Disusun oleh :
Bagus Prasetyo (21401062)
Yuli Fatimatuz Zahra’ (21401098)
Annisa Fitriana (21401117)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah Tafsir Ekonomi ini,
dengan judul Ayat Tentang Perilaku Konsumen. Makalah ini membahas
mengenai pengertin perilaku konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumen, perilaku konsumen dalam pandangan islam, serta ayat-ayat tentang
perilaku konsumen. Hal tersebut kami bahas untuk mengetahui serta menambah
wawasan mengenai Ayat Tentang Perilaku Konsumen.
Selain itu makalah ini juga kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Tafsir Ekonomi pada semester 3
Prodi Ekonomi Syari’ah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Instutut Agama
Islam Negeri Kediri.
Kami menyadari jika masih terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan
makalah kami ini, oleh karena itu kami mohon agar pembaca berkenan memberi
kritik dan saran agar kami dapat memperbaiki dan menyusun makalah yang lebih
baik lagi selanjutnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang terlibat dalam penyususnan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca. Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari setiap insan tidak bisa terlepas dari
tindakan atas pemenuhan kebutuhan atau yang lebih dikenal dengan
kegiatan konsumsi. Konsumsi adalah menghabiskan atau menggunakan
suatu nilai barang atau jasa. Menurut ilmu ekonomi, konsumsi adalah
setiap kegiatan memanfatkan, menghabiskan kegunaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya menjaga kelangsungan hidup.1
Jadi dalam hal ini bukan hanya sekedar mementingkan kesenangan,
kepuasan semata melainkan mengkonsumsi suatu barang/jasa karna
memang barang tersebut sudah sewajarnya untuk dipenuhi. Kaitannya
dalam hal perilaku, setiap insan mempunyai cara atau perilaku yang
berbeda dalam hal melakukan tindakan konsumsi.
Islam sebagai landasan utama setiap muslim juga mengatur akan
tindakan mengkonsumsi suatu barang/jasa. Contoh dari aturan syariat
seperti manusia dilarang untuk mengkonsumsi barang yang sudah jelas
diharamkan untuk dikonsumsi, berlebih-lebihan, gaya hidup hedonisme
yang mementingkan kesenangan dan kemewahan semata, berpoya-poya/
boros dan perilaku lainnya yang dilarang oleh Islam. Tulisan ini
membahas tentang apa itu perilaku konsumen, faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen, serta mengkaji perilaku konsumen
dalam sudut pandang ekonomi yang berlandaskan atas syariat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian perilaku Konsumen?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen?
3. Bagaimanakah perilaku konsumen dalam pandangan islam?
4. Bagarmana ayat tentang perilaku konsumen?
1
Sukarno Wibowo, Ekonomi Mikro Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hal. 225.
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perilaku konsumen.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen.
3. Untuk mengetahui perilaku konsumen dalam pandangan islam.
4. Untuk mengetahui ayat tentang perilaku konsumen.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sedangkan menurut Swastha dan Handoko perilaku konsumen
(consumer behavior) dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan
tertentu. Menurut Engel et adalah tindakan langsung yang terlibat untuk
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk jasa, termasuk
proses keputusan yang mengikuti dan mendahului tindakan ini. Sedangkan
menurut Loudan dan Bitta lebih menekankan perilaku konsumen sebagai
suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan bahwa perilaku
konsumen adalah pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktifitas
individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur
barang dan jasa.
Dari pengertian diatas, maka perilaku konsumen merupakan
tindakan-tindakan dan hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen
perorangan, kelompok maupun organisasi untuk menilai, memperoleh dan
menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses pertukaran atau
pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang
menentukan tindakan-tindakan tersebut.2
2
Sri Wigati, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Maliyah Vol. 01, No. 01,
(Juni 2011) : h.24-26
4
pribadi dan psikologi dari pembeli. Juga oleh faktor-faktor yang tidak
dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-benar diperhitungkan.
Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor Kebudayaan
Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas terhadap
perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan
oleh kultur, sub-kultur, dan kelas sosial pembeli. Kultur adalah penentu
paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Makhluk yang
lebih rendah umumnya akan dituntun oleh naluri. Sedangkan manusia
biasanya mempelajari perilaku dari lingkungan sekitar, sehingga nilai,
persepsi, preferensi, dan perilaku seseorang yang tinggal di daerah
tertentu akan berbeda dengan orang yang tinggal di daerah lain. Sub-
kultur merupakan lebih kecil di banding kultur yang memiliki etnis
yang lebih khas. Sedangkan kelassosial adalah susunan yang relatif
permanen dan teratur dalam suatu masyarakat yang anggotanya
memiliki nilai, minat, dan perilaku yang sama.
2. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti
kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen
tersebut. Kelompok ini sangat berpengaruh besar dalam pengambilan
keputusan, sehingga pemasar harussangat memperhatikan faktor
kelompok dalam menyusun strategi pemasaran. Kelompok ini bisa di
bedakan menjadi dua yaitu kelompok primer dan kelompok rujukan.
Kelompok primer terjadi karena interaksi secara intensif, seperti
keluarga dan teman. Kelompok ini memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap keputusan konsumen. Sedangkan kelompok rujukan
adalah kelompok yang merupakan titik perbandingan atau tatapmuka
atau tidak langsung dalam pembentukan sikap seseorang. Faktor sosial
yang lain adalah peran dan status. Tiap peran membawa status yang
mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakat. Contohnya
adalah direktur yang mamiliki pakaian mahal dan mobil mewah.
5
3. Faktor Pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakter pribadi
seperti umur dan tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi,
gaya hidup, kepribadian, konsep diri pembeli yang bersangkutan. Daur
hidup berkaitan dengan siklus hidup seseorang. Tahapan-tahapan
dalam hidup psikologi berhubungan dengan perubahan atau
transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidup. Jabatan
mengidentifikasikan kelompok pekerja yang memiliki minat di atas
rata-rata. Keadaan tertentu ini tidaklah lain adalah pendapatan yang
dapat dibelanjakan, tabungan, harta, dan aktivitas meminjam. Gaya
hidup adalahpola hidup yangdiekspresikan oleh minat, pendapatan,
kegiatan yang semua itu tidak akan lepas dari interaksi dengan
lingkungannya. Konsep diri adalah karakteristik psikologis yang
berbea darisetiap yang memandang respon terhadap lingkungan yang
konsisten.
4. Faktor Psikologis
Seseorang mempunyai banyak kebutuhan baik yang bersifat biogenik
ataupun biologis. Kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis
tertentu seperti lapar, haus dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan yang
bersifat psikologis adalah kebutuhan yang timbul dari keadaan tertentu
seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri, atau kebutuhan untuk
diterima lingkungan. Sedang faktor psikologis yang utama
adalahmotivasi, persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap.3
3
Maryani, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam, Jurnal Qtishodiyah, Vol. 2, No. 2,
(Januari 2016) : h.6-8
6
spiritual. Dalam Islam juga sudah sangat jelas dijelaskan tentang aturan
dalam melakukan segala perbuatan, baik buruk, halal haram yang
termaktub dalam Alqu’an, Hadis dan ijma ulama.
Perilaku konsumsi orang yang beriman akan berbeda dalam
mengkonsumsi barang/jasa jika di bandingkan dengan orang yang lebih
rendah tingkat keimanan dan kepatutannya kepada Allah SWT. Orang
yang mempunyai keimanan dan patuh terhadap aturan-aturan yang telah di
gariskan didalam Al-Qur’an dan hadits mengetahui batasan-batasan mana
hal yang diperbolehkan dan mana yang tidak boleh untuk di laksanakan.
Jika kebutuhannya sudah dirasa cukup maka konsep berbagi kepada
sesama akan ikut serta dilaksanakan. Melhat lingkungan sekitar yang
masih banyak masyarakat yang mengalami kekurangan atas kebutuhan dan
memberikan bantuan dan bimbingan agar kedepannya bisa memenuhi
kebutuhannnya secara mandiri.
Islam menganjurkan pola konsumsi dan penggunaan harta secara
wajar dan berimbang yaitu pola konsumsi yang terletak diantara kekikiran
dan pemborosan atau dengan kata lain tidak mementingkan kesenagan
semata. Jika mempunyai kemampuan untuk mengkonsumsi suatu
barang/jasa maka itu diperbolehkan dengan standar aturan syariat yang
ada. tidak kikir dalam artian meskipun memiliki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan tapi tidak mau memenuhinya dan terkesan menyiksa
diri.
7
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengharamkan apa-
apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu
melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa
yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang
kamu beriman kepada-Nya.”(Qs. Al- Ma’idah :87-88)
4
Lukman Hakim, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam (Erlangga, 2012), hal. 95.
8
menghindari sifat boros, prinsip mengejar kesenangan dan pola hidup
hedonisme.5
Dalam Al-Qur’an surat Taha ayat 81 disebutkan
“Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu,
dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-
Ku menimpamu. dan Barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, Maka
Sesungguhnya binasalah ia”.(Qs. Thahaa: 81)
Islam mengajarkan dalam mengkonsumsi suatu barang/jasa harus
memperhatikan etika konsumsi yang mana yang dibenarkan dan mana
yang tidak dibenarkan. Dalam ekonomi konvensional, manusia disebut
rasional secara ekonomi jika mereka selalu memaksimumkan kepentingan
sendiri, yaitu utility untuk konsumen dan keuntungan untuk produsen.
Sementara itu dalam ekonomi Islam pelaku ekonomi, produsen atau
konsumen, akan berusaha untuk memaksimalkan maslahat.6
Q.S. Al-Furqan : 67
Maksud dari ayat itu umat muslim diajarkan untuk hidup dalam
kesederhanaan dan tidak bertindak secara berlebihan, termasuk dalam
menggunakan hartanya. Dan hamba Allah SWT. Yang benar-benar
mukmin tidak akan melampaui batas atau berlebihan dalam mengeluarkan
5
Misbahul Munir, Ajaran-ajaran Ekonomi Rasulullah kajian Hadits Nabi dalam Perspektif
Ekonomi.(Uin Malang Press, Malang 2007), hal.75.
6
Pusat pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2011), hal. 46.
9
hartanya. Mereka mengeluarkan nafkah secara seimbang, tidak berlebihan
dan tidak kekurangan.
Tak sampai di situ, ayat ini juga berisi anjuran Rasulullah supaya
umatnya berhemat dalam mengelola harta yang dimiliki. Seseorang
dengan harta yang dapat mencukupi kebutuhannya agar menyisihkan
sebagian harta itu untuk menjalankan amalan sunnah. Misalnya seperti
berinfak tetapi tetap dalam batasan yang wajar dan tidak berlebihan,
disesuaikan dengan kondisi masing-masing serta situasi yang dihadapi.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan hubungan sosial
yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi
untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa
melalui proses pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses
pengambilan keputusan yang menentukan tindakan-tindakan tersebut. Faktor-
faktor yang memperngaruhi perilaku konsumen, yaitu 1) Faktor kebudayaan,
2) Faktor sosial, 3) Faktor pribadi, dan 4) Faktor Psikologis.
Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan.
Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan
cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia.
Islam mengajarkan tentang batasan-batasan manusia dalam mengkonsumsi
suatu produk barang atau jasa, baik yang dijelaskan dalam Al- Qur’an
maupun hadis. Berikut ayat – ayat yang berhubungan dengan perilaku
konsumsi : Qs. Al- Ma’idah :87-88, QS Al- Isra’: 26-27, Qs. Thahaa: 81, Q.S.
Al-Furqan : 67.
11
DAFTAR PUSTAKA
12