Ikhtishar
A. Pengertian
1. Makna Qaul
2. Makna Shahabi
3. Makna Qaul Shahahi
B. Pembagian Pendapat Shahabat
1. Berita
2. Riwayat atas Berita
3. Pemahaman
C. Kedudukan Qaul Shahabi
D. Kehujjahan Qaul Shahabi
E. Beberapa contoh fatwa shahabat
A. Pengertian
1. Makna Qaul
Secara bahasa, kata qaul ( )ﻗﻮلadalah mashdar dari qaala-
yaquulu qaulan ( ﻗﻮﻻ- ﯾﻘﻮل- )ﻗﺎلyang berarti al-kalam yaitu ucapan
dan perkataan. Dan bentuk jamaknya adalah aqwal ()أﻗﻮال.
Dan qaul kadang juga diartikan dengan :
ِ
ﻧﺎﻗﺼﺎ ُ َ ﻧﻄﻖ ِِﺑﻪ ﱢ ٍ
ً َ اﻟﻠﺴﺎن َﺗﺎﻣﺎ أ َْو َ َ َ ُﻛﻞ َ ْﻟﻔﻆ
Semua lafadz yang diucapkan oleh manusia, baik dalam bentuk
355
Bab 11 : Qaul Shahabi Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqadimah - 2
اﻟﻤﻌﺎﺷﺮة
ُ َ َ َ ُ ْ اﻟﻤﺠﺎﻟﺴﺔُ َو
َ َ َ ُ ْ اﻟﺮؤﻳﺔُ َو
َ ْﱡ
Penglihatan, duduk bersama dan bergaul
Dan kata shahabat juga bisa diartikan sebagai shahabat,
kawan atau teman.
Namun secara istilah, kata shahabi dinisbatkan kepada para
shahabat Nabi Muhammad SAW.
Dan para ulama mendefinisikan siapa saja yang dimaksud
dengan shahabat Nabi SAW sebagai :
356
Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqadimah - 2 Bab 11 : Qaul Shahabi
357
Bab 11 : Qaul Shahabi Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqadimah - 2
ِ َِ ـﻮل َﱂ ﻳـﺮﻓَـﻌﻪ
إﻟﻴﻪ ٍ ِ وﺳﻠﻢ
ﱠ ِ َ اﻟﻠﻪ
ﱠ ﱠ ِ ِ ﻋﻤﻦ ُِ ﻣﺎ
ْ ُ ْ َْ ْ ْ َﻣﻦ ﻗ ْ َ ََ ﻋﻠﻴﻪ
ْ َ ُ ﺻﻠﻰَ ﱠﱯ
ﱠ ﻨاﻟ ﺻﺤﺐ
َ َ ْ ﱠ َ ﻧﻘﻞ َ
ﻓﻊ
ِ ْﺣﻜﻢ اﻟﱠﺮ
ُ ْ ُ ُﻳﻜﻦ َﻟﻪ
ْ ُ َ ْوﱂ
ََ
Pendapat yang disampaikan shahabat tanpa menyandarkannya
kepada Rasulullah SAW, dan tidak memiliki hukum marfu’
Yang perlu diperhatikan dari definisi para ulama di atas,
ada tiga hal, yaitu :
a. Hasil Ijtihad Murni Shahabat
Qaul shahabi adalah pendapat atau ijtihad sahabat Nabi
SAW, baik berupa ketetapan ataupun fatwa mereka tentang
peristiwa atau hukum yang tidak mereka jumpai status
hukumnya dalam sunnah nabi.
b. Tidak Disandarkan Kepada Nabi SAW
Pendapat tersebut tidak mereka sandarkan langsung
kepada nabi. Karena memang itu murni hasil ijtihad mereka
sendiri.
c. Tidak Memiliki Hukum Marfu’
Maksud dari ungkapan tidak memiliki hukum yang marfu’
adalah pendapat itu bukan representasi dari pendapat Nabi
SAW, baik yang bersifat perkataan atau pun perbuatan.
Dikatakan suatu hukum itu marfu’ misalnya ketika
shahabat Nabi SAW berpendapat atas sesuatu hal, lalu dia
berkata bahwa seperti itulah dahulu Nabi SAW melakukannya.
Qaulus shahabi termasuk sumber-sumber hukum Islam,
tetapi derajatnya tidak mencapai derajat ittifaq menurut
sebahagian ulama. Maksudnya, tidak semua ulama sepakat
menggunakannya dalam mengistimbathkan hukum. Selanjutnya
358
Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqadimah - 2 Bab 11 : Qaul Shahabi
359
Bab 11 : Qaul Shahabi Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqadimah - 2
ٍ ِِ اﻟﺬﻳﻦ اﺗـﱠﺒـﻌﻮﻫﻢ
ﺑﺈﺣﺴﺎن ِ اﻷﻧﺼﺎر و ﱠ
ِ ِ ِ ْ ﻟﻮن ِﻣﻦ َ ُِ َو ﱠ
َ ْ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُاﻟﺴﺎﺑﻘﻮن اﻷَﱠو
َ و ﻳﻦ
ﺮ اﻟﻤﻬﺎﺟ
ـﻬﺎر ٍ ﻋﻨﻪ وأَﻋﺪﱠ َﳍﻢ ﺟﻨ
ِ َْ ﱠﺎت ِﱠ
ُ َ ْﲡﺮي َﲢﺘَْ َـﻬﺎ اﻷَﻧ َ ْ ُ َ َ ُ َْ ْ ورﺿُﻮا ََ ْـﻬﻢ
ُ ْاﻟﻠﻪُ ﻋَﻨ
ّ َرﺿﻲ
ِ ْ اﻟﻔﻮز
اﻟﻌﻈﻴﻢ َ ْ َِ ﺧﺎﻟﺪﻳﻦ ِﻓﻴﻬﺎ أَﺑﺪا
ذﻟﻚ ِِ
ُ َ ُ ْ َ ً َ َ َ َ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun
ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-
surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-
lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
360
Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqadimah - 2 Bab 11 : Qaul Shahabi
361
Bab 11 : Qaul Shahabi Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqadimah - 2
362
Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqadimah - 2 Bab 11 : Qaul Shahabi
ﻣﻨﻜﻢ َِﻓﺈن ِ ِ َ ُوﱄ ِ اﻟﻠﻪ وأ ِ اﻟﺬﻳﻦ آﻣﻨُﻮاْ أِ ﻳﺎ أَﻳﱡـﻬﺎ ﱠ
ْ ِْ اﻟﺮﺳﻮل َوأ
ْ ُ اﻷﻣﺮ َ ُ َﻃﻴﻌُﻮاْ ﱠ َ َ ّ ا
ْﻮ َﻃﻴﻌ
ُ َ َ َ َ
ِ ﺑﺎﻟﻠﻪ واﻟْﻴ
ِ ِ َ ُ ِ ْ ُﻛﻨﺘﻢ ﺗ ِ ِ اﻟﻠﻪ و ﱠ ِ ِ ﺷﻲء ﻓَ ﱡ ٍ
ـﻮم
ْ َ َ ّ ـﺆﻣﻨﻮن ْ ُ ُ اﻟﺮﺳﻮل إن
ُ َ ّ ـﺮدوﻩ َإﱃ ُ ُ ْ َ ـﻨﺎزﻋﺘﻢ ِﰲ ْ ُْ َ ََﺗ
ِ ََْﺣﺴﻦ ﺗ
ﺄوﻳﻞ ِ ِِ
ُ َ ْ ذﻟﻚ ﺧَْﻴ ٌـﺮ َوأ
َ َ اﻵﺧﺮ
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul
, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
dan Rasul , jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik
akibatnya. (QS. An-Nisa : 59)
b. Kita Diperintah Untuk Berijtihad
Dalam hal terentu ketika tidak ada rujukan dari Al-Quran
dan As-Sunnah, kita diperintahkan untuk berijtihad, dan bukan
diperintah untuk bertaqlid kepada para shahabat. Oleh karena
itu Allah SWT berfirman :
363
Bab 11 : Qaul Shahabi Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqadimah - 2
ِ َ َْ ْ ُوﱄ
اﻷﺑﺼﺎر َِْ َ
ِ ﻓﺎﻋﺘﱪُوا َﻳﺎ أ
Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang punya pandangan
(QS. Al-Hasyr : 2)
Para ulama pendukung pendapat ini menafsirkan ayat di
atas sebagai perintah untuk berijtihad.
c. Para Shahabat Juga Berijtihad
Qaul shahabi bukan hujjah karena apa yang menjadi fatwa
dan pendapat mereka tidak lain semata-mata hanya hasil ijtihad
para shahabat itu sendiri. Sehingga tidak bisa dijadikan sebagai
sumber hukum.
Sebab apa yang dihasilkan hanya oleh sebuah ijtihad, maka
kedudukannya bukan sumber hukum. Sebab yang namanya
ijtihad itu bisa benar dan bisa salah. Padahal sumber hukum itu
tidak boleh salah.
Dalam kenyataannya fatwa para shahabat sendiri seringkali
saling berbeda antara satu dengan yang lainnya. Maka sesuatu
yang berbeda-beda tidak layak untuk dijadikan hujjah dalam
proses pengambilan hukum.
3. Pendapat Ketiga
Pendapat ketiga merupakan pendapat campuran antara
pendapat pertama dan kedua. Pendapat ketiga ini mengatakan
bahwa qaul shahabi merupakan hujjah, tetapi terbatas pada
empat orang shahabat saja, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan
Ali ridhwanullahialaihim. Selain mereka maka qaul shahabi bukan
hujjah.
4. Pendapat Keempat
Pendapat keempat hampir mirip dengan pendapat ketiga.
Bedanya mereka membatasi bahwa yang merupakan hujjah
hanya sebatas qaul dari Abu Bakar dan Umar saja. Selebihnya
bukan hujjah.
5. Pendapat Kelima
364
Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqadimah - 2 Bab 11 : Qaul Shahabi
365
Bab 11 : Qaul Shahabi Seri Fiqih Kehidupan (1) : Muqadimah - 2
hari.
3. Fatwa Umar bin Al-Khattab
Amirul Mukminin Umar bin Al-Khaththab radhiyallahuanhu
punya fatwa tentang laki-laki yang menikahi wanita dalam masa
‘idah.
Dalam fatwa itu, mereka harus dipisahkan dan diharamkan
baginya untuk menikahi wanita tersebut untuk selamanya.
4. Ibnu Umar dan Ibnu Abbas
Wanita hamil dan menyusui yang meninggalkan puasa
Ramadhan cukup membayar fidyah tanpa harus berpuasa
qadha’.
Pendapat mereka ini berbeda dengan jumhur ulama.
366