Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam perkembangan dan kemajuan dewasa ini, banyak kejadian-kejadian yang berbeda
pada masa lampau dan saat ini khususnya dalam hal transaksi ataupun jual beli . Jual Beli
merupakan pewrbuatan yang diperbolehkan atau dihalalkan oleh Agama Islam. Adapun
sesuatu yang diperbolehkan dalam jual beli adalah Khiyar, tetapi akad yang sempurna
dan yang lebi baik haruslah terhindar dari khiyar, yang memungkinkan aqid ( orang yang
akad ) membatalkannya.
Khiyar menurut bahasa adalah yang berarti pilihan atau pilih-pilih ,dan khiyar menurut
istilah atau terminologi adalah suatu keadaan yang menyebabakan aqid memiliki hak
untuk memutuskan akadnya, yakni menjadikan atau membatalkannya, dengan kata lain
khiyar berarti permintaan untuk diberlakukan hak memilih bagi penjual dan pembeli agar
dalam waktu tertentu dapat menentukan apakah jual-belinya akan dilanjutkan atau
dibatalkan . Dalam pelaksanaan jual beli, apabila perjanjian ( akad ) yang dijabarkan
dalam bentuk ijab Kabul telah dilakukan dengan sempurna, maka pemilikan atas barang
yang dijual berpindah dari penjual ke pembeli. Sejak saat itu si pembeli sebagai pemilik
baru dapat memanfaatkan barang yang telah dibelinya sesuai dengan keinginan. Namun,
dalam usaha untuk menghindari adanya penyesalan atas pelaksanaan jual beli tersebut,
kedua belah pihak dapat meminta untuk diberi hak khiyar. adapun macam-macam khiyar
ada tiga , yaitu pertama khiyar syarat, kedua khiyar majlis, ketiga khiyar aib. Pembahasan
Khiyar oleh Ulama’ Fiqh hanya permasalahan yang menyangkut transaksi dalam bidang
perdata khususnya transaksi ekonomi, sebagai salah satu hak bagi kedua belah pihak
yang melakukan ( akad ) ketika terjadi beberapa persoalan dalam transaksi tersebut. Akan
tetapi ada perbedaan pendapat dikalangan ulama’ fiqh khususnya dalam khiya majlis.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahanyang akan diuraikan adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Terminologi Khiyar menurut Ulama’ Fiqh ?
2. Bagaimanakah pendapat-pendapat Ulama’ Fiqh tentang Khiyar Majlis ?
B. Tujuan
Atas dasar permasalahan di atas maka yujuan yang dimaksud adalah :
1. Untuk megetahui pengertian Khiyar secara Terminologi menurut Ulama’ Fiqh.
2. Untuk mengetahui pendapat-pendapat Ulama’ Fiqh tentang Khiyar Majis.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khiyar Secara Terminologi Menrurt Ulama’ Fiqh
Telah dijelaskan bahwa khiyar menurut bahasa atau etimologi adalah pilihan atau pilih-
pilih . Para ulama’ Fiqh mendefinisikan pengertian khiyar secara teminologi adalah hak
pilih-pilih bagi salah satu atau kedua belah pihak yang melakukan transaksi untuk
melangsungkan atau membatalkan transaksi yang disepakati sesuai dengan kondisi
masing-masing pihak yang melakukan transaksi artinya khiyarialah mencari kebaikan
dari dua perkara , yaitu membatalkan atau melangsungkan . Dengan kata lain khiyar
merupakan sesuatu yang diperbolehkan dalam melakukan transaksi , agar tidak dirugikan
dalam transaksi yang dilakukan, sehingga kemaslahatan yang dituju dalam suatu
transaksi tercapai dengan sebaik-baiknya. Artinya suatu transaksi baru dianggap sah
apabila kedua belah pihak yang melaksanakan akad telah berpisah badan atau salah
seorang diantara mereka telah melakukan pilihan untuk menjual dan atau membeli,
barang diserahkan kepada pembeli dan harga barang diserahkan kepada penjual.
Dalam hal membatalkan atau menjadikan akad dapat terjadi dengan adanya kemadaratan
atau adanya maksud ( niat ) dan khiyar ( pilihan ). Ulama’ hanafiyah sepakat bahwa
khiyar memiliki hak penuh walaupun tanpa sepengetahuan pemilik barang , namun
demikian harus diucapkan, dengan kata lain walaupun tanpa sepengetahuan pemilik
barang, dalam perbuatannya haruslah diungkapkan dengan kata bukan cukup dalam hati.
Sebab hukum islam mencakup ucapan dan perbuatan yang merupakan ungkapan dalam
hati. Menurut Ulama’ hanafiyah pembatalan dengan lisan tersebut diketahui oleh pemilik
barang, baik pemilik barang ( penjual ) ridha ataupun tidak. Sebaliknya jika pembatalan
tersebut ditangguhkan sampai diketahui penjual. Ulama’ Syafi’iyah dan Hanabilah
berpendapat bahwa apabila khiyar berasal dari pembeli, pembatalan akan dipandang sah
walaupun tidak diketahui oleh penjual . Hal ini karena adanya khiyar menunjukkan
bahwa penjual rela apabila pembeli membatalkan kapan saja pembeli menginginkannya.
B. Pendapat-pendapat Ulama’ Fiqh Tentang Khiyar Majlis
Berkaitan dengan adanya khiyar majlis para Ulama’ Fiqh berbeda pendapat, menurut
Ulama’ Syafi’iyah dan Hanabilah, mereka berpendapat bahwa masing-masing pihak yang
melakukan akad berhak mempunyai khiyar ( majlis ) selama mereka masih dalam tempat
atau majlis akad. Sekalipun akad telah sah dengan adanya Ijab ( ungkapan jual dari
penjual ) dan Qabul ( ungkapan beli dari pembeli ), selama mereka masih berada daklam
majlis ( tempat ) akad, maka masing-masing pihak berhak untuk melanjutkan atau
membatalkan jual beli itu . Adapun batasan dari kata berpisah diserahkan kepada adat
atau kebiasaan manusia dalam bermuamalah ( kebiasaan masyarakat setempat di mana
jual beli itu berlangsung, yang nantinya perpisahan itu yang membatalkan khiyar majlis .
Maka jual beli itu dengan sendirinya menjadi mengikat, kecuali apabila masing-masing
pihak sepakat menyatakan bahwa keduanya masih berhak dalam jangka waktu tiga hari
untuk membatalkan jual beli itu. Alasan yang dipakai Ulama’ Syafi’iyah dan Hanabilah
adalah hadis rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh al-Bukhori dan Muslim dan
menurut mereka sesungguhnya khiyar majlis itu sangat beralasan baik dalam jual beli,
shulh ( perjanjian damai ), hiwalah ( tukar menukar ), maupun ijarah ( sewa-menyewakan
), dan semua jenis akad pertukaran yang lazim dalam urusan harta. Adapun akad lazim
yang bukan bermotifkan ganti seperti akad perkawinan dan perceraian, untuk jenis ini
khiyar majlis tidak berlaku. Demikian pula halnya dengan akad-akad yang bukan lazim
seperti mudharabah ( akad berserikat untuk mendapatkan keuntungan ), satu pihak
mengeluarkan modal harta dan lainnya ( kerja , shirkah dan wakalah
Menurut Ulama’ Hanafiyah dan malikyah, mereka berpendapat bahwa suatu akad sudah
sempurna dengan ada ijab ( dari pejual ) dan qabul ( dari pembeli ) alasan mereka adalah
suatu akad sudah dianggap sah apabila masing-masing pihak telah menunjukkan
kerelaannya, dan kerelaan itu diungkapkan melalui ijab dan aqbul, dasar yang dipakai
oleh ulama’ tersebut adalah firman Allah ( QS. An-Nisa’ 4;29 ) yang artinya ”kecuali
dengan jalan perdagangan yang berlaku suka sama suka di antara kamu ”. Artinya apabila
suatu akad telah dipenuhi, kedua belah pihak sudah saling rela, maka akad telah sah dan
tidak ada lagi peluang di tempat itu untuk membatalkan akad. Menurut Ulama’
Hanafiyah dan Malikiyah memahami hadis tentang khiyar yang artinya ” Dua orang yang
melakukan jual beli boleh melakukan khiyar selama mereka belum berpisah…” hadis itu
bertujuan untuk menunjukkan selesainya akad jual beli, bukan berpisahnya badan
masing-masing dari majlis akad. Oleh sebab itu sebelum selesainya akad, masing-masing
pihak memiliki hak untuk meneruskan atau membatalkan jual beli.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khiyar majlis merupakan salah satu dari macam-macam khiyar, khiyar merupakan hal
yang diperbolehkan dalam akad ( jual beli ), shulh ( perjanjian damai ), hiwalah ( tukar
menukar ), maupun ijarah ( sewa-menyewakan ), dan semua jenis akad pertukaran yang
lazim dalam urusan harta. Sedangkan pengertian khiyar majlis secara bahasa adalah pilih-
pilih, menurut terminologi atau istilah adalah hak bagi semua pihak yang melakuikan
akad untuk membatalkan atau menjadikan akad itu terjadi selama masih berada di tempat
akad.
Sedangkan yang terjadi di kalangan Ulama’ fiqh mengenai perbedaan pendapat tentang
khiyar majlis adalah menurut Ulama’ Syafi’iyah dan Hanabilah dengan memahami hadis
masalah Khiyar tentang belum berpisahnya badan, inilah yang keduanya ( penjual dan
pembeli ) masih memiliki kesempatan untuk menjadikan atau menjadikan akad. Berbeda
dengan Ulama’ Hanafiyah dan Malikiyah, mereka memahami hadis tentang Khiyar
adalah bukan berpisahnya badan akan tetapi berpisah dari segi ucapan, dalam arti bagi
yang menyatakan ijsb ia boleh menarik ucapannya sebelum dijawab qabul, sedangkan
bagi bagi yang lainnya ( penerima ) boleh memilih apakah ia akan mnerimanya atau
menolaknya ditempat tersebut. Pada intinya pendapat para Ulama’ Fiqh adalah sama,
artinya tetap memberikan pengertian menjadikan atau menjadikan akad.
B. Saran
Dalam transaksi khususnya jual-beli hendaklah saling mengutamakan keridhoan jadi
tidak akan timbul sebuah kekecewaan dalam jual-beli setelah akad terjadi, maka dalam
hal ini khiyar diperbolehkan jadi gunakanlah khiyar sebagai salah satu perbuatan yang
diperbolehkan dalam akad yang nantinya akan menumbuhkan kemaslahatan di antara ke
dua belah pihak antara penjua dan pembeli.

DAFTAR PUSTAKA

Zainuddin ,Djedjen, 2003.FIKIH Kelas dua, Semarang :Karta Toha Putra.


Sabiq,Sayyid. 1999, Fikih Sunnah,Bandung: al-maarif.
LKS FIQIH ISLAM kelas X, Semester genap (tahun 2006)
LKS FIQIH Kelas X,Semester genap (tahun 2007)

Anda mungkin juga menyukai