DISUSUN OLEH
Muhammad Ridwannudin
(2286050024)
Puja dan puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah nya kepada kami. Sehingga dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang “Teori Perilaku Konsumen”.
Dan tidak lupa pula shalawat serta salam tetap curahkan kepada junjungan kita
yakni Nabi besar Muhammad S.A.W. yang telah membawa kita dari alam
kegelapan menuju alam terang benderang yakni agama islam.
Dan penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon kritik dan saran guna
perbaikan dalam pembuatan makalah kami.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMABAHASAN
TEORI PERILAKU KONSUMEN
2
mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai sutu akibat
dari pengalaman dengan produk, pelayanan dan dumber-sumber lainya.
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa
perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individum,
kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan dalam mendapakan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonimi
yang dapat di pengaruhi linkungan. (Ayu. 2014)
1. Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan
berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya
meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh
kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini
sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari
pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain;
2. Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis
individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang
psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen,
karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung;
3. Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari
suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti
kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya. (Jan. 2017)
3
C. Pendekatan Guna Batas
1. Pendekatan Kardinal
Pendekatan kardinal adalah suatu daya guna atau nilai guna yang
bisa diukur dengan satuan uang atau utilitas, nilai guna tersebut memiliki
tingkatan yang sesuai dengan subjek yang menilainya. Pendekatan ini
memiliki asumsi bahwa sebuah produk yang memiliki kegunaan lebih bagi
konsumen maka itulah yang paling diminati. Untuk itu pendekatan ini sering
disebut dengan pendekatan dengan penilaian yang subjektif.
Kepuasan konsumen bisa diukur secara kuantitatif dalam bentuk
angka. Ukuran nilai guna barang tergantung kepada orang yang
memberikan penilaian sehingga pendekatan ini bersifat subjektif. Untuk
memudahkan pengukuran digunakan satuan kegunaan barang yang biasa
disebut utility. Nilai guna barang dibedakan menjadi nilai guna total dan
nilai guna marginal.
a. Nilai guna total (Total Utility = TU) yaitu seluruh kepuasan yang
diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Semakin
banyak jenis yang dikonsumsi per unit dalam waktu tertentu, semakin
besar kepuasan/guna total yang diperolehnya.
b. Nilai guna marginal (Marginal Utility = MU) yaitu perubahan guna
total yang diakibatkan oleh perubahan konsumsi suatu barang sebanyak
1 (satu) unit per satuan waktu tertentu (Zahara. 2020)
4
Hipotesis utama teori nilai guna atau lebih di kenal dengan hukum
nilai guna marjinal yang semakin menurun menyatakan bahwa tambahan
nilai guna yang diperoleh sesorang dari mengkonsumsi suatu barang akan
menjadi semakin sedikit apabila poerang tersebut terus menerus menambah
konsumsinya atas barang tersebut. Pada akhirnya tambahan nilai guna akan
menjadi negatif apabila konsumsi atas barang tersebut terus ditambah maka
nilai guna akan semakin sedikit.
Dengan memisalkan bahwa kepuasan seorang sehabis melakukan
olah raga membutukan 5 gelas air untuk menghilangkan dahaganya dan
dinyatakan dalam angka seperti dalam tabel berikut
Tabel 1
Utilitas Total dan Utilitas Marginal
MU = P ↔ MU = ∆TU/∆Q
Tabel diatas menggambarkan bahwa Utilitas akan semakin menurun
apabila konsumsi terus menerus ditambah. Maka grafik dari tabel tersebut
adalah :
5
Dari tabel dan kurva tersebut nampak bahwa pada mulanya total
utility naik dengan bertambahnya jumlah air yang diminum, namun setelah
sejumlah konsumsi tertentu (dalam hal ini setelah konsumsi air ke-6) total
utility tersebut menurun. Bagaimana dengan marginal utilitynya? Marginal
utility nampak terus menurun setiap terjadi tambahan konsumsi satu gelas
air dan setelah konsumsi air ke-6 marginal utility menjadi negatif. Hal ini
6
mencerminkan adanya hukum marginal utility yang semakin menurun (the
law of diminishing marginal utility). Dengan demikian, secara umum dapat
diartikan bahwa semakin banyak barang tertentu dikonsumsi, semakin kecil
marginal. utility yang diperoleh dari barang yang terakhir dikonsumsikan.
Seorang konsumen dikatakan Equilibrium (Seimbang) apabila
konsumen tersebut mempunyai kepuasan Maksimum. Kepuasan
Maksimum terjadi disaat : Besar Pengorbanan yang dilakukan = Manfaat/
𝑀𝑈𝑥
nilai guna yang diperoleh MUx = PUx atau = 1….
𝑃𝑥
2. Pendekatan Ordinal
Kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi barang tidak dapat
dinyatakan secara kuantitatif, sehingga perilaku konsumen dalam memilih
barang yang akan memaksimumkan kepusan ditunjukkan dalam kurva
kepuasan sama (Indifference Curve). Suatu pendekatan baru yang
dikembangkan J. Hicks dan R.J. Allen pada tahun 1934. Dalam teori ini
dapat diketahui bahwa sudah cukup bagi kita apabila konsumen yang
perilakunya akan kita pelajari mampu membuat urutan tinggi rendahnya
daya guna yang dia peroleh dari mengkonsumsikan sekelompok barang.
Menurut teori ordinal kegunaan tidak dapat dihitung, hanya dapat di
bandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan dan kepandaian
7
seseorang. Untuk menjelaskan pendapatnya, teori ordinal menggunakan
kurva indeferen (indifference Curve).
Kurva indeferen adalah kurva yang menunjukan kombinasi
konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama
bagi seorang konsumen. Suatu kurva indeferensi atau sekumpulan kurva
indeferensi (yang disebut peta indeferensi atau indifference Map), dihadapi
oleh seorang konsumen (Zahara. 2020). Asumsi pendekatan ordinal yaitu:
a. Dengan harga tetentu konsumen dianggap selalu akan memilih
kombinasi barang yang memberikan daya guna yang optimal.
Konsumen dianggap mempunyai informasi yang sempurna atas uang
yang tersedia baginya maupun tentang harga-harga dipasar.
b. Konsumen perlu mempunyai skala referensi yang disusun secara atau
atas dasar besar kecilnya daya guna, sekalipun besarnya daya guna itu
sendiri secara absolut tidak perlu diketahuinya
Secara ordinal, terjadinya Equilibrium apabila: Keinginan
Konsumen : Indifference Curve (IC) Kemampuan Konsumen : Budget Line
(BL) Secara teori, keseimbangan konsumen terjadi ketika BL bersinggungan
dengan IC
Keseimbangan konsumen digambarkan dalam kurva kepuasan yang
sama. Kurva kepuasan sama adalah tempat kedudukan titik-titik kombinasi
dua jenis barang yang dikonsumsi yang memberikan tingkat kepuasan yang
sama kepada konsumen. Oleh karena itu untuk menggambarkan kurva
kepuasan sama perlu dianggap bahwa seorang konsumen hanya
mengkonsumsi dua jenis barang. Misalkan seorang konsumen
mengkombinasikan konsumsi makan bakso dengan makan sate. Nilai
kegunaan (kepuasan) konsumen dari menkonsumsi makan bakso dengan
makan sate perbulan dapat ditulis sebagai :
U = X . Y Dimana : U = tingkat kepuasan X = makan bakso
(Mangkok/ bulan) Y = makan sate (Porsi/ bulan)
8
Tabel 2
9
Tingkat substitusi marginal yang semakin kecil, seperti yang
ditunjukkan pada tabel 2 tersebut, mengandung arti sebagai berikut:
a. Ketika konsumen mempunyai barang Y relatif banyak dan barang X
relatif sedikit maka untuk menaikkan konsumsi satu unit barang X
diperlukan pengorbanan atau pengurangan konsumsi barang Y yang
banyak; akan tetapi
b. Semakin banyak barang X yang telah diperoleh, semakin sedikit
pengorbanan barang Y untuk memperoleh tambahan satu unit barang X
berikutnya (Zahara. 2020).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12