Anda di halaman 1dari 18

TUGAS 10

IMPLEMENTASI ETIKA BISNIS DALAM MASYARAKAT ISLAM

Nama : Mira Nur Ilahi

Nim : 01183082

Ekonomi Syariah 3 Semester V

A. Peran Negara

Tugas Negara adalah mengubah teori menjadi kenyataan, mengubah

norma-norma menjadi undang-undang, dan memindahkan keindahan etika

menjadi praktek sehari-hari adalah tugas Negara membuat satu badan khusus yang

bertugas mengawasi dan meningkatkan kualitas ekonomi, mengadili orang yang

melanggar, dan menegur orang yang lalai.

Negara bertugas menegakkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

setiap individu dan mencegah mereka dari segala perbuatan haram, khususnya

dosa-dosa besar. Allah SWT mensifati orang-orang beriman yang diteguhkan

kedudukannya dimuka bumi dengan firman-Nya dalam QS. Al-Hajj : 41

‫ﻋ ِﻦ‬ ِ ‫ﺍﻟﺰ ٰﻛﻮﺓ َ َﻭﺍ َ َﻣ ُﺮ ۡﻭﺍ ِﺑ ۡﺎﻟ َﻤﻌۡ ُﺮ ۡﻭ‬


َ ‫ﻑ َﻭ َﻧ َﻬ ۡﻮﺍ‬ ‫ﺼ ٰﻠﻮﺓ َ َﻭ ٰﺍﺗ َُﻮﺍ ﱠ‬ ِ ‫ﺍ َ ﻟﱠ ِﺬ ۡﻳﻦَ ﺍ ِۡﻥ ﱠﻣ ﱠﻜﻨﱣ ُﻬ ۡﻢ ِﻓﻰ ۡﺍﻻَ ۡﺭ‬
‫ﺽ ﺍ َ َﻗﺎ ُﻣﻮﺍ ﺍﻟ ﱠ‬

‫ِ َﻋﺎﻗِ َﺒﺔُ ۡﺍﻻُ ُﻣ ۡﻮ ِﺭ‬Y‫ۡﺍﻟ ُﻤ ۡﻨ َﻜ ِﺮؕ َﻭ ِ ﱣ‬

“Yaitu orang-orang jika kami teguhkan kedudukan mereka dimuka umi, niscaya

mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang

makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar”.

1
Peran Negara Dalam Masalah Zakat dan Riba

Islam melibatkan Negara dalam pengumpulan serta pembagian zakat.

Zakat adalah kewajiban keuangan diperoleh dari orang yang mampu untuk

diberikan kepada kaum fakir miskin. Yang melaksanakan ini semua adalah

pemerintah atau penguasa negeri melalui petugas-petugas atau disebut al-amilina

alaiha (amil zakat). Orang-orang inilah yang bertugas mengurus zakat, mulai dari

pendataan, pemungutan, penyimpanan dan pembagiannya. Nabi telah mengutus

amil zakat keseluruh negeri dan kabilah disemenanjung Arab. Mereka ditugaskan

mengambil zakat terutama hewan bagi yang memiliki batas nisab.

Untuk berhasilnya pengumpulan diperlukan tiga pengawasan. Pertama,

keimanan seorang muslim dan kesadaran keagamaannya, yang mendorongnya

untuk melakukan kewajibannya, karena mendambakan ridha Allah, mengharap

pahala-Nya dan takut akan siksa-Nya. Kedua, hati nurani masyarakat yang

terwujud dalam opini masyarakat yang disalurkan oleh amar maruf nahi mungkar

dan berpesan dalam kebenaran dan kesabaran. Pengawasan Ketiga dilakukan oleh

pemerintah yang berwenang mengambil zakat. Terhadap mereka yang menolak

mengeluarkan zakat, maka pemerintah diperbolehkan mengambil tindakan

paksaan, menyita harta bendanya dan pemerintah dapat memerangi kaum yang

menolak membayar zakat.

Negara sebagaimana bertanggung jawab atas penerapan zakat, bertangung

jawab pula atas larangan riba. Firman Allah yang terdapat dalam QS. Al- Baqarah

:278-279

َ‫ﺍﻟﺮ َﺑﺎ ﺇِ ْﻥ ُﻛ ْﻨﺘ ُ ْﻢ ُﻣﺆْ ِﻣﻨِﻴﻦ‬ ‫َﻳﺎ ﺃَﻳﱡ َﻬﺎ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦَ ﺁ َﻣﻨُﻮﺍ ﺍﺗﱠﻘُﻮﺍ ﱠ‬
َ ‫َ َﻭﺫَ ُﺭﻭﺍ َﻣﺎ َﺑ ِﻘ‬r
ّ ِ َ‫ﻲ ِﻣﻦ‬

2
‫ﻭﺱ ﺃ َ ْﻣ َﻮﺍ ِﻟ ُﻜ ْﻢ َﻻ ﺗ َْﻈ ِﻠ ُﻤﻮﻥَ َﻭ َﻻ‬
ُ ‫ﺳﻮ ِﻟ ِﻪ ۖ َﻭﺇِ ْﻥ ﺗ ُ ْﺒﺘ ُ ْﻢ َﻓ َﻠ ُﻜ ْﻢ ُﺭ ُء‬ ٍ ‫َﻓﺈ ِ ْﻥ َﻟ ْﻢ ﺗ َ ْﻔ َﻌﻠُﻮﺍ َﻓﺄْﺫَﻧُﻮﺍ ِﺑ َﺤ ْﺮ‬
‫ﺏ ِﻣﻦَ ﱠ‬
ُ ‫ِ َﻭ َﺭ‬r

ْ ُ‫ﺗ‬
َ‫ﻈ َﻠ ُﻤﻮﻥ‬

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa

riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu

tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan

rosul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),

maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”.

Sumber Rujukan : Mukaromah, Enny. “Peran Pemerintah dalam Menetapkan

Norma dan Akhlak Dalam Ekonomi Islam”, dalam

http://ennymukaromah.blogspot.com/2015/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Letak keunggulan antara ekonomi Islam dengan ekonomi kapitalis atau

sosialis yaitu memperhatikan dua sisi penting (etika dan ekonomi) secara

bersamaan. Dengan adanya etika atau akhlak yang baik dalam sistem ekonomi

Islam, maka hal tersebut dapat menjadi nilai tambah atau ciri khas tersendiri bagi

ekonomi Islam. Tak hanya itu, etika atau akhlak inilah yang berperan untuk

memastikan bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan sejalan dengan ajaran Islam,

dan tidak menimbulkan kerusakan atau kerugian bagi orang lain.

Namun, untuk memastikan bahwa etika Islam diterapkan secara benar di

setiap lapisan ekonomi masyarakat tidaklah semudah membalikkan telapak

tangan, akan tetapi memerlukan dukungan dari berbagai pihak, khususnya

pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah dapat berperan sebagai pihak yang

membuka pintu atau jalan untuk masuknya sistem ekonomi Islam ke setiap

3
lapisan masyarakat secara sempurna, dan tidak dipenuhi dengan berbagai

hambatan yang tidak menguntungkan.

Dengan memanfaatkan wewenang atau kekuasaannya, pemerintah dapat

ikut serta dalam memastikan bahwa aktivitas ekonomi berjalan dengan lancar, dan

tidak adanya pihak-pihak yang mencoba untuk menguasai pasar atau

menghancurkan berbagai bisnis kecil. Hal yang paling penting untuk diingat

bahwa campur tangan pemerintah tidak boleh menghambat inovasi ataupun

kreativitas masyarakat di bidang ekonomi, akan tetapi intervensi tersebut

bertujuan untuk memastikan bahwa inovasi atau kreativitas masyarakat memiliki

peluang untuk berkembang dengan baik dan sejalan dengan norma dan etika

Islam.

Terkadang ada orang yang bertanya kenapa ekonomi itu harus dikaitkan

dengan agama, kenapa tidak dijalankan secara terpisah agar lebih teratur? Untuk

menjawab pertanyaan tersebut, hal yang perlu diingat bahwa ekonomi dan agama

merupakan satu kesatuan, ekonomi tanpa agama akan tersesat, dan begitu juga

agama tanpa ekonomi akan terhambat.

Al-Qur'an sendiri memerintahkan kepada kita untuk gemar bekerja dan

mencari nafkah, atau dalam kata lain tidak hanya meminta-minta kepada orang

lain. Intinya bahwa pemisahan antara ekonomi dengan agama bukan membuat

ekonomi semakin maju dan teratur, akan tetapi semakin kacau, dan saling

memakan harta orang lain secara batil.

Dalam hal ini, pemerintah harus bekerja keras untuk memastikan bahwa

tidak ada peluang untuk memisahkan antara ekonomi dan agama, karena ini

4
merupakan salah satu tugas penting pemerintah. Pengabaian terhadap hal tersebut

akan menimbulkan berbagai penyakit dalam struktur ekonomi masyarakat, seperti

timbulnya monopoli, ikhtikar, maysir, gharar, penipuan (tadlis), penjualan barang-

barang yang haram, dan berbagai penyakit lainnya.

Oleh karena itu, Islam sangat mengharapkan agar pemerintah dapat

menerapkan norma dan etika ekonomi Islam dalam struktur perekonomiannya

secara menyeluruh dan sempurna. Jika kita meninjau sejarah Islam, hampir tidak

ada yang namanya pemisahan antara ekonomi dan agama, ini artinya bahwa

kombinasi antara agama dan ekonomi sama sekali bukan hal yang baru.

Tanpa adanya usaha pemerintah dalam menerima dan mendukung

ekonomi Islam, maka dapat dipastikan bahwa sistem ekonomi Islam dan berbagai

industri Syariah akan jalan di tempat, atau sulit untuk berkembang dan maju.

Sumber Rujukan : https://www.ekituntas.com/2020/09/peran-pemerintah-dalam-

menerapkan-norma.html

B. Institusi Hisbah

Secara etimologi kata hisbah (‫ )ﺣﺴﺒﺔ‬berasal dari akar kata Bahasa Arab

‫( ﻳﺤﺴﺐ – ﺣﺴﺐ‬hasaba-yahsubu) yang berarti “menghitung” dan “membilang”.1

Secara istilah, hisbah adalah memerintahkan kebaikan apabila ada yang

meninggalkannya, dan melarang kemungkaran apabila ada yang melakukannya.

Secara terminologi hisbah diambil dari akar HSB yang berarti menghitung

(reckoning dan computing) berarti pula kalkulasi, berpikir (thinking) memberikan

1
H. Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989), h.
102

5
opini, pandangan dan lain-lain. Hisbah secara literal adalah sebuah problema

aritmatik atau penjumlahan. Ada beberapa terminologi yang berakar dari,

misalnya hisbah ( accounting, stock-taking), ihtisab ( checking of account,

overseing dan supervising) muhtasib (akuntan, supervisor dan ombudsman).2

Al-mawardi mengatakan bahwasanya hisbah adalah satu sistem untuk

memerintahkan yang baik dan adil jika keadilan sedang di langgar atau tidak di

hormati, dan melarang apa yang tidak hadir ketika ketidakadilan itu sedang

dilakukan. Abu Yusuf mendeskripsikan fungsi hisbah dalam masalah

perdagangan dan hal-hal yang bersifat komersil dan industri sebagi berikut :

hisbah berfungsi melakukan pengecekan timbangan dan takaran, kualitas barang

yang ditawarkan untuk dijual, kejujuran dalam dealing dan observasi kebaikan

dan kesopanan dalam masalah penjualan dan secara umum pengawasan perilaku

masyarakat secara umum.

Kata hisbah juga sering digunakan bersamaan dengan kata “wilayah”

(‫ )ﻭﻻﻳ••••ﺔ‬yang berarti “pemerintahan”, “kekuasaan” dan “kewenangan”. Sehingga

susunannya menjadi “wilayat al-hisbah” (‫ = )ﻭﻻﻳﺔﺍ ﻟﺤﺴﺒﺔ‬kewenangan hisbah.

Dalam mendefinisikan Wilayah Hisbah, ada beberapa pendapat. Menurut Ibnu

Taimiyyah, yang dimaksud dengan wilayah hisbah adalah muhtasib yang

kewenangannya adalah menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat mungkar.

Sedangkan yang dimaksud muhtasib adalah orang yang dipercaya dan ditunjuk

untuk mengawasi pasar dan dilaksanakannya nilai-nilai moral.

2
Mustaq Ahmad, Etika Dalam Bisnis Islam, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 163

6
Hisbah adalah sebuah institusi keagamaan di bawah kendali pemerintahan

yang mengawasi masyarakat agar menjalankan kewajibannya dengan baik, ketika

masyarakat mulai untuk mengacuhkannya dan melarang masyarakat melakukan

hal yang salah, saat masyarakat mulai terbiasa dengan kesalahan itu. Tujuan

umum nya adalah untuk menjaga lingkungan masyarakat dari kerusakan, menjaga

takdir yang ada, dan memastikan kesejahteraan masyarakat baik dalam hal

keagamaan ataupun tingkah laku sehari-hari sesuai dengan hukum Allah.

Hisbah dapat diartikan sebagai lembaga normatif preventif karena fungsi

pokoknya adalah menghimbau agar masyarakat melakukan kebaikan dan

menjauhi kemungkaran. Namun demikian wilayah fungsi kontrol ini tidak sebatas

bidang agama dan moral. Tetapi menurut Muhammad al-Mubarak melebar ke

wilayah ekonomi dan secara umum bertalian dengan kehidupan kolektif atau

publik untuk mencapai keadilan dan kebenaran menurut prinsip Islam dan

dikembangkan menjadi kebiasaan umum pada satu waktu dan tempat.

Berdasarkan definisi tersebut, setidaknya ada tiga poin penting mengenai

institusi hisbah, yaitu:

a. Bahwa hisbah adalah sebuah lembaga (departemen) yang secara khusus

dibentuk oleh pemerintah.

b. Tugas utamanya adalah melakukan amar makruf nahi mungkar

c. Tugas hisbah yang lebih spesifik adalah mengawasi berbagai kegiatan

ekonomi di pasar, menjaga mekanisme pasar berjalan normal dan tidak

terdistorsi, dan melakukan tindakan korektif ketika terjadi distorsi pasar.

7
Peran Lembaga Hisbah Dalam Perekonomian (Bisnis) Islam

Seperti diketahui dalam sejarah Islam, terdapat suatu lembaga yang

dinamakan hisbah, yang tugasnya adalah memantau, mengawasi praktik-praktik

kegiatan perekonomian yang tidak sesuai dengan kaidah al-Qur’an dan Hadist.

Lembaga ini dapat membimbing jalannya kehidupan masyarakat kearah sesuai

dengan al-Qur’an dan Hadist. Sehingga masalah kemiskinan dapat terpecahkan.

Memang masalah kemiskinan adalah karena tidak dilakukannya kegiatan

perekonomian sebagaimana yang diatur dalam al-Qur’an dan Hadist.

Hisbah mempunyai peran yang sangat penting dalam Ekonomi (bisnis),

yaitu:

1. Standarisasi Mutu yang cukup tinggi

Ketika ada Hisbah, maka masyarakat pedagang harus menyediakan barang

terbaiknya. karena hisbah juga mengatur tentang mutu barang yang ada di

masyarakat. Ketika ada penipuan atau kecurangan mutu barang yang dilakukan

oleh produsen dan mendzalimi konsumen, maka petugas hisbah siap bertindak.

Kualitas Barang harus sesuai dengan harga yang di tetapkan produsen dan yang

dijanjikan oleh produsen kepada konsumen. Produsen pun tidak bisa menjiplak

karya produsen lain, karena dengan adanya peniruan dalam karya produksi akan

menyebabkan kerugian baik bagi produsen yang punya hak cipta atau bagi

masyarakat pengguna. Dan jelas, penjiplakan yang mendzolimi dilarang dalam

Islam.

8
2. Regulasi perdagangan lebih teratur.

Karena Hisbah mempunyai pengawas yang siap mengawasi setiap

kezaliman dalam perdagangan, maka masyarakat akan cenderung hati-hati dalam

berdagang. Apalagi ada dasar Al-Qur’an dan ketakutan yang tinggi pada Allah

menjadikan masyarakat lebih jujur dalam berdagang, lebih jujur dalam

menyediakan supply barang, tidak ada lagi penimbunan barang yang membuat

peningkatan harga di masyarakat. Sehingga kurva permintaan dan penawaran

akan selalu berada dalam kondisi Equilibrium. Regulasi di tingkat birokrat juga

akan lebih mudah dan menguntungkan ketika ada Hisbah. Karena Hisbah ada di

bawah pemerintah, dan ketika ada orang pemerintahan yang berani main api maka

hukumannya akan lebih berat.

3. Terhindarnya ekonomi biaya tinggi

Dengan regulasi yang teratur, akan menyebabkan biaya yang tercipta

rendah. karena tidak ada uang pungutan liar sana-sini yang biasa di pungut oleh

pihak birokrat ataupun orang-orang yang ingin mengambil keuntungan diatas

penderitaan orang lain.

4. Harga yang terbentuk di masyarakat tidak akan mendzalimi Masyarakat.

Bila suatu Negara Islam mempunyai hak untuk mengontrol dan mengatur

harga dan keuntungan monopoli. Dengan demikian harga-harga maksimum dapat

diatur. Kalau perlu nasionalisasi dari perusahaan yang mempunyaji hak monopoli

dilindungi sebagai langkah ekstrim karena menurut al-Qur'an seorang pemilik

yang sah dari perusahaan bukanlah satu-satunya orang yang bisa

menggunakannya. Mereka yang memerlukan semua kekayaannya adalah karunia

9
Allah dan diperoleh melalui penggunaan sumber-sumber yang telah

dianugerahkan Tuhan untuk kepentingan umat manusia (Q.S. Adz. Dzariyat,

51:20). Dengan adanya Hisbah akan ada pelindung masyarakat dari harga yang

mencekik yang umumnya di lakukan oleh perusahaan yang bermain secara

monopoli. Atau sebaliknya, Muhtasib juga bisa mencegah seseorang atau

perusahaan yang masuk ke pasar dengan harga yang sangat rendah sehingga

merugikan pemain lain yang ada dalam pasar tersebut. Bahkan dengan adanya

biaya relative rendah dalam produksi harus menyebabkan produsen memberikan

harga yang wajar.

5. Kesejahteraan Masyarakat akan lebih merata

Ketika barang yang dibutuhkan masyarakat hadir secara cukup dengan

harga yang layak, akan membuat masyarakat jauh dari kemiskinan dan dekat

dengan kesejahteraan. Pendapatan dan kepemilikan barang akan cenderung merata

atau distribusi merata. Sehingga gap atau kecemburuan sosial dapat di cegah dan

sangat sedikit presentasenya, bahkan nol.

6. Perdagangan di Dunia Internasional lebih menguntungkan

Karena kita memiliki barang yang baik dan berkualitas, cara yang baik

atau ahsan dalam berdagang, maka kita akan lebih mudah dalam mendapatkan

keuntungan di dunia Internasional. Karena memang fitrah manusia menyukai jika

di berikan yang terbaik.

7. Kecerdasan masyarakat dalam Ekonomi

Yang berperan di Hisbah tidak hanya petugas hisbah saja, namun juga

masyarakat umum. Karena pengaduan akan kedzoliman bisa saja di lakukan oleh

10
masyarakat umum. Secara tidak langsung, masyarakat di buat untuk lebih punya

pemahaman dalam hal ekonomi dan bisnis, agar tidak mudah untuk di dzolimi dan

agar bisa membantu anggota masyarakat lain yang sedang terdzolimi.

8. Pemain yang berada di Perdagangan adalah yang terbaik

Ketika hal nomor 1-7 diatas berlangsung dengan baik, maka akan sangat

jelas terlihat oleh masyarakat siapa yang jujur dalam berdagang dan siapa yang

curang. Karena dalam hisbah sendiri, prinsip akuntabilitas dan keterbukaan

berjalan dengan baik -seharusnya. Bagi yang curang, maka akan ada hukuman

baik dari pihak hisbah maupun hukuman moral dalam masyarakat. Sehingga

akhirnya, hanya yang terbaiklah yang bisa bertahan dalam pasar.

Di Indonesia peluang Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga

yang membimbing dan menjaga moral bangsa adalah sangat penting. Oleh karena

itu, peran MUI dalam ekonomi syariah juga sangat penting. Banyak praktik

ekonomi dan perdagangan yang belum disinggung dalam fatwa-fatwa oleh MUI.

Fatwa-fatwa MUI belakangan ini lebih menekankan aspek moral serta fikih di luar

bidang ekonomi walaupun bidang ini sekarang mulai mendapat perhatian yang

lebih besar dibandingkan di masa lalu. Sekarang sudah ada Dewan Syariah

Nasional.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka usaha untuk menghidupkan

lembaga hisbah dalam kegiatan perekonomian merupakan suatu hal perlu

dilakukan. Paling tidak dalam usaha untuk memperbaiki berbagai macam praktik

kegiatan perekonomian yang tidak sesuai dengan syariat.

11
Sumber Rujukan : Hasibuan, Efri Yanti. Peran lembaga hisbah etika bisnis,

dalam http://mymakalahekonomi.blogspot.com/2017/08/peran-lembaga-hisbah-

etika-bisnis.html?m=1

C. Kontrol Masyarakat

Manusia sebagai khalifah didunia tidak mungkin bersifat individualistis,

karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah SWT semata, dan

manusia adalah kepercayaannya di bumi. Karena etika dijadikan pedoman dalam

kegiatan ekonomi dan bisnis, maka etika bisnis merupakan ajaran Islam juga

dapat digali langsung dari Al-Qur’an dan Hadis Nabi.

Kontrol masyarakat (social control) adalah suatu mekanisme atau suatu

upaya teknik dan strategi untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak

dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan

nilai yang berlaku. Dengan adanya social control yang baik diharapkan mampu

meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang atau

membangkang. Islam menekankan adanya moralitas seperti persaingan yang

sehat, kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Implementasi nilai-nilai moralitas

tersebut dalam bisnis merupakan tanggung jawab bagi setiap pelaku bisnis. Bagi

seorang muslim, nilai-nilai ini merupakan refleksi dari keimanannya kepada

Allah, bahkan Rasulullah memerankan dirinya sebagai muhtasib. Beliau

menegur langsung transaksi perdagangan yang tidak mengindahkan nilai-nilai

moralitas.

12
Persyaratan untuk meraih keberkahan usaha pelaku bisnis harus

memperhatikan secara terperinci beberapa prinsip-prinsip etika dalam Islam,

antara lain:

1. Jujur dalam Takaran (Quantity).

2. Menjual Barang yang Baik Mutunya (Quality)

3. Dilarang Menggunakan Sumpah (Al-Qasm)

4. Longgar dan Bermurah Hati (Tasamuh dan Tarahum

5. Membangun Hubungan Baik Antar Kolega

6. Menetapkan Harga dengan Transparan

7. Jangan Menyembunyikan Kecacatan Barang

8. Larangan Riba

9. Dianjurkan Bezakat

10. Mencatat Utang Piutang

Etika untuk berbisnis secara baik dan fair dengan menegakkan hukum

dan keadilan secara konsisten dan konsekuen setia pada prinsip-prinsip

kebenaran, keadaban dan bermartabat.

a. Karena bisnis tidak hanya bertujuan untuk profit saja, namun perlu

mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi, apabila tidak akan

mengorbankan hidup banyak orang, sehingga masyarakat pun

berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara etis.

b. Bisnis dilakukan diantara manusia yang satu dengan manusia yang

lainnya, sehingga membutuhkan etika sebagai pedoman dan orientasi bagi

13
pengambilan keputusan, kegiatan dan tindak tunduk manusia dalam

berhubungan (bisnis) satu dengan yang lainnya.

c. Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang sangat ketat, maka dalam

persaingan bisnis tersebut orang yang bersaing dengan tetap

memperhatikan norma-norma etis pada iklim yang semakin profesional

justru akan menang.

D. Ketaqwaan Individu

Taqwa secara umum memiliki pengertian melaksanakan perintah Allah

dan menjauhi larangan Allah. Orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman,

yaitu orang yang berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran Allah. Dalam

melakukan segala aktivitas terutama dalam bentuk kegiatan usaha ada etika yang

mengatur. Sehingga dalam kegiatan tersebut dapat menimbulkan keharmonisan

dan keselarasan antar sesama. Begitu juga dalam dunia bisnis tidak lepas dari

etika bisnis. Etika bisnis merupakan aturan yang sangat mengatur tentang

aktifitas bisnis.

Bertaqwa adalah senantiasa bermuamalah dengan muamalah yang Islami

atau berbisnis secara Islami. Adapun aktifitas dan etika bisnis Islam adalah

sebagai berikut:3

1. Pebisnis harus jujur (shiddiq)

3
Halifah, Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Dalam Komunikasi Pemasaran Pada
Butik Moshaict Surabaya, Jurnal Kajian Bisnis, Hlm. 21.

14
Shiddiq adalah berkata benar. Jujur terhadap diri sendri, makhluk lain dan

sang pencipta. Tanpa kejujuran semua hubungan termasuk hubungan bisnis tidak

akan berjalan lama.

Kejujuran merupakan kualitas dasar kepribadian moral. Tanpa kejujuran

seseorang tidak dapat maju selangkahpun karena ia belum berani menjadi dirinya

sendiri. Orang yang tidak lurus tidak mengambil dirinya sendiri sebagai titik

tolak, tanpa kejujuran keutamaan moral lainnya kehilangan nilai. Bersikap baik

terhadap orang lain tanpa kejujuran adalah kemunafikan. Islam mengajarkan

kepada manusia kejujuran merupakan syarat yang paling mendasar didalam

melakukan kegiatan. Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya untuk

melakukan kejujuran disegala bentuk aktifitas, selanjutnya seorang pebisnis harus

berlaku jujur yang dilandasi keinginan agar orang mendapatkan kebaikan dan

kebahagiaan sebagaimana yang ia inginkan dengan cara menjelaskan kelemahan,

kekurangan serta kelebihan barang yang ia ketahui kepada orang atau mitranya,

baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat oleh orang lain.4

2. Amanah

Islam mewajibkan pembisnis untuk mempunyai sikap amanah terhadap

dirinya sendiri dan orang lain, Sikap amanah nilai dasarnya terpercaya dan nilai

dalam berbisnisnya ialah adanya kepercayaan, bertanggung jawab, transparan dan

tepat waktu. Kejujuran dan amanah mempunyai hubungan yang sangat erat,

4
Edi Harahap dan Messi, “Menanamkan Nilai-Nilai Kejujuran didalam Kegiatan
Madrasah Bebasrama (BOARDING SCHOOL)”, Vol. 1. No. 1. Juli 2017.

15
karena jika seseorang telah dapat berlaku jujur pastilah orang tersebut amanah

(terpercaya).5

3. Adil

Tindakan memberikan keadilan terhadap keterlibatan semua pihak dalam

bisnis merupakan praktek keutamaan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar

setiap orang dalam kegiataan bisnis secara internal maupun eksternal perusahaan

diperlakukan sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing. Keadilan adalah

pengakuan dan perlakuan yang simbang antara hak dan kewajiban. Keadilan juga

dapat berarti suatu tindakan yang tidak berat sebelah atau tidak memihak kesalah

satu pihak, memberikan sesuatu kepada orang sesuai dengan hak yang harus

diperolehnya. Bertindak secara adil berarti mengetahui hak dan kewajiban,

mengerti mana yang benar dan yang salah, bertindak jujur dan tepat menurut

peraturan dan hukum yang telah ditetapkan serta tidak bertindak sewenang-

wenang.

Islam sangat menganjurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis dan

melarang berbuat curang. Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran

bisnis tersebut karena kunci keberhasilan bisnis adalah keadilan.

Sumber Rujukan : Ali, Hasinah. Implementasi Etika Bisnis Islam dalam

Masyarakat Islam, dalam

https://www.academia.edu/41192504/Implementasi_Etika_Bisnis_Islam_dalam_

Masyarakat_Islam

5
Erly Juliyani, “Etika Bisnis dalam Persepektif Islam”, Vol. 7 No. 1. Maret 2016.

16
Ketaqwaan dalam bisnis adalah melibatkan Allah, bukan dengan cara

bersaing dengan pebisnis non muslim selalui sistem yang dibuat oleh non-muslim

juga, mustahil akan tampil. Bila ingin umat ini kembali lagi menuju kejayaannya

tidak pernah terjadi dan unggul melalui sistem buatan manusia. Kalau mau tampil

harus kembali brsandarkan kepada Sunnatullah dan Sunnah Rasul-Nya.

“Barang siapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan)

dari sebagian banyak kesusahan orang mukmin ketika didunia maka Allah akan

menghillangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya

pada hari kiamat kelak”

Dikala kita mengalami kesulitan dan kesusahan dalam menghadapi ujian

kehidupan, dan kita berharap sekali untuk diangkat kesulitan olh Allah, justru

salah satu solusinya adalah dengan membantu dan menyelesaikan kesusahan

hamba yang lain, konsep ini sangat sulit dipahami dengan ilmu keduniaan, apalagi

ilmu matematis, tapi inilah hukum Allah, inilah Sunnatullah. Inilah cara agar

Allah terlibat. Mulailah dengan cara ini, niscaya permasalahan perekonomian

umat akan tuntas.

Pada suatu hari mendengar Rasulullah SAW, “Wahai Ibnu Auf, anda

termasuk golongan orang kaya, dan anda akan masuk surge secara perlahan-lahan.

Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, Pasti Allah mempermudah jalan anda,”

semenjak ia mendengar nasehat RasulullahSaw tersebut, ia mengadalan pinjaman

yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran dengan berlipat ganda.

Ibnu Auf adalah seorang pemimpin yang mengandalkan hartanya,bukan

seorang budak yang dikendalikan oleh hartanya. Sebagai buktinya, ia tidak mau

17
celaka dengan menyimpannya. Ia mengumpulkannya dengan santai dandari jalan

yang halal, tetapi ia tidak menikmati sendirian, keluarga, kerabat saudara dan

masyarakat pun ikut menikmatinya. Karena begitu luas pemberian serta

pertolongannya, orang-orang madinah pernah berkata: “seluruh penduduk

madinah berserikat (menjalin usaha) dengan Abdurrahman bin Auf pada hartanya.

Sepertiga dipinjamkannya kepada mereka dan sepertiga sisanya diberikan dan

dibagi bagikan kepada mereka.”

Mereka saling mendahulukan kepentingan saudaranya, Allah bukakan

keberkahan. Allah bukakan peluang menguasai ekonomi umat. Pasar Madinah

yang tadinya dikuasai yahudi berpindah ke tangan muslim, berawal dari sikap

tolong menolong (ta‘awun) sesame muslimin,bermula dari saling memecahkan

masalah saudaranya, menjadi penguasa ekonomi saat itu, inilah hkum Allah,

inilah sunnatullah.

Sumber Rujukan: https://www.scribd.com/document/403280028/MAKALAH-

IMPLEMENTASI-ETIKA-BISNIS-ISLAM-doc

18

Anda mungkin juga menyukai