Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teks Alquran dan Hadits dipandang dari segi dalalah dan wurud (penunjukan makna dan datangnya) nash terbagi dua, qathi (pasti) dan dhanni (dugaan). Sedang nash qathi itu sendiri bisa digolongkan menjadi tiga: Kalamiyyah, Ushuliyyah, dan Fiqhiyyah. Yang dimaksud kalamiyyah iala naqliyah semata, dan dalam al ini yang benar anya satu. !aka barangsiapa yang melakukan kesala an ter adap al ini, ia berdosa. Nash jenis ini di antaranya tentang kejadian alam dan penetapan "ajib adanya Alla dan si#at$si#at$%ya, diutusnya para rasul, memper&ayai mereka dan mukji'at$mukji'atnya dan sebagainya. (emudian apabila kesala an seseorang itu mengenai keimanan kepada Alla dan rasul$%ya maka yang bersala itu ka#ir, kalau tidak maka ia berdosa dari segi ba "a ia menyimpang dari kebenaran dan tersesat. Adapun ushuliyyah adala yang menyala inya adala berdosa. !engenai masala fiqhiyyah yang termasuk keadaan qathi yaitu s alat * "aktu, 'akat, puasa, peng araman 'ina, pembunu an, pen&urian, minun k amar+ arak dan semua yang diketa ui se&ara pasti dari agama Alla . !aka yang benar dari masala $masala itu adala satu, dan itula yang diketa ui. Sedang orang yang menyala inya adala berdosa. 1. Apabila seseorang menyelisi i al$ al yang diketa ui se&ara dharuri dari seperti ijma dan qiyas serta khabar ahad

sebagai hujjah, maka masala $masala ini dalil$dalilnya adala qathiyyah. )rang

maksud al-Syari ( al$ al yang setiap !uslim "ajib ta u), maka ia adala ka#ir, karena pengingkarannya tidak timbul ke&uali dari orang yang mendustakan syara,. (!isalnya orang mengingkari keesaan Alla , mengingkari "ajibnya s alat * "aktu, "ajib puasa -amad an dan sebagainya, maka pengingkarnya itu adala ka#ir). 1

..

Apabila masala nya mengenai al yang diketa ui se&ara pasti, dengan jalan penyelidikan, seperti ukum$ ukum yang dikenal dengan ijma, maka pengingkarnya bukan ka#ir, tetapi ia bersala lelaki, maka pengingkarnya adala berdosa). dan berdosa. (/onto nya, mengingkari tidak bole nya perempuan mengimami s alat

0.

Adapun masala fiqhiyyah yang dhanni, yang tidak mempunyai dalil pasti, maka masala ini jadi tempat ijti ad dan tidak ada dosa atas itu menurut orang yang berpendapat ba "a mujta id dalam masala

yang tepat adala satu, dan tidak (berdosa) pula menurut orang yang mengatakan setiap mujta id adala tepat.1 B. Rumusan Masalah Apa yang di maksud zhahiru al-dalalah, ada berapa tingkatannya, dan apa pengertiannya masing$masing1 2agaimana Hukum lafazh zhahir1 2ila terjadi pertentangan antara tingkatan la#a' tersebut, bagaimana skala prioritasnya1 C. Tujuan Masalah !engea ui tingkatannya !engeta ui ukum la#a' ' a ir !engeta ui skala prioritas apabila terjadi pertentangan dari la#a' $la#a' tersebut. pengertian zhahiru al-dalalah dan ma&am$ma&am

1 Hartono A mad 3ai' dan Agus Hasan 2as ori, 4 Menangkal Bahaya JIL dan FLA5, (3akarta: 6ustaka Al$(autsar, .778), 1.9

BAB II PEMBAHASAN A. Def n s Dalalah!D lalah Ada dua kelompok pendapat tentang tingkat dilala kejelasan, ;olongan Hana#iya digambarkan dengan bagan berikut: "#l#ngan < a ir Hanaf &ah %as !u#assar !u kam < a ir Mutakall m n %as
< a ir dan %as kalam mubayyan disebut

:a#a'

dari segi

dan ;olongan !utakalimin. !asing$masing

$ejelasan

$et %akjelasan ( a#i !usykil !ujmal !utasyabi !ujmal !utasyabi

6embagian la#a' itu sebenarnya dili at dari segi mungkin atan tidaknya di-takwil atau di-nasakh. =ili at dari peringkat kejelasan la#a' itu !enurut golongan Hana#iya , dimulai dari yang jelasnya bersi#at sederhana (Zhahir , !uku" jelas (nash # sangat jelas (mufassar # dan su"er jelas (muhkam $ =alala

()

atau dilalah adala

petunjuk yang menunjukkan

kepada yang di maksudkan atau mema ami sesuatu atas sesuatu. (ata sesuatu yang disebutkan pertama disebut madlul $

yang ditunjuk. =alam ukum itu sendiri.

ubungannya dengan ukum, yang disebut madlul itu adala

(ata sesuatu yang kedua kalinya disebut dalil ( )

- yang menjadi petunjuk.

=alam ubungannya dengan ukum, dalil itu disebut dalil ukum. =i dalam %l-&ishbah %l-&unir, dijelaskan ba "a :

'alalah adalah a"a yang dikehendaki (leh lafadz ketika lafadz itu diu!a"kan se!ara muthlaq.. =alala yang jelas dari nash adala makna yang ditunjukkan ole bentuk nash itu sendiri tanpa membutu kan #aktor luar. 3ika nas itu mungkin ditak"il, tetapi yang dimaksud bukan tujuan asal dari susunan katanya maka disebut zhahir. 3ika mungkin ditak"il, sedangkan yang dimaksud adala tujuan asal dari susunan katanya maka di sebut nash. 3ika nash itu tidak mungkin ditak"il tetapi ukumnya dapat dinasak maka disebut mufassar. =an jika tidak mungkin di tak"il dan ukumnya tidak dapat dinasak maka disebut muhakkam.

Setiap nash yang jelas petunjuknya, maka arus diamalkan sesuai dengan makna petunjuk yang jelas itu, dan tidak bole mentak"il nash itu, meskipun mungkin, ke&uali ada dalil. (aida ketiga dan keempat ini k usus menerangkan nash syara, yang jelas petunjuknya, yang tidak jelas petunjuknya, tingkat kejelasan nash yang jelas dan tingkat kesamaran nash yang tidak jelas, serta al$ al yang dapat meng ilangkan ketidakjelasan itu. Selisi tingkat kejelasannya adala pada mungkin atau tidaknya menerima tak"il. !akna yang dipa ami dari bentuk nash itu sendiri dengan tidak mungkin dipa ami dengan makna lain lebi jelas petunjuknya daripada makna yang dipa ami dari bentuk nash tapi mungkin dipa ami dengan makna lain. Sedangkan selisi tingkat kesamarannya adala mampu atau tidaknya

meng ilangkan kesamaran itu. Nash yang memiliki kesamaran dan tidak mungkin meng ilangkan kesamaran itu ke&uali dikembalikan ke pembuatnya, yaitu syari adala lebi samar daripada nash yang memiliki kesamaran tetapi ada metode untuk meng ilangkan kesamaran itu dengan penelitian dan ijti ad.0

! Totok 3umantoro dan Samsul !unir Amin, 4Kamus Ilmu Ushul Fikih5, (3akarta: Am'a . .77*), 09 " Abdul >a ab ( alla#, 4Ilmu Ushul Fikih5, (3akarta: 6ustaka Amani, .770), .01$.0.

B. T ngkatan Lafa'h (hah ru Al)Dalalah *. Az Zhahir

, ( # - . /0 1 2 3 '& . ) * + &' $% 5 6) 7 4 9 5# 0 ) % 9 80 5 :
:a#a' yang nyata petunjuknya kepada pengertian yang dimaksudkan, tetapi mungkin menerima makna yang lain. (!enurut ?lama Hana#iya ) 8 4Suatu nama bagi seluruh "erkataan yang jelas maksudnya bagi "endengar# melalui bentuk lafazh itu sendiri.5 ( 2a'da"i, 1079 H. @:8A) 4Sesuatu yang da"at diketahui maksudnya dari "endengaran itu sendiri tan"a harus di"ikirkan lebih dahulu.5 ( As$Sarak si, 109., @:1A8) ?ntuk mema ami zhahir itu tidak memerlukan petunjuk lain, melainkan langsung dari rumusan lafazh itu sendiri. %amun, lafazh itu tetap mempunyai kemungkinan lain, se ingga !u ammad Adib Sali menyimpulkan ba "a zhahir itu adala : )Suatu lafazh yang menunjukan suatu makna dengan rumusan lafazh itu sendiri tan"a menunggu qarinah yang ada diluar lafazh itu sendiri# namun mem"unyai kemungkinan ditakhsis# ditakwil# dan dinasakh. (!u ammad Adib Sali ,1BC8, @ : 180)* Sepanjang maksudnya dapat dipa ami dari kalimat itu tanpa yang

membutu kan suatu qarinah (tanda), namun maksud tersebut bukanla dengan Zhahir. /onto :

dike endaki dengan sebenarnya dari susunan kalimatnya maka kalimat itu disebut

$$ dan %llah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba $$$(*S$ %l+aqarah (, - ,./
B ( alla#, 4Ilmu Ushul Fikih5, "C! D Su eri, 4Ushul Fiqih (Qaidah Ushuliyyah)+ ttp:++su erilbs."ordpress.&om+#iqi +us ul$
#iqi , diakses tanggal 1* September .710

5 #? ) % < = ;% AAA )5 4 @ >

Dirman tersebut adala zhahir dalam meng alalkan segala ma&am jual$beli dan meng aramkan segala ma&am riba, karena itu adala makna yang segera

dapat dipa ami dari kedua lafazh (


tidakla

dan

meng alalkan dan

meng aramkan tanpa membutu kan suatu qarinah. %amun, pengertian tersebut yang sebenarnya se&ara asli dari susunan ayat, karena ayat tersebut sebagaimana dikemukakan disusun dengan maksud yang sebenarnya untuk mengadakan persamaan antara jual beli dan riba, untuk menolak ter adap orang$ orang yang mengatakan :

G AAAAA #?) < = 0 E F AAAAA @ 4


$$$$$ bahwa jual beli itu sama dengan riba$$$$(*S$ %l-+aqarah (, - ,./

2ukan untuk menjelaskan kedua ukumnya. Hukum zhahir "ajib diamalkan menurut arti yang ditunjukkan lafazh itu ke&uali ada dalil yang mentak"ilkannya. 3ika ' a ir berupa lafazh muthlaqA maka arus diamalkan menurut muthlaq$nya sampai ada dalil yang mentaqyidkan (membatasi) kemut lakannya, dan jika lafadz zhahir itu berupa lafazh 0amm9 maka arus diamalkan menurut keumumannya, sampai ada dalil lain yang mentakhsiskan berlakunya keumuman tersebut atau diamalkan menurut arti yang ditunjukkan lafazh itu sampai dengan ada dalil yang memansukhkan. /onto lain : !aka ka"inila "anita$"anita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga, atau empat. (emudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (ka"inila ) seorang saja. (ES. An %isaa, : 0) 2ermakna jelas dalam memperbole kan ka"in dengan "anita yang alal. (arena makna inila yang langsung di#a ami dari

(1 J E H J K # I

C &utlaq adala suatu lafazh yang menunjuk akikat sesuatu tanpa pembatasan yang dapat mempersempit keluasan artinya L %mm 4Setiap la#a' yang men&akup banyak, baik se&ara lafazh maupun makna5 (Hana#iya ), 4Suatu lafazh yang dari suatu segi menunjukkan dua makna atau lebi 5 (Al$; a'ali), 41afazh yang men&akup semua yang &o&ok untuk la#a' tersebut dalam satu kata5 (Al$2a'da"i).

N 3 ) @ M

dengan tidak membutu kan alasan. !akna ini bukan menjadi

tujuan dari susunan ayat, karena maksud asalnya adala membatasi jumla istri maksimal empat atau anya satu, sebagaimana yang tela dijelaskan di muka.C

,. An ash !enurut ?lama Hana#iya

, ( 1 # - . /0 '& . ) * + &' $% P ST; O R < 5 2 3 0 Q


1afazh yang tegas "etunjuknya ke"ada makna yang dimaksudkan$ 2eta"i menerima takhsish kalau 0amm dan menerima takwil kalau khash$B Nash mempunyai tamba an kejelasan. Tamba an kejelasan tersebut tidak diambil dari rumusan ba asanya, melainkan timbul dari pembi&ara sendiri yang bisa diketa ui dengan qarinah. !enurut ba asa, Nash adala sebagai berikut: )Suatu lafazh yang maknanya lebih jelas dari"ada zhahir bila ia dibandingkan dengan lafazh zhahir$3 (Ad$=abusi) )1afazh yang lebih jelas maknanya dari"ada makna lafazh zhahir yang diambil dari si "embi!aranya bukan dari rumusan bahasa itu sendiri$3 (Al$ 2a'da"i) !u ammad Adib Sali berkesimpulan ba "a yang dimaksud Nash itu adala : )Nash adalah suatu lafazh yang menunjukkan hukum yang jelas# yang diambil menurut alur "embi!araan# namun ia mem"unyai kemungkinan ditakhsish dan ditakwil yang kemungkinannya lebih lemah dari"ada kemungkinan yang terda"at
U ( alla#, 4Ilmu Ushul Fikih5, .00 V 3umantoro dan Amin, 4Kamus Ilmu Ushul !5, .*A

raf 0u asy-syai atau mun!ulnya segala

sesuatu yang tam"ak, sering disebut manashahat, menurut istila dide#inisikan

dari lafazh zhahir$ Selain itu# ia da"at dinasakh "ada zaman risalah (zaman 4asul $3 Sebagai /onto , pada &onto Zhahir sebelumnya, dilala nya tidak adanya persamaan ukum antara jual beli dan riba. 6engertiannya diambil dari susunan kalimat yang menjelaskan ukum. =isini nash lebi memberi kejelasan daripada zhahir ( alalnya jual beli dan aramnya riba) karena maknanya diambil dari pembi&araan bukan dari rumusan ba asa.17 (edudukan ukum lafazh nash sama dengan ukum lafazh zhahir, yaitu "ajib diamalkan petunjuknya atau dilalahnya asalkan tidak ada dalil yang mentak"ilkan, mentakhsis atau menasakhnya. 6erbedaan antara zhahir dan nash adala kemungkinan takwil11, takhsis, atau nasakh$ 6ada lafazh nash lebi jau dari kemungkinan yang terdapat pada lafazh zhahir$ )le sebab itu, apabila terjadi pertentangan antara lafazh zhahir dengan lafazh nash, maka la"azh nash le#ih didahulukan $emakaiannya dan %a&i# mem#a%a la"azh zhahir $ada la"azh nash.

-. Al Mufassar &ufassar adala lafazh yang menunjukkan suatu ukum dengan petunjuk yang tegas dan jelas, se ingga petunjuknya itu tidak mungkin ditak"il atau ditak sis, namun pada masa -asullulla masi bisa dinasak . (As$Sarak si, 09. H. @: 1A* ): !enurut istila a li us ul #iq , al &ufassar adala nash yang yang dengan sendirinya menunjukkan makna se&ara rin&i yang tidak memungkinkan adanya tak"il. Antara lain karena bentuk nash itu dengan sendirinya tela menunjukkan

1W Su eri, 4Ushul Fiqih (Qaidah Ushuliyyah)5, diakses tanggal 7B !aret .710 11 Sesunggu nya tak"il itu merupakan ungkapan tentang pengambilan makna dari lafazh yang
bersis#at probabilitas yang didukung ole dalil dan menjadikan arti yang lebi kuat dari makna yang ditunjukkan ole lafazh zhahir.5 (@mam ; o'ali). !emalingkan lafazh dari 'hahirnya, karena ada dalil (>a ab ( ala#).

makna se&ra jelas dan rin&i yang didalamnya tidak ada lagi kemungkinan diberi makna lain. ) Suatu nama untuk sesuatu yang terbuka dan da"at diketahui maksudnya dengan jelas serta tidak ada kemungkinan ditakwil$3 =engan de#inisi ini maka kejelasan petunjuk mufassar lebi tinggi

daripada petunjuk zhahir dan nash. Sebab pada petunjuk zhahir dan nash masi terdapat kemungkinan ditak"il atau ditaksis, sedangkan pada lafazh mufassar kemungkinan tersebut sama sekali tidak ada. Sebagai &onto #irman Alla s"t.:

S X M % 0 9 H Y # Y)Z
)'an "erangilah kaum musyrikin itu semuanya 3 ( ES. At$Tauba : 0A ) (arena kata Kaffah (semuanya) meniadakan adanya perke&ualian. 2anyak sekali materi ukum pidana yang membatasi jumla ukuman atas tindakan tertentu. 3uga materi undang$undang perdata yang membatasi ma&am$ma&am tindakan, seperti utang, ak, atau yang menjelaskan ukum se&ara rin&i yang tidak mungkin untuk ditak"il. Antara lain karena bentuk nash itu datang se&ara global, tidak terin&i, kemudian disusul ole syari dengan penjelasan rin&i, pasti, meniadakan keglobalannya, dan merin&inya se ingga nash yang global itu menjadi rin&i dan tidak mungkin untuk ditak"il. Seperti #irman Alla s"t :

Q#0 \ #S [#Y % [# X;
'an dirikanlah salat# tunaikanlah zakat$$$$$(*S$ %l +aqarah - 56

` ] % ^ = _ 5 .
&engerjakan haji kebaitullah adalah kewajiban manusia terhada" %llah$ (*S$ %li 7mr(n - 8.

5 #? ) % < = ;% )5 4 @ >

17

$$$$"adahal %llah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba$$$$(*S$ %l+aqarah (, - ,./ (ata s alat, 'akat, aji dan riba adala kata yang global yang mempunyai arti syara, yang tidak di jelaskan ole bentuk nash ayat. Tetapi -asululla sa". menjelaskan arti kata$kata itu dengan perbuatan dan u&apannya. !aka kemudian -asululla bersabda :

#0; b 0 Y # @ a _ a . ; cE
Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku salat# Atau

Je d 1J c %'
%mbilah dari"adaku ibadah hajimu$ =emikian juga setiap kata yang mujmal (global) dalam Alquran, yang dijelaskan ole adist dengan penjelasan yang &ukup se ingga menjadi mufassar (jelas+rin&i). Sedangkan perin&ian itu sendiri adala bagian dari jumla sebagai penyempurnaan selama ia berupa dalil qathi. @nila yang dalam ilmu !usthalalul 9adist disebut 2afsir 2asyrii, yaitu ta#sir yang sumbernya syari sendiri. (arena Alla tela memberi kekuasaan kepada -asululla untuk memberi penjelasan dan perin&ian. 'ilalah mufassar "ajib diamalkan se&ara qathi, sepanjang tidak ada dalil yang menasakhnya. Apabila terjadi pertentangan antara dilalah mufassar dengan dilala Nash dan zhahir maka dilalah mufassar arus dida ulukan. 1afazh mufassar tidak mungkin dipalingkan artinya dari zhahirnya, karena tidak mungkin ditak"il dan ditak sis, melainkan anya bisa di$ nasakh atau diuba apabila ada dalil yang menguba nya. .. Al Muhakkam !u akkam+mu kam menurut ba asa diambil dari kata ahkama, yang berarti atqama, yaitu pasti dan tegas. Se&ara istila menurut As$Sarak si )&uhkam itu men(lak adanya "enakwilan dan adanya nasakh$3

11

Se ingga !u kam adala suatu lafazh yang menunjukan makna dengan dilala tegas dan jelas serta qathi# dan tidak mem"unyai kemungkinan di-takwil# di-takhsis# dan dinasakh meski"un "ada masa Nabi# lebih:lebih "ada masa setelah Nabi. !isalnya #irman Alla s"t. berikut yang sangat jelas dan tegas dan tidak mungkin diuba : 3 'an %llah &aha &engetahui terhada" segala sesuatu$3

1 S % 9 ?; 9[ , * * # f =
'an janganlah kamu menerima kesaksiaan mereka selama-lamanya$ (ES. An %uur : 8) =an sabda -asululla :

fF h > # . , * ; g i
;ihad itu berlangsung sam"ai hari kiamat$ Apabila lafazh muhkam k as , maka tidak bisa di$tak"il dengan arti lain. =an apabila lafazhnya 0amm, tidak bisa ditakhsis dengan makna khash. /onto Dirman Alla s"t., tentang aramnya menika i janda -asullulla . Se ubungan dengan lafazh muhkam itu tidak bisa dinashakh, maka mu kam itu terbagi kepada dua, ada muhkam dzat dan muhkam ghair dzat. (arena terkadang nasak itu bisa dari nash itu sendiri atau dari luar nas . 'ilalah muhkam "ajib diamalkan se&ara qathi, tidak bole dipalingkan dari maksud asalnya dan tidak bole di apus. 'ilalah muhkam lebi kuat daripada seluru ma&am dilala yang disebut diatas. 3ika terjadi pertentangan maka yang arus dida ulukan adala dilalah muhkam. C. C#nt#h Skala Pr #r tas / ka Ter%a0at Pertentangan Lafa'h C#nt#h *1

1.

!isalnya ayat yang menunjukkan di alalkannya menika i "anita, tanpa dibatasi jumla nya ((hah r) @ni bertentangan dengan empat orang saja (Nash). =ilala yang diambil adala yang kedua, sebab dilala yang kedua itu dilalah nash, dan dilalah Nash lebi kuat daripada dilalah zhahir. !eskipun di alalkan menika i "anita #irman Alla s"t. ES. Al$A 'ab ayat *0: ingga empat, namun ayat ini alalnya menika i "anita itu dengan dibatasi

dibatasi dengan peng araman untuk menika i janda -asululla sa". Sebagaimana

3'an tidak b(leh kamu menyakiti (hati 4asullullah dan tidak ("ula mengawini istri- istrinya sesudah ia wafat selama- lamanya<<3 (*S$ %l- %hzab - /6 =engan demikian maka arus diambil dilala ayat yang kedua, karena dilala ayat ini Muhkam. C#nt#h ,1 .j j )$$dan "ersaksikanlah dengan dua (rang saksi yang adil diantara kamu3 ( ES. At $ T alaq : .) dengan surat An F %ur ayat 8: dan (rang-(rang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan em"at (rang saksi# &aka deralah mereka (yang menuduh itu dela"an "uluh kali dera# dan &anganlah kamu 'erima kesaksian mereka #ua' selama(lamanya) dan mereka 7tulah (rang-(rang yang fasik$

10

Ayat pertama termasuk Mufassar, diterimanya kesaksian yang adil dari siapa saja. Ayat kedua termasuk Muhkam. Ayat ini menunjukkan tidak bisa diterima kesaksian orang yang menudu 'ina (qadzaf), sunggu pun ia bertobat. =alam al ini menurut sebagian ulama digunakan ayat yang kedua. D. T ngkatan)T ngkatan Lafa'h (hah ru Al)Dalalah Menurut Mutakal m n 2S&af 3 &&ah4 !enurut @mam Sya#i,i tingkatan Zhahiru %l-dalalah anya dua, yang tidak membedakan antara zhahir dengan nash. 6ada perkembangan selanjutnya, setela @mam Asy$Sya#i,i, nas dan ' a ir ini dibedakan pengertiannya masing$masing. %as adala suatu la#a' yang t %ak mem0un&a kemungk nan ditak"il, sedangkan ' a ir mem0un&a kemungk nan untuk ditak"il. Seperti yang diungkapkan ole Al$;a'ali, )Suatu lafazh yang sama sekali tidak mem"unyai kemungkinan ditakwil# baik takwil dekat mau"un takwil jauh$) =an 3 1afazh yang tidak mungkin ditakwil# yang diterima serta mun!ul dari dalil$ %da"un kemungkinan yang didukung dengan dalil maka lafazh itu tidak keluar dari lafazh nash$31.

1! Su eri, 4Ushul Fiqih (Qaidah Ushuliyyah)5, diakses tanggal 7B !aret .710

18

BAB III PENUTUP

$es m0ulan
1A =alala

( )adala

petunjuk yang menunjukkan kepada yang di

maksudkan atau mema ami sesuatu atas sesuatu. (ata sesuatu yang disebutkan pertama disebut madlul ubungannya dengan

- #$ O

yang ditunjuk. =alam ukum itu

ukum, yang disebut madlul itu adala

- sendiri. (ata sesuatu yang kedua adala kalinya disebut dalil ( 4 ,)$ yang
menjadi petunjuk. =alam ubungannya dengan ukum, dalil itu disebut dalil ukum. Zhahir adala 1afazh yang nyata "etunjuknya ke"ada "engertian yang dimaksudkan# teta"i mungkin menerima makna yang lain . Nash adala lafazh yang tegas "etunjuknya ke"ada makna yang dimaksudkan$ 2eta"i menerima takhsish kalau 0amm dan menerima takwil kalau khash$ Nash mempunyai tamba an kejelasan. Tamba an kejelasan tersebut tidak diambil dari rumusan ba asanya, melainkan timbul dari pembi&ara sendiri yang bisa diketa ui dengan qarinah. &ufassar adala lafazh yang menunjukkan suatu hukum dengan "etunjuk yang tegas dan jelas# sehingga "etunjuknya itu tidak mungkin ditakwil atau ditakhsis# namun "ada masa 4asullullah masih bisa dinasakh$ !u kam adala menolak adanya penak"ilan dan adanya nasak .5 .. Hukum lafazh zhahir "ajib diamalkan menurut arti yang ditunjukkan lafazh itu ke&uali ada dalil yang mentak"ilkannya. 3ika ' a ir berupa lafazh muthlaq maka arus diamalkan menurut muthlaq$nya sampai ada dalil yang mentaqyidkan (membatasi) kemut lakannya, dan jika lafadz zhahir itu berupa lafazh 0amm maka arus diamalkan menurut keumumannya, sampai ada dalil lain yang mentakhsiskan berlakunya keumuman tersebut atau diamalkan menurut arti yang ditunjukkan lafazh itu sampai dengan ada dalil yang memansukhkan. 18

1*

0.

Skala prioritas apabila terjadi pertentangan lafazh, maka dili at dari peringkat kejelasan lafazh itu sendiri. !enurut golongan Hana#iya , dimulai dari yang jelasnya bersi#at sederhana (Zhahir , !uku" jelas (nash # sangat jelas (mufassar # dan su"er jelas (muhkam $ 3ika ada dua dilalah yang 1 merupakan dilalah zhahir, dan yang ke . adala dilalah nash, maka yang diambil adala dilalah nash, demikian seterusnya.

1A

DA5TAR PUSTA$A 3ai', Hartono A mad dan 2as ori, Agus Hasan. 4 Menangkal Bahaya JIL dan FLA5. 3akarta: 6ustaka Al$(autsar. .778 3umantoro, Totok dan Amin, Samsul !unir. 4Kamus Ilmu Ushul Fikih5. 3akarta: Am'a . .77* ( alla#, Abdul >a ab. 4Ilmu Ushul Fikih5. 3akarta: 6ustaka Amani, .770 Su eri, 4Ushul Fiqih (Qaidah Ushuliyyah)+ ttp:++su erilbs."ordpress.&om+#iqi +us ul$#iqi , diakses tanggal 1* September .710

Anda mungkin juga menyukai