EKONOMI ISLAM
A. Al-‘Urf
Pengertian al-‘Urf Secara etimologi kata Urf berarti “sesuatu yang dipandang baik dan
diterima oleh akal sehat”. Sedangkan secara terminologi seperti yang dikemukkan oleh Abdul-
Karim Zaidan, istilah al-urf berarti:
“Sesuatu yang tidak asing lagi bagi satu masyarakat karena telah menjadi kebiasaan dan
menyatu dengan kehidupan baik berupa perbuatan maupun perkataan” Istilah Urf dalam
pengertian tersebut sama dengan pengertian istilah al-„adah (adat istiadat). Para ulama ushul
fiqih membedakan antara adat dengan urf dalam membahas kedudukannya sebagai salah satu
dalil untuk menetapkan hukum syara‟.
Defenisi ini juga menujukkan bahwa adat itu mencakup persoalan yang amat luas, yang
menyangkut permasalahan pribadi, seperti kebiasaan seseorang dalam tidur, makan dan
mengkonsumsi jenis makanan tertentu atau permasalahan yang menyangkut banyak orang yaitu
sesuatu yang berkaitan dengan hasil pemikiran yang baik dan yang buruk.
1
„Uruf dan 'Adat, sebagaimana definisi yang diberikan oleh Wahbah Zuhaily berikut ini:
Uruf adalah kebiasaan manusia yang dilakukan secara terus menerus sehingga perbuatan
tersebut menjadi populer di kalangan mereka, atau mengartikan suatu lafaz dengan pengertian
khusus meskipun makna asli dari lafaz yang dimaksud berlainan.
Menurut musthafa ahmad al-zarqa‟ (Guru Besar Fiqh Islam di Uuniversitas „Amman,
Yordania), mengatakan bahwa „urf merupakan bagian dari adat, karena adat lebih umum dari
„urf.
Contoh : Di satu masyarakat dalam melakukan jual beli kebutuhan ringan sehari-hari
seperti garam, tomat, dan gula, dengan hanya menerima barang dan menyerahkan harga tanpa
mengucapkan ijab dan qabul.
Keadaan yang sudah tetap pada diri manusia, dibenarkan oleh akal dan diterima pula
oleh tabiat yang sehat.
1. Fiqh Hanafi
a. Dalam jual beli, seperti standar harga, jual beli rumah yang meliputi bangunanya
dan pohon yang berada di tanahnya, meskipun tidak disebutkan.
b. Bolehnya jual beli buah yang masih dipohon karena ’urf.
c. Bolehnya mengolah lahan pertanian orang lain tanpa izin jika di daerah tersebut
ada kebiasaan bahwa lehan pertanian digarap oleh orang lain, maka pemiliknya
bisa meminta bagian.
d. Bolehnya mudharib mengelola harta shahibul maal dalam segala hal menjadi
kebiasaan para pedagang.
2
e. Menyewa rumah meskipun tidak dijelaskan tujuan penggunaaannya
2. Fiqh Maliki
a. Bolehnya jual beli barang dengan
menunjukkan sample
terjadi perselisihan
3. Fiqh Syafi’iy
a. Akad istishna
b. Penyewa membiayai kerusakan kecil pada obyek sewa
c. Akad sewa atas alat transportasi
d. Akad sewa atas ternak.
4. Fiqh Hanbali
a. Jual beli mu’athah
b. Jual Beli ‘Urbun
Imam Syafi'i terkenal dengan qaul qadim dan qaul jadidnya. Ada suatu kejadian tetapi
beliau menetapkan hukum yang berbeda pada waktu beliau masih berada di Mekkah (qaul
qadim) dengan setelah beliau berada di Mesir (qaul jadid). Hal ini menunjukkan bahwa ketiga
madzhab itu berhujjah dengan 'urf. Tentu saja 'urf fasid tidak mereka jadikan sebagai dasar
hujjah.
3
• Para ulama juga menyepakati bahwa urf fasid harus dijauhkan dari pengambilan dan
penetapan hukum.
• Imam Malik mendasarkan sebagian besar hukumnya pada amal ahli Madinah yang
merupakan kebiasaan.
• Imam Syafii memiliki dua pendapat (qaul qadim dan qaul jadid). Qaul Qadim
pendapatnya ketika di Bagdad, sedangkan qaul Jadid ketika di Mesir. Hal ini karena
perbedaan úruf.
Kehujjahan Urf
• ‘Urf bukan merupakan dalil yang berdiri sendiri, tetapi senantiasa terkait dengan dalil-
dalil yang lain, seperti maslahah dan istihsan
Dalam Alqur’an, ‘urf banyak disebut dengan kata Al-ma’ruf, seperti terdapat pada Al-A’raf
199.....”
Surat Albaqarah ayat 233 tentang al ma’ruf (‘urf) dalam memberi sedekah kepada istri
4
D. Macam – Macam Urf dan Contohnya Dalam Ekonomi Keuanga
sedangkan penjual daging memiliki jualan daging-daging lain dan ikan, ayam, bebek. Maka
yang dimaksud adalah daging sapi
Misalnya seorang bernazar, jika saya lulus S2, saya akan mewaqafkan kereta untuk Yayasan
Anak Yatim X.Akibat hukum nazar seseorang tergantung adatnya (daerahnya), Di Malaysia
hal itu diwujudkan dengan membeli mobil.Di Sumatera diwujudkan dengan membeli
motorDi Jawa diwujudkan dengan membeli kereta Api.
Setiap orang yang berakad, didasarkan pada adat kebiasaan dalam ucapandan bahasa yang ia
ucapkan
1. ‘Urf ‘am. Adalah kebiasaan yang berlaku secara luas di seluruh masyarakat dan daerah
5
Contoh:
Kebiasaan menerapkan proteksi asuransi pada pembiayaan bank syariah. Ini berlaku
di seluruh Indonesia, bahkan dunia
Kebiasaan garansi pada pembelian barang elektronik. Ini juga berlaku di mana2.
Kebiasaan meminta agunan pada pembiayaandi bank syariah
Naik Bus Way, jauh dekat, ongkosnya sama
2. ‘Urf Khas. Adalah kebiasaan yang berlaku secara khusus di daerah tertentu
Contoh:
1. ‘Urf Shahih. Adalah Adat yang berulang-ulang dilakukan, diterima oleh orang banyak,
tidak bertentangan dengan syariah, sopan santun dan budaya yang luhur
Contoh ‘Urf Shahih:
• Kegiatan MTQ
6
• Waralaba, MLM Syariah,
• Boleh tunda 2 x 24 jam dalam transaksi valas ; Masa itu masih dianggap spot.
• Mudharabah bertingkat.
2. ‘Urf Fasid. Adalah Adat yang berulang-ulang dilakukan tetapi bertentangan dengan
syariah Islam.
Contoh ‘Úrf Fasid:
• Spekulasi valas,
7
• Margin traiding (bay’ ‘alal juz’iy)
• Money game berkedok MLM dalam produk haji dan umrah (menggunkan sistem
piramida, binari atau trinari)
8
1. ‘Urf itu harus berlaku secara umum dalam mayoritas kalangan masyarakat dan
keberlakuannya dianut oleh mayoritas masyarakat tersebut, baik itu ‘urf dalam bentuk
praktek, perkataan, umum dan khusus.
2. ‘Urf itu memang telah memasyarakat sebelumnya.
3. ‘Urf tidak bertentangan dengan apa yang diungkapkan secara jelas dalam suatu
transaksi. Seperti apabila dalam suatu transaksi dikatakan secara jelas bahwa si pembeli
akan membayar uang kirim barang, sementara ‘urf yang berlaku adalah si penjuallah
yang menanggung ongkos kirim, maka dalam kasus seperti ‘urf tidak berlaku.
4. ‘Urf tidak bertentang dengan nash, sehingga menyebabkan hukum yang dikandung nash
tersebut tidak bisa diterapkan. ‘Urf seperti ini tidak dapat dijadikan dalil syara’ karena
kehujjahan ‘urf baru bisa diterima apabila tidak ada nash yang mengandung hukum
permasalahan yang dihadapi.
5. ‘Urf itu telah eksis pada masa itu,bukan yang muncul kemudian
6. ‘Urf tidak bertentangan dengan syarat yang dibuat dalam transaksi
Dalil Sunnah tentang ‘Urf
Sesuatu yang dipandang oleh orang-orang muslim sebagai sesuatu yang baik, maka di sisi
Allah adalah baik. (HR. Ahmad dan Al-Hakim).
Dari hadist ini disimpulkan bahwa jika segala sesuatu yang dianggap oleh orang-orang
muslim sebagai sesuatu yang baik dan dihukumi sebagai sesuatu yang baik pula di sisi
Allah. Maka hal tersebut adalah sesuatu yang benar yang bisa diterima.
9
Perbedaan ’Urf dengan ’Ijma
’Ijma ’Urf
Dasarnya adalah kesepakatan para mujtahid Tindakan mayoritas individu baik ’awam
atas suatu hukum syar’i setelah Nabi SAW maupun ulama dan tidak harus dalam
wafat bentuk kesepakatan
Harus berdasarkan dalil Syara Tidak harus berdasarkan dalil Syara
’Ijma ada yang sampai kepada kita dan ada Relatif sama dengan sejarah
yang tidak
Merupakan hujjah yang mesti dilakukan Tidak menjadi hujjah yang harus dilakukan
karena ’urf ada yang shahih dan ada yang
bathil
G. Kaedah – Kaedah Ushul Fiqih Tentang ‘Urf dan Penerapannya Dalam Ekonomi
Keuangan.
Ada beberapa kaidah Fikhiyyah yang menurut kami berhubungan dengan ‘urf. di
antaranya adalah:
2. Apa yang ditetapkan oleh syara’ secara umum tidak ada ketentuan yang rinci di dalamnya
dan juga tidak ada dalam bahasa maka ia dikembalikan kepada ‘urfAbdul Hamid Hakim
mendasarkan dua kaidah atas ayat:
Suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah dari orang bodoh.
3. Tidak dingkari bahwa perubahan hukum disebabkan oleh perubahan zaman dan tempat
4. Yang baik itu jadi ‘urf seperti yang disyaratkan jadi syarat
Tapi perlu diperhatikan bahwa hukum disini bukanlah seperti hukum yang dietapkan melalui
Alquran dan Sunnah akan tetapi hukum yang ditetapkan melalui ‘urf itu sendiri.
10
Ada beberapa kaidah Fiqhiyyah yang dapat dikatakan berhubungan dengan „urf. Di
antaranya adalah.
sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara’ (selama tidak bertentangan
dengan Al-Qur’an)
Syariat)
2. Sesuatu yang ditetapkan oleh kebiasaan (adat), sama seperti sesuatu yang ditetapkan
oleh hukum (lihat pasal 1499 Al-Majallah al-Ahkam).
2. Sesuatu yang sudah dikenal baik dan menjadi tradisi para pedagang, maka
iadianggap sebagai kewajiban yang disepakati di antara mereka. Seperti Uang
Panjar dalam Jual-Beli.
Menurut qaidah ini, orang yang menyewa sebuah rumah kontrakan, tidak bertanggung jawab
mengeluarkan biaya perbaikan rumah. Karena hal itu menjadi tanggung jawab pemilik
rumah.Penyewa (musta’jir) tidak berhimpun padanya 2 hal, 1. Membayar sewa dan 2. Dhaman
(membiayai kerusakan rumah)
11
Namun, dalam kerusakan yang kecil, menjadi kewajiban penyewa, seperti WC tumpat,
atap yang bocor kecil, engsel jendela yang tercopot, sesuai dengan adat kebiasaan.
2. Kasus Lainnya
Pembeli dan Penjual lemari es sepakat bahwa barang yang dibeli tersebut tidak menjadi
tanggung jawab penjual untruk mengantarnya ke rumah pembeli,Itu kesepakatan mereka,
walaupun adat yang berlaku berbeda.
Maka di sini ’urf tidak berlaku, karena berlawanan dengan syarat yang mereka sepakati
12