Anda di halaman 1dari 10

PERMINTAAN UANG DALAM ISLAM

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Teori Moneter Islami

Disusun Oleh :

MILA TIARA LESTARI

NIM : 2286050023

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

IAIN SYEKH NURJATI CIREBON

2023
PENDAHULUAN

Dalam sejarah pemikiran ekonomi, kehadiran aliran atau mazhab ekonomi biasanya
bertujuan mengkritik, mengevaluasi atau mengoreksi aliran-aliran ekonomi sebelumnya yang
dinilai tidak mampu menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi. Dalam ekonomi
konvensional (umum), kita mengenal aliran ekonomi klasik, neoklasik, marxis, historis,
institusional, moneteris, dan lain sebagainya. Ilmu ekonomi Islam pun tidak luput dari aliran
atau mazhab-mazhab ekonomi.
Ketika menjelaskan hakikat ekonomi Islam, maka akan tampak beberapa sudut pandang
tentang ekonomi Islam. Terlepas adanya beberapa perbedaan tersebut, semua mazhab yang
ada menyepakati bahwa ekonomi Islam selalu mengedepankan kemaslahatan di dalam segala
aktivitasnya. Sampai saat ini, pemikiran ekonom-ekonom Muslim kontemporer dapat kita
klasifikasikan setidaknya menjadi tiga mazhab, yakni:
·           Mazhab Iqtishaduna
·           Mazhab Mainstream; dan
·           Mazhab Alternatif-Kritis

PEMBAHASAN

Diskusi tentang bagaimana manajemen moneter harus dilakukan, tidak akan pernah
terlepas dari berbagai cara untuk mempertemukan permintaan uang dan penawaran pada
tingkat yang paling ideal. Kita tidak akan menafikan dan mengasumsikan bahwa salah satu
diantaranya merupakan variabel exogen. Akan tetapi, kita harus melihat bagaimana kedua
variabel ini mencapai tingkat equilibrium dalam makro ekonomi. Penjelasan untuk
menerangkan permintaan uang merupakan pekerjaan yang komplek dan sophisticated bagi
pembahas. Permintaan uang secara tidak langsung akan mengikutsertakan tingkat suku
bunga, total transaksi, total output, personal income, pendapatan tetap, kesejahteraan, upah,
tingkat inflasi dan ekspetasinya, institusi perantaranya dan inovasi-inovasi dalam keuangan.
Permintaan uang dalam islam pada tiga madzhab mempunyai kesamaan dalam motif
memegang uang. Sedangkan dalam islam fungsi permintaan ung hanya dikenal dua motif
saja, yaitu motif transaksi dan berjaga-jaga. Karena perbuatan yang mengarah pada motif
spekulasi dilarang dalam islam, maka instrumen moneter yang ada dihindarkan dari
penggunaan variabel yang akan menarahkan kepada motif spekulasi.keberadaan instrumen
pengganti suku bunga diarahkan penggunaannya terhadap uang yang memiliki tujuan yang
bersifat penting dan mendesak serta investasi yang produktif dan efisien. Walaupun ada
persamaan dalam motif untuk memegang uang, namun penggunaan variabel penjelas yang
digunakan diantara ketiga mazhab adalah berbeda. Yakni mazhab Iqtishaduna yang juga
disebut sebagai mazhab pertama, mazhab Mainstream atau mazhab kedua, dan mazhab
Alternatif atau mazhab ketiga.
Mazhab Iqtishaduna berpendapat bahwa permintaan uang adalah fungsi dari tingkat
ratio haga tangguh terhadap harga tunai (Pt/Po). Mazhab mainstream menggunakan dues on
idle fun dan tingkat pendapatan sebagai variabel independent  dari fungsi permintaan uang.
Sedangkan mazhab ketiga menjelaskan bahwa permintaan dan penawaran uang adalah salah
satu fungsi M, dan variabel yang mempengarhinya adalah Y, variabel kebijakan pemerintah,
X, variabel sosio-ekonomi, Ø, knowladge-induced variabel. Instrumen yang digunakan
sebagai financial intermdiary adalah profit-sharing atau expeted rateof profit.

1. Mazhab Iqtiṣādunā

Iqtishad bukan hanya sekedar terjemahan dari ekonomi. Iqtishad berasal dari kata bahasa


arab  ‫ د‬ -‫ ص‬-‫ق‬ yang secara harfiah berarti “ekuilibrium” atau “keadaan sama, seimbang, atau
pertengahan”. Sejalan dengan itu, maka semua teori yang dikembangkan oleh ilmu ekonomi
konvensional ditolak dan dibuang. Sebagai gantinya, mazhab ini berusaha untuk menyusun
teori-teori baru yang langsung digali dan dideduksi dari Al-Qur’an dan Sunnah. Mazhab ini
dipelopori oleh Baqir as-Sadr dengan bukunya yang fenomenal yaitu Iqtishaduna (ekonomi
kita). Muhammad Baqir al-Sadr dilahirkan di Kadhimiyeh pada 25 Dzulqaidah 1353 H/ 1
Maret 1935 M. Datang dari suatu keluarga yang terkenal dari sarjana-sarjana Shi’ite dan
para intelektual islam, Sadr mengikuti jejak mereka secara alami. Beliau memilih untuk
belajar studi-studi islam tradisional di hauzas (sekolah-sekolah tradisional di Iraq), di mana
Beliau belajar fiqh, ushul dan teologi. Beliau adalah ulama syiah irak terkemuka, pendiri
organisasi hizbullah di Lebanon. Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi
(economics) tidak pernah bisa sejalan dengan islam. Ekonomi tetap ekonomi, dan islam
tetap islam. Keduanya tidak akan pernah dapat disatukan karena keduanya berasal dari
filosofi yang saling kontradiktif. Yang satu anti islam, yang lainnya islam.
Menurut mereka, perbedaan filosofi ini berdampak pada perbedaan cara pandang keduanya
dalam melihat masalah ekonomi. Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi muncul karena
adanya keinginan manusia yan tidak terbatas sementara sumber daya yang tersedia untuk
memuaskan keinginan manusia tersebut jumlahnya terbatas. Mazhab Baqir menolak
pernyataan ini, karena menurut mereka, Islam tidak mengenal adanya sumber daya yang
terbatas. Dalil yang digunakan adalah:
ٰ
ٍ ‫ِإنَّا ُك َّل َش ْى ٍء خَ لَ ْقنَهُ بِقَد‬
‫َر‬
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.’’(QS.Al-
Qamar[54];49)
Dengan demikian, karena segala sesuatunya sudah terukur dengan sempurna, sebenarnya
Allah telah memberikan sumber daya yang cukup bagi seluruh manusia di dunia.

Pendapat bahwa keinginan manusia itu tidak terbatas juga ditolak. Mazhab Baqir
berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena adanya distribusi yang tidak merata
dan adil sebagai akibat sistem ekoomi yang membolekan eksplotasi pihak yang kuat
tehadap pihak yang lemah. Yang kuat memiliki akses terhadap sumber daya sehingga
menjadi sangat kaya, sementara yang lemah tidak memiliki akses terhadap sumber daya
singga menjadi sangat miskin. Karena itu masalah ekonomi muncul bukan karena sumber
daya yang terbatas, tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas. Oleh karena itu,
menurut mereka, istilah ekonomi Islami adalah istilah yang bukan hanya tidak sesuai dan
salah, tetapi juga menyesatkan dan kontradiktif, karena itu penggunaan istilah ekonomi
Islami harus dihentikan. Sebagai gantinya, ditawarkan istilah baru yang berasal dari filosofi
Islam, yakni Iqtishad. Tokoh-tokoh Mazhab ini selain Muhammad Baqir as-sadr adalah
Abbas Mirakhor, Baqir Al-Hasani, Kadim As-Sadr, Iraj Toutonchian, Hedayati, dll.
PERMINTAAN UANG MAZHAB IQTISHADUNA

Permintaan uang ditujukan untuk dua tujuan pokok, yaitu transaksi dan berjaga-jaga
atau untuk invetasi. Secara matematik formula
Md = Mdtrans + Md prec permintaan uang dapat dituliskan sebagai berikut:

Permintaan uang untuk transaksi merupakan fungsi dari tingkat pendapatan yang
dimiliki oleh seseorang. Dimana semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka
permintaan uang untuk memfasilitasi transaksi barang dan jasa juga akan meingkat.
Fungsi permintaan uang untuk motif berjaga-berjaga (meliputi juga permintaan uang
untuk investasi dan tabungan) ditentukan oleh besar kecilnya harga barang tangguh untuk
pembelian barang tidak tunai.
Zaid bin Ali Zainal Abidin ibn Husein ibn Ali ibn Abi Thalib membolehkan
pembayaran dengan harga yang lebih tinggi dari pada harga tunai dalam perniagaan komoditi
secara kredit. Pt sebagai besarnya harga yang lebih tinggi dari harga tunai Po. Pt/Po adalah
rasio harga antara future price dengan present price atau harga bayar tangguh. Apabila harga
bayar tangguh meningkat maka akan mengurangi permintaan uang rill, karena orang akan
lebih senang memegang barang yang akan meningkat harganya pada masa datang dari pada
memegang dalam wujud uang kas. Pada masa Raslullah, permintaan uang hanya ada dua
yaitu untuk transaksi dan berjaga-jaga. Md = Mdtr + Mdpt  apabila Mdpr, maka Mdtr
. meningkatnya permintaan uang untuk transaksi ini akan meningkatkan velositas dari pada
uang V  .Selanjutnya, dengan adanya kenaikan dari velositas yang ini akan mengakibatkan
meningkatnya harga bayar tangguh Pt/Po. Secara sederhana dapat kita jelaskan sebagai
berikut mengapa Pt/Po naik ketika velositas dari uang naik. Seorang penjual mangga setiap
bulan mampu menjual sebanyak 10 buah, sedangkan keuntungan setiap kali adalah 10
dirham. Apabila penjual tersebut ingin menjual mangganya dan dibayar pada bulan depan
maka dia akan mengenakan biaya sebesar 10 kali dari keuntungan setiap kali penjualan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa harga bayar tangguh dari penjalan mangga ini adalah 10 kali
atau sesuai dengan besarnya volatilitas/banyaknya transaksi yang biasanya terjadi.
Masing-masing fungsi permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dapat kita tuliskan
sebagai berikut:
Dalam formula permintaan uang yang ditulis oleh pak
Mdtrans = f (Y)
Adiwarman Karim bahwa variabel bebas pendapatan (Y) 
Mdprec = f(Y, PT/Po) mempunyai koefisien yang positif dan harga bayar
tangguh berkoefisien negatif.
Dalam
Mdsebuah
= f(Y+, grafik
Pt/Po) dapat kita gambarkan bahwa permintaan uang mempunyai kemiringan
negatif berslope ke kanan, garis vertikal memiliki nilai Pt/Po
dan jumlah Md berada pada garis horizontal. Pergerakan sepanjang kurva (titik a ke titik b)
pada kurva Md1 dipengaruhi oleh perubahan-perubahan harga pada perubahan-perubahan
variabel exogen, seperi peningkatan ekspor atau impor, hari raya dan lain-lain.
2.      MAZHAB MAENSTREAM
Mazhab kedua ini berbeda pendapat dengan mazhab pertama. Mazhab yang lebih
dikenal dengan mazhab mainstream ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena
sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak
terbatas. Memang benar misalnya, bahwa total permintaan dan penawaran beras di seluruh
dunia berada pada titik ekuilibrium. Namun, jika kita berbicara pada tempat dan waktu
tertentu, maka sangat mungkin terjadi kelangkaan sumber daya. Bahkan ini yang sering kali
terjadi. Suplai beras di Ethiopia dan Bangladesh misalnya tentu lebih langka dibandingkan di
Thailand. Jadi keterbatasan sumber daya memang ada, bahkan diakui pula oleh Islam. Dalil
yang dipakai adalah Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 155:
َّ ‫ ِر‬ggggg‫ت َوبَ ِّش‬
َ‫ابِ ِرين‬ggggg‫الص‬ ِ ُ‫ َوا ِل َواألنف‬ggggg‫ص ِّمنَ اَأل َم‬
ِ ‫ َرا‬ggggg‫س َوالثَّ َم‬ ‫وف َو ْالج‬
ٍ ‫وع َونَ ْق‬gggggُ
ِ ْ gggggَ‫ ْي ٍء ِّمنَ ْالخ‬ggggg‫ونَّ ُك ْم بِ َش‬ggggg
َ ُ‫َولَنَ ْبل‬
“Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar.”
Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal yang alamiah.
Dalil yang dipakai adalah Al-Qur’an surat At-Takatsur ayat 1-5:
)4( َ‫) ثُ َّم َكاَّل َسوْ فَ تَ ْعلَ ُمون‬3( َ‫) َكاَّل َسوْ فَ تَ ْعلَ ُمون‬2( ‫) َحتَّى ُزرْ تُ ُم ْال َمقَابِ َر‬1( ‫َأ ْلهَا ُك ُم التَّ َكاثُ ُر‬
)5( ‫ين‬ ِ ِ‫َكاَّل لَوْ تَ ْعلَ ُمونَ ِع ْل َم ْاليَق‬
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur. Janganlah
begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu).”
Dan sabda Nabi Muhammad SAW. bahwa manusia tidak akan pernah puas. Bila
diberikan emas satu lembah, ia akan meminta emas dua lembah. Bila diberikan dua lembah,
ia akan meminta tiga lembah dan seterusnya sampai ia masuk kubur.
Perbedaan mazhab ini dengan ekonomi konvensional adalah dalam penyelesaian
masalah ekonomi tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masalah
kelangkaan ini menyebabkan manusia harus melakukan pilihan. Dalam ekonomi
konvensional, pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan selera pribadi
masing-masing tidak peduli apakah itu bertentangan dengan norma serta nilai agama ataukah
tidak. Dengan kata lain pilihan dilakukan berdasarkan tuntutan nafsu semata (Homo
economicus). Sedangkan dalam ekonomi Islam, penentuan pilihan tidak bisa seenaknya saja,
sebab semua sendi kehidupan kita telah diatur oleh Al-Qur’an dan Sunnah[8]. Sebagai
manusia ekonomi Islam (Homo islamicus) harus selalu patuh pada aturan-aturan syariah yang
ada.
Sesuai dengan namanya, maka mazhab pemikiran ekonomi Islam ini
mendominasi khasanah pemikiran ekonomi Islam di seluruh dunia. Meluasnya mazhab ini
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
1. Secara umum pemikiran mereka relatif lebih moderat jika dibandingkan dengan mazhab
lainnya sehingga lebih mudah diterima masyarakat.
2.  Ide-ide mereka banyak ditampilkan dengan cara-cara ekonomi konvensional, misalnya
menggunakan economic modeling dan quantitative methods sehingga mudah dipahami
oleh masyarakat luas. Sebenarnya hal ini tidak mengherankan, sebab para pendukung
mazhab ini kebanyakan memiliki latar belakang pendidikan ekonomi konvensional, di
samping penguasaan ilmu keislaman yang memadai. Banyak diantara mereka telah
menempuh pendidikan dengan jenjang tinggi dan tetap beraktivitas ilmiah di negara-
negara Barat, misalnya Umar Chapra, Muhammad Nejatullah Siddiqi, dan Muhammad
Abdul Mannan.
3. Kebanyakan tokoh merupakan staf, peneliti, penasehat, atau setidaknya memiliki
jaringan erat dengan lembaga-lembaga regional dan internasional yang telah mapan
seperti Islamic Development Bank (IDB), International Institute of Islamic thought (III
T), Islamic research and Training Institute (IRTI), dan Islamic Foundation pada
beberapa universitas maju. Lembaga-lembaga ini memiliki jaringan kerja yang luas
didukung dengan pendanaan yang memadai, sehingga dapat mensosialisasikan gagasan
ekonomi Islam dengan lebih baik. Bahkan, gagasan ekonomi Islam diimplementasikan
dalam kebijakan ekonomi yang nyata, sebagaimana yang dilakukan oleh IDB dalam
membantu pembangunan di negara-negara muslim. okoh-tokoh mazhab ini antara lain
adalah Umer Chapra, Metwally, MA Mannan, MN Siddiqi, dan lain-lain. Mayoritas
mereka adalah pakar ekonomi yang belajar serta mengajar di universitas-universitas
Barat, dan sebagian besar diantara mereka adalah ekonom Islamic Development
Bank (IDB). Mazhab ini tidak pernah membuang sekaligus teori-teori ekonomi
konvensional ke keranjang sampah. Salah seorang tokoh mazhab ini Umer Chapra
mengatakan bahwa usaha pengembangan ekonomi Islam bukan berarti memusnahkan
semua hasil analisis yang baik dan sangat berharga yang telah dicapai oleh para ekonom
konvensional. Yang bermanfaat diambil, yang tidak bermanfaat dibuang, sehingga terjadi
suatu proses transformasi keilmuan tang diterangi dan dipandu oleh prinsip-prinsip
syariah Islam. Keilmuan yang saat ini berkembang di dunia Barat pada dasarnya
merupakan pengembangan keilmuan yang dikembangkan oleh para ilmuan muslim pada
era dark ages, sehingga bukan tak mungkin ilmu yang berkembang sekarang pun masih
ada beberapa yang sarat nilai karena merupakan pengembangan dari pemikiran ilmuan
muslim terdahulu.
Mengambil hal-hal yang baik dan bermanfaat yang dihasilkan dari bangsa dan budaya
non-Islam sama sekali tidaklah diharamkan. Nabi bersabda bahwa hikmah/ilmu itu bagi umat
Islam ibarat barang yang hilang. Dimana saja ditemukan, maka umat Muslimlah yang paling
berhak mengambilnya. Catatan sejarah umat Muslim memperkuat hal ini. Para ulama dan
ilmuan Muslim banyak meminjam ilmu dari peradaban lain, seperti Yunani, India, Persia, dan
China yang bermanfaat diambil dan yang tidak bermanfaat dibuang, sehingga transformasi
ilmu dengan diterangi cahaya Islam.

PERMINTAAN UANG MAZHAB MAINSTREAM


Seperti halnya pada mazhab pertama dimana permintaan uang dalam islam hanya
dikategorikan dalam dua hal yaitu permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga.
Perbedaan baru terlihat di antara mazhab ini setelah kita membirakan bagaimna perilaku
permintaan uang untuk otif berjaga-jaga dalam Islam dan variabel apa yang memengaruhi
motif berjaga-jaga ini.
Landasan filosofis dari teori dasar permintaan uang ini adalah Islam mengarahkan sumber-
sumber daya yang ada untuk dialokasikan secara maksimum dan efisien.
Pelarangan Hoarding money  atau penimbunan kekayaan merupakan “ kejahatan ’’
penggunaan uang yang harus diperangi. Pengenaan pajak terhadap aset produktif yang
menganggur merupkan strategi utama yang digunakan oleh mazhab ini. Dues of Idle
cash  atau pajak atas aset produktif yang menganggur bertujuan untuk mengaplikasikan setiap
sumber dana yang ada pada kegiatan usaha produktif.
Pengenaan kebijakan ini akan berdampak pada pola uang untuk motif berjaga-jaga. Semakin
tinggi pajak yang dikenakan terhadap aset produktif yang dianggurkan maka permintaan
terhadap aset ini akan bekurang. Secara sederhana dapat dianalogikan sebagai berikut,
Ahmad yang memiliki kekayaan berupa tanah dan kemudian tanah tersebut hanya
dianggurkan saja sehingga tidak ada nilai tambah dari kekayaannya, maka kebijakan yang
dikenakan terhadap Ahmad agar tanah tersebut memiliki nila tambah adalah mendorong
Ahmad untuk bersedia mengelola kekayaannya pada kegiatan yang produktif. Instrumen
yang digunakan adalah pajak terhadap pengangguran tanah tersebut. Sehingga Ahmad akan
terkena risiko pembayaran pajak apabila tanah miliknya tetap dianggurkan. Secara matematis,
permintaan uang untuk mazhab kedua ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Md              = Mdtrans + Mdprec


Mdtrans           = f(Y)
Mdprec&inv             = f(Y,µ)

Tingkat dues of idle fun diwakili oleh nilai µ, semakin tinggi nilai µ maka, semakin kecil
permintaan uang untuk motif berjaga-jaga karena pada tingkat µ yang tinggi biaya resiko
yang harus dikeluarkan untuk membayar pajak terhadap uang kas tersebut menjadi naik.
Dalam kondisi seperti ini seseorang akan berusaha memperkecil pajak yang dia bayarkan
kepada pemerintah dengan cara mengurangi kekayaan yang idle. Begitu juga sebaliknya
apabila µ relatif rendah,  maka memeang atau menyimpan uang kas relatif tidak memiliki
risiko yang tinggi.

Ω = µ – ψ

Tinggi rendahnya tingkat risiko menyimpan uang kas (Ω) dipengaruhi oleh
besarnya dues of idle fund (µ) dikurangi dengan risiko investasi (ψ).
Dalam persamaan dibawah ini kita dapat tuliskan bahwa variabel pendapatan (Y)
berbanding positif dengan banyaknya permintaan uang dan berbanding terbalik dengan nilai
pajak yang dikenakan terhadap aset atau kekayaan yang dianggurkan. (µ).

Md = f(Y+, µ_)

Suatu hal yang penting dalam pengelolaan uang disini adalah kebijakan pemerintah
ketika terjadi ketidakseimbangan antara permintaan uang dengan penawaran uang yaitu
dengan memainkan peranan biaya atas uang yang menganggur dan bukannya menaikkan dan
menurunkan jumlah uang beredar.

3.      MAZHAB ALTERNATIF
Mazhab ini mengkritik dua mazhab sebelumnya.  Mazhab Baqir dikritik sebagai
mazhab yang berusaha menemukan sesuatu yang baru yang sebenarnya telah ditemukan oleh
orang lain.  Menghancurkan teori yang lama dengan menggantinya dengan teori yang baru. 
Sedangkan mazhab mainstream dikritiknya sebagai jiplakan dari ekonomi neoklasik dengan
menghilangkan variabel riba dan memasukkan variabel zakat dan niat. Mazhab ini adalah
mazhab kritis.  Meraka berpendapat bahwa analisis kritis bukan saja harus dilakukan terhadap
sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga terhadap ekonomi islam itu sendiri.  Mereka meyakini
bahwa Islam itu benar tetapi ekonomi islami belum tentu benar karena ekonomi islami adalah
hasil tafsiran manusia atas Alquran dan Assunnah.Oleh karena itu nilai kebenarannya
tidaklah mutlak.  Teori-teori yang diajukan oleh ekonomi islami harus selalu diuji
kebenarannya sebagaimana yang dilakukan terhadap ekonomi konvensional.
Masing-masing dari ketiga mazhab diatas telah memiliki ciri menonjol yang bisa
saling berkonfrontasi, sepertihalnya mainstream yang terlihat paling moderat karena sikapnya
terhadap teori ekonomi konvensional yang tidak semata-mata dihapus, melainkan dipilah
berdasarkan prinsip metodologi teori ekonomi Islam jika didapatkan sesuatu yang tidak salah
dan dibolehkan atau dibenarkan maka hal itu dilaksanakan, dan apabila ada yang salah maka
hal itu dihilangkan. Begitu juga sikapnya terhadap permasalahan pangkal dari sebuah teori
ekonomi berupa scrachity (kelangkaan) yang titik tolaknya pada dasarnya sama, melainkan
lebih pada pola distribusinya. Hal ini berbeda sama sekali dengan As Shadr, yang sampai
tegasnya mazhab ini berpendapat bahwa jika, ingin dinamakan dengan ekonomi Islam,
seharusnya tidak perlu pakai istilah ekonomi melainkan dengan istilah yang berubah total
yakni iqtishoduna. Permasalahan ini dikarenakan mazhab as Sadhr tidak menyetujui jika
permasalahan ekonomi adalah sama dengan konvensional yakni pada kelangkaan sumber
daya. Sebab menurut mazhab ini, pada dasarnya Allah telah menurunkan secara jelas ayat
yang menegaskan bahwa sumber daya yang ada itu pada dasarnya sudah cukup, tinggal
bagaimana manusia mengolahnya dan mendistribusikannya. Sedangkan mazhab kritis, lebih
pada analisa mendalam mengenai hasil temuan-temuan sistem ekonomi yang ada termasuk
ekonomi Islam untuk dikritisi kembali dan secara terus menerus.
Diantara ketiga mazhab ini, jika dikaji berdasarkan teori dialektika dan sebuah
kesatuan metodolgi bukanlah tiga teori yang sebenarnya layak untuk menimbulkan klaim
hingga pada akhirnya menimbulkan terjadi konflik dialektika teori yang meruncing. Akan
tetapi, dari ketiga mazhab ekonomi Islam ini, pada dasarnya memiliki sebuah kesatuan dan
mampu untuk saling mengisi satu sama lain yang didasarkan dari peran teori yang diusung
oleh masing-masing mazhab.
Sepertihalnya kekurangan pada mazhab mainstream yang cenderung mudah disalah
persepsikan sebagai ekonomi minus riba plus zakat dapat untuk kemudian ditegaskan
kembali oleh mazhab As Shadr dan dikoreksi secara terus menerus oleh alternatif kritis.
Teori pada dasarnya akan mengalami evolusi melalui pelestarian, inovasi, dan
kepunahan, maka terdapat suatu proses evolusi dalam sejarah manusia. Proses ini ditandai
dengan dua kecenderungan, yakni adanya keanekaragaman dan kemajuan. keanekaragaman
mengacu kepada kenyataan bahwa jumlah dan aneka ragam masyarakat sangat meningkat,
dan pola-pola adaptasi manusia semakin lama semakin berbeda-beda. Sementara kemajuan
tidak mengacu kepada peningkatan kebahagiaan atau moralitas tetapi kepada perkembangan
teknologi dan kepada perubahan organisasi dan ideologi yang terjadi bersamaan dengan
perkembangan teknologi.
PERMINTAAN UANG MAZHAB ALTERNATIF
Permintaan uang dalam mazhab ketiga ini, sangat erat kaitannya dengan konsep
endogenous dalam Islam. Teori endogenous dalam islam secara sederhana dapat kita artikan
bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah representasi dari volume transaksi yang ada
dalam sektor rill. Teori inlah yang kemudian menjembatani dan tidak mendikotomikan antara
pertumbuhan uang disektor moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor rill.
Islam menganggap bahwa perubahan nila tambah ekonomi tidak dapat didasarkan
semata-mata pada perubahan waktu. Nilai tambah uang terjadi jika dan hanya jika
adapemanfaatan secaa ekonomis selama uang tersebut dipergunakan. Sehingga tidak selalu
nilai uang harus bertambah walau waktu terus bertambah, akan tetapi nilai tambahnya
bergantung dari hasil yag diusahakan dengan uang itu. Secara makro ekonomi, nilai tambah
uang dan jumlahnya hanyalah representasi dari perubahan dan pertambahan di sektor rill.
Konsep inilah yang kemudian menjadikan landasan sistem moneter islam selalu berpijak
pada sektor mikroekonomi.
Expected rate of profit meruapakan harapan keuntungan yang bisa didapatkan dari
menginvestasikan uang di sektor rill. Peningkatan investasi erarti penurunan permintaan uang
kas yang disimpan. Apabila Expected rate of profit yang akan didapatkan dari kegiatan
investasi dari sektor rill meningkat, maka penawaran investasi juga akan meningkat.
Tingginya penawan investasi akan memyebabkan penurunan jumlah uang kas rill yang
dipegang masyarakat. Artinya, peningkatan expected rate of profit menjadikan orang
beryakinan bahwa pemegang uang kas yang berlebih mengandung kerugian akan hilangnya
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan bisnis. Akibatnya, seseorang akan menyesuaikan
berapa besarnya perminaan uang kas rill dipegang terhadap besarnya expected rate of profit.

KESIMPULAN
Konsep permintaan uang dalam perspektif islam berbeda dengan konsep
konvensional, dimana konsep dalam islam terdiri dari 3 mazhab yakni Mazhab Iqthisaduna,
Mazhab Maensteam dan mazhab alternatif-kritis. Gelombang jati diri Islam yang kemudian
lebih kuat telah memberikan dorongan positif yang lain bagi penerapan prinsip-prinsip Islam
dalam bisnis dan keuangan. Karena kejenuhan politik dan kebudayaan Barat, dan diilhami
oleh kesalehan relijius, sejumlah Muslim taat yang terus bertambah jumlahnya berusaha
untuk menyesuaikan kehidupan mereka di dunia modern dengan ajaran agamanya.
Keberadaan akan Mazhab yang tiga ini dalam konsep permintaan semoga bisa lebih
diijtihadikan sehingga mampu membawa pembaruan sistem yang sesuai dengan prinsip islam
dan syaria’ahnya. Karena memang urusan dunia pasti akan terus merubah kecuali Aqidah
Tauhid yang mutlak tak boleh dirubah.
DAFTAR PUSTAKA
http/Makalah Library_ Mazhab Ekonomi Islam.html 06/10/2015/pukul 16.27
http/vancepvadilla/06/10/2015 pukul 16.30 /3 Madzhab dalam Ekonomi Islam (Baqr
As Sadr, Mainstream, dan Alternatif – Kritis)

Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P Ekonomi Mikro Islami Ed.3-cet.4.


(Jakarta: : PT RajaGrafindoPersada, 2011.)
Ir. Adiwarman A. Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P, Ekonomi Makro Islam Ed kedua
(Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2007.)

Anda mungkin juga menyukai