Anda di halaman 1dari 15

AYAT TENTANG PERILAKU KONSUMEN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Tafsir Ekonomi ES-3C
Dosen Pengampu :
Bayu Fermadi, LC, M.Hum.

Disusun oleh :
Bagus Prasetyo (21401062)
Yuli Fatimatuz Zahra’ (21401098)
Annisa Fitriana (21401117)

PRODI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah Tafsir Ekonomi ini,
dengan judul Ayat Tentang Perilaku Konsumen. Makalah ini membahas
mengenai pengertin perilaku konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumen, perilaku konsumen dalam pandangan islam, serta ayat-ayat tentang
perilaku konsumen. Hal tersebut kami bahas untuk mengetahui serta menambah
wawasan mengenai Ayat Tentang Perilaku Konsumen.
Selain itu makalah ini juga kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ekonomi pada semester 3
Prodi Ekonomi Syari’ah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Instutut Agama
Islam Negeri Kediri.
Kami menyadari jika masih terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan
makalah kami ini, oleh karena itu kami mohon agar pembaca berkenan memberi
kritik dan saran agar kami dapat memperbaiki dan menyusun makalah yang lebih
baik lagi selanjutnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang terlibat dalam penyususnan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca. Aamiin.

Kediri, 21 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A.Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3


A.Pengertian Perilaku Konsumen .................................................................... 3
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ............................ 4
C. Perilaku Konsumen Dalam Pandangan Islam .............................................. 6
D.Ayat Tentang Perilaku Konsumen ............................................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11


Kesimpulan .................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari setiap insan tidak bisa terlepas dari
tindakan atas pemenuhan kebutuhan atau yang lebih dikenal dengan
kegiatan konsumsi. Konsumsi adalah menghabiskan atau menggunakan
suatu nilai barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, konsumsi adalah
setiap kegiatan memanfatkan, menghabiskan kegunaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya menjaga kelangsungan hidup.1
Jadi dalam hal ini bukan hanya sekedar mementingkan kesenangan,
kepuasan semata melainkan mengkonsumsi suatu barang/jasa karna
memang barang tersebut sudah sewajarnya untuk dipenuhi. Kaitannya
dalam hal perilaku, setiap insan mempunyai cara atau perilaku yang
berbeda dalam hal melakukan tindakan konsumsi.
Islam sebagai landasan utama setiap muslim juga mengatur akan
tindakan mengkonsumsi suatu barang/jasa. Contoh dari aturan syariat
seperti manusia dilarang untuk mengkonsumsi barang yang sudah jelas
diharamkan untuk dikonsumsi, berlebih-lebihan, gaya hidup hedonisme
yang mementingkan kesenangan dan kemewahan semata, berpoya-poya/
boros dan perilaku lainnya yang dilarang oleh Islam. Tulisan ini
membahas tentang apa itu perilaku konsumen, faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen, serta mengkaji perilaku konsumen
dalam sudut pandang ekonomi yang berlandaskan atas syariat Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian perilaku Konsumen?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen?
3. Bagaimanakah perilaku konsumen dalam pandangan islam?
4. Bagarmana ayat tentang perilaku konsumen?

1
Sukarno Wibowo, Ekonomi Mikro Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 225.

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perilaku konsumen.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen.
3. Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam pandangan islam.
4. Untuk mengetahui ayat tentang perilaku konsumen.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Konsumen


Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan konsumen yang
langsung melekat dalam proses mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses proses yang mendahului
dan menyusuli tindakan ini. Menurut Kotker dalam The American
Marketing Assosiation, sebagaimana dikutip Nugroho J. Setiadi, prilaku
konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku
dan lingkungannya, di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran
dalam hidup mereka. Dari hal tersebut terdapat tiga ide penting yang dapat
disimpulkan yaitu: 1) perilaku konsumen adalah dinamis; 2) hal tersebut
melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian di
sekitar; 3) juga melibatkan pertukaran.
Perilaku konsumen sangat erat kaitannya dengan masalah
keputusan yang diambil seseorang dalam persaingan dan penentuan untuk
mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa. Konsumen mengambil
banyak macam pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam
pembelian. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli
konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai, apa
yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa
banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli. Di samping
perusahaan para pemasar juga dapat mempelajari adan mencari jawaban
atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana dan berapa
banyak yang mereka beli, tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah
laku konsumen bukan hal yang mudah, jawabannya seringkali
tersembunyi jauh dalam benak konsumen. Sehingga perilaku konsumen
dapat diartikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan
proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan,
barang, jasa, pengalaman serta ide-ide.

3
Sedangkan menurut Swastha dan Handoko perilaku konsumen
(consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan
tertentu. Menurut Engel et adalah tindakan langsung yang terlibat untuk
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk jasa, termasuk
proses keputusan yang mengikuti dan mendahului tindakan ini. Sedangkan
menurut Loudan dan Bitta lebih menekankan perilaku konsumen sebagai
suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan bahwa perilaku
konsumen adalah pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktifitas
individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur
barang dan jasa.
Dari pengertian diatas, maka perilaku konsumen merupakan
tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen
perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan
menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau
pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang
menentukan tindakan-tindakan tersebut.2

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen


Konsumen diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh
kepuasan (utility) dalam kegiatan konsumsinya. Utility secara bahasa
berarti berguna (usefulness), membantu (helpfulness) atau menguntungkan
(advantage). Dalam konteks ekonomi, utilitas dimaknaisebagai kegunaan
barang yang dirasakan oleh seorang konsumen ketika mengkonsumsi suatu
barang. Pengambilan keputusan didasari dengan berbagai hal baik dari
dalam individu maupun dari luar individu konsumen yang mampu
memberikan kepuasan yang tertinggi. Keputusan konsumen untuk
menentukan pembelian sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial,

2
Sri Wigati, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Maliyah Vol. 01, No. 01,
(Juni 2011) : h.24-26

4
pribadi dan psikologi dari pembeli. Juga oleh faktor-faktor yang tidak
dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-benar diperhitungkan.
Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas terhadap
perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan
oleh kultur, sub-kultur, dan kelas sosial pembeli. Kultur adalah penentu
paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Makhluk yang
lebih rendah umumnya akan dituntun oleh naluri. Sedangkan manusia
biasanya mempelajari perilaku dari lingkungan sekitar, sehingga nilai,
persepsi, preferensi, dan perilaku seseorang yang tinggal di daerah
tertentu akan berbeda dengan orang yang tinggal di daerah lain. Sub-
kultur merupakan lebih kecil di banding kultur yang memiliki etnis
yang lebih khas. Sedangkan kelassosial adalah susunan yang relatif
permanen dan teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya
memiliki nilai, minat, dan perilaku yang sama.
2. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti
kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen
tersebut. Kelompok ini sangat berpengaruh besar dalam pengambilan
keputusan, sehingga pemasar harussangat memperhatikan faktor
kelompok dalam menyusun strategi pemasaran. Kelompok ini bisa di
bedakan menjadi dua yaitu kelompok primer dan kelompok rujukan.
Kelompok primer terjadi karena interaksi secara intensif, seperti
keluarga dan teman. Kelompok ini memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap keputusan konsumen. Sedangkan kelompok rujukan
adalah kelompok yang merupakan titik perbandingan atau tatapmuka
atau tidak langsung dalam pembentukan sikap seseorang. Faktor sosial
yang lain adalah peran dan status. Tiap peran membawa status yang
mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakat. Contohnya
adalah direktur yang mamiliki pakaian mahal dan mobil mewah.

5
3. Faktor Pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakter pribadi
seperti umur dan tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi,
gaya hidup, kepribadian, konsep diri pembeli yang bersangkutan. Daur
hidup berkaitan dengan siklus hidup seseorang. Tahapan-tahapan
dalam hidup psikologi berhubungan dengan perubahan atau
transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidup. Jabatan
mengidentifikasikan kelompok pekerja yang memiliki minat di atas
rata-rata. Keadaan tertentu ini tidaklah lain adalah pendapatan yang
dapat dibelanjakan, tabungan, harta, dan aktivitas meminjam. Gaya
hidup adalahpola hidup yangdiekspresikan oleh minat, pendapatan,
kegiatan yang semua itu tidak akan lepas dari interaksi dengan
lingkungannya. Konsep diri adalah karakteristik psikologis yang
berbea darisetiap yang memandang respon terhadap lingkungan yang
konsisten.
4. Faktor Psikologis
Seseorang mempunyai banyak kebutuhan baik yang bersifat biogenik
ataupun biologis. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis
tertentu seperti lapar, haus dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan yang
bersifat psikologis adalah kebutuhan yang timbul dari keadaan tertentu
seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri, atau kebutuhan untuk
diterima lingkungan. Sedang faktor psikologis yang utama
adalahmotivasi, persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap.3

C. Perilaku Konsumen Dalam Pandangan Islam


Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan
keimanan. Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan
memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi
kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas dan konsumsi, baik dalam bentuk kepuasan materil maupun

3
Maryani, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Qtishodiyah, Vol. 2, No. 2,
(Januari 2016) : h.6-8

6
spiritual. Dalam Islam juga sudah sangat jelas dijelaskan tentang aturan
dalam melakukan segala perbuatan, baik buruk, halal haram yang
termaktub dalam Alqu’an, Hadis dan ijma ulama.
Perilaku konsumsi orang yang beriman akan berbeda dalam
mengkonsumsi barang/jasa jika di bandingkan dengan orang yang lebih
rendah tingkat keimanan dan kepatutannya kepada Allah SWT. Orang
yang mempunyai keimanan dan patuh terhadap aturan-aturan yang telah di
gariskan didalam Al-Qur’an dan hadits mengetahui batasan-batasan mana
hal yang diperbolehkan dan mana yang tidak boleh untuk di laksanakan.
Jika kebutuhannya sudah dirasa cukup maka konsep berbagi kepada
sesama akan ikut serta dilaksanakan. Melhat lingkungan sekitar yang
masih banyak masyarakat yang mengalami kekurangan atas kebutuhan dan
memberikan bantuan dan bimbingan agar kedepannya bisa memenuhi
kebutuhannnya secara mandiri.
Islam menganjurkan pola konsumsi dan penggunaan harta secara
wajar dan berimbang yaitu pola konsumsi yang terletak diantara kekikiran
dan pemborosan atau dengan kata lain tidak mementingkan kesenagan
semata. Jika mempunyai kemampuan untuk mengkonsumsi suatu
barang/jasa maka itu diperbolehkan dengan standar aturan syariat yang
ada. tidak kikir dalam artian meskipun memiliki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan tapi tidak mau memenuhinya dan terkesan menyiksa
diri.

D. Ayat Tentang Perilaku Konsumen


Islam mengajarkan tentang batasan-batasan manusia dalam
mengkonsumsi suatu produk barang atau jasa, baik yang dijelaskan dalam
Al- Qur’an maupun hadis. Kesejahteraan konsumen akan meningkat jika
ia banyak mengkonsumsi barang yang bermanfaat, halal, dan mengurangi
barang yang buruk atau haram. Islammelarang untuk menghalalkan apa
yang sudah ditetapkan haram dan memgharamkan apa-apa yang sudah
menjadi halal. Dalam Al-Qur’an disebutkan :

7
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengharamkan apa-
apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa
yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya.”(Qs. Al- Ma’idah :87-88)

Ayat tersebut Al Qur’an mendorong manusia sebagai pengguna


untuk menggunakan barang-barang yang baik dan bermanfaat serta
melarang adanya tindakan yang mengacu dalam hal perilaku boros dan
pengeluaran terhadap pengeluaran yang tidak penting dan tidak
bermanfaat. Sesungguhnya kuantitas konsumsi yang terpuji dalam kondisi
yang wajar adalah sederhana. Maksudnya, berada diantara boros dan pelit.4
Artinya dalam hal pengeluaran kebutuhan juga yang mendatangkan
manfaat kita tidak boleh pelit.

Allah SWT berfirman dalam Al- Qur’an :

“Dan berikanlah kepada keluarga- keluarga yang dekat akan haknya,


kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”(QS Al- Isra’: 26-27)

Ayat tersebut secara tegas menjelaskan, daripada harta kita


dipergunakan untuk hal-hal yang tidak berguna, tidak perlu atau tidak
penting (yang Allah sebut sebagai perbuatan mubazir) akan lebih baik jika
dipergunakan untuk membantu kerabat dekat, sanak famili, dan orang fakir
miskin. Inilah manfaat prinsip efisiensi yang hanya bisa kita dapatkan dari

4
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam (Erlangga, 2012), hal. 95.

8
menghindari sifat boros, prinsip mengejar kesenangan dan pola hidup
hedonisme.5
Dalam Al-Qur’an surat Taha ayat 81 disebutkan

“Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu,
dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-
Ku menimpamu. dan Barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, Maka
Sesungguhnya binasalah ia”.(Qs. Thahaa: 81)
Islam mengajarkan dalam mengkonsumsi suatu barang/jasa harus
memperhatikan etika konsumsi yang mana yang dibenarkan dan mana
yang tidak dibenarkan. Dalam ekonomi konvensional, manusia disebut
rasional secara ekonomi jika mereka selalu memaksimumkan kepentingan
sendiri, yaitu utility untuk konsumen dan keuntungan untuk produsen.
Sementara itu dalam ekonomi Islam pelaku ekonomi, produsen atau
konsumen, akan berusaha untuk memaksimalkan maslahat.6

Q.S. Al-Furqan : 67

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak


berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian.”

Maksud dari ayat itu umat muslim diajarkan untuk hidup dalam
kesederhanaan dan tidak bertindak secara berlebihan, termasuk dalam
menggunakan hartanya. Dan hamba Allah SWT. Yang benar-benar
mukmin tidak akan melampaui batas atau berlebihan dalam mengeluarkan

5
Misbahul Munir, Ajaran-ajaran Ekonomi Rasulullah kajian Hadits Nabi dalam Perspektif
Ekonomi.(Uin Malang Press, Malang 2007), hal.75.
6
Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011), hal. 46.

9
hartanya. Mereka mengeluarkan nafkah secara seimbang, tidak berlebihan
dan tidak kekurangan.

Tak sampai di situ, ayat ini juga berisi anjuran Rasulullah supaya
umatnya berhemat dalam mengelola harta yang dimiliki. Seseorang
dengan harta yang dapat mencukupi kebutuhannya agar menyisihkan
sebagian harta itu untuk menjalankan amalan sunnah. Misalnya seperti
berinfak tetapi tetap dalam batasan yang wajar dan tidak berlebihan,
disesuaikan dengan kondisi masing-masing serta situasi yang dihadapi.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial
yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi
untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa
melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses
pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut. Faktor-
faktor yang memperngaruhi perilaku konsumen, yaitu 1) Faktor kebudayaan,
2) Faktor sosial, 3) Faktor pribadi, dan 4) Faktor Psikologis.
Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan.
Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan
cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia.
Islam mengajarkan tentang batasan-batasan manusia dalam mengkonsumsi
suatu produk barang atau jasa, baik yang dijelaskan dalam Al- Qur’an
maupun hadis. Berikut ayat – ayat yang berhubungan dengan perilaku
konsumsi : Qs. Al- Ma’idah :87-88, QS Al- Isra’: 26-27, Qs. Thahaa: 81, Q.S.
Al-Furqan : 67.

11
DAFTAR PUSTAKA

Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam (Erlangga, 2012), hal. 95.


Maryani. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal
Qtishodiyah Vol. 2, No. 2. (Januari 2016)
Misbahul Munir, Ajaran-ajaran Ekonomi Rasulullah kajian Hadits Nabi dalam
Perspektif Ekonomi.(Uin Malang Press, Malang 2007), hal.75.
Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 46.
Sukarno Wibowo, Ekonomi Mikro Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal.
225.
Wigati, Sri. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jurnal
Maliyah Vol. 01, No. 01. ( Juni 2011)

12

Anda mungkin juga menyukai