Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2002, hlm. 14
18
19
Muhammad Syafii Antonio, Perbankan Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema
Insani Press, 2000, hlm. 20
3
Ibid., hlm. 21
19
20
4
5
Ibid., hlm. 25
Suhrawardi K. Lubis, Op. Cit., hlm. 58
20
21
Perkembangan bank Syariah begitu pesat saat era reformasi tiba yakni
dengan disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. dalam undang-undang
tersebut diatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat
diopreasionalkan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang
tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka
cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank
syariah.
Peluang tersebut ternyata disambut antusias oleh masyarakat perbankan.
Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan dalam bidang perbankan syariah
bagi para stafnya. Sebagian bank tersebut ingin menjajaki untuk membuka devisi
atau cabang syariah dalam institusinya. Bahkan ada ingin melakukan
mengkonversi secara total.
Bank-bank tersebut di antaranya adalah Bank Syariah Mandiri (BSM)
yang merupakan bank pemerintah yang melandaskan opresionalnya pada prinsip
syariah. Secara struktural, BSM berasal dari bank Susila Bakti sebagai salah satu
anak perusahaan dari Bank Mandiri.
Perkembangan lainnya adalah diperkenankannya konversi cabang bank
umum konvensional menjadi cabang syariah. Beberapa bank ini adalah:
1. Bank IFI
2. Bank Niaga
3. Bank BTN
4. Bank Mega
5. Bank BRI
21
22
6. Bank Bukopin
7. BPD JABAR
8. BPD Aceh
22
23
Abi Abdillah Muhammad Bin Qasim, Tausyiyah Ala Ibnu Qasim, Jeddah: Al-Haramaian, tt.
Hlm. 181
8
Ahmad Rofiq, Fiqih Aktual, Semarang: Mediatama Press, 2004, hlm. 201-202
Muhammad Syafii Antonio, Op. Cit., hlm. 87
10
Ibid., hlm. 93
9
23
24
11
Ibid., hlm. 97
Ibid., hlm. 99
13
Ibid., hlm. 100
14
Ibid., hlm. 101
12
24
25
bulan. Di samping itu juga untuk industri misalnya produk garmen yang
ukuran barang tersebut sudah dikenal umum.15
Dengan berbagai produk dan aplikasinya dalam perbankan, maka dapat
diketahui bahwa kinerja lembaga keuangan syariah mengacu pada prinsip non
bunga yang diterapkan pada lembaga keuangan konvensional. Letak perbedaan
ini sangat penting, karena yang dilarang dalam Islam adalah adanya unsur riba
dalam transaksi. Walaupun bunga masih menyimpan kontroversi apakah
termasuk riba atau bukan, tetapi lembaga keuangan syariah mampu menghindari
unsur bunga yang kontroversial.
25
26
bank dapat dikelompokkan menjadi dua yakni bank konvensional (dengan sistem
bunga) dan bank syariah (dengan sistem bagi hasil) sebagaimana dijelaskan di
atas.
Bank konvensional dibagi menjadi dua:17
1. Usaha Bank Umum
Jenis kegiatan usaha Bank Umum adalah:
-
Memberi kredit
17
Memberikan kredit
Ibid., hlm. 39
26
27
27
28
28
29
keuangan non bank yang didasarkan pada Keputusan Mentri Keuangan Nomor
792/MK/IV/12/70 tanggal 7 Desember 1970. Keputusan ini kemudian diubah dan
ditambah dengan Keputusan Mentri Keuangan No. 38/MK/IV/I/72 tanggal 18
Januari 1972.
Lembaga keuangan non bank menurut ketentuan ini adalah usaha yang
melakukan kegiatan di bidang keuangan yang menghimpun dana dengan
mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkannya untuk membiayai investasi
perusahaan. Lembaga ini juga diperbolehkan menerima dana dari masyarakat
dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Namun berdasarkan kebijakan pakto
27, 1988, lembaga ini dapat menerbitkan sertifikat deposito sebagai sumber dana
dan dapat mendirikan kantor-kantor cabang di daerah-daerah.20
20
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001, hlm.
44
29