Anda di halaman 1dari 16

AYAT TENTANG HUTANG PIUTANG

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Tafsir Ekonomi ES 3C

Desen Pengampu: Bayu Fermadi., Lc. M.Hum

Disusun Oleh:

1. Muhammad Khoirul Nandar (21401005)


2. Amelia Minnuril Laili (21401107)
3. Rika Nur Avita (21401109)
4. Puja Kurnia Sukma (21401145)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah -
Nya sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk hidup dan masih diizinkan untuk menikmati
dan melihat keindahan ciptaan - Nya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kebodohan menuju zaman yang
penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari Dosen Tafsir Ekonomi Prodi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis IAIN Kediri yang membahas tentang bab ”Ayat Tentang
Hutang Piutang ” Kelompok kami menyadari bahwasannya makalah ini jauh dari sempurna, untuk
itu sangat diharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat mudah dipahami oleh pembacanya dan bisa membawa manfaat serta menambah
wawasan pengetahuan.

Kediri, 20 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................2

C. Tujuan ...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................3

A. Pengertian Hutang Piutang ...............................................................................................3

B. Ayat - Ayat tentang Hutang Piutang ................................................................................4

C. Rukun dan Syarat Hutang Piutang ...................................................................................7

D. Adab Pemberi dan Penerima Hutang ...............................................................................8

E. Bahaya Kebiasaan Berhutang ...........................................................................................9

F. Prinsip Hutang ................................................................................................................10

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................12

A. Kesimpulan .....................................................................................................................12

B. Saran ...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Adanya kecenderungan dalam melakukan interaksi sosial adalah salah bukti
bahwa manusia adalah makhluk lemah yang tidak akan sempurna dalam mempertahankan
kehidupan tanpa bantuan dan peranan orang lain dalam hidupnya. Tentunya hal semacam
ini berlaku dalam segala hal, termasuk dalam pemenuhan rezeki. Banyak cara yang
dilakukan Allah Swt. dalam menyampaikan rezeki pada hamba - Nya. Diantaranya adalah
melalui disyariatkannya praktik transaksi hutang piutang sebagai salah satu aspek
pemenuh hajat hidup via interaksi sosial. Sebuah transaksi yang sarat akan keistimewaan
dan keutamaan yang dijanjikan Allah SWT.bagi pelakunya (pemberi hutang).

Praktik hutang piutang yang kita tahu, selain terdapat sisi positif melalui asas
tolong menolongnya, namun tak jarang juga menjadi titik mula perselisihan dan
permusuhan diantara manusia. Hal itu akan menjadi nyata mana kala dalam praktiknya,
manusia mengacuhkan beberapa prinsip fundamen yang menjadi rangka bangun
dilegalkannya praktik tolong menolong ini; yakni kejujuran. Seolah sudah menjadi tabiat
manusia jika bersinggungan dengan hal - hal yang bernuansa harta keduniawian mereka
lupa dan mudah terlena begitu saja hingga memunculkan sesal di kemudian hari. Berkat
ke Maha Tahu-an Allah SWT.akan hal ini, selain dilegalkannya praktik hutang piutang,
Allah SWT. Sekaligus membuat semacam seperangkat formulasi khusus yang harus
diperhatikan dan dijalankan oleh manusia guna menghindarkan mereka dari perselisihan
dan persengketaan yang timbul dikemudian hari. Lebih jauh, dengan formulasi ini Allah
SWT. ingin menghindarkan mereka dari berhentinya - nya aktivitas tolong - menolong
diantara manusia akibat ketiadaan sifat amanah dan saling percaya lagi antara satu dan
yang lainnya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hutang piutang?
2. Apa saja ayat - ayat yang menjelaskan tentang hutang piutang?
3. Apa rukun dan syarat dari hutang piutang?
4. Bagaimana adab pemberi dan penerima hutang?
5. Apakah Bahaya dari Kebiasaan Berhutang?
6. Bagaimana Prinsip Hutang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hutang piutang
2. Untuk mengetahui ayat - ayat tentang hutang piutang
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat hutang piutang
4. Untuk mengetahui adab pemberi dan penerima hutang
5. Untuk mengetahui bahaya dari kebiasaan berhutang
6. Untuk mengetahui prinsip hutang

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hutang Piutang


Dalam Kamus Bahasa Indonesia hutang diartikan sebagai uang yang dipinjam
kepada orang lain dan berkewajiban untuk mengembalikanya kembali, sedangkan piutang
diartikan uang yang dipinjamkan. Kata berhutang merupakan kata kerja yang mempunyai
arti mempunyai hutang dan kata menghutang artinya meminjam uang atau barang yang
dipinjamkan. Dari penjelasan tersebut hutang piutang dapat diartikan uang atau barang
yang dipinjamkan untuk seseorang yang berkewajiban membayar atau dikembalikan
secara utuh kembali.1
Hutang - piutang dalam Istiah bahasa Arab adalah Al - Dain jamaknya Al - Duyun
dan Al - Qard. Al - Qard dalam Bahasa Arab bermakna Al - Qath’u yang artinya memotong,
sedangkan dalam terminologi Islam artinya menyerahkan uang atau harta kepada seseorang
yang memerlukanya dan berkewajiban melunasi utangnya lain dilain waktu. Hutang -
piutang merupakan dua kata yang tak bisa dipisahkan dan saling berkaitan satu sama
lainya. Secara etimologi hutang adalah disangkut pautkan dengan barang atau harta yang
dipinjamkan dan berkewajiban mengembalikanya kembali. Hutang - piutang menurut
Rasjid adalah memberikan sesuatu kepada orang dengan ikatan perjanjian dan berjanji akan
mengembalikanya dikemudian hari dengan sama besar nilainya. Menolong seseorang
dengan memberikan ia hutang kepada orang yang benar membutuhkan pertolongan
hukumnya adalah sunnah, dan bisa menjadi waajib ketika orang tersebut benar - benar
membutuhkan sebuah pertolongan.2

1
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Pusat Bahasa , 2008) 534
2
Yuswalina, Hutang - piutang dalam perspektif Fiqh Muamalah di Desa Ujung Tanjung Kecamatan Banyuasin III
Kabupaten Banyuasin, Intizar,Vol. 19, No. 2, 2013, 399

3
B. Ayat - Ayat Tentang Hutang Piutang
1. QS. Al - Baqarah ayat 245

ُ ُۖ ‫ْص‬
َ‫ط َواِلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُ ْون‬ ُ ‫ّٰللاُ َي ْق ِب‬
ُ ‫ض َو َيب‬ ْ َ‫سنًا فَيُضٰ ِعفَهٗ لَهٗ ٓٗ ا‬
‫ض َعافًا َكثِي َْرة ً َۗو ه‬ ً ‫ّٰللاَ قَ ْر‬
َ ‫ضا َح‬ ‫ض ه‬ ْ ‫َم ْن ذَا الَّذ‬
ُ ‫ِي يُ ْق ِر‬

Artinya: “Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah
melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan
(rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
Syari’at Islam diajarkan hukum transaksi hutang - piutang diperbolehkan
kepada orang membutuhkan. Hal ini sangat diperbolehkan karena akan mendapat
pahala yang sangat besar dan dilipat gandakan ganjaran. Dan dianjurkan tolong
menolong kepada sesama, terutama kepada orang muslim yang sedang kesulitan
perekonomianya, Karena melalukan tersebut bisa menghindari yang bisa merugikan
orang lain, seperti pencurian, pembegalan, ataupun yang lainya karena sulitnya
mencari uang untuk biaya kehidupan sehari - hari.

2. QS Al - Baqarah ayat 282

ٗٓ
ٌ‫ب كَاتِب‬ َ ْ ‫س ًّمى فَا ْكتُب ُْو ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم كَات ٌِۢبٌ بِ ْالعَ ْد ُۖ ِل َو ََل يَأ‬ َ ‫ٰيٓٗاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓٗوا اِذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم بِدَي ٍْن ا ِٰلى اَ َج ٍل ُّم‬
َ‫شيْـًٔ ۗا فَا ِْن َكان‬ َ ُ‫َس ِم ْنه‬ ْ ‫ّٰللاَ َربَّهٗ َو ََل يَ ْبخ‬ ‫ق ه‬ ِ َّ ‫علَ ْي ِه ْال َح ُّق َو ْليَت‬
َ ‫ِي‬ ْ ‫ّٰللاُ فَ ْليَ ْكت ُ ْۚبْ َو ْلي ُْم ِل ِل الَّذ‬
‫علَّ َمهُ ه‬
َ ‫ب َك َما‬ َ ُ ‫اَ ْن يَّ ْكت‬
‫ش ِه ْيدَي ِْن‬َ ‫ض ِع ْيفًا اَ ْو ََل يَ ْست َِط ْي ُع اَ ْن ي ُِّم َّل ه َُو فَ ْلي ُْم ِل ْل َو ِليُّهٗ بِ ْالعَ ْد ۗ ِل َوا ْستَ ْش ِهد ُْوا‬ َ ‫س ِف ْي ًها اَ ْو‬ َ ‫علَ ْي ِه ْال َح ُّق‬
َ ‫ِي‬ ْ ‫الَّذ‬
‫َض َّل اِحْ ٰدى ُه َما‬ ِ ‫اء اَ ْن ت‬ ِ َ‫ش َه َۤد‬
ُّ ‫ض ْونَ ِمنَ ال‬ َ ‫ِم ْن ِ ِّر َجا ِل ُك ْۚ ْم فَا ِْن لَّ ْم يَ ُك ْونَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ٌل َّو ْام َراَ ٰت ِن ِم َّم ْن ت َْر‬
‫ص ِغي ًْرا اَ ْو َكبِي ًْرا ا ِٰلٓٗى‬َ ُ‫ع ْوا ۗ َو ََل تَسْـَٔ ُم ْٓٗوا اَ ْن تَ ْكتُب ُْوه‬ ُ ُ‫ش َه َۤدَا ُء اِذَا َما د‬ُّ ‫ب ال‬ َ ْ ‫فَتُذَ ِ ِّك َر اِحْ ٰدى ُه َما ْاَلُ ْخ ٰر ۗى َو ََل يَأ‬
‫اض َرة ً ت ُ ِدي ُْر ْونَ َها‬ َ ‫َِل اَ ْن تَ ُك ْونَ تِ َج‬
ِ ‫ارة ً َح‬ ٗٓ َّ ‫ى اَ ََّل ت َْرتَاب ُْٓٗوا ا‬ َّ ‫ّٰللا َواَ ْق َو ُم ِلل‬
ٗٓ ‫ش َهادَةِ َواَ ْد ٰن‬ ِ ‫ط ِع ْندَ ه‬ َ ‫اَ َج ِل ۗه ٰذ ِل ُك ْم اَ ْق‬
ُ ‫س‬
َ ‫ض َۤا َّر كَاتِبٌ َّو ََل‬
‫ش ِه ْيدٌ ەۗ َوا ِْن تَ ْفعَلُ ْوا‬ َ ُ‫علَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اَ ََّل تَ ْكتُب ُْوه َۗا َواَ ْش ِهد ُْٓٗوا اِذَا تَبَايَ ْعت ُ ْم ُۖ َو ََل ي‬
َ ‫ْس‬َ ‫بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬
‫ع ِل ْي ٌم‬
َ ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫ّٰللاُ بِ ُك ِِّل‬
‫ّٰللاُ ۗ َو ه‬ ‫س ْو ٌۢ ٌق بِ ُك ْم ۗ َواتَّقُوا ه‬
‫ّٰللاَ ۗ َويُعَ ِلِّ ُم ُك ُم ه‬ ُ ُ‫فَ ِانَّهٗ ف‬

Artinya "Hai orang - orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah

4
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah SWT.mengajarkannya, meka hendaklah ia
menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis
itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah
walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang - orang lelaki (diantaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang
lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang
lupa maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi - saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,
baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
(menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu,
(jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang
demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.
Wahai orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti Rasul-Nya;
Muhammad Saw.! apabila kalian bermuamalah (berjual beli, hutang piutang, atau sewa
menyewa, dan sebagainya) tidak secara tunai dalam waktu tertentu, hendaklah kamu
menuliskannya untuk memelihara harta dan menghindari perselisihan. Hendaklah
seorang yang dapat dipercaya menuliskannya. Janganlah orang yang diajari Allah
dalam persoalan ini enggan untuk menuliskannya. Hendaklah orang yang berhutang itu
mendiktekan hutangnya. Hendaklah ia takut kepada Tuhannya dan jangan mengurangi
sedikit pun dari hutangnya. Apabila orang yang berhutang itu masih dibawah perwalian
karena suka melakukan pemborosan dan penghamburan, masih kecil gila, dia tidak
mampu berbicara karena bisu atau tidak mampu berbicara dengan baik dan sempurna,
kewajiban mendiktekan hutang berpindah kepada orang yang ditugasi menjadi

5
wakilnya. Mintalah saksi dua orang laki - laki muslim yang balig dan berakal dari
kalangan orang - orang adil (bersih dan terpercaya). Jika tidak ada dua orang laki - laki,
(boleh) seorang laki - laki dan dua orang perempuan dari saksi - saksi yang kamu ridhai
supaya jika seorang lupa, seorang lagi mengingatkannya. Hendaklah saksi - saksi itu
datang apabila mereka dipanggil untuk bersaksi. Dan mereka harus memberikan
persaksian ketika diminta. Janganlah kamu jemu untuk menulis hutang, baik kecil
maupun besar, sampai batas waktu pembayarannya.
Yang demikian itu lebih adil dalam pandangan syariat, dan petunjuk Allah
lebih membantu dalam persaksian, dan lebih kuat menepis keraguan dalam jenis, kadar,
dan tempo pelunasan. Namun dalam transaksi tunai tidak diwajibkan penulisan.
Sekalipun demikian, dianjurkan ada saksi untuk menghindari perselisihan dan
perpecahan. Diwajibkan atas saksi dan penulis untuk melaksanakan persaksian dan
penulisan dengan cara yang benar dan sesuai perintah Allah, jangan sampai para saksi
dan para penulis mencelakakan orang yang berhutang dan yang member hutang. Jika
kamu melakukan apa yang dilarang. Sesungguhnya itu adalah tindakan yang
menyimpang dari perintah Allah dan kamu pantas mendapatkan akibatnya. Takutlah
kepada Allah dengan melaksanakan semua yang diperintahkan kepadamu dan
menjauhi segala larangannya. Allah mengajarimu semua yang baik bagi dunia dan
akhiratmu. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Tidak ada satu pun dari urusanmu
yang tersembunyi bagi Allah. Dia akan membalas semua perbuatanmu.3

3. QS Al - Baqarah ayat 283

َ‫ضا فَ ْلي َُؤ ِدِّ الَّذِى اؤْ ت ُ ِمن‬


ً ‫ض ُك ْم بَ ْع‬ ُ ‫ضةٌ ۗفَا ِْن اَ ِمنَ بَ ْع‬ َ ‫سف ٍَر َّولَ ْم ت َِجد ُْوا كَاتِبًا فَ ِر ٰه ٌن َّم ْقب ُْو‬ َ ‫ع ٰلى‬ َ ‫۞ َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم‬
ࣖ ‫ع ِل ْي ٌم‬ ‫ش َهادَ ۗةَ َو َم ْن يَّ ْكت ُ ْم َها فَ ِانَّهٗ ٓٗ ٰاثِ ٌم قَ ْلبُهٗ ۗ َو ه‬
َ َ‫ّٰللاُ بِ َما تَ ْع َملُ ْون‬ َّ ‫ّٰللاَ َربَّهٗ ۗ َو ََل تَ ْكت ُ ُموا ال‬
‫ق ه‬ ِ َّ ‫اَ َمانَتَهٗ َو ْليَت‬

Artinya; Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai

3
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Tafshîl âyât Al – Qur’an Al - Hakîm, 2012, Tafsir Tematis Ayat - Ayat Al - Quran Al -
Hakim, Terjemahan KH. Ahmad Sunarto, (Surabaya: Halim Jaya), 156.

6
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu
(para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Wahai pelaku transaksi piutang, jika kalian dalam perjalanan atau halangan
sejenisnya, dan kalian tidak menemukan pencatat akad piutang, maka hendaknya orang
yang berhutang memberikan barang jaminan kepada pemberi hutang. Serah terima
jaminan merupakan syarat sahnya gadai menurut jumhur ulama, selain Madzhab
Maliki yang mencukupkan ijab Kabul sebagai syarat sah gadai. Jika kalian telah saling
percaya dan pemberi hutang tidak mengambil jaminan hutang, penerima hutang yang
telah dipercayai tersebut mesti melunasi utangnya, tidak mengkhianati amanat, dan
tidak berpaling dari kebenaran sedikit pun. Wahai para saksi, janganlah
menyembunyikan kesaksian jika kalian diminta untuk bersaksi. Sebab, siapa saja yang
menyembunyikan persaksian berarti hatinya kotor dan pelaku maksiat. Karena itu,
Allah akan menghukumnya sebab telah mengabaikan hak pemberi hutang. Allah maha
mengetahui apa pun yang kalian kerjakan.4

C. Rukun Dan Syarat Hutang Piutang


Dalam hutang - piutang terdapat rukun dan syarat yang harus dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
1) Sighat
Sighat merupakan ijab dan kabul. Tidak ada perbedaan antara fuqoha bahwa ijab qabul
itu sah dengan lafaz hutang dengan satu lafaz, seperti kata : “Aku memberimu hutang’
atau “Aku mengutangimu”. Dengan demikian kabul sah dengan semua lafaz yang
menunjukan kerelaan seperti : “ Aku berhutang” atau “ Aku menerima’ atau “Aku
ridha” dan lain sebagainya.
2) Akad
Akad adalah kedua belah pihak yang melakukan transaksi hutang-piutang dengan
hukum yang ada. Syarat bagi penghutang adalah sebagai berikut :

4
Ibid, 158.

7
a) Sudah dewasa / sudah baligh
b) Berakal sehat
c) Merdeka
d) Bisa memilih antara yang baik dan buruk
3) Harta yang dihutangkan
Rukun dari harta yang akan dihutangkan adalah sebagai berikut:
a) Harta yang dimilikinya, maksudnya harta yang satu sama lain masih dalam jenis
yang sama tidak ada perbedaan.
b) Harta yang dihutangkan dapat dilihat kadar, bentuk, dan sifatnya yang jelas.
c) Tidak sah hukumnya, apabila menghutangkan dengan manfaat atau jasa bukan
berupa benda atau uang.5

D. Adab Pemberi dan Penerima Hutang


Dalam hal hutang - piutang perlu mengetahui adab-adab yang harus diketahui
oleh pemberi dan penerima hutang agar terhindar dari masalah dikemudian hari akibat
transaksi hutang - piutang.
a. Adab peminjam hutang.
1. Berhutanglah ketika dalam keadaan benar - benar membutuhkan.
2. Jangan menunda pelunasan hutang karena dapat merugikan orang lain.
3. Bersungguh - sungguh dalam melunasi hutangnya.
4. Sengaja untuk menunda pelunasan dala membayar hutang merupakan sebuah
kedzaliman.
5. Sengaja Menunda hutangnya padahal telah diberikan keleluasan untuk
melunasinya dapat menambah satu dosanya disetiap harinya selama masa
penundaan tersebut belum dilunasi.
6. Jika belum bisa membayar hutangnya hendaklah untuk berdoa kepada Allah agar
dapat melunasi hutangnya.
7. Berupaya berhutang dari oleh orang yang lebih sholeh mempunyai pekerjakan
yang hasilnya jelas, halal, dan mendapatkan ketentraman

5
Abdul Aziz Ramdansyah, Esensi Utang Dalam Konsep Ekonomi Islam, Bisnis Vol. 4, No.1, 2016, 129

8
8. Ketika ada hutang yang terlambat saat melunasi hutangnya karena sulitnya
mencari pekerjakan, beritahukan terlebih dahulu agar dapat memahami dan yang
dipinjam tidak merasa dibohongi.
9. Pinjaman tersebut merupakan amanah yang harus dikembalikan dilain hari dan
harus digunakan sebaik mungkin agar dapat melunasinya tepat waktu dan tidak
boleh digunakan untuk kesenangan dirinya sendiri.

b. Adapun adab pemberi hutang sebagai berikut :


1. Sebaikanya hutang diberikan kepada orang yang benar - benar kesulitan dalam
hal keuangan.
2. Kepada sesama harus tolong - menolong khususnya bagi orang muslim.
3. Sebaiknya memberikan jatuh tempo waktu pelunasan hutang supaya dapat
memberikan kemudahan untuk melunasi hutangnya ketika sudah waktunya.
4. Jangan terburu - buru untuk menagih hutangnya sebelum waktu pelunasan hutang
yang sudah ditentukan.
5. Sikap halus dan ramah ketika hendak menagih hutang
6. Diperbolehkan untuk orang lain yang menagih hutang dengan cara
memberitahukan sebelumnya agar terhidar dari masalah yang tidak diinginkan.
7. Tidak mengharapkan imbalan apapun atas hutangnya dan jumlah hutang harus
sesuai tidak adanya penambahan ataupun pengurangan sesuai aturan yang
berlaku, “Setiap hutang yang membawa keuntungan maka hukumnya riba”.
8. Memberikan penangguhan kepada yang sedang merasakan kesulitan membayar
hutang ketika sudah waktunya dan mengikhlaskan separuh atau semua hutang
tersebut, itu merupakan perbuatan yang baik.

E. Bahaya Kebiasaan Berhutang


Rasulullah SAW memperbolehkan transaksi hutang - piutang, namun Rasulullah
SAW. juga mengajarkan untuk lebih baik tidak berhutang kepada orang lain, karena hutang
dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Terdapat hadist yang menjelaskan bahaya
kebiasaan berhutang yaitu diriwayatkan oleh Bukhori “Sesungguhnya seseorang apabila
berhutang, maka dia sering berkata lantas berdusta dan berjanji lantas mengingkari”.

9
Hutang menurut Rasulullah SAW. sering melakukan kedustaan yang mengakibatkan
kerugian kepada orang lain sehingga orang tersebut selalu mengingkari perkataanya sendiri
dan orang yang berhutang selalu mencari alasan untuk menunda pelunasan pembayaranya
yang dapat merugikan orang lain karena kedustaanya tersebut. Dalam riwayat yang lain
Rasulullah SAW.pernah menolak jenazah yang masih memiliki hutang yang belum
dilunasi. Orang yang masih mempunyai hutang akan mendapatkan kehinaan dan kerisauan,
hal ini sudah diterangkan oleh Rasulullah SAW. dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh
Baihaqi “Berhati - hatilah kamu dalam berhutang, sesungguhnya hutang itu mendatangkan
kerisauan di malam hari dan kehinaan di siang hari”.

F. Prinsip Hutang
Dalam Islam hutang diperbolehkan dan merupakan sunnatullah. Masyarakat biasa
melakukan hutang ketika sedang ber mu’amalah ketika tidak bisa membayar secara tunai.
Meskipun begitu hutang mempunyai aturan - aturan yang berlaku menurut syari’at Islam
dan mempunyai prinsip - prisip yang harus dimengerti ketika sedang bertransaksi hutang -
piutang. Keterangan dalam Surah Al - Baqarah ayat 282 menyebutkan apabila terdpapat
orang yang sedang melakukan transaksi hutang – piutang dianjurkan untuk mencatatnya.
Dalam hal ini menunjukan bahwa hutang - piutang memiliki prinsip dan etika agar
mencegah terjadinya kekeliruan dan sekaligus mengingatkan untuk mengembalikanya
kembali dilain waktu. Inilah prinsip hutang yang harus dipahami oleh semua masyarakat
sebagai berikut :
a) Apabila hutang belum sanggup dilunasi maka janganlah untuk berhutang ketika tidak
sanggup membayarnya. Dalam istilah syariah tersebut adalah ghalabatid dayn atau
terbelit utang. Ghalabatid dayn ini akan menimbulkan efek yang sangat besar, yaitu
gharir rijal atau mudah dikendalikan pihak lain. Oleh sebab itu, Nabi selalu berdoa
supaya beliau senantiasa dilindungi dari penyakit ghalabatid dayn (terbelit hutang)
yang bisa mengakibatkan harga diri hilang.
b) Apabila hutang sudah dilakukan, komitmen harus ada agar bisa melunasinya. Sengaja
menunda dalam pelunasan hutang bagi yang dapat melunasinya merupakan kezaliman
yang sangat besar, sehingga mempermalukanya sangat diperkenankan. Dalam konteks
mikro, akan sangat mudah menerapkan prinsip ini, misalnya pengusaha yang tidak

10
mau membayar hutang boleh saja dipermalukan dengan mengambil semua asetnya,
tidak boleh ke luar negeri atau menghukumnya dan lain sebagainya.
c) Hutang merupakan jalur terakhir apabila keadaan dan segala usaha yang sudah
dilakukan tidak memenuhi hasil. Terdapat unsur keterpaksaan dan bukan karena
kebiasaan untuk berhutang melainkan keterpaksaan yang dapat memicu untuk
bersemangat untuk membangun kemandirian dan berusaha bekerja semaksimal
mungkin untuk mendapatkan penghasilan. Karena pengahsilanya tidak mencukupi,
akhirnya memilih jalan untuk berhutang.6

6
Abdul Aziz Ramdansyah, Esensi Utang Dalam Konsep Ekonomi Islam, 133

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hutang Piutang Dalam Kamus Bahasa Indonesia hutang diartikan sebagai uang
yang dipinjam kepada orang lain dan berkewajiban untuk mengembalikanya kembali,
sedangkan piutang diartikan uang yang dipinjamkan. Kata berhutang merupakan kata kerja
yang mempunyai arti mempunyai hutang dan kata menghutang artinya meminjam uang atau
barang yang dipinjamkan. Dari penjelasan tersebut hutang piutang dapat diartikan uang atau
barang yang dipinjamkan untuk seseorang yang berkewajiban membayar atau dikembalikan
secara utuh kembali. Hutang - piutang dalam Istiah bahasa Arab adalah Al - Dain jamaknya
Al - Duyun dan Al - Qard. Al - Qard dalam Bahasa Arab bermakna Al - Qath’u yang artinya
memotong, sedangkan dalam terminologi Islam artinya menyerahkan uang atau harta kepada
seseorang yang memerlukanya dan berkewajiban melunasi utangnya lain dilain waktu. Hutang
- piutang merupakan dua kata yang tak bisa dipisahkan dan saling berkaitan satu sama lainya.

B. SARAN

Dari makalah yang telah kami buat ini diharapkan dapat membantu teman - teman
sekalian sebagai pembaca untuk memahami materi yang telah kami uraikan diatas. Dengan
keterbatasan sumber serta refrensi yang kami kumpulkan tentunya tidak menutup
kemungkinan adanya kesalahan. Oleh karena itu, diharapkan teman - teman tidak berpatok
hanya pada makalah ini. Kami selaku penulis menerima segala saran maupun kritik dari teman
- teman sekalian untuk memperbaiki kekurangan dari makalah kami. Sebagai penulis, kami
menyadari bahwa banyak sekali kekurangan yang ada pada makalah ini, Oleh karena itu,
penulis memohon kritik dan saran yang membangun kepada pembaca agar dapat menyusun
makalah ini lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

file:///E:/LIBRARY/download/5.%20BAB%20II.pdf

https://ejournal.unzah.ac.id/index.php/arribhu/article/download/559/457/

file:///E:/LIBRARY/download/HUTANG_PIUTANG_DALAM_AL_QURAN_KAJIAN_TAF.p
df

file:///E:/LIBRARY/download/559-Article%20Text-1552-1-10-20210429.pdf

Tri Nadhirotur Ro'fiaha, Nurul Fadila;. (2021). Utang Piutang Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Ar-Ribhu:Manajemen Ekonomi Dan Keuangan Syariah, 11.

Bab II Kajian Hutang Piutang Secara Teoritis, 2011

Yuswalina, 2013

(Hutang Piutang Dalam Al - Qur'an;)

13

Anda mungkin juga menyukai