IBERAHIM MAHMUD
DWI AGUS SUSANTO
ACHMAD HUSAINI MULYADI
M. FADHILLAH ILAHINAMA
Sadd Adz-
ISTIHSAN
Dzara’i
Syar’u Man
ISTISHAB Qablana
MASLAHAH Qaul
MURSALAH Shahabi
‘URF
back
ISTIHSAN
ISTIHSAN
KEHUJJAHAN ISTIHSAN
ISTISHAB
SYARAT-SYARAT ISTISHAB
ISTIHSAN
Istishhab al- Istishab al-
Bara`ah al- ibahah al-
Ashliyyah asliyah
KEHUJJAHAN ISTISHAB
Mayoritas ulama dari madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali
menyatakan bahwa istishab merupakan hujjah secara penuh, baik
dalam mempertahankan sesuatu yang sudah ada (daf’i), maupun
menetapkan sesuatu yang belum ada (istbat).
MASHLAHAH AL MURSALAH
Berdasarkan
Kualitas dan
Kepentingan
Berdasarkan Segi
Kandungan
Berdasarkan Segi
Ketetapan
Berdasarkan segi
keberadaan
Mashlahah
Berdasarkan Bentuk
Berdasarkan Nilai
Berdasarkan
Cakupan
KEHUJJAHAN ‘URF
Ulama Malikiyah banyak menetapkan hukum berdasarkan
perbuatan-perbautan penduduk madinah. Berarti menganggap
apa yang terdapat dalam masyarakat dapat dijadikan sumber
hukum dengan ketentuan tidak bertentangan dengan syara’.
Imam Asy-Syafi’i terkenal dengan Qaul Qadim dan Qaul jadid-nya, karena
melihat praktek yang belaku pada masyarakat Baghdad dan Mesir yang
berlainan. Sedangkan urf yang fasid tidak dapat diterima, hal itu jelas karena
bertentangan dengan syarat nash maupun ketentuan umum nash.
Sadd Adz-Dzara’i
Menurut Bahasa, Sadd adz-dzarai’ terdiri dari dua kata. Sadd dan adz-dzarai’. Kata
sadd dapat kita artikan mencegah (al-man’u, al-hasmu), dan adz-dzarai’ adalah
bentuk jamak dari kata dzari’ah. Secara etimotologi, kata dzari’ah memiliki arti at
taharruk wa al imtidad. Sesuatu yang menunjukan adanya perubahan.
Setiap perbuatan yang akan mengantarkan kepada mafsadat, ada yang hukum
asalnya haram, dan ada juga yang hukumnya boleh. Adapun yang hukum asalnya
haram, para ulama tidak mempertentangkan mengenai ketetapan hukumnya.
Seperti minum khamar yang akan menyebabkan mabuk dan merusak akal
manusia. Hal ini tidak termasuk dalam pembahasan sadd adz-dzarai’.
back
OBJEK SADD ADZ-DZARI’AH
1) Imam Malik dan Imam Ahmad Ibnu Hambal dikenal sebagai dua
orang Imam yang memakai saddu dzari’ah. Oleh karena itu, kedua
Imam ini menganggap bahwa saddu dzari’ah dapat menjadi hujjah.
Qaul Shahabi
Secara etimologis qaul artinya perkataan, ucapan, sabda. Secara terminologis
ialah pendapat atau suatu pandangan yang tertuju pada suatu hukum Fiqh, dan
sabab musabab mengapa Qaul dimaknai dengan pandangan atau pendapat
ialah karena pada umumnya pendapat dari seseorang tidaklah dapat diketahui
sampai ia mengatakannya.
Shahabi diartikan sahabat nabi, yaitu orang mukmin yang pernah bertemu
langsung dengan nabi serta bergaul lama dengan beliau.
Mahzab Asy-Syafi’i dalam qaul qadimnya. Dan di antara ulama mazhab ini yang
berpendapat bahwa qaul Shahabi bukan hujjah adalah Al-Ghazali, Al-Amidi.
Selain itu pendapat ini juga merupakan pendapat dari Al-Imam Ahmad yang
mewakili mazhab Al-Hanabilah menurut riwayat kedua.
Dari kalangan mazhab Al-Hanafiyah, yang ikut dalam pendapat ini adalah Al-
Karkhi dan Ad-Dabbusi. Mazhab Adz-Dzahiri dan Mu’tazilah juga termasuk yang
berpendapat bahwa qaul Shahabi bukan hujjah.
back