Anda di halaman 1dari 11

NALAR USHUL FIQH KH.

SAHAL MAHFUDH
DALAM WACANA ISLAM INDONESIA
Almunauwar Bin Rusli
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, Sulawesi Utara
almunauwar.binrusli@iain-manado.ac.id

Abstract. This Article examines the interpretation ushul fiqh of KH. Sahal Mahfudh in
Indonesia includes concept, methodology and contribution. This article shows that (a) the
concept ushul fiqih of KH. Sahal Mahfudh have two models that antrophosentrism based
on benefit of the local community and idealization of implementation of Islamic law as a
ethnics, control and social liberation (b) KH. Sahal Mahfudh used two methodology that
textual and contextual approach (c) The contributin of Ushul Fiqih KH. Sahal Mahfudh
includes management of zakat for poverty, envirom=nmental preservation and relocation
of prostitution. In summary, KH. Sahal Mahfudh Shows creativity to operate fiqh for
respond social problem throught rational, operational and measurable action.

Keywords : KH. Sahal Mahfudh, Concept, Methodology, Contributions

Abstrak. Artikel ini mengkaji nalar ushul fiqh KH. Sahal Mahfudh di Indonesia yang
meliputi konsep, metodologi dan kontribusi. Hasil kajian menunjukkan bahwa (a) Konsep
ushul fiqh KH. Sahal Mahfudh terbagi atas dua model yaitu antroposentris berbasis
kemaslahatan masyarakat lokal dan mengidealisasi adanya penerapan pelaksanaan
hukum Islam sebagai etika, kontrol, serta sarana pembebasan sosial (b) Metodologi yang
digunakan oleh KH. Sahal Mahfudh terbagi atas dua jalan yaitu tekstual dan kontekstual
(c) Kontribusi yang menonjol dalam pengembangan ushul fiqh dari KH. Sahal Mahfudh
meliputi pendayagunaan zakat untuk pemecahan problem kemiskinan, pelestarian
lingkungan hidup, dan relokasi prostitusi. Kesimpulannya adalah KH. Sahal Mahfudh
mengapreasiasi penggunaan metodologi berpikir dan qai’dah fiqhiyyah. KH. Sahal
Mahfudh menunjukkan kreativitas dalam mengoperasionalisasikan fiqh untuk merespons
problem sosial melalui tindakan rasional, operasional dan terukur.

Kata Kunci : KH. Sahal Mahfudh, Konsep, Metodologi, Kontribusi

55
JURNAL POTRET -- Journal Penelitian dan Pemikiran Islam -- Volume 22, Nomor 2, Juli-Desember2018

Pendahuluan adalah KH. Sahal Mahfudh.3 Menurut


Ketika modernitas dengan perspektif KH. Sahal Mahfudh
globalisasi dan kecanggihan IT-nya kepentingan umum (mashlahah ammah)
memunculkan pola hidup dan pola harus menjadi pertimbangan terdepan
hubungan kemanusiaan yang berbeda dalam proses pengambilan keputusan.
dengan masa lalu, maka dirasalah Agar kepentingan umum ini tetap
semakin lebar gap Islam dan realitas. terjaga, seorang mujtahid harus
Islam menjadi agama langit yang tidak memiliki kepekaan sosial. Dengan
membumi dan kehilangan tenaga untuk prinsip ini, KH. Sahal Mahfudh dalam
menjawab permasalahan-permasalahan berbagai kasus mampu memilah, mana
zaman. Kesadaran inilah yang mengetuk yang memang kepentingan umum dan
kesadaran pemikir-pemikir muslim mana yang kepentingan kelompok atau
kontemporer untuk merobohkan pemerintah semata4. Dalam posisi
stagnasi dan membangun kembali seperti ini, KH. Sahal Mahfudh
wajah Islam yang responsif atas meletakkan spirit Islam pada konteks
kemajuan zaman. Maka muncullah historisitas dimana agama ini terus
istilah Islam Progresif, mengalami perubahan dan tantangan
Muslim Progresif dan Ijtihad realistis mencakup ruang lingkup
Progresif. Hal ini sejalan dengan apa ekonomi juga politik. Keadaan ekonomi
yang diserukan oleh Farid Esack dalam masyarakat mempengaruhi kebijakan
bukunya, Qur’an, Liberation & politik pemerintah, begitupun
Pluralism1. Padahal sudah jelas bahwa sebaliknya.
Allah sebagai pembuat syariat Setidaknya, ada tiga problem
menurunkan tata aturan dan hukum- aktual yang mendorong KH. Sahal
hukum kepada manusia melalui Nabi Mahfudz sehingga mengembangkan
Muhammad SAW agar digunakan ushul fiqh berbasis fiqih sosial.
sebagai pedoman dalam kehidupan di Pertama, kuantitas penduduk
dunia. Berdasarkan gejala ini, para yang tidak terkendalikan akan
pakar fiqh dan ushul fiqh telah sepakat mengakibatkan mafsadah umum dan
bahwa maslahah merupakan tujuan inti dari dimensi duniawiah maupun
pensyariatan, sehingga muncul ukhrawiah dengan timbulnya
ungkapan yang sangat popular perubahan nilai-nilai Islam.
dikalangan ahli ushul yaitu “ainama Kependudukan menjadi masalah karena
kanat al-mashlahah fa tsamma hukm ada kesenjangan antara tujuan yang
Allah”2. ingin dicapai pembangunan manusia
Dalam wacana Islam Indonesia, seutuhnya dengan keadaan nyata yang
fenomena di atas mengantarkan pada dihadapi. Pembangunan adalah proses
proses pergulatan pemikiran salah perubahan yang secara sadar
seorang ulama Nahdlatul Ulama yang direncanakan melalui berbagai campur
secara usia maupun watak tangan pemerintah dan masyarakat.
pemikirannya termasuk muda. Beliau Disamping membawa kemajuan, harus

3
Lahir pada 17 Desember 1937 dari keluarga
pesantren yang secara turun temurun
1
M. Arfan Mu’ammar & Abdul Wahid Hasan, mengembangkan genre kepesantrenan dengan
Studi Islam Perspektif Insider/Outsider, (IRCiSoD : langgam perlawanan terhadap kemapanan di Kajen,
Yogyakarta, 2012), h. 349-350 Pati, Jawa Tengah. Beliau menguasai tiga bidang
2
Muhammad Roy Purwanto, Dekonstruksi ilmu yang utama, yaitu Ilmu Ushul Fiqh, Bahasa
Teori Hukum Islam : Kritik terhadap Konsep Arab, dan Ilmu Kemasyarakatan.
4
Maslahah Najmuddin al-Thufi, ( Kaukaba : KH. MA. Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih
Yogyakarta, 2014), h. 1-2 Sosial, (LkiS : Yogyakarta, 1994), h. xx

56
Nalar Ushul Fiqh Kh. Sahal Mahfudh Dalam Wacana Islam Indonesia – AlMunauwar

diakui juga pembangunan tersebut telah metodologi dan kontribusi terhadap


menciptakan permasalahan pula. Islam Indonesia. Kajian ini dilakukan
Permasalahan itu menjadi beragam dan dengan menggunakan studi pustaka
yang paling luas implikasinya adalah (library research). Pertama, penulis
masalah kependudukan karena menentukan pokok permasalahan.
keterkaitannya yang erat dengan aspek- Kedua, penulis melakukan metode
aspek kehidupan5. identifikasi, klasifikasi, analisis,
Kedua, tentang pendidikan. kemudian interpretasi. Ketiga, penulis
Dalam hal ini pendidikan anak diangkat merumuskan kesimpulan.
sebagai model kajian serius. Pendidikan A. Pembahasan
anak tentu memerlukan fasilitas dan Konsep Nalar Ushul Fiqh KH. Sahal
sarana yang makin luas. Beban orangtua Mahfudh
untuk itu makin terasa. Tuntutan Dalam konsep pengembangan
kesehatan anak agar jadi manusia ushul fiqh KH. Sahal Mahfudh
produktif, sehat jasmani dan rohani setidaknya mengalami dialektika.
cukup menarik perhatian. Pengetahuan Pertama, Kajen yang menjadi lokasi
dan pengamalan agama serta akhlak bersemainya gagasan fiqh sosial Kiai
anak cenderung melemah, hingga perlu Sahal dan menjadi tempat aktualisasi
pengawasan ketat. fiqh sosial melalui kegiatan
Ketiga, tentang sumber daya pengembangan masyarakat merupakan
alam. KH. Sahal Mahfudh melihat bidang sebuah kota kecil dibelahan utara Jawa
ini semakin surut, sementara Tengah. Mayoritas warga desa ini
pengembangan sumber daya manusia dikenal sebagai muslim yang taat.
untuk mengelola potensi alam berada Namun, kondisi sosial ekonomi warga
dalam posisi persaingan yang sering Desa Kajen yang rata-rata masih
menimbulkan kesulitan tertentu seperti terbelakang belum berkembang dan
problem pengangguran dan terbenam dalam derita kemiskinan
ketenagakerjaan yang tidak seimbang sangat berpengaruh pada diri Kiai Sahal
dan penciptaan lapangan kerja yang ketika ia menggagas fiqh sosial dan
masih sangat lamban diupayakan.6 memperkenalkan aktualisasi fiqh sosial
Masalah-masalah tersebut melalui kegiatan pengembangan pada
mengakibatkan tumbuhnya masalah tahun 1977. Praktis di Desa ini tidak
besar yang cukup memprihatinkan, tersedia lahan pertanian dan
yaitu perubahan nilai spiritual perkebunan secara luas. Kondisi sosial
dikalangan umat Islam sendiri. ekonomi masyarakat Kajen dan
Misalnya, disiplin sosial kurang sekitarnya yang masih timpang ini
mendapat kepedulian. Solidaritas sosial dalam pengamatan Kiai Sahal perlu
cenderung melemah. Kepekaan kaum menjadi fokus perhatian fiqh serta
muslimin lebih banyak tertuju pada hal- menawarkan solusi secara konkret
hal yang bersifat moralitas individual melalui aktualisasi nilai-nilai sosial yang
yang sensitif, namun tumpul pada hal- diajarkan fiqih dalam rangka
hal yang bersifat sosial. memperbaiki kesejahteraan hidup
Tulisan ini akan mengkaji warga kurang mampu.7 Ide untuk
tentang nalar ushul fiqh KH. Sahal membawa fiqh sebagai bagian dari
Mahfudh yang meliputi konsep,
7
Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat
5
Ibid., h. 6-7 Berbasis Pesantren : Kontribusi Fiqh Sosial Kiai
Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai
6
Ibid., h. 8 Pesantren, (Pustaka Pelajar : Yogyakarta, 2007), h.
95-100

57
JURNAL POTRET -- Journal Penelitian dan Pemikiran Islam -- Volume 22, Nomor 2, Juli-Desember2018

pemecahan problem sosial ini telah (d) Kebutuhan penghargaan agar


mendasari langkah Kiai Sahal dalam orang menghargai usaha dirinya seperti
merumuskan fiqh sosial yakni sebagai status, titel, promosi, perjamuan
konsepsi fiqh yang berpijak pada (e) Kebutuhan aktualisasi diri
pandangan bahwa mengatasi masalah seperti keinginan memaksimalkan
sosial yang kompleks seperti potensi diri, menjadi pemuda pelopor,
kemiskinan, kebodohan, dan kerusakan jadi tokoh ideal dan lain sebagainya.9
lingkungan dianggap sebagai misi utama Pada konteks ini , nilai-nilai
syariat Islam. Berkaitan dengan konteks agama yang direpresentasikan dengan
dimana Kiai Sahal hidup dan pemikiran fiqh yang bernuansa sosial
berinteraksi dengan masyarakatnya, memberikan kerangka landasan
maka beliau menekankan harus aksiologis dan ontologis dalam
mengetahui secara persis, menggali penyelesaian masalah-masalah empiris
kebutuhan kelompok, menggali potensi masyarakat seperti kemiskinan,
(manusia, alam, dan teknologi) yang keterbelakangan, dan kekumuhan. KH.
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan Sahal Mahfudz lebih memilih berjuang
kelompok dalam jangka pendek maupun lewat jalur sosio-kultural dalam dunia
jangka panjang. Kemampuan melakukan pesantren ketimbang pada jalur politik
penggalian kebutuhan tidak saja karena pada dekade 1980-an
diharapkan bisa mengetahui kebutuhan perpolitikan nasional kurang peduli dan
atau masalah yang mendesak dan berpihak kepada umat Islam.
mendasar, tetapi juga kemampuan Berkaitan dengan konsep
mengantisipasi kebutuhan masyarakat pengembangan ushul fiqh berbasis
dalam jangka panjang, atas dasar sosial ini, KH. Sahal Mahfudh dibantu
kebutuhan sekarang, perkembangan beberapa santri senior untuk berupaya
sosial budaya, perkembangan teknologi mengoptimalkan peran sosial Pesantren
dan lingkungan di masyarakat.8 Maslakul Huda Kajen dengan
KH. Sahal Mahfudh membentuk Biro Pengembangan
menggunakan teori hirarki kebutuhan Pesantren dan Masyarakat (BPPM) pada
dalam konsep pengembangan ushul fiqh tahun 1980. BPPM ini kemudian
pada tahap pertama ini. Hirarki membuat jaringan ke berbagai wilayah
kebutuhan tersebut meliputi pedesaan melalui pembentukan
(a) Kebutuhan fisik seperti gaji, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
upah, tunjangan, honorarium, bantuan Berbagai macam paket program seperti
pakaian, sewa rumah, uang transportasi pendidikan keterampilan, latihan
dan sebagainya. kepemimpinan, dan administrasi,
(b) Kebutuhan keamanan seperti penyuluhan kesehatan, perbaikan
jaminan masa tua, santunan kecelakaan, lingkungan, serta pengenalan teknologi
jaminan asuransi kesehatan, dan aman tepat guna diselenggarakan. Melalui
dari tindak kejahatan program-program ini bantuan dana dan
(c) Kebutuhan sosial seperti tenaga ahli pun mengalir ke dan melalui
orang menjadi anggota kelompok formal BPPM Pesantren Maslakul Huda. Fokus
atau informal, menjadi ketua organisasi pemikiran dan tindakan Kiai Sahal
atau yayasan sangat dekat dengan gagasan
pengembangan semua lini kehidupan
umat Islam dari pengembangan

8 9
KH. MA. Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih Ibid., h. 103
Sosial, op.cit., h. 102

58
Nalar Ushul Fiqh Kh. Sahal Mahfudh Dalam Wacana Islam Indonesia – AlMunauwar

pesantren, penanaman kesadaran Kedua, setelah dialektika dalam


pluralisme, ukhuwah islamiyah, konsep pengembangan ushul fiqh yang
pengelolaan zakat secara profesional, dilakukan oleh KH. Sahal Mahfudh,
pengembangan dinamika dalam NU, maka tahap berikutnya beliau
manajemen dakwah sampai pada upaya mengidealisasi adanya penerapan
pengentasan kemiskinan. Kata kunci pelaksanaan hukum Islam sebagai etika,
disini adalah KH. Sahal Mahfudh kontrol, dan sarana pembebasan sosial.
mengembangkan ushul fiqh sosial Di sini telah terjadi upaya dan gerakan
bercorak idealis paradigmatis, tetapi yang sistematis ke arah ideologisasi fiqh
juga bercorak praktis dalam memenuhi yaitu upaya menempatkan fiqh diluar
kebutuhan masyarakat.10 mainstream proses pembakuan serta
Pondok Pesantren Maslakul pengintegrasian hukum Islam ke dalam
Huda sejak tahun 80-an sudah dikenal struktur formal negara12. Dalam
sebagai salah satu pesantren yang pandangan Kiai Sahal, bahwa suatu
berhasil menjadikan pesantren sebagai pemikiran tidak pernah lahir dari ruang
basis pengembangan dan hampa. Ia muncul ke permukaan
pemberdayaan masyarakat, sebagai refleksi dari setting social yang
sebagaimana yang dicita-citakan oleh meliputinya. Sehingga, dalam perspektif
Kiai Sahal. Dalam upaya pemberdayaan beliau bahwa pembacaan terhadap
masyarakat di Kajen khususnya, Kiai realitas sosial akan menghantarkan
Sahal ingin mewujudkan citra ideal pada satu kesimpulan bahwa
sebuah pesantren yang benar-benar pengembangan fiqh merupakan suatu
mempunyai nilai manfaat bagi keniscayaan. Teks Al-Qur’an dan Hadist
masyarakat dan dirasakan hasilnya dari sudah berhenti sementara masyarakat
program-program kegiatan sosial, terus berubah dan berkembang dengan
ekonomi yang ditopang oleh berbagai permasalahannya. Bagi Kiai
masyarakat itu sendiri. BPPM di atas Sahal, secara metodologis pergeseran
berdiri karena tiga hal. dapat dilakukan dengan
(a) Pesantren sebagai lembaga mengintegrasikan hikmah hukum ke
pendidikan, dakwah dan sosial dalam ‘illat hukum. Upaya ini mencoba
dirasakan memiliki potensi besar untuk menghadirkan fiqh sebagai etika sosial
pengembangan pemikiran masyarakat bukan sebagai hukum positif negara13
(b) Pesantren memiliki usaha Keadilan, kebaikan, dan
kreatif yang dapat dikembangkan lebih keindahan adalah nilai-nilai universal
lanjut Islam yang menjadi jiwa semua
(c) Usaha ini perlu ketentuan-ketentuan hukum. Segenap
dikembangkan serta diupayakan ketentuan dan status hukum tradisional
pembenahan terhadap masalah utama yang tidak berpihak pada keadilan,
yang dihadapi pesantren yang bersifat kebaikan dan keindahan haruslah
internal maupun eksternal.11 ditinggalkan untuk kemudian diganti
dengan ketentuan dan status hukum
yang sesuai dengan prinsip universal
10
Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat Islam dengan menggunakan pendekatan
Berbasis Pesantren : Kontribusi Fiqh Sosial Kiai progressive ijtihadi. Dengan cara seperti
Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai
inilah Islam akan mampu eksis di
Pesantren, op.cit., h. 102-106
11
Ahmad Arifi, Politik Pendidikan Islam : percaturan dunia dan mampu
Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi Pendidikan
Islam di Tengah Arus Globalisasi, (Yogyakarta :
12
Teras, 2010), h. 79-80 Ibid., h. 110
13
Ibid., h. 111-123

59
JURNAL POTRET -- Journal Penelitian dan Pemikiran Islam -- Volume 22, Nomor 2, Juli-Desember2018

menjawab persoalan-persoalan tekstual (mazhab qawli). Metode


kontemporer seperti masalah hak-hak tekstual adalah suatu cara istnbath
asasi manusia, gender, pluralisme dan hukum yang digunakan dalam
lain sebagainya.14 Penulis menganalisis, pembahasan masalah-masalah fiqh
ketersediaan dan keterjangkauan adalah dengan mempelajari isi masalah-
kata kunci kemaslahatan. masalah yang dihadapi, kemudian
Menurut Kiai Sahal, fiqh yang mencari jawaban-jawabannya pada
dipelajari orang-orang pesantren kitab-kitab fiqh yang bermazhab empat
mestinya tidak hanya kumpulan dengan merujuk secara langsung pada
manuskrip yang dihafal dan bunyi teksnya. Bisa dikatakan, jawaban
disampaikan dalam pidato. Kurang tepat dari permasalahan fiqh diperoleh
jika fiqh dibatasi hanya berbicara ritual, dengan mengikuti pendapat-pendapat
tetapi harus diterjemahkan dalam aksi yang sudah jadi dalam lingkup madzhab
nyata. Fiqh sudah seharusnya bisa tertentu. Metode tekstual digunakan
menjelma menjadi dalil yang bisa Kiai Sahal ketika berdialog dalam
berdialog dengan realitas dan rangka memberikan fatwa hukum
masyarakat, sekaligus mampu secara praktis kepada masyarakat
menggerakkan umat menuju secara langsung Kiai Sahal lebih
kesejahteraan dan kemandirian. Fungsi cenderung menggunakan pola elektik
pesantren di sini adalah membumikan yaitu mengambil beberapa pendapat
gagasan fiqh dengan mengembangkan fuqaha sesuai dengan pertanyaan yang
potensi dan kreasi ekonomi warga15. diajukan. Oleh karena itu, dalam proses
Selain itu, pendekatan sosiologis, istinbath, Kiai Sahal sangat
historis, bahkan menempatkan fiqh memperhatikan audiens yang dihadapi.
sebagai perangkat hermeneutika yang Ketika kalangan awam, maka fatwa
mempunyai watak relatifitas yang tinggi hukumnya bersifat praktis berdasarkan
karena mengakomodasi pluralitas teks. Namun, ketika kalangan mujtahid
realitas, sebab itu mesti melunakkan maka beliau akan melakukan istinbath
kepastian normatif dari hukum agama. al-ahkam secara metodologis.17
Pengembangan pola baru secara lintas
disipliner harus sejalan dengan bidang Metode tekstual Kiai Sahal diatas
materi yang direformulasikan.16 dalam analisis penulis memiliki korelasi
Metodologi Nalar Ushul Fiqh KH. positif dengan prinsip metodologi
Sahal Mahfudh progressive ijtihadists yang ditawarkan
Dalam melakukan penggalian oleh Abdullah Saeed dalam menafsir
hukum Islam, Kiai Sahal menggunakan ulang teks-teks Al-Qur’an. Setidaknya,
dua metodologi. Pertama, metode ada tujuh pendekatan utama yaitu:
(a) Atensi pada konteks dan dinamika
sosio-historis
14
M. Arfan Mu’ammar, Islam Progresif Dan (b) Menyadari bahwa ada beberapa
Ijtihad Progresif : Membaca Gagasan Abdullah
Saeed, op.cit., h. 360
topik yang tidak dicakup oleh Al-Qur’an
15
Ali Romdhoni, Fiqh Sosial Sebagai karena waktunya belum tiba pada
Paradigma Pemikiran dan Gerakan : Telaah Jejak waktu diturunkannya Al-Qur’an
Pemikiran dan Kerja Sosial KH. M.A. Sahal (c) Menyadari bahwa setiap pembacaan
Mahfudh” dalam Tutik Nurul Jannah (Editor), atas teks kitab suci harus dipandu oleh
Metodologi Fiqh Sosial : Dari Qauli Menuju
Manhaji, (Purworejo : Fiqh Sosial Institute STAI
17
Mathali’ul Falah, 2015), h. 169-170 Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat
16
Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual : Dari Berbasis Pesantren : Kontribusi Fiqh Sosial Kiai
Normatif ke Pemaknaan Sosial, (Yogyakarta : Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai
Pustaka Pelajar, 2012), h. 14 Pesantren, op.cit., h. 147-151

60
Nalar Ushul Fiqh Kh. Sahal Mahfudh Dalam Wacana Islam Indonesia – AlMunauwar

prinsip kasih sayang, justice, dan (a) Kebutuhan primer/daruriyyat (b)


fairness Kebutuhan sekunder/hajjiyat (c)
(d) Mengetahui bahwa Al-Qur’an Kebutuhan tersier/tahsiniyat. Ketiga hal
mengenal hirarki, nilai-nilai, dan prinsip itulah yang menjadi maqasid asy-
(e) mengetahui bahwa dibolehkan syariah19. Menurut Kiai Sahal, rumusan
berpindah dari satu contoh yang maqashid asy-syariah memberikan
konkret pada generalisasi atau pemahaman bahwa ajaran Islam tidak
sebaliknya hanya aspek penyembahan kepada Allah
(f) Kehati-hatian harus dilakukan ketika melainkan juga aspek kemanusiaan
menggunakan teks lain dari tradisi secara universal.
klasik, khususnya yang berkaitan Metode kontekstual yang
dengan otentisitasnya (g) Fokus utama dilakukan oleh Kiai Sahal ini, menurut
pada kebutuhan muslim kontemporer.18 analisis penulis dengan menggunakan
Melalui cara demikian, fiqh sosial yang paradigma korelasional, maka memiliki
dikonstruksi oleh Kiai Sahal selain ikatan fungsional dengan enam analisis
sebagai perlawanan (counter discourse) sistem yang ditawarkan oleh Jasser
ketidakadilan sosial, secara praktis telah Auda. Kriteria analisisnya adalah (a)
dioperasionalisasikan untuk memenuhi Sifat kognitif. Artinya adalah watak
kebutuhan masyarakat disekitar tempat pengetahuan yang membangun sistem
beliau berinteraksi dan berkomunikasi. hukum Islam. Di sini perlu memisahkan
Kedua, metode kontekstual teks dari seseorang terhadap
(mazhab minhaji). Bermazhab secara pemahaman teks, sehingga ada
metodologis bagi Kiai Sahal merupakan perbedaan makna antara syariah, fiqh,
pilihan yang sulit dihindarkan. Sebab, dan fatwa (b) Keutuhan integritas.
fiqh tergolong ilmu muktasab yang Artinya setiap hubungan sebab-akibat
didalamnya menyiratkan tuntutan harus dilihat sebagai bagian dari
terhadap usaha yang continue dalam holistik. Sebab, bagian dari hubungan
penggalian hukum sesuai dengan itu memainkan fungsi utama dalam
perubahan zaman. Fiqh juga dimaknai sistem yang dinamis (c)
sebagai pemahaman yang mendalam Keterbukaan.Artinya keterbukaan
terhadap sesuatu dan perlu adanya sebuah sistem bergantung pada
penalaran. Oleh sebab itum fiqh perlu kemampuannya untuk mencapai tujuan
dipahami secara kontekstual sebab dalam berbagai kondisi. Hukum Islam
pemahaman fiqh secara tekstual tidak boleh tertutup (d) Interrelasi
merupakan aktivitas yang a-historis dan hirarki. Artinya sebuah sistem hukum
paradoks dengan makna fiqh itu sendiri. Islam terdiri dari sub sistem yang lebih
Dalam mengistinbatkan hukum secara kecil di bawahnya. Jasser Auda membagi
metodologis, Kiai Sahal memverifikasi hierarki maqashid ke dalam tiga tipe,
persoalan yang tergolong ushul (pokok) general maqashid, spesific maqashid,
dan permasalahan yang termasuk furu’ dan parcial maqashid (e) Multidimensi.
(cabang). Untuk membedakan Artinya sebuah sistem hukum bukanlah
keduanya, Kiai Sahal melakukan sesuatu yang tunggal namun saling
identifikasi dan klasifikasi sebuah terkait dan bergantung satu sama lain.
kebutuhan. Kebutuhan itu digolongkan (f) Tujuan. Artinya Tujuan penetapan
menjadi tiga yaitu:
19
Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Pesantren : Kontribusi Fiqh Sosial Kiai
18
M. Arfan Mu’ammar, Islam Progresif Dan Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai
Ijtihad Progresif : Membaca Gagasan Abdullah Pesantren, op.cit., h. 152-153
Saeed, op.cit., h. 362

61
JURNAL POTRET -- Journal Penelitian dan Pemikiran Islam -- Volume 22, Nomor 2, Juli-Desember2018

hukum Islam harus dikembalikan dengan mempertimbangkan berbagai


kepada kemaslahatan masyarakat yang dimensi. Fikih sosial Sahal Mahfudh
terdapat di sekitarnya.20 dalam konstelasi pemikiran fikih
Dalam rumusan Kiai Sahal, istilah merupakan bentuk pemikiran fikih yang
pembaruan fiqh sebenarnya dilakukan mengikuti model nalar fiqh sosial-
dengan pengembangan fiqh melalui historis. Dimana setiap kesimpulan
pemaknaan ulang kaidah-kaidah ushul hukum yang diambil mengacu pada
fiqh seperti ungkapan “al-ibrah bi umum konteks sosial dan konteks historis. Sisi
al-lafz la bi khusus as-sabab” menuju sosial terletak pada aktualitas persoalan
terwujudnya corak fiqh yang masyarakat. Sedangkan sisi historisnya
kontekstual. Upaya semacam ini tidak meninggalkan pemikiran fikih
merupakan ijtihad dalam pengertian mazhab tetapi tetapi dilihat sejarah
bahasa bukan istilah. Melalui gagasan mazhab itu sendiri dalam masanya21.
fiqh sosial, Kiai Sahal ingin mengoreksi Teori fiqh sosial berbeda dengan
tradisi berfiqh di komunitas pesantren orientasi neo-positivistik. Fiqh sosial
yang selama ini kurang merespon tidak bermaksud menemukan hukum-
problem-problem sosial hukum alam, seperti hukum gerak
kemasyarakatan. Kiai Sahal berupaya Newton, hukum gerak gravitasi, hukum
meretas apa yang kerap disebut sebagai Boyle, hukum evolusi dll. Fiqh sosial
problem modernitas lewat hanya berusaha menemukan gambaran
kontekstualisasi fiqh atau fiqh sosial, realitas yang terus berubah. Lalu,
bukan konstitusionalisasi hukum Islam menemukan masalah kehidupan umat
yang dioperasikan secara paksa. Fungsi yang valid berdasarkan perspektif
fiqh sosial ini sangatlah progressif, (referensi) keilmuan yang jelas dan
diantaranya menjadi “counter discourse” ilmiah. Hal ini penting sebagai dasar
terhadap hegemoni pola pemikiran lama untuk menafsir teks-teks fundamental
yang konservatif. Sebab, konsep kunci keagamaan secara memadai. Setelah itu,
seluruh pemikiran hukum Islam adalah melakukan istinbath hukum melalui
kebaikan universal. pengumpulan teks-teks secara tematik
Menurut Sahal, fikih selalu berkenaan dengan problem umat tadi
menjumpai konteks dengan kehidupan dengan meletakkan maqashid al-syariah
nyata sehingga bersifat dinamis. Namun, sebagai based ijtihad-nya. Langkah
konteks lingkungan seperti itu kurang berikutnya adalah melakukan refleksi
diperhatikan kalangan ulama NU. dan aksi transformasi.22
Mereka lebih terikat mendalami Kontribusi Nalar Ushul Fiqh KH.
ketentuan-ketentuan teks kitab-kitab Sahal Mahfudh Bagi Islam Indonesia
fikih (mazhab) daripada upaya
penelusuran faktor-faktor lingkungan Pendayagunaan Zakat Untuk
yang menyebabkan timbulnya Pemecahan Kemiskinan
ketentuan-ketentuan itu. Faktor-faktor
tersebut justru penting diketahui dalam
membantu pemahaman terhadap 21
Ahmad Arifi, Politik Pendidikan Islam :
ketentuan-ketentuan teks secara utuh, Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi Pendidikan
Islam di Tengah Arus Globalisasi, op.cit., h. 91-91
20 22
Musyarrofah dan Chumaidah, Maqashid Al- Hendar Riyadi, Fikih Al-Maun : Fikih Sosial
Shari’ah Metode Analisis Sistem Dalam Filsafat Kaum Marginal, dalam Wawan Gunawan Abd.
Hukum Islam : Studi Pemikiran Jasser Auda, Wahid,Fikih Kebhinekaan : Pandangan Islam
dalam M. Arfan Mu’ammar & Abdul Wahid Indonesia Tentang Umat, Kewargaan, Dan
Hasan, Studi Islam Perspektif Insider/Outsider, Kepemimpinan Non-Muslim, (Bandung : Mizan,
op.cit., h. 458-464 2015), h. 225

62
Nalar Ushul Fiqh Kh. Sahal Mahfudh Dalam Wacana Islam Indonesia – AlMunauwar

Kiai Sahal mendambakan zakat krisis lingkungan hidup24. Komitmen


akan mencegah terjadinya kesenjangan Kiai Sahal terhadap pentingnya
dan kecemburuan sosial yang akan pelaksanaan program pembangunan
mengganggu keharmonisan masyarakat. yang berwawasan lingkungan sedikit
Implikasi sosiologis yang diharapkan banyak telah ikut mewarnai sejumlah
adalah terjadinya hubungan positif keputusan yang dilahirkan NU. Salah
antara orang kaya dan orang miskin. satu produk pemikiran NU yang
Menurut Kiai Sahal, zakat secara formal memberikan apreasiasi terhadap upaya
diajarkan untuk diberikan langsung oleh menjaga keselamatan lingkungan dapat
muzakki, tidak melalui imam yang disimak dalam Hasil Keputusan
dalam hal ini adalah pemerintah. Muktamar ke-30 pada tanggal 24
Namun, diperbolehkan pula penyerahan November 1999 di Lirboyo Kediri.
zakat diwakilkan kepada orang lain Sebagian isi hasil muktamar mengkritisi
seperti melalui amil atau panitia zakat. model pembangunan pemerintah yang
Kiai Sahal sudah mencoba memotivasi selama ini dinilai telah mengabaikan
warga di tiga Desa. Zakat yang faktor keseimbangan dan kelestarian
terkumpul dilembagakan. Salah satu alam25.
diantaranya dilembagakan dalam Relokasi Prostitusi
bentuk koperasi. Panitia hanya bertugas Menurut Kiai Sahal, ada dua cara
sekedar mengumpul zakat dan terbaik dalam menanggulangi prostitusi.
mengatur pembagiannya. Hasilnya tidak Pertama, melalui sentralisasi lokasi
langsung dibagikan dalam bentuk uang, pelacuran yakni melokalisasi pelacuran
tetapi diatur sedemikian rupa supaya dari suatu tempat yang jauh dari kontak
tidak bertentangan dengan penduduk. Kedua, melalui pendekatan
agama.Mustahiq diserahi zakat berupa kausatif-sosiologis. Pendekatan pertama
uang, tetapi kemudian ditarik kembali dimaksudkan sebagai jalan tengah dari
sebagai tabungannya untuk keperluan dua arus pemikiran yakni kalangan yang
pengumpulan modal. Dengan cara ini, tetap menginginkan prostitusi seperti
mereka menciptakan pekerjaan dengan apa adanya dan kalangan yang
modal yang dikumpulkan dari zakat23. bersikeras menghapus pelacuran. Kiai
Pelestarian Lingkungan Hidup Sahal merekomendasikan
Upaya pembinaan lingkungan Nusakambangan dan Karimunjawa
hidup, menurut Kiai Sahal dapat sebagai tempat dalam rangka
dilakukan dengan dua pendekatan.
Pertama, pendekatan proyek. Kedua,
24
Secara umum ada lima prinsip utama dalam
pendekatan motivasi. Atau keduanya pembangunan berkelanjutan. (a) Intergenerational
equity. Prinsip ini berangkat dari satu gagasan
dilakukan secara sekaligus. Pendekatan bahwa generasi sekarang menguasai sumber daya
motivasi ini bisa dilakukan melalui jalur alam yang terdapat di muka bumi sebagai titipan
pendidikan di pesantren. Upaya untuk dipergunakan oleh generasi mendatang (b)
penanaman kesadaran bersama untuk Intragenerational Equity. Prinsip ini berbicara
tentang keadilan diantara sesama satu generasi
menjaga kelestarian lingkungan seperti termasuk dalam memenuhi kebutuhan dalam
yang dilakukan Kiai Sahal kian kelompok masyarakat (c) Precautionary principle.
menemukan momentumnya. Karena Jangan menunda upaya-upaya untuk mencegah
saat ini dunia semakin dihantui oleh kerusakan lingkungan apabila terdapat ancaman
kerusakan lingkungan yang tidak dapat dipulihkan
(d) Biodiversity Conservation. Keanekaragaman
23
Zubaedi, Pemberdayaan Masyarakat hayati perlu dilindungi karena memberikan dan
Berbasis Pesantren : Kontribusi Fiqh Sosial Kiai menjadi sumber kesejahteraan bagi umat manusia
Sahal Mahfudh dalam Perubahan Nilai-nilai (e) Internalisasi biaya lingkungan dan mekanisme
Pesantren, op.cit., h. 167-168 insentif.
25
Ibid., h. 174

63
JURNAL POTRET -- Journal Penelitian dan Pemikiran Islam -- Volume 22, Nomor 2, Juli-Desember2018

meminimalisasi efek negatif pelacuran adalah alternatif pemikiran yang


secara profesional. Pendapat Kiai Sahal relevan jika diterapkan pada ranah
ini didasarkan pada kaidah akhaff ad- sosial.
dararain yaitu mengambil sikap yang B. Penutup
resikonya paling kecil dari dua macam Nalar ushul fiqh yang
bahaya. Cara kedua, yaitu dengan cara dikembangkan Kiai Sahal Mahfudh
menelusuri latar belakang para pelaku merupakan bentuk kontekstualisasi dan
dan usaha-usaha menjauhkan sebab- reaktualisasi terhadap metodologi fiqh
sebab yang mengakibatkan timbulnya Syafi’iyyah dalam upaya menemukan
perbuatan zina dan kebebasan seks26. pemikiran alternatif yang sejalan
Cara ini mendapat fokus perhatian dari dengan cita-cita ideal transformatif.
Kiai Sahal, agar mudah menganalisis Dalam dataran gagasan, Kiai Sahal
dengan kerangka penelitian faktor- menyebut fiqh sosial sebagai sebuah
faktor yang membuat perbuatan aliran fiqh yang cukup mengapreasiasi
menyimpang itu menjamur. Di sini, Kiai penggunaan metodologi berpikir (ushul
Sahal juga menggunakan pola fiqh fiqh) dan qai’dah fiqhiyyah daripada
kontekstual dengan cara produk jadi fiqh. Dia menganjurkan
mengoptimalkan kaidah ushul fiqh sadd memperluas interpretasi fiqh sosial
az-zari’ah (menutup jalan yang menuju dengan menggunakan ilmu
perbuatan terlarang). pengetahuan dan mengambil keputusan
Dalam analisis penulis, KH. Sahal hukum berdasarkan pertimbangan
Mahfudh ingin mengembangkan kepentingan umum. Dalam tataran
semangat profetika sosial. Profetika implementatif, Kiai Sahal menunjukkan
sosial ini memperkenalkan konsep kreativitas dalam
emansipasi, liberasi, dan transendensi. mengoperasionalisasikan fiqh untuk
Profetika sosial ini kemudian merespons problema konkret sosial
dikembangkan untuk memotret kemasyarakatan melalui aksi-aksi sosial
sosiologi masyarakat muslim Indonesia. secara terlembaga dan terkontrol untuk
Semakin dimengerti, corak menciptakan kemaslahatan bersama.
keberagamaan dan pemahaman muslim Pemikiran fiqh sosial Kiai Sahal
bergerak dan mondar mandir antara cenderung bernuansa transformatif
wahyu dan akal, kesatuan dan karena diarahkan untuk
keragaman, idealisme dan realisme, mentransformasikan sturktur-struktur
stabilitas dan perubahan, universalisme masyarakat yang timpang ke arah
dan partikularisme. Dominasi narasi struktur yang fungsional dan humanis
universalisme Islam perlu diimbangi sekaligus mengusahakan transformasi
dengan narasi lokalisme Islam. Kajian masyarakat ke arah modern. Kegiatan
tentang local wisdom, dan local pengembangan masyarakat dilakukan
knowledge dari masyarakat muslim dengan menekankan kesatuan diakletis
perlu diseriusi27. Dari sinilah akan antara refleksi dan aksi, teori dan
ditemukan ide-ide segar terkait praktek, serta iman dan amal.
kemajuan umat Islam pada level
filosofis, institusi, maupun pendekatan.
Usaha berpikir global bertindak lokal

26
Ibid., h. 176
27
Mochamad Sodik, Fikih Indonesia :
Dialektika Sosial, Politik, Hukum, dan Keadilan,
(Yogyakarta : Suka Press, 2014), h. 20

64
Nalar Ushul Fiqh Kh. Sahal Mahfudh Dalam Wacana Islam Indonesia – AlMunauwar

Daftar Pustaka
Purwanto, Muhammad Roy.2014.
Abd. Wahid, Wawan Gunawan, 2015. Dekonstruksi Teori Hukum Islam :
Fikih Kebhinekaan : Pandangan Kritik terhadap Konsep Maslahah
Islam Indonesia Tentang Umat, Najmuddin al-Thufi, Kaukaba :
Kewargaan, Dan Kepemimpinan Yogyakarta.
Non-Muslim”, Bandung : Mizan.
Rofiq, Ahmad.2012. Fiqh Kontekstual :
Arifi, Ahmad. 2010. Politik Pendidikan Dari Normatif ke Pemaknaan Sosial,
Islam : Menelusuri Ideologi dan Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Aktualisasi Pendidikan Islam di
Tengah Arus Globalisasi, Yogyakarta Sodik, Mochamad. 2014. Fikih Indonesia
: Teras. : Dialektika Sosial, Politik, Hukum,
dan Keadilan, Yogyakarta : Suka
Jannah, Tutik Nurul (Editor). 2015. Press.
Metodologi Fiqh Sosial : Dari Qauli
Menuju Manhaji, Purworejo : Fiqh Umar, Hasbi.2007. Nalar Fiqih
Sosial Institute STAI Mathali’ul Kontemporer, Gaung Persada Press :
Falah. Jakarta.

Mahfudh, Sahal. 1994. Nuansa Fiqih Zubaedi, 2007. Pemberdayaan


Sosial, LkiS : Yogyakarta. Masyarakat Berbasis Pesantren :
Kontribusi Fiqh Sosial Kiai Sahal
Mu’ammar, M. Arfan & Hasan, Abdul Mahfudh dalam Perubahan Nilai-
Wahid. 2012. Studi Islam Perspektif nilai Pesantren, Pustaka Pelajar :
Insider/Outsider, IRCiSoD : Yogyakarta.
Yogyakarta.

65

Anda mungkin juga menyukai