Anda di halaman 1dari 12

Filosofi dan Rancang Bangun

Ekonomi Islam
Oleh: Ahmad Afif
Materi I
Ekonomi Mikro Islam FEBI IAIN Jember
Referensi Materi
1. Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam.
2. Ismail Nawawi, Ekonomi Mikro Islam
3. M. Nejatullah Shiddiqi, Muslim Economic Thinking; A Survei Of Contemporary
Literature.
4. Syed Abul A’la Maududi, Economic System of Islam.
5. Muhammad Akram Khan, An Introduction to Islamic Economics.
6. Hasanuzzaman “Definition Of Islamic Economic” dalam Journal of Research in
Islamic Economic, vol. 1 No. 2,
7. M. A. Mannan, Islamic Economics; Theory and Practice
8. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, Terj. Ikhwan Abidin B.
9. Monzer Kahf, Ph. D, Ekonomi Islam (Telah Analtik Terhadap Fungsi Ekonomi
Islam)
10. M.M. Metwally, Essays on Islamic Economics
SEPUTAR EKONOMI ISLAM;
Ekonomi Islam Menurut Para Ahli
1. Ekonomi Islam bagi sebagian ilmuan merupakan penggabungan antar ilmu
ekonomi dan fikih muamalah. (Ismail Nawawi: 2013).
2. M. Nejatullah Siddiqi mengartikan ekonomi Islam sebagai respons para
pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi pada zamannya. Dalam ikhtiar
ini mereka dibantu oleh al-Qur'an dan Sunah serta oleh akal dan pengalaman.
(Siddiqi: 1981).
3. Abu A’la al-Maududi menjelaskan bahwa dalam Islam terdapat sistem
perekonomian, akan tetapi sistem tersebut bukanlah sistem yang paten dan
terperinci. Dalam aspek ekonomi, Islam memiliki beberapa peraturan dan
sejumlah batasan untuk menyusun sebuah sistem, dan peraturan baru sesuai
dengan batasan-batasan yang di tentukan oleh syariah Islam. (Maududi: 2010).
Lanjutan...
4. Akram Khan memberikan tiga konsep utama untuk mendefinisikan ajaran Ekonomi
Islam, yaitu: falāḥ (keberuntungan), sumber daya serta kerja sama dan partisipasi.
(Khan: 1994).
5. Yusuf Qardawi memberikan empat konsepsi yang harus ada dalam Ekonomi Islam:
rabbāniah (ketuhanan), insāniah (kemanusiaan), akhlāqiah dan wasaṭiah (sikap
pertengahan/moderat). (Qardawi: 1997)
6. Hasanuz Zaman mengartikan ekonomi Islam sebagai pengetahuan, aplikasi, dan
pengaturan syariah. Ekonomi Islam bertugas berfungsi mencegah timbulnya
ketidakadilan pada manusia dalam memenuhi kebutuhan sumber dayanya. (Zaman:
1984).
7. Menurut M. Abdul Mannan ekonomi Islam merupakan tatanan kehidupan lengkap yang
bersumber pada al-Qu’an, Sunah, ijma’ dan qiyās.
8. Umer Chapra berpendapat bahwa ekonomi Islam merupakan pengetahuan untuk
merealisasikan kebahagiaan manusia dengan alokasi sumber daya yang terbatas
melalui koridor keislaman dan membatasi kebebasan individu atau perilaku makro-
ekonomi yang berkesinambungan serta mengatur keseimbangan lingkungan sekitar.
(Chapra: 2000).
Lanjut..

9. Monzer Kahf menambahkan Ekonomi Islam adalah disiplin keilmuan yang


mempelajari aspek pemenuhan kebutuhan umat Islam dalam ruang lingkup
ekonomi dengan landasan al-Qur’an dan Sunah Nabi saw. (Kahf: 1995).
10. Sedangkan M.M. Metwally mendefinisikan Ekonomi Islam sebagai studi tentang
perilaku ekonomi Muslim sejati dalam masyarakat yang menganut doktrin
Islam dari Alquran, Sunah Nabi Muhammad (Hadits, atau tradisi), konsensus
(ijma’) dan analogi (qiyās). (Metwally: 1993).
Rancang Bangun Ekonomi Islam;
Elemen Dasar Ekonomi Islam

Sumber: Karim, 2002


Penjelasan..
 Puncak dari kegiatan mu’amalah dalam ekonomi islam adalah Akhlaq, artinya
jika dalam bermu’amalah mampu meningkatkan akhlaq, maka dia tergolong
sukses. Posisi akhlaq sebagai atap dari semua jenis rancang bangun
dibawahnya memiliki makna bahwa segala sesuatu yang kita lakukan terkait
rancang bangun tersebut harus dipayungi oleh akhlaq yang baik, baik kepada
sesama manusia, juga kepada Allah swt.
 Landasan awal ekonomi islam adalah ketauhidan, keadilan, nubuwah, khalifah
dan ma’ad. Tauhid sebagai simbol bahwa apa yang kita lakukan karena
kepatuhan kita kepada Tuhan. Keadilan merupakan tuntutan agar kita
berbuat adil kepada sesama dan sebagai simbol ideal dari hubungan manusia
dengan sesamanya. Nubuah adalah prototipe sikap bermua’amalah kita dari
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Rasulullah sebagai manutan umat
islam. Khilafah adalah konsekuensi bahwa manusia berbangsa dan bernegara,
serta untuk menciptakan keteraturan sebagai bangsa. Dan Ma’ad merupakan
konsekuensi atau hasil dari sikap yang kita perbuat, artinya jika kita
melakukan yang benar maka kita akan tergolong orang-orang yang beruntung.
Prinsip-prinsip Ekonomi Islam

1. Prinsip adalah elemen inti dari sebuah kegiatan dan menjadi struktur pelengkap dari
kegiatan tersebut. Seperti, prinsip dalam salat adalah terlaksananya syarat dan rukun
salat sehingga salat tersebut dinyatakan sah dilakukan. Begitu juga dengan ekonomi
Islam, yang memiliki prinsip-prinsip yang menjadi simbol bahwa ekonomi Islam
dijalankan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, seperti prinsip
ketauhidan. 
2. M. A. Choudhury memberikan tiga prinsip terhadap ekonomi yang berlandaskan al-Qur’an
dan Hadis ini, yaitu: pertama, tauhid dan persaudaraan. Prinsip ini adalah simbol
hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan sesama atau diistilahkan
dengan ḥablu min Allah wa ḥablu min al-nās. Kedua, bekerja dan produktivitas, artinya
manusia dituntut untuk produktif dalam bekerja dengan tujuan memberikan yang terbaik
untuk kemaslahatan umat, dengan demikian manusia akan menerima kompensasi dari
usahanya produktifnya. Ketiga, distribusi kekayaan yang adil yaitu melalui mekanisme
zakat, sebab dengan mekanisme zakat tersebut distribusi kekayaan yang adil akan
sampai pada pihak yang membutuhkan, yaitu kaum miskin.
Filosofi Ekonomi Islam

1. M. Nejatullah Siddiqi meletakkan hubungan manusia dengan Allah swt., dan


alam semesta dan dengan sesama manusia sebagai fondasi awal Ekonomi
Islam. (Siddiqi: 1981).
2. Bagi Siddiqi komitmen manusia dengan Allah swt. yang disimbolkan dengan
tauhid, yaitu berupa ketundukan manusia untuk menjalakan kehidupan
sebagaimana yang Allah swt. inginkan. Manusia diberi amanah untuk
mengeksplorasi sumber daya alam dan bertanggung jawab atas keberhasilan
usahanya. Oleh karenanya tauhid dalam kerangka Ekonomi Islam ini memiliki
dua makna yang saling berkaitan, yaitu Allah swt. sebagai pencipta alam
semesta dan rasa persaudaraan yang dimiliki manusia satu sama lain. Aspek
kedua inilah yang menjadi penekanan Siddiqi dalam memaknai Ekonomi Islam
melalui nalar filosofis.
Ekonomi Islam;
Dari Unsur Mu’amalah ke Ibadah
 Ekonomi merupakan kegiatan kemanusiaan atau kegiatan sosial. Artinya
kegiatan ini murni melibatkan manusia seluruhnya. Dengan kata lain ekonomi
merupakan kegiatan mua’malah yang menghubungkan manusia dengan
manusia yang lain, berbeda dengan kegiatan ibadah yang menyatukan
hubungan manusia dengan tuhannya.
 Dimensi mu’amalah memiliki keterlibatan dengan dimensi ibadah. Dua
dimensi ini bertemu dalam niat manusia masing-masing. Dalam islam, apapun
bentuk mu’amalah yang baik akan memiliki dimensi ibadah jika diniatkan
dijalan Tuhan, atau untuk membatu sesama manusia yang merupakan salah
satu perintah Tuhan.
 Potongan ayat 2 Surat al-Maidah
ِ ‫اونُ ْوا َعلَى ااْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬
…‫ان‬ َ ‫… َوتَ َعا َونُ ْوا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق ٰو ۖى َواَل تَ َع‬
Ekonomi Islam;
Dari Horizontal ke Vertikal
 Hubungan manusia dengan manusia yang lain dikatakan sebagai hubungan
horizontal (mendatar), hal ini juga terkait dengan aspek horizontal yang lain,
seperti sikap manusia kepada alam sekitar. Artinya manusia dituntut untuk
menjaga, memelihara, mengelola dan melestarikan alam yang ia singgahi
beserta isinya.
 Tuntutan untuk manusia untuk bersikap demikian tidak lain untuk
mengingatkan mereka akan aspek vertikal yang selalu mengikatnya selama
hidup di dunia. Tindakan manusia selalu diawasi oleh Sang Pemilik Dunia,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Inilah kemudia manusia memiliki hubungan yang
tidak terputus selama hidup di dunia.
Ekonomi Islam;
Khazanah Mu’amalah Perspektif Islam Nusantara

 Jika menghadirkan istilah Nusantara baru-baru ini, maka tidak akan terlepas dari skop
Indonesia. Artinya nusantara merupakan Kawasan Indonesia, dimana terdiri dari beragam
budaya, suku bangsa dan berbagai jenis manusia di Negara kepulauan ini.
 Tentunya pola pikir yang dimiliki oleh orang-orang nusantara berbeda dengan pola pikir orang
lain.
 Dalam kajian islam, Islam Nusantara merupakan pola pikir (manhaj al-fikr) keislaman yang
dimiliki orang-orang nusantara. Tentunta pola pikir tersebut tidak terlepas dari fenomena,
budaya dan peradaban Islam di nusantara. Dengan demikian pola pikir tersebut menjadi ciri
khas keislaman yang ada di Indonesia.
 Aspek ini tidak terlepas dari masuknya dan metode penyebaran Islam di Indonesia. Terlebih
warisan keilmuan yang diwakili oleh pesantren sebagai simbol tertua perkembangan Pendidikan
islam di Indonesia.
 Begitu juga dengan perilaku ekonomi umat Islam insonesia yang tidak jauh dari penanaman
pemikiran awal oleh para tokoh agama/kiai/ulama yang menanamkan ajaran Islam di Indonesia.
Oleh karenanya layak untuk bisa disebut sebagai Ekonomi Islam Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai