Atika Apriliani
Cut Maulinda
Erik Pranaya
Haqiqi Amalia
Hardiansyah
Mutiara Wahyuni
Najmah
Qodrina Utami
Rabiatul Adawiyah
Siti Hafsah
Sules Irawan
2017
BAB II
PEMBAHASAN
Terkait dengan fungsi sosial bank syariah, di Indonesia juga sudah dikenal
fungsi sosial bank syariah di samping fungsi bisnisnya. Bahkan, hal ini dipertegas
oleh UU Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008 Pasal 4 yang menjelaskan
bahwa bank syariah memiliki fungsi sosial, di samping fungsi komersialnya.8 Hal
ini tentu sejalan dengan prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam yang tidak hanya
terfokus pada tujuan komersial semata, tetapi juga mempertimbangkan perannya
dalam memberikan kesejahteraan secara luas bagi masyarakat yang merupakan
implementasi peran bank syariah selaku pelaksana fungsi sosial.
2
A. Konsep Dasar Perbankan Syariah
3 Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002), h. 13.
4 Y. Sri Susilo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan, (Yogyakarta: Salemba Empat, 1999),
h. 110.
5 Ibrahim Warde, Islamic Finance: Keuangan Islam dalam Perekonomian Global
(Jakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h.125.
6 Veithzal Rivai, et all, Bank and Financial Institution Management conventional and
Sharia System (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 759.
3
Sedangkan nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan
syariah (bankir) adalah sifat-sifat mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Selain itu, dimensi keberhasilan
bank syariah meliputi keberhasilan dunia dan akhirat (long term oriented) yang
sangat memerhatikan kebersihan sumber, kebenaran proses, dan kemanfaatan
hasil.
7 M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani Press & Tazkia
Cendekia, 2000), h. 2
4
Berdasarkan pada landasan filosofis dan karakter uniknya, bank syariah
memiliki dua fungsi yang harus dijalankan, sebagaimana yang ditegaskan dalam
UU Perbankan Syariah, yaitu fungsi bisnis dan fungsi sosial. Berdasarkan Pasal 4
UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, disebutkan bahwa Bank
Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat.
Bank Syariah juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga
baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat infak, sedekah, hibah,
atau dana sosial lainnya (antara lain denda terhadap nasabah atau ta’zir) dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. Selain itu, bank syariah juga
dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya
kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
5
CSR hanya merupakan komponen biaya yang mengurangi keuntungan. Praktek
CSR akan berdampak positif jika dipandang sebagai investasi jangka panjang,
karena dengan melakukan praktek CSR yang berkelanjutan, perusahaan akan
mendapat tempat di hati dan ijin operasional dari masyarakat, bahkan mampu
memberikan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.
Ada empat manfaat yang diperoleh perusahaan dengan mengimplementasikan
CSR. Pertama, keberadaan perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan dan
perusahaan mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas. Kedua,
perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap kapital (modal). Ketiga,
perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang
berkualitas. Keempat, perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan
pada hal-hal yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan
manajemen risiko (risk management).9
9 Hasan Asy’ari,. Implementasi CSR Sebagai Modal Sosial Pada PT Newmont. (Tesis,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2009), h. 69
6
terhadap pemerintah dengan bentuk menjalankan peraturan perundang-undangan
mengenai tanggungjawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.
Sehingga dengan demikian, Bank Syariah memiliki upaya dalam merubah
paradigma dunia bisnis (perusahaan) yang selama ini menjadi mainstream
kapitalis. Yakni perusahaan bagaimanapun skema dan sistemnya adalah bertujuan
untuk memperoleh keuntungan demi kepentingan pemegang saham
(shareholders), tidak menjalankan bisnis dengan etika dan nilai (materialis),
mengabaikan norma agama (hedonis).
Maka tidak salah, jika dalam menjalankan bisnis (bank) konvensional
dilakukan bertujuan market driven, yang di dalamnya mencakup beberapa poin
utama yakni target market, customer needs, integrated marketing, profit throught
customer satisfaction. Akan tetapi jika bisnis (bank) syariah berupaya untuk
menemukan nilai ibadah yang berdampak pada perwujudan konsep rahmatan lil
‘alamin, untuk mendapatkan ridha Allah swt. Sehingga sasaran profit, satisfaction
harus dibingkai dengan mengharap ridha Allah swt.10
Dari pemaparan tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwasanya peran dan
tanggung jawab sosial Bank Syariah dalam lingkungan sosial masyarakat
merupakan bagian yang integral dengan bisnis yang dijalankan oleh Bank Syariah
sebagai sebuah institusi bisnis yang menyediakan layanan jasa keuangan,
sebagaimana terikat oleh filosofi Bank Syariah itu sendiri baik secara teologis
maupun secara ekonomi. Dikarenakan yang demikian inilah dipahami
bahwasanya Bank Syariah memiliki kewajiban yang mengikat untuk mewujudkan
jaminan sosial di lingkungan bisnisnya. Oleh karena itu terdapat beberapa
kewajiban Bank Syariah dalam upayanya mewujudkan jaminan sosial diantaranya
adalah:
7
mengindikasikan bahwasanya manusia membutuhkan dan bahkan saling
dibutuhkan dalam kehidupan sosialnya. Islam sangat menekankan arti penting
saling tolong-menolong (ta’awun) dan saling memikul (takaful), karena memang
secara prinsip, konstruksi sosial dalam Islam harus bersifat (yasyuddu ba’dhuhum
ba’dha) yang memiliki makna saling menguatkan antara satu dengan lainnya.
Orang tidak bisa disalahkan karena kemiskinannya, sama halnya dengan orang
tidak bisa disalahkan karena kerendahan tingkat inteligensinya, yang karenanya
mereka menjadi marginal dalam kompetisi hidup. Justru orang kaya dan pandai
harus menolong dan meringankan beban mereka, karena dalam tingkat tertentu,
keberadaan mereka juga memberikan manfaat.11
Dari penjelasan atas prinsip homo homini sosius tersebut di atas, dapat
dipahami jika keberadaan individu bagaimanapun dirinya berada dalam
lingkungan social dan masyarakat, baik individu tersebut berdiri sendiri maupun
dalam wujud kelompok masyarakat (community), organisasi masyarakat dan
institusi tetap membutuhkan keberadaan individu dan masyarakat lain di luar
dirinya. Bahkan Bank Syariah sebagai institusi bisnis yang menjalankan sistem
ekonomi dan keuangan di tengah-tengah masyarakat, tidak akan mampu berdiri
sendiri tanpa peran dari masyarakat lain (community/corporation), untuk
keberlangsungan bisnisnya.
Oleh karena yang demikian itulah, peran Bank Syariah sebagai lembaga bisnis
keuangan, dimana manajerial Bank Syariah memiliki tanggung jawab terhadap
shareholders dalam menjalankan modal untuk memperoleh laba (profit margin),
juga memiliki tanggung jawab moral dalam membantu kalangan ekonomi lemah
atau marginal, guna mengurangi beban kehidupan yang dialami oleh masyaraka
sekitar. Terlebih lagi, Bank Syariah sebagai institusi keuangan masih dipandang
sebagai perusahaan yang bonafid dari sisi kelas bisnisnya. Demikian juga para
karyawan yang berada di dalamnya, dipandang sebagai individu yang memiliki
kekuatan lebih secara ekonomi di tengah masyarakat. Sehingga, peran Bank
11 Agus Triyanta, Hukum Ekonomi Islam; Dari Politik Hukum Ekonomi Islam
sampai Pranata Ekonomi Syariah (Yogyakarta: FH UII Press, 2012), h. 49
8
Syariah sangat dibutuhkan oleh kalangan masyarakat miskin atau marginal, yang
lemah secara ekonomi, lemah secara keilmuan dan juga lemah secara keberdayaan
lainnya dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya.
Dalam hal proteksi yang dijalankan oleh Bank Syariah terhadap kaum
marginal sebagaimana tersebut di atas terhadap ketidaktahuannya akan sesuatu
bisa dalam bentuk pendampingan, pemberian pelatihan, dan pemasaran produk
hasil olah kerajinan tangan maupun kreatifitas yang diberikan oleh pihak
perbankan Syariah dalam upaya meningkatkan kemampuan ekonomi kaum
marginal tersebut yang tidak berdaya secara ekonomi.
Sebagai contoh perbankan yang menjalankan misi sosial ekonomi seperti ini
adalah Bank Muamalat Indonesia. BMI memilih prioritas pada pemberdayaan
ekonomi dengan program unggulan KUM3. (Komunitas Usaha Mikro Muamalat
Berbasis Masjid). Program yang telah berjalan selama 3 tahun ini mulai
9
menunjukkan hasil sebagaimana filosofi program KUM3 yang berarti bangun atau
bangkit. Diharapkan peserta program dapat terangkat taraf kehidupannya secara
ekonomi, spiritual, dan sosial.12
Aktifitas dan peran Bank Syariah yang demikian ini merupakan aktifitas social
Bank Syariah yang bersifat berkelanjutan (sustainability) dalam lingkup
komunitas masyarakat yang diberdayakan secara bersama-sama dalam
membangun dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang
kemudian dikenal dengan program community development program.
Peran dan kontribusi Bank Syariah sebagai bagian dari personifikasi individu
di tengah lingkungan masyarakat (planet), dapat turut serta berkontribusi dalam
menciptakan keadilan distribusi (justice distribution) pendapatan serta kekayaan,
yang pada gilirannya mampu bersinergi dan menjadi mitra pemerintah dalam
upaya mengurangi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia dengan kapasitas
dan peran yang dimiliki oleh Bank Syariah selaku pihak swasta yang diberikan
amanah dari masyarakat (shahibul al-maal) untuk mengelola dananya dalam
bentuk tabungan, giro dan deposito, yang kemudian dikelola dan disalurkan
kembali dalam bentuk pembiayaan (Murabahah, Musyarakah, Mudharabah,
Ijarah dan sebagainya), yang kemudian keuntungan dari bisnis yang dijalankan
tersebut sebagian digunakan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial semisal
CSR.
Bank Muamalat Indonesia emphasize its business growth not only on financial
achievement, but also on how the Company consider the long term impact toward
social and environment.
10
berkontribusi aktif terhadap peningkatan kualitas hidup seluruh pemangku
kepentingan, baik itu karyawan, nasabah, pemegang saham, maupun pihak
eksternal lainnya, melalui berbagai kegiatan pemberdayaan dan pembangunan
yang berkelanjutan.
11
syariah di masa depan, sehingga dapat mendorong tumbuhnya perekonomian
syariah.
Fokus program CSR Bank Muamalat lainnya adalah Lingkungan hidup dan
Pemberdayaan ekonomi kemasyarakatan. Dalam menjalankan program tersebut
secara sinergis Bank Muamalat bekerjasama dengan afiliasinya yaitu Baitulmaal
Muamalat (BMM) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) lainnya yang dipilih
berdasarkan sejumlah kriteria yang ditentukan oleh Bank Muamalat. Sementara
untuk Kesehatan, Keselamatan dan Ketenagakerjaan (K3) dan Tanggung jawab
terhadap konsumen dilakukan dan dikelola secara mandiri oleh Bank Muamalat.
BAB III
13 Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2016.
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
13
ataupun stakeholders) dan tanggungjawab terhadap pemerintah dengan bentuk
menjalankan peraturan perundang-undangan mengenai tanggungjawab social
perusahaan terhadap masyarakat. Sehingga dengan demikian, Bank Syariah
memiliki upaya dalam merubah paradigma dunia bisnis (perusahaan) yang selama
ini menjadi mainstream kapitalis.
Daftar Pustaka
14
Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. 2009. Manajemen Bisnis Syariah.
Bandung: Alfabeta.
Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2009.
Annual Report Bank Muamalat Indonesia Tahun 2016.
Asy’ari, Hasan. 2009. Implementasi CSR Sebagai Modal Sosial Pada PT
Newmont. Semarang: Tesis, Universitas Diponegoro.
Chapra, M. Umer. 2000. Sistem Moneter Islam. Jakarta: Gema Insani Press &
Tazkia Cendekia.
Frederick, W.C. The Growing Concern Over Bussiness Responsibility. California:
Management Review.
Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Muhammad dan Alimin. 2004. Etika Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi
Islam Yogyakarta : BPFE.
Rivai, Veithzal. 2007. et all, Bank and Financial Institution Management
conventional and Sharia System. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Susanto, A.B. 2009. Reputation-Driven Corporate Social Responsibility:
Pendekatan Strategic Management dalam CSR. Jakarta: Esensi Group
Erlangga.
Susilo, Y. Sri dkk, 1999. Bank dan Lembaga Keuangan. Yogyakarta: Salemba
Empat.
Triyanta, Agus. 2012. Hukum Ekonomi Islam; Dari Politik Hukum Ekonomi Islam
15