jargon keIslaman (lembaga keuangan
syariah), termasuk dalam industri perbankan syariah.5
Bank syariah, selain menghindari bunga, juga turut berpartisipasi dalam
mencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi Islam yang berorientasi pada
kesejahteraan sosial, menanggulangi kemiskinan juga agar terwujudnya maslahah,
yang semuanya ini merupakan nilai-nilai makro yang harus dimiliki oleh
perbankan syariah.6

3 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), h. 13.
4 Y. Sri Susilo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan, (Yogyakarta: Salemba Empat, 1999),
h. 110.
5 Ibrahim Warde, Islamic Finance: Keuangan Islam dalam Perekonomian Global
(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.125.
6 Veithzal Rivai, et all, Bank and Financial Institution Management conventional and
Sharia System (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 759.

3
Sedangkan nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan
syariah (bankir) adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Selain itu, dimensi keberhasilan
bank syariah meliputi keberhasilan dunia dan akhirat (long term oriented) yang
sangat memerhatikan kebersihan sumber, kebenaran proses, dan kemanfaatan
hasil.

B. Urgensi Perbankan Syariah


Sistem perbankan Islam, seperti halnya aspek-aspek lain dari pandangan hidup
Islam, merupakan sarana pendukung untuk mewujudkan tujuan dari sistem sosial
dan ekonomi Islam.
Beberapa tujuan dan fungsi penting yang diharapkan dari sistem perbankan
Islam, menurut Chapra, antara lain: 7
(a) Kemakmuran ekonomi yang meluas dengan tingkat kerja penuh dan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimum;
(b) Keadilan sosial-ekonomi dan distribusi pendapatan serta kekayaan yang
merata;
(c) Stabilitas nilai uang untuk memungkinkan alat tukar tersebut menjadi
suatu unit perhitungan yang terpercaya, standar pembayaran yang adil dan
nilai simpan yang stabil;
(d) Mobilisasi dan investasi tabungan bagi pembangunan ekonomi dengan
cara-cara tertentu yang menjamin bahwa pihak-pihak yang berkepentingan
mendapatkan bagian pengembalian yang adil; dan
(e) Pelayanan yang efektif atas semua jasa-jasa yang biasanya diharapkan dari
sistem perbankan.
Dalam pandangan Chapra, jelas sekali bahwa selain memberikan jasa
keuangan yang halal bagi komunitas muslim sebagai tujuan khusus, sistem
keuangan dan perbankan Islam diharapkan juga memberikan kontribusi bagi
tercapainya tujuan sosio-ekonomi Islam.

7 M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press & Tazkia
Cendekia, 2000), h. 2

4
Berdasarkan pada landasan filosofis dan karakter uniknya, bank syariah
memiliki dua fungsi yang harus dijalankan, sebagaimana yang ditegaskan dalam
UU Perbankan Syariah, yaitu fungsi bisnis dan fungsi sosial. Berdasarkan Pasal 4
UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, disebutkan bahwa Bank
Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat.
Bank Syariah juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat infak, sedekah, hibah,
atau dana sosial lainnya (antara lain denda terhadap nasabah atau ta’zir) dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Selain itu, bank syariah juga
dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya
kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

C. Corporate Social Responsibility Bank Syariah


Terkait dengan CSR, Frederick (1960) menyatakan bahwa pengusaha harus
mengawasi operasional dari sistem ekonomi yang memenuhi harapan publik.8
Perekonomian produksi harus dikerjakan sedemikian rupa agar mampu
meningkatkan kesejahteraan social-ekonomi keseluruhan. Sedangkan McGuire
(1963)11 lebih menegaskan bahwa ide tanggung jawab sosial mengharuskan
korporasi agar tidak hanya berkewajiban secara ekonomi dan hukum, tetapi juga
bertanggung jawab kepada masyarakat melampaui kewajiban ini. Sementara
menurut Bowen (1953) dalam yang dikutip oleh Douglas, CSR adalah an
obligation to pursue policies to make decisions and to follow lines of action which
are compatible with the objectives and values of society. Dari beberapa pengertian
tentang CSR di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian CSR, yaitu
kewajiban atau komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pengembangan
kehidupan masyarakat dan alam di sekitar lingkungan perusahaan.
Banyak kalangan dunia usaha yang bersikap skeptis dan menganggap CSR
tidak memberi dampak atas prestasi usaha, karena mereka memandang bahwa

8 W.C. Frederick, The Growing Concern Over Bussiness Responsibility. (California:


Management Review), h.54.

5
CSR hanya merupakan komponen biaya yang mengurangi keuntungan. Praktek
CSR akan berdampak positif jika dipandang sebagai investasi jangka panjang,
karena dengan melakukan praktek CSR yang berkelanjutan, perusahaan akan
mendapat tempat di hati dan ijin operasional dari masyarakat, bahkan mampu
memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.
Ada empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan mengimplementasikan
CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan dan
perusahaan mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas. Kedua,
perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap kapital (modal). Ketiga,
perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang
berkualitas. Keempat, perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan
pada hal-hal yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan
manajemen risiko (risk management).9

D. Peran Bank Syari’ah dalam Pemberdayaan Masyarakat melalui CSR


Kerangka empirice-practice atas aktivitas muamalah secara universal dibagi
atas tiga aktivitas dasar yaitu: politik (pemerintahan dan ketatanegaraan), sosial,
dan aktivitas ekonomi. Dalam masalah politik (pemerintahan dan ketatanegaraan),
Islam memberikan arahan yang cukup jelas soal kepemimpinan dan bagaimana
membangun masyarakat madani. Demikian juga halnya dalam masalah sosial,
Islam sebagai agama wahyu sangat peka terhadap persoalan kehidupan sosial serta
memberikan arahan dan ajaran bagaimana menciptakan keharmonisan hubungan
antara sesama.
Bank Syariah sebagai lembaga keuangan yang berorientasi kepada
kemaslahatan stakeholders dan shareholders secara bersama, dengan demikian ini
menjadi landasan filosofi bagi perusahaan untuk menerapkan etika lingkungan
dengan berprinsip tidak hanya ingin dilayani dalam bentuk memperoleh
keuntungan (profit margin) dari aktivitas bisnis dengan konsumer, tetapi juga
melayani kebutuhan lingkungan (society,stakeholders) dan tanggungjawab

9 Hasan Asy’ari,. Implementasi CSR Sebagai Modal Sosial Pada PT Newmont. (Tesis,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2009), h. 69

6
terhadap pemerintah dengan bentuk menjalankan peraturan perundang-undangan
mengenai tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.
Sehingga dengan demikian, Bank Syariah memiliki upaya dalam merubah
paradigma dunia bisnis (perusahaan) yang selama ini menjadi mainstream
kapitalis. Yakni perusahaan bagaimanapun skema dan sistemnya adalah bertujuan
untuk memperoleh keuntungan demi kepentingan pemegang saham
(shareholders), tidak menjalankan bisnis dengan etika dan nilai (materialis),
mengabaikan norma agama (hedonis).
Maka tidak salah, jika dalam menjalankan bisnis (bank) konvensional
dilakukan bertujuan market driven, yang di dalamnya mencakup beberapa poin
utama yakni target market, customer needs, integrated marketing, profit throught
customer satisfaction. Akan tetapi jika bisnis (bank) syariah berupaya untuk
menemukan nilai ibadah yang berdampak pada perwujudan konsep rahmatan lil
‘alamin, untuk mendapatkan ridha Allah swt. Sehingga sasaran profit, satisfaction
harus dibingkai dengan mengharap ridha Allah swt.10
Dari pemaparan tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwasanya peran dan
tanggung jawab sosial Bank Syariah dalam lingkungan sosial masyarakat
merupakan bagian yang integral dengan bisnis yang dijalankan oleh Bank Syariah
sebagai sebuah institusi bisnis yang menyediakan layanan jasa keuangan,
sebagaimana terikat oleh filosofi Bank Syariah itu sendiri baik secara teologis
maupun secara ekonomi. Dikarenakan yang demikian inilah dipahami
bahwasanya Bank Syariah memiliki kewajiban yang mengikat untuk mewujudkan
jaminan sosial di lingkungan bisnisnya. Oleh karena itu terdapat beberapa
kewajiban Bank Syariah dalam upayanya mewujudkan jaminan sosial diantaranya
adalah:

1. Kewajiban dalam memikul beban ekonomi bersama (at-takaful)


Islam sebagai agama wahyu (samawi) menyepakati prinsip homo homini
sosius atau dipahami sebagai makhluk yang bermasyarakat. Hal ini

10 Muhammad dan Alimin, Etika Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam


(Yogyakarta : BPFE, 2004), h. 60

7
mengindikasikan bahwasanya manusia membutuhkan dan bahkan saling
dibutuhkan dalam kehidupan sosialnya. Islam sangat menekankan arti penting
saling tolong-menolong (ta’awun) dan saling memikul (takaful), karena memang
secara prinsip, konstruksi sosial dalam Islam harus bersifat (yasyuddu ba’dhuhum
ba’dha) yang memiliki makna saling menguatkan antara satu dengan lainnya.
Orang tidak bisa disalahkan karena kemiskinannya, sama halnya dengan orang
tidak bisa disalahkan karena kerendahan tingkat inteligensinya, yang karenanya
mereka menjadi marginal dalam kompetisi hidup. Justru orang kaya dan pandai
harus menolong dan meringankan beban mereka, karena dalam tingkat tertentu,
keberadaan mereka juga memberikan manfaat.11

Dari penjelasan atas prinsip homo homini sosius tersebut di atas, dapat
dipahami jika keberadaan individu bagaimanapun dirinya berada dalam
lingkungan social dan masyarakat, baik individu tersebut berdiri sendiri maupun
dalam wujud kelompok masyarakat (community), organisasi masyarakat dan
institusi tetap membutuhkan keberadaan individu dan masyarakat lain di luar
dirinya. Bahkan Bank Syariah sebagai institusi bisnis yang menjalankan sistem
ekonomi dan keuangan di tengah-tengah masyarakat, tidak akan mampu berdiri
sendiri tanpa peran dari masyarakat lain (community/corporation), untuk
keberlangsungan bisnisnya.

Oleh karena yang demikian itulah, peran Bank Syariah sebagai lembaga bisnis
keuangan, dimana manajerial Bank Syariah memiliki tanggung jawab terhadap
shareholders dalam menjalankan modal untuk memperoleh laba (profit margin),
juga memiliki tanggung jawab moral dalam membantu kalangan ekonomi lemah
atau marginal, guna mengurangi beban kehidupan yang dialami oleh masyaraka
sekitar. Terlebih lagi, Bank Syariah sebagai institusi keuangan masih dipandang
sebagai perusahaan yang bonafid dari sisi kelas bisnisnya. Demikian juga para
karyawan yang berada di dalamnya, dipandang sebagai individu yang memiliki
kekuatan lebih secara ekonomi di tengah masyarakat. Sehingga, peran Bank

11 Agus Triyanta, Hukum Ekonomi Islam; Dari Politik Hukum Ekonomi Islam
sampai Pranata Ekonomi Syariah (Yogyakarta: FH UII Press, 2012), h. 49

8
Syariah sangat dibutuhkan oleh kalangan masyarakat miskin atau marginal, yang
lemah secara ekonomi, lemah secara keilmuan dan juga lemah secara keberdayaan
lainnya dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya.

2. Kewajiban dalam membebaskan kaum marginal dan keterbelakangan


ekonomi

Kaum marginal dalam Islam memang harus dibebaskan. Mereka harus


dilindungi dari segala bentuk eksploitasi yang cenderung untuk menjadikan
mereka semakin terpuruk. Ketidakberdayaan mereka harusnya dibantu, bukan
justru memanfaatkan lemahnya posisi tawar mereka sehingga mereka akan
tereksploitasi secara ekonomi dengan memaksa mereka untuk bekerja dengan
standar upah yang sangat rendah, atau memaksa mereka menjual kekayaan
mereka dengan harga di bawah standar.

Islam memberikan petunjuk bahwa Allah adalah juga “Rabbul mustadh’afin”


yakni Tuhan yang memerintahkan pembebasan kaum yang tertindas (diperlemah
oleh sebuah sistem). Bagian lain dari bentuk pembebasan dari orang yang
marginal secara ekonomi itu adalah bagaimana seorang muslim harus memberikan
proteksi agar seseorang tidak tereksploitasi karena ketidaktahuannya akan sesuatu.

Dalam hal proteksi yang dijalankan oleh Bank Syariah terhadap kaum
marginal sebagaimana tersebut di atas terhadap ketidaktahuannya akan sesuatu
bisa dalam bentuk pendampingan, pemberian pelatihan, dan pemasaran produk
hasil olah kerajinan tangan maupun kreatifitas yang diberikan oleh pihak
perbankan Syariah dalam upaya meningkatkan kemampuan ekonomi kaum
marginal tersebut yang tidak berdaya secara ekonomi.

Sebagai contoh perbankan yang menjalankan misi sosial ekonomi seperti ini
adalah Bank Muamalat Indonesia. BMI memilih prioritas pada pemberdayaan
ekonomi dengan program unggulan KUM3. (Komunitas Usaha Mikro Muamalat
Berbasis Masjid). Program yang telah berjalan selama 3 tahun ini mulai

9
menunjukkan hasil sebagaimana filosofi program KUM3 yang berarti bangun atau
bangkit. Diharapkan peserta program dapat terangkat taraf kehidupannya secara
ekonomi, spiritual, dan sosial.12

Aktifitas dan peran Bank Syariah yang demikian ini merupakan aktifitas social
Bank Syariah yang bersifat berkelanjutan (sustainability) dalam lingkup
komunitas masyarakat yang diberdayakan secara bersama-sama dalam
membangun dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang
kemudian dikenal dengan program community development program.

Peran dan kontribusi Bank Syariah sebagai bagian dari personifikasi individu
di tengah lingkungan masyarakat (planet), dapat turut serta berkontribusi dalam
menciptakan keadilan distribusi (justice distribution) pendapatan serta kekayaan,
yang pada gilirannya mampu bersinergi dan menjadi mitra pemerintah dalam
upaya mengurangi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia dengan kapasitas
dan peran yang dimiliki oleh Bank Syariah selaku pihak swasta yang diberikan
amanah dari masyarakat (shahibul al-maal) untuk mengelola dananya dalam
bentuk tabungan, giro dan deposito, yang kemudian dikelola dan disalurkan
kembali dalam bentuk pembiayaan (Murabahah, Musyarakah, Mudharabah,
Ijarah dan sebagainya), yang kemudian keuntungan dari bisnis yang dijalankan
tersebut sebagian digunakan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial semisal
CSR.

E. Corporate Social Responsibilities of Bank Muamalat Indonesia

Bank Muamalat Indonesia emphasize its business growth not only on financial
achievement, but also on how the Company consider the long term impact toward
social and environment.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility dapat


diterjemahkan sebagai upaya membangun dan mewujudkan sebuah komitmen
perusahaan terhadap seluruh stakeholdersnya. Hal ini perlu dilakukan terus-
menerus dan ditindaklanjuti secara transparan serta sesuai etika agar dapat
12 Annual Report Bank Muamalat Indonesia tahun 2009.

10
berkontribusi aktif terhadap peningkatan kualitas hidup seluruh pemangku
kepentingan, baik itu karyawan, nasabah, pemegang saham, maupun pihak
eksternal lainnya, melalui berbagai kegiatan pemberdayaan dan pembangunan
yang berkelanjutan.

Sebagai bagian dari komunitas masyarakat, Bank Muamalat Indonesia


menekankan bahwa pertumbuhan bisnisnya tidak hanya bergantung pada
pencapaian aspek keuangan saja, namun bagaimana perusahaan dapat
mempertimbangkan dampak social & lingkungan dari setiap keputusan dan
operasional yang dilakukannya untuk jangka panjang.

Sepanjang tahun 2016, Bank Muamalat Indonesia telah melaksanakan


berbagai program CSR yang terarah dan terukur agar mencapai suatu kondisi serta
kualitas kehidupan sosial, ekonomi dan pendidikan yang lebih baik bagi setiap
para penerima manfaatnya. Program tersebut diantaranya meliputi empat aspek
kegiatan di antaranya Lingkungan Hidup, Pengembangan Sosial Kemasyarakatan,
Ketenagakerjaan, Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3), serta Tanggung Jawab
Terhadap Konsumen.

Tahun 2016, Bank Muamalat berfokus pada bidang pendidikan dengan


pengembangan program “Sekolah Prestasi Muamalat”. Program ini didasarkan
pada keyakinan kami bahwa pendidikan adalah elemen penting yang sangat
mendasar dalam membangun sebuah bangsa dan membentuk karakter sumber
daya manusianya yang berkualitas. Sekolah Prestasi Muamalat merupakan
komitmen Bank Muamalat untuk mendukung program pemerintah di sector
pendidikan berupa bantuan pendidikan yang ditujukan untuk siswa/i berprestasi
dari keluarga pra-sejahtera, serta bantuan sarana dan prasarana untuk
meningkatkan kualitas kegiatan belajar-mengajar di Sekolah, Universitas maupun
Pesantren. Dengan tagline “Ikut Membangun Generasi Cerdas, Berprestasi &
Berakhlak”, Program Sekolah Prestasi Muamalat diharapkan dapat memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas,
memiliki kompetensi yang tinggi, serta berakhlak mulia serta mencetak bankir

11
syariah di masa depan, sehingga dapat mendorong tumbuhnya perekonomian
syariah.

Fokus program CSR Bank Muamalat lainnya adalah Lingkungan hidup dan
Pemberdayaan ekonomi kemasyarakatan. Dalam menjalankan program tersebut
secara sinergis Bank Muamalat bekerjasama dengan afiliasinya yaitu Baitulmaal
Muamalat (BMM) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) lainnya yang dipilih
berdasarkan sejumlah kriteria yang ditentukan oleh Bank Muamalat. Sementara
untuk Kesehatan, Keselamatan dan Ketenagakerjaan (K3) dan Tanggung jawab
terhadap konsumen dilakukan dan dikelola secara mandiri oleh Bank Muamalat.

Dalam pelaksanaan aktivitas CSR Bank Muamalat terdapat beberapa sumber


pendanaan, di antaranya berasal dari dana perusahaan, dana zakat karyawan &
perusahaan, serta dana lainnya seperti sumber lainnya yang halal (infaq dan
shadaqoh) dan sumber lainnya yang tidak dapat diakui sebagai pendapatan bank.13

BAB III
13 Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2016.

12
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara normatif-teologis, aktifitas bisnis dan mekanisme kerja pada Bank


Syariah merupakan salah satu bentuk perilaku ibadah kepada Allah SWT dalam
perspektif bisnis (muamalah al-iqtishady), yang kemudian akan dimintai
pertanggungjawaban secara akidah dihadapan Allah SWT pada hari pembalasan
kelak (al-ma’ad). Aktivitas bisnis perbankan syariah merupakan aktivitas bisnis
yang dilaksanakan dengan berorientasi kepada ajaran at-tauhid, dan memberikan
kesadaran yang tinggi jika eksistensi manusia di muka bumi ini adalah sebagai
khalifah (khalifah fiil ardh) dan kelak mempertanggungjawabkan semua aktifitas
hidupnya kepada Allah SWT di hari pembalasan.
Oleh karena itu, aktifitas CSR dalam perspektif Islam merupakan
konsekuensi logis dan inheren yang terdapat dalam ajaran Islam sebagai agama
wahyu itu sendiri. Tujuan dari diberlakukannya syariat Islam (maqashid al-
syariah) adalah terwujudnya maslahah sehingga bisnis keuangan yang dijalankan
oleh Bank Syariah adalah bagian dari upaya untuk mencapai tujuan dari maqashid
al-syariah yaitu maslahah (kebaikan) di dunia dan akhirat - long term oriented
(al-falah) serta life hereafter (al-ma’ad).
Sehingga, Bank Syariah baik secara teoritis maupun empiris tidak bisa
memisahkan secara dikotomis antara visi bisnis dalam menjalankan aktivitas
perbankan Syariah dengan peran sosialnya sebagai lembaga bisnis yang hidup di
tengah aktivitas social masyarakat. Keterikatan yang demikian ini menjadikan
Bank Syariah memiliki karakter sosial yang tinggi dibandingkan dengan Bank
Konvensional yang secara ideologinya tidak memiliki landasan teologis –
normatif sebagaimana terdapat pada Bank Syariah. Dalam konteks bank Syariah
sebagai lembaga keuangan yang berorientasi kepada kemaslahatan stakeholders
dan shareholders secara bersama, yang demikian ini merupakan filosofi
perusahaan yang menerapkan etika lingkungan dengan berprinsip tidak hanya
ingin dilayani dalam bentuk memperoleh keuntungan (profit margin) dari aktifitas
bisnis dengan konsumer, tetapi juga melayani kebutuhan lingkungan (society

13
ataupun stakeholders) dan tanggungjawab terhadap pemerintah dengan bentuk
menjalankan peraturan perundang-undangan mengenai tanggungjawab social
perusahaan terhadap masyarakat. Sehingga dengan demikian, Bank Syariah
memiliki upaya dalam merubah paradigma dunia bisnis (perusahaan) yang selama
ini menjadi mainstream kapitalis.

B. Kritik dan Saran


Dari uraian diatas, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih
terdapat banyak kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
jika pembaca menemukan kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini dengan
senang hati kami menerima saran maupun kritik dari pembaca demi sempurnanya
materi dalam makalah ini.

Daftar Pustaka

14
Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. 2009. Manajemen Bisnis Syariah.
Bandung: Alfabeta.
Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2009.
Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2016.
Asy’ari, Hasan. 2009. Implementasi CSR Sebagai Modal Sosial Pada PT
Newmont. Semarang: Tesis, Universitas Diponegoro.
Chapra, M. Umer. 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani Press &
Tazkia Cendekia.
Frederick, W.C. The Growing Concern Over Bussiness Responsibility. California:
Management Review.
Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Muhammad dan Alimin. 2004. Etika Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi
Islam Yogyakarta : BPFE.
Rivai, Veithzal. 2007. et all, Bank and Financial Institution Management
conventional and Sharia System. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Susanto, A.B. 2009. Reputation-Driven Corporate Social Responsibility:
Pendekatan Strategic Management dalam CSR. Jakarta: Esensi Group
Erlangga.
Susilo, Y. Sri dkk, 1999. Bank dan Lembaga Keuangan. Yogyakarta: Salemba
Empat.
Triyanta, Agus. 2012. Hukum Ekonomi Islam; Dari Politik Hukum Ekonomi Islam

sampai Pranata Ekonomi Syariah. Yogyakarta: FH UII Press.


Warde, Ibrahim. 2009. Islamic Finance: Keuangan Islam dalam Perekonomian
Global. Jakarta: Pustaka Pelajar.

15

Anda mungkin juga menyukai