Anda di halaman 1dari 19

BAB 10

SALAM DAN ISTISHNA’

A. Pengertian Salam dan Istishna


Disebut salam karena pemesan barang menyerahkan uangnya ditempat akad. Sedangkan
definisi salam adalah akad pesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya yang dalam majelis itu
pemesan barang menyerahkan uang seharga barang pesanan yang barang pesanan tersebut menjadi
tanggungan penerima pesanan (Sudarsono,2001). Menurut Sayyid Sabiq, salam dinamai juga salaf
(pendahuluan). Yaitu penjualan sesuatu dengan kriteria tertentu (yang masih berada) dalam
tanggungan dengan pembayaran disegerakan.
PSAK 103 mendefinisikan salam sebagai akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan
pengiriman dikemudian hari oleh penjual (muslam illiahi) dan pelunasannya dilakukan oleh
pembeli (al muslam) pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Menurut fatwa DSN MUI, salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dan
pembayaran harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu.
Sedangkan menurut jumhur lama fuqaha, yang dikatakan bai’ al-istishna merupakan suatu
jenis khusus dari bai’ as-salam. Biasanya jenis ini digunakan dibidang manufaktur. Dengan
demikian ketentuan istishna mengikuti ketentuan dan aturan salam. Produk istishna menyerupai
produk salam, namun dalam istishna pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa
kali (termin) pembayaran.
Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan
penjual (pembuat/shani). Shani akan menyiapkan barang yang dipesan sesuai dengan spesifikasi
yang telah disepakati dimana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak lain (istishna
parallel).
Menurut fatwa DSN MUI, istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,
mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).

B. Landasan Hukum Salam dan Istishna


Salam :
1. Al-Quran
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu
yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya” (QS. Al-Baqarah : 282)
2. Al-Hadits
Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw. datang ke Madinah dimana semua
penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan (untuk jangka waktu) satu, dua,
dan tiga tahun. Beliau bersabda:
“Barang siapa yang melakukan salaf ( salam), hendaklah ia melakukannya dengan takaran
yang jelas, dan timbangan yang jelas pula, dengan waktu yang diketahui.”
3. Fatwa MUI
Fatwa DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Salam :
a. Bahwa jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga lebih dahulu
dengan syarat-syarat tertentu, disebut dengan salam, kini telah melibatkan pihak
perbankan;
b. Bahwa agar cara tersebut dilakukan sesuai dengan ajaran Islam, DSN memandang perlu
menetapkan fatwa tentang salam untuk dijadikan pedoman oleh lembaga keuangan
syari’ah.
4. PSAK
PSAK 103 Tentang Akuntansi Salam :
“Entitas dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual dalam transaksi salam. Jika entitas
bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang
pesanan dengan cara salam, maka hal ini disebut salam parallel.”
Istishna’ :
1. Al-Qur’an
“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (Qs. Al Baqarah: 275)
Berdasarkan ayat ini, para ulama' menyatakan bahwa hukum asal setiap perniagaan adalah
halal, kecuali yang nyata-nyata diharamkan dalam dalil yang kuat dan shahih
2. Al-hadits
“Dari Anas RA bahwa Nabi SAW hendak menuliskan surat kepada raja non-Arab, lalu
dikabarkan kepada beliau bahwa raja-raja non-Arab tidak sudi menerima surat yang tidak
distempel. Maka beliau pun memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari bahan perak. Anas
menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat menyaksikan kemilau putih di tangan
beliau." (HR. Muslim).
3. Fatwa MUI
a. Bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh sesuatu, sering memerlukan pihak lain
untuk membuatkannya, dan hal seperti itu dapat dilakukan melalui jual beli istishna’
( ‫) ع االستصنا‬, yaitu akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli,
mustashni’) dan penjual (pembuat, shani’).
b. Bahwa transaksi istishna’ pada saat ini telah dipraktekkan oleh lembaga keuangan
syari’ah.
c. Bahwa agar praktek tersebut sesuai dengan syari’ah Islam, DSN memandang perlu
menetapkan fatwa tentang istishna’ untuk menjadi pedoman.
4. PSAK 104
“Berdasarkan akad istishna pembeli menugaskan penjual untuk menyediakan barang pesanan
(mashnu) sesuai spesifikasi yang disyaratkan untuk diserahkan kepada pembeli, dengan cara
pembayaran dimuka atau tangguh.”

C. Jenis Salam dan Istishna


Jenis-jenis salam :
1. Salam adalah tansaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika
transaksi dilakukan, pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang
baru dilakukan dikemudian hari.
2. Salam Parallel adalah melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesan pembeli dan
penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya.

Sedangkan jenis-jenis istishna :

1. Istishna, adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.
2. Istishna parallel, adalah suatu bentuk akad istishna antara pemesan dengan penjual, kemudian
untuk memenuhi kewajiban kepada pemesan penjual memerlukan pihak lain sebagai
pembuat/pemasok.

D. Rukun Salam dan Istishna


Salam :
1. Rukun Salam :
a. Muslam (pembeli)
b. Muslam Ilaih (penjual)
c. Modal atau uang
d. Muslam fiihi (barang)
e. Sighat (Ucapan atau lafaz akad)
2. Syarat As-Salam
a. Uangnya hendaklah dibayar di tempat akad (pembayaran dilakukan lebih dulu)
b. Barang menjadi utang si penjual
c. Barang diserahkan dikemudian hari (diberikan sesuai waktu yang dijanjikan)
d. Barang harus jelas, baik ukuran, timbangan ataupun bilangannya
e. Harus diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya
f. Tempat penyerahan dinyatakan secara jelas

Istishna’ :

1. Rukun Al-istishna’
a. Penjual / penerima pesanan ( shani’)
b. Pembeli / pemesan (mustashni’)
c. Barang (Mashnu’)
d. Harga (tsanan)
e. Ijab qabul (sighat)
2. Syarat Al-Istishna’
Pada prinsipnya al-istishna’ adalah sama dengan as-salam. Maka rukun dan
syarat istishna’ mengikuti rukun dan syarat as-salam. Hanya saja pada al-
istishna’ pembayaran tidak dilakukan secara kontan dan tidak adanya penentuan waktu
tertentu penyerahan barang, tetapi tergantung selesainya barang pada umumnya. Misal :
Memesan rumah, maka tidak bisa dipastikan kapan bangunannya selesai.

E. Berakhirnya Akad Salam dan Istishna


Berakhirnya akad salam ketika:
1. Barang yang dipesan tidak ada pada waktu yang ditentukan.
2. Barang yang dikirim cacat atau tidak sesuai dengan yang disepakati dalam akad.
3. Barang yang dikirim kualitasnya lebih rendah, dan pembeli memilih untuk menolak atau
membatalkan akad.
4. Barang yang dikirim kualitasnya tidak sesuai akad tetapi pembeli menerimanya
5. Barang diterima

Sedangkan berakhirnya akad istishna berdasarkan kondisi-kondisi berikut:

1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak.


2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak.
3. Pembatalan hukum kontrak. Ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah
dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut
pembatalanya.

F. Ketentuan Penyerahan Barang Salam dan Istishna


Ketentuan penyerahan barang berkaitan dengan salam :
1. Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah
disepakati.
2. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh
meminta tambahan harga.
3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan pembeli rela
menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon).
4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat
kualitas dan jumlah barang sesuai dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan
harga.
5. Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu penyerahan, atau kualitasnya lebih
rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan:
a. membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya,
b. menunggu sampai barang tersedia.

Ketentuan penyerahan barang berkaitan dengan istishna:

1. Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat
2. Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan diatas berlaku pula pada jual beli
isthisna
3. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
kedua belah pihak , maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrasi syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

G. Mekanisme Pembayaran Salam dan Istishna


Ketentuan tentang pembayaran salam :
1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang atau manfaat.
2. Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Ketentuan tentang pembayaran istishna :

1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau mamfaat,
demikian juga dengan cara pembayarannya.
2. Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila setelah akad
ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka penambahan biaya akibat
perubahan ini menjadi tanggung jawab pembeli.
3. Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan.
4. Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
H. Perbedaan Salam dan Istishna

Istishna Salam

Subjek istishna selalu berupa barang yang Subjek salam dapat berupa produk
harus dimanufaktur. alamiyah atau barang manufaktur.

Harga dalam istishna tidak harus Harga harus dibayarkan secara penuh di
dibayarkan secara penuh di muka. muka.

Istishna terutama dapat dilakukan untuk Subjek salam adalah kewajiban pada pihak
barang Qimi, di mana setiap unit penjual dan karenannya harus berupa
barangnya berbeda antara yang satu dan barang fungibel, yang semua unitnya
yang lain dalam hal harga / spesifikasi. serupa, sehingga jika penjual tidak dapat
Akan tetapi, ia dapat pula digunakan untuk memproduksi sendiri barangnya, ia bisa
barang yang memiliki merek dagang, di mendapatkan dari pasar.
mana semua unit barang serupa dalam
harga dan spesifikasi.

Sanksi dalam bentuk pengurangan harga Sanksi untuk keterlambatan dalam


karena keterlambatan dalam penyerahan penyerahan akan disumbangkan untuk
akan tercermin dalam pendapatan pembeli. sosial dan akun keuntungan dan kerugian
pembeli ( bank ) tidak akan terpengaruh.

Selama pekerjaannya belum dimulai, Salam adalah kontrak ( akad ) yang


istishna tidak bersifat mengikat, pihak mengikat, ketika dilaksanakan, tidak dapat
manapun dapat membatalkan kontrak ( dibatalkan tanpa kesepakatan pihak
akad ). lain.[20]

I. Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi Salam dan Istishna’


Salam :
Pengakuan dan Pengukuran transaksi salam yang diatur dalam PSAK 59 mengatur pengakuaan
dan pengukuran Bank sebagai pembeli dan Bank sabagai penjual sedangkan PSAK 103 mengatur
tentang pengakuan dan pengukuran akuntansi untuk pembeli dan untuk penjual.
1. Akuntansi untuk Pembeli
Akuntansi transaksi salam dari sudut pandang pembeli antara lain sebagai berikut :
a. Piutang saham diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada
penjual.
b. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset Non kas. Modal usaha salam dalam bentuk
kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk
aset Non kas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal
usaha Non kas yang diserahkan diakui sebagi keuntungan atau kerugian pada saat
penyerahan modal usaha tersebut.
c. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagi berikut :
• Jika barang pesanan sesuai dengan akad dinilai sesuai dengan nilai yang disepakati
• Jika barang pesanan berbeda kualitasnya maka :
i. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad, jika nilai
pasar( nilai wajar jika nilai pasar tidak tersedia ) dari barang pesanan yang
diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang
teercantum dalam akad
ii. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai pasar (nilai wajar jika
niali pasar tidak tersedia) pada saat diterima dan selisihnya dialui sebagai
kerugian, jika nilai pasar dari pesanan lebih rendah dari pada nilai pesanan
yang tercantum dalam akad
• Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal
jatuh tempo pengiriman, maka :
i. Jika tanggal pengiriman diperpanjang nilai tercatat piutang salam sebesar
bagian yang belum dipenuhi tetap sesuai dengan nilai yang tercantum
dalam akad
ii. Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam
berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesr bagian
yang tidak dapat dipenuhi
iii. Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli
mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan
tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih antara nilai
tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai
piutang salam maka sellisihnya menjadi hak penjual
d. Pembeli dapat mengenakan denda kepada penjual, denda hanya boleh dikenakan kepada
penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidka melakukannya.
Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mempu menunaikan kewajibannya
karena force majeur. Denda dikenakan jika penjual lalai dalam melakukan kewajibannya
sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
e. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode
pelaporan keuangan persediaan yang diperoleh melalui salam diukur sebagai nilai terendah
iaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat
direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
2. Akuntansi untuk Penjual
Akuntansi transaksi salam dari sudut pandang penjual antara lain sebagai berikut:
a. Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal
usaha salam yang diterima.
b. Modal usaha salam yang diterima dapat beruap kas dan asset nonkas. Modal usaha salam
dalam bentuk kas diukr sebesar jumlah yang diterima sedangkan modal usaha salma dalam
bentuk asset nonkas diukur sebesar nilai wajar.
c. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang
pada pmebeli. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang
dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan
atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir.

Istishna’ :

1. Akuntansi Penjual
a. Penyatuan dan Segmentasi Akad :
• Bila suatu akad istishna’ mencakup sejumlah aset, pengakuan dari setiap aset
diperlakukan sebagai suatu akad yang terpisah jika:
i. proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
ii. setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dengan penjual dan pembeli dapat
menerima atau menolak bagian akad yang berhubungan dengan masing-masing
aset tersebut; dan
iii. biaya dan pendapatan masing-masing aset dapat diidentifikasikan;
• Suatu kelompok akad istishna’, dengan satu atau beberapa pembeli, harus
diperlakukan sebagai satu akad istishna’ jika:
i. kelompok akad tersebut dinegosiasikan sebagai satu paket;
ii. akad tersebut berhubungan erat sekali, sebetulnya akad tersebut merupakan bagian
dari akad tunggal dengan suatu margin keuntungan; dan
iii. akad tersebut dilakukan secara serentak atau secara berkesinambungan.
• Jika ada pemesanan aset tambahan dengan akad istishna’ terpisah, tambahan aset
tersebut diperlakukan sebagai akad yang terpisah jika:
i. aset tambahan berbeda secara signifikan dengan aset dalam akad istishna’ awal
dalam desain, teknologi atau fungsi; atau
ii. harga aset tambahan dinegosiasikan tanpa terkait harga akad istishna’ awal;
b. Pendapatan Istishna’ dan Istishna’ Paralel:
• Pendapatan istishna’ diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian
atau metode akad selesai. Akad dikatakan selesai jika proses pembuatan barang
pesanan selesai dan diserahkan kepada pembeli.
• Jika metode persentase penyelesaian digunakan:
i. bagian nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan dalam
periode tersebut diakui sebagai pendapatan istishna’ pada periode yang
bersangkutan;
ii. bagian margin keuntungan istishna’ yang diakui selama periode pelaporan
ditambahkan kepada aset istishna’ dalam penyelesaian; dan
iii. pada akhir periode harga pokok istishna’ diakui sebesar biaya istishna’ yang telah
dikeluarkan sampai dengan periode tersebut.
• Jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya untuk penyelesaiannya tidak
dapat ditentukan secara rasional pada akhir periode laporan keuangan, digunakan
metode akad selesai dengan ketentuan sebagai berikut:
i. tidak ada pendapatan istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut
selesai;
ii. tidak ada harga pokok istishna’ yang diakui sampai dengan pekerjaan tersebut
selesai;
iii. tidak ada bagian keuntungan yang diakui dalam istishna’ dalam penyelesaian
sampai dengan pekerjaan tersebut selesai; dan (d) pengakuan pendapatan istishna’,
harga pokok istishna’, dan keuntungan dilakukan hanya pada akhir penyelesaian
pekerjaan
c. Istishna’ dengan Pembayaran Tangguh:
• Jika menggunakan metode persentase penyelesaian dan proses pelunasan dilakukan
dalam periode lebih dari satu tahun dari penyerahan barang pesanan, pengakuan
pendapatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu
i. margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna’
dilakukan secara tunai diakui sesuai persentase penyelesaian; dan
ii. selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode
pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
• Meskipun istishna’ dilakukan dengan pembayaran tangguh, penjual harus menentukan
nilai tunai istishna’ pada saat penyerahan barang pesanan sebagai dasar untuk
mengakui margin keuntungan terkait dengan proses pembuatan barang pesanan.
Margin ini menunjukkan nilai tambah yang dihasilkan dari proses pembuatan barang
pesanan. Sedangkan yang dimaksud dengan nilai akad dalam istishna’ dengan
pembayaran langsung adalah harga yang disepakati antara penjual dan pembeli akhir.
Hubungan antara biaya perolehan, nilai tunai, dan nilai akad diuraikan dalam contoh
sebagai berikut: Biaya Perolehan (biaya produksi) Rp1.000,00; Margin keuntungan
pembuatan barang pesanan Rp200,00 Nilai tunai pada saat penyerahan barang
pesanan Rp1.200,00 Nilai akad untuk pembayaran secara angsuran selama tiga tahun
Rp1.600,00 Selisih nilai akad dan nilai tunai yang diakui selama tiga tahun Rp400,00.
• Jika menggunakan metode akad selesai dan proses pelunasan dilakukan dalam
periode lebih dari satu tahun dari penyerahan barang pesanan, pengakuan pendapatan
dibagi menjadi dua bagian, yaitu
i. margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna’
dilakukan secara tunai, diakui pada saat penyerahan barang pesanan; dan
ii. selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode
pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
• Tagihan setiap termin kepada pembeli diakui sebagai piutang istishna’ dan
termin istishna’ (istishna’ billing) pada pos lawannya.
• Penagihan termin yang dilakukan oleh penjual dalam transaksi istishna’ dilakukan
sesuai dengan kesepakatan dalam akad dan tidak selalu sesuai dengan persentase
penyelesaian pembuatan barang pesanan;
d. Biaya Perolehan Istishna’:
• Biaya perolehan istishna’ terdiri atas:
i. biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan; dan
ii. biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan praakad.
• Biaya praakad diakui sebagai beban tangguhan dan diperhitungkan sebagai
biaya istishna’ jika akad disepakati. Namun, jika akad tidak disepakati, biaya tersebut
di bebankan pada periode berjalan.
• Biaya perolehan istishna’ yang terjadi selama periode laporan keuangan, diakui
sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian pada saat terjadinya.
• Beban umum dan administrasi, beban penjualan, serta biaya riset dan pengembangan
tidak termasuk dalam biaya istishna’;
e. Biaya Perolehan Istishna’ Paralel;
• Biaya istishna’ paralel terdiri atas:
i. biaya perolehan barang pesanan sebesar tagihan produsen atau kontraktor kepada
entitas;
ii. biaya tidak langsung adalah biaya overhead, termasuk biaya akad dan praakad; dan
iii. semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya,
jika ada.
• Biaya perolehan istishna’ paralel diakui sebagai aset istishna’ dalam penyelesaian
pada saat diterimanya tagihan dari produsen atau kontraktor sebesar jumlah tagihan;
f. Penyelesaian Awal:
• Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual
memberikan potongan potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan istishna’.
• Pengurangan pendapatan istishna’ akibat penyelesaian awal piutang istishna’ dapat
diperlakukan sebagai:
i. potongan secara langsung dan dikurangkan dari piutang istishna’ pada saat
pembayaran; atau
ii. penggantian (reimbursed) kepada pembeli sebesar jumlah keuntungan yang
dihapuskan tersebut setelah menerima pembayaran piutang istishna’ secara
keseluruhan;
g. Perubahan Pesanan dan Tagihan Tambahan:
Pengaturan pengakuan dan pengukuran atas pendapatan dan biaya istishna’ akibat
perubahan pesanan dan tagihan tambahan adalah sebagai berikut:
a) nilai dan biaya akibat perubahan pesanan yang disepakati oleh penjual dan pembeli
ditambahkan kepada pendapatan istishna’ dan biaya istishna’
b) jika kondisi pengenaan setiap tagihan tambahan yang dipersyaratkan dipenuhi, jumlah
biaya setiap tagihan tambahan yang diakibatkan oleh setiap tagihan akan menambah
biaya istishna’; sehingga pendapatan istishna’ akan berkurang sebesar jumlah
penambahan biaya akibat klaim tambahan
c) perlakuan akuntansi (a) dan (b) juga berlaku pada istishna’ paralel, akan tetapi biaya
perubahan pesanan dan tagihan tambahan ditentukan oleh produsen atau kontraktor
dan disetujui penjual berdasarkan akad istishna’ parallel;
h. Pengakuan Taksiran Rugi:
• Jika besar kemungkinan terjadi bahwa total biaya perolehan istishna’ akan melebihi
pendapatan istishna’, taksiran kerugian harus segera diakui.
• Jumlah kerugian semacam itu ditentukan tanpa memperhatikan:
(a) apakah pekerjaan istishna’ telah dilakukan atau belum;
(b) tahap penyelesaian pembuatan barang pesanan; atau
(c) jumlah laba yang diharapkan dari akad lain yang tidak diperlakukan sebagai suatu
akad tunggal
2. Akuntansi Pembeli:
a. Pembeli mengakui aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih
oleh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual.
b. Aset istishna’ yang diperoleh melalui transaksi istishna’ dengan pembayaran tangguh
lebih dari satu tahun diakui sebesar biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang
disepakati dalam akad istishna’ tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai
beban istishna’ tangguhan.
c. Beban istishna’ tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi
pelunasan utang istishna’.
d. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan
mengakibatkan kerugian pembeli, kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian
proyek yang telah diserahkan penjual. Jika kerugian tersebut melebihi garansi
penyelesaian proyek, selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual
dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
e. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spesifikasi
dan tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada
penjual, jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada
penjual dan jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
f. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, barang
pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan biaya
perolehan. Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
g. Dalam istishna’ paralel, jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak
sesuai dengan spesifikasi yang disepakati, barang pesanan diukur dengan nilai yang lebih
rendah antara nilai wajar dan harga pokok istishna’. Selisih yang terjadi diakui sebagai
kerugian pada periode berjalan.

J. Perlakuan Akuntansi Salam


• Akuntansi Pembeli : Bank/ LKS sebagai Pembeli (Salam Biasa)
1. Pada saat Bank/ LKS membeli modal kas
(Dr) Piutang salam xx
(Cr) Kas xx
2. Pada saat Bank/ LKS memberikan modal nonkas
(Dr) Piutang salam (nilai wajar yang disepakati) xx
(Cr) Aktiva non-kas (nilai wajar yang disepakati) xx
3. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa uang dari penjual
(Dr) Kas xx
(Cr) Hutang jaminan xx
4. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa barang dari penjual
(Dr) Aktiva jaminan xx
(Cr) Hutang jaminan xx
5. Pada saat Bank/ LKS menerima barang dari penjual
a. Sesuai akad
(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx
(Cr) Piutang salam xx
b. Berbeda kualitas dan nilai pasar lebih rendah dari nilai akad dari persediaan (barang
pesanan)
(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx
(Dr) Kerugian salam xx
(Cr) Piutang salam xx
6. Bank/ LKS tidak menerima sebagian barang pesanan sampai dengan tanggal jatuh
tempo
(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx
(Cr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima) xx

7. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan


(Dr) Piutang kepada penjual xx
(Cr) Piutang salam xx
8. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan tetapi penjual telah memberikan jaminan
a. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di bawah nilai akad
(Dr) Kas xx
(Dr) Kerugian penjualan aktiva jaminan xx
(Cr) Aktiva jaminan xx
b. Kompensasi kerugian
(Dr) Piutang salam xx
(Cr) Kerugian penjualan jaminan xx
c. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di atas nilai akad
(Dr) Kas xx
(Cr) Aktiva jaminan xx
(Cr) Keuntungan penjualan jaminan xx
d. Kompensasi keuntungan
(Dr) Keuntungan penjualan jaminan xx
(Cr) Hutang jaminan xx
e. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan < piutang)
(Dr) Piutang produsen xx
(Dr) Hutang jaminan xx
(Cr) Piutang salam xx
f. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan > piutang)
(Dr) Hutang jaminan xx
(Cr) Hutang produsen xx
(Cr) Piutang salam xx
9. Pengenaan denda kepada penjual mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan
sengaja
(Dr) Kas xx
(Cr) Rekening Dana Kebajikan xx
• Akuntansi Penjual: Bank/ LKS sebagai Penjual (Salam Biasa)
1. Pada saat Bank/ LKS menerima modal dari pembeli
(Dr) Kas/ aktiva non-kas xx (sebesar nilai wajar yang
telah disepakati)
(Cr) Hutang salam xx
(sebesar nilai wajar yang telah disepakati)
2. Pada saat bank/ LKS menyerahkan barang kepada pembeli
(Dr) Hutang salam xx
(Cr) Persediaan (barang pesanan) xx
(Cr) Pendapatan bersih salam xx
3. Bank/ LKS hanya mengirimkan sebagian barang pesanan
(Dr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima) xx
(Cr) Persediaan (barang pesanan) xx
4. Pembeli membatalkan barang pesanan pesanan
(Dr) Hutang salam xx
(Cr) Hutang kepada pembeli xx
5. Pengenaan denda kepada pembeli yang mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban
dengan sengaja
(Dr) Kas xx
(Cr) Rekening Dana Kebajikan xx
• Akuntansi Salam Paralel: Bank/ LKS sebagai Pembeli dan Penjual
1. Pada saat Bank/ LKS menerima modal dari pembeli
(Dr) Kas/ aktiva non-kas xx (sebesar nilai wajar yang
telah disepakati)
(Cr) Hutang salam xx (sebesar
nilai wajar yang telah disepakati)
2. Pada saat Bank/ LKS memberikan modal kas kepada produsen
(Dr) Piutang salam (produsen) xx
(Cr) Kas xx
3. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa uang dari produse
(Dr) Kas xx
(Cr) Hutang uang jaminan xx
4. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa barang dari penjual
(Dr) Aktiva jaminan xx
(Cr) Hutang jaminan xx
5. Pada saat Bank/ LKS menerima barang dari produsen
a. Sesuai akad
(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx
(Cr) Piutang salam (produsen) xx
b. Berbeda kualitas dan nilai pasar lebih rendah dari nilai akad dari persediaan (barang
pesanan)
(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx
(Dr) Kerugian salam (produsen) xx
(Cr) Piutang salam (produsen) xx
6. Bank/ LKS tidak menerima sebagian barang pesanan sampai dengan tanggal jatuh
tempo
(Dr) Persediaan (barang pesanan) xx
(Cr) Piutang salam xx (sebesar
jumlah yang diterima dari produsen)
7. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan
(Dr) Piutang kepada penjual xx
(Cr) Piutang salam produsen xx
8. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan tetapi produsen telah memberikan
jaminan
a. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di bawah nilai akad
(Dr) Kas xx
(Dr) Kerugian penjualan aktiva jaminan xx
(Cr) Aktiva jaminan xx
b. Kompensasi kerugian
(Dr) Piutang salam xx
(Cr) Kerugian penjualan jaminan xx
c. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di atas nilai akad
(Dr) Kas xx
(Cr) Aktiva jaminan xx
(Cr) Keuntungan penjualan jaminan xx
d. Kompensasi keuntungan
(Dr) Keuntungan penjualan jaminan xx
(Cr) Hutang jaminan xx
e. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan < piutang)
(Dr) Piutang produsen xx
(Dr) Hutang jaminan xx
(Cr) Piutang salam xx
f. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan > piutang)
(Dr) Hutang jaminan xx
(Cr) Hutang produsen xx
(Cr) Piutang salam xx
9. Pengenaan denda kepada penjual mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan
sengaja
(Dr) Kas xx
(Cr) Rekening Dana Kebajikan xx
10. Pada saat Bank/ LKS menyerahkan barang kepada nasabah pembeli
(Dr) Hutang salam xx
(Cr) Persediaan (barang pesanan) xx
(Cr) Rekening Dana Kebajiakan xx
11. Bank/ LKS hanya mengirimkan sebagian barang pesanan
(Dr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima) xx
(Cr) Persediaan (barang pesanan) xx
12. Pembeli membatalkan barang pesanan pesanan
(Dr) Hutang salam xx
(Cr) Hutang kepada pembeli xx
13. Pengenaan denda kepada pembeli yang mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban
dengan sengaja
(Dr) Kas xx
(Cr) Rekening Dana Kebajikan xx

Istishna’
K. Contoh Soal Salam dan Istishna’
Salam :
Pada tanggal 1 april 2008, seorang petani datang pada bank syariah untuk mendapatkan
pembiayaan salam.dia memiliki sawah 2 ha yang bisa ditanami.Dia mengajukan dana sebesar Rp.
10.000.000. yg digunakan untuk memebeli bibit padi dan pemeliharaan. Perkiraan untuk 2 ha
sawah, bisa menghasilkan 6 ton beras sudah digiling, bila dijual per-kg nya Rp. 4000. dia akan
menyerahkan beras 3 bulan lagi.
Jawab:
Bank akan mendapatkan beras Rp. 10.000.000/4.000 = Rp. 2500kg.
beras tersebut dapat dijual kembali pada pihak ke 3 dengan harga Rp/4.400/kg. jadi total
pendapatan Rp. 4.400 x 2.500kg = Rp.11.000.000. Jadi keuntunganya:
Rp. 11.000.000 - Rp. 10.000.000 = Rp. 1.000.000.
Dijurnal:
Saat bank membayarkan dana:
Piutang salam Rp. 10.000.000
Kas Nasabah Rp.10.000.000
Pada saat bank menerima beras 2500kg
Barang dagangan salam Rp.10.000.000
Piutang salam Rp. 10.000.000
Pada saat penjualan pada puhak ke 3
Kas Rp. 11.000.000
Barang dagangan salam Rp. 10.000.000
keuntungan salam Rp. 1.000.000

Istishna’

Bank Syariah Insan Kamil mendapatkan pesanan pembangunan gedung untuk perkantoran dengan
nilai kontrak pembangunan sebesar Rp. 500.000.000, biaya yang dikeluarkan Rp.
400.000.000termasuk biaya pra kontrak sebesar Rp. 15.000.000

Untuk pemesanan tersebut bank syariah menunjuk satu kontraktor untuk mengerjakanya. Data
yang diperoleh sehubungan dengan pembangunan tersebut:
Tahun 1 Tahun 2

Total biaya Rp. 300.000.000 Rp. 400.000.000

Tagihan termin Rp. 285.000.000 Rp. 100.000.000

Penerimaan tagihan dari

Pembeli Rp. 230.000.000 Rp. 270.000.000

Jurnal-jurnal dari transaksi diatas:

Pembayaran beban pra akad:

Pada saat dikeluarkan biaya akad:

Beban pra akad istishna ditangguhkan Rp. 15.000.000

Kas Rp. 15.000.000

Pada saat ada kepastian penandatangan akad

Aktiva istishna dalam penyelesaian Rp. 15.000.000

Beban pra akad istishna ditangguhkan Rp. 15.000.000

Bila akad tidak jadi ditandatangani

Beban pra akad istishna Rp. 15.000.000

Beban pra akad istishna ditangguhkan Rp. 15.000.000

PEMBAYARAN untuk pembangunan gedung perkantoran bersangkutan tahun pertama Rp.


300.000.000, diantaranya untuk material, tenaga kerja dll (termasuk Rp. 15.000.000 beban pra
akad).dan tahun kedua Rp. 100.000.000.

Dijurnal:

Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 1 Rp. 285.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 2 Rp. 100.000.000

Kas tahun 1 Rp. 285.000.000

Kas tahun 2 Rp. 100.000.000

Penagihan bank syariah kepada pihak pembeli akhir untuk tahun 1 Rp. 230.000.000 dan tahun ke-2
Rp. 270.000.000.

Piutang Istishna tahun-1 Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun-2 Rp. 270.000.000

Termin Istishna tahun-1 Rp. 230.000.000

Termin Istishna tahun-2 Rp. 270.000.000


Penerimaan pembayaran dari pembeli akhir oleh bank syariah pada tahun 1 Rp. 230.000.000 dan
tahun ke-2 Rp. 270.000.000

Kas tahun-1 Rp. 230.000.000

Kas tahun-2 Rp. 270.000.000

Piutang Istishna tahun 1 Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun 2 Rp. 270.000.000

Metode pengakuan pendapatan istishna dengan cara pembayaran tangguh:

Cara-1:

Metode penyelesaian prosentase

Tahun 1

300/400 X 100%= 75%

Penerimaan dari pembeli akhir 500.000.000 X 75%=Rp. 375.000.000

Pendapatan Rp. 375.000.000 – Rp. 300.000.000= Rp. 75.000.000

Metode penyelesaian prosentase

Tahun 2

100/400 X 100%= 25%

Penerimaan dari pembeli akhir 500.000.000 X 25%= Rp. 125.000.000

Pendapatan Rp. 125.000.000 – Rp. 100.000.000= Rp. 25.000.000

Jurnal:

Harga pokok Istisna tahun 1 Rp. 300.000.000

Harga pokok Istisna tahun 2 Rp. 100.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian Th 1 Rp. 75.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian Th 2 Rp. 25.000.000

Nilai kontrak Istishna tahun 1 Rp. 375.000.000

Nilai kontrak Istishna tahun 2 Rp. 125.000.000

Cara 2:

Metode akad selesai

Tahun 1 tidak ada perhitungan pendapatan karena belum selesai

Tahun ke-2
Harga pokok Istishna Rp. 400.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian Rp. 100.000.000

Nilai kontrak Istishna Rp. 500.000.000

PERLAKUAN AKUNTANSI ISTISHNA PARALEL dengan cara pembayaran tangguh

Penerimaan tagihan termin dari subkontraktor, pada tahun 1 Rp. 300.000.000 dan tahun ke-2 Rp.
100.000.000

Dijurnal:

Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 1 Rp. 300.000.000

Aktiva Istishna dalam penyelesaian tahun 2 Rp. 100.000.000

Kas tahun 1 Rp. 300.000.000

Kas tahun 2 Rp. 100.000.000

Penagihan bank syariah kepada pihak pembeli akhir untuk tahun 1 Rp. 230.000.000 dan tahun ke-2
Rp. 270.000.000.

Piutang Istishna tahun-1 Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun-1 Rp. 270.000.000

Termin Istishna tahun-1 Rp. 230.000.000

Termin Istishna tahun-2 Rp. 270.000.000

Penerimaan pembayaran dari pembeli akhir oleh bank syariah pada tahun 1 Rp. 230.000.000 dan
tahun ke-2 Rp. 270.000.000

Kas tahun-1 Rp. 230.000.000

Kas tahun-2 Rp. 270.000.000

Piutang Istishna tahun 1 Rp. 230.000.000

Piutang Istishna tahun 2 Rp. 270.000.000

Pembayaran Termin kepada subkontraktor th-1 Rp. 290.000.000 dan th-2 Rp. 110.000.000.

Hutang Istishna th-1 Rp. 290.000.000

Hutang Istishna th-2 Rp. 110.000.000

Kas th-1 Rp. 290.000.000


Kas th-2 Rp. 110.000.000

Anda mungkin juga menyukai