Anda di halaman 1dari 6

LARANGAN MEMINUM

MINUMAN KERAS (ASYRIBAH)

A. Pengertian Asyribah dan Unsur-unsur Perbuatan

1. Pengertian
Meminum-minuman yang memabukkan seperti khamar, dan minuman lain
yang serupa dengannya, merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam.
Khamar (minuman keras) dianggap sebagai induk keburukan, disamping
merusak akal, jiwa kesehatan dan harta. Khamar asal katanya adalah
“khamara”, berarti menutupi sesuatu, khamar itu adalah fermentasi (perasan)
dari buah anggur, jelai, kurma, madu, ataupun yang lainnya yang dapat
memabukkan ketika meminumnya. Dan khamar boleh jadi meliputi setiap
cairan yang menimbulkan akibat yang sama. Jadi khamar itu ialah sesuatu
yang dapat menghilangkan akal dan kesadara.1
Sedang para fuqaha berbeda pendapat dalam mengartikan minum khamar
ini. Imam malik, imam syafi`i dan imam ahmad bin hambal berpendapat
bahwa khamar itu adalah minuman yang memabukkan, baik dia disebut
khamar maupun tidak. Sedang imam abu hanifah berbeda pula dalam
mengartikan khamar karena menurut beliau antara minuman khamar dan
mabuk itu berbeda. Beliau mengharamkan minuman khamar itu baik sedikit
maupun banyak, tetapi tidak dengan minuman lain karena minuman lain
hanya haram apabila telah mabul ketika meminumnya, karena kata beliau
minuman memabukkan selain khamar keharamannya bukan lidzatihi, maka
yang haram adalah yang terakhir yang memabukkan itu 2. Dan kalau
diperhatikan didunia islam yang diikuti adalah pendapat para Imam yang

1
Abdur rahman, hudud dan kewarisan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 85
2
Djazuli, Fiqh Jinayah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. h. 97
selain dari pada Imam Hanafiah, yang mengatakan baik sedikit maupun
banyak dari minuman yang memabukkan itu adalah haram.
Keharaman dari khamar ini dijelaskan dalam Al-Qur`an dengan beberapa
fase, karena di haramkannya khamar ini tidak langsung tetapi di angsur-
angsur. Pertama dikatakan bahwa minuman khamar itu lebih banyak mudarat
dari manfaatnya. Seterusnya di katakan bahwa jangan dekati sholat kalau
mabuk, dan selanjutnya lebih tegas lagi bahwa meminum-minuman khamar
out adal perbuatan najis dan adalah perbuatan syetan. Fase pertama di jelaskan
dalam firman Allah QS al-Baqarah ayat 219, yang berbunyi :
        
       
        
    
Mereka bertanya kepadamu tentang khamardan judi. Katakanlah: "Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya
kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari
keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
supaya kamu berfikir, (al-Baqarah : 219)

dan larangan untuk tidak sholat ketika mabuk dalam QS an-Nisa` ayat 43 :
      
        
          
        
      
       
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan
pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar
berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam
musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (an-Nisa’ : 43)

1|Page
dan ketegasan keharamannya adalah pada QS al-Maidah ayat 90 :
     
      
  
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. (al-Maidah : 90)

2. Unsur-unsur jarimah minuman keras


Ada dua unsur jarimah minuman khamar3
a) Asy-Syurbu (meminum)
Apabila seseorang meminum sesuatu yang memabukkan tanpa di tentukan
jenis minuman itu maka telah terpenuhi unsure meminum disini, itulah
pendapat dari Imam maliki, Syafi`i dan Imam Ahmad. Tetapi Imam abu
hanifah mengatakan bahwa unsure pertama ini tidak terpenuhi kecuali yang
dimin um itu adalah khamar.
Seseorang dianggap telah meminum apabila minuman itu telah sampai ke
tenggorokan. Dan tidak dikenai hukuman seseorang apabila meminumnya
dalam keadaan (darurat) atau dipaksa.
Ulama juga berbeda pendapat tentang status hokum apabila
meminumkhamar untuk dijadikan obat. Menurut pendapat yang rajah dari
Imam maliki, Syafi`i dan Imam Ahmad, bahwa meminum khamar untuk obat
adalah perbuatan yang di larang dan haram hukumnya. Sedang ulama
Hanafiah membolehkan apabila tak ada lagi sesuatu yang halal untuk
dijadikan obat. Hal ini disamakan dengan meminum khamar dengan keadaan
terpaksa (darurat)4.

b) Adanya niat atau i`tikad melawan hokum

3
Drs. H. Ahmad Wardi Mukhlich,Hokum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta. h. 74
4
Drs. H. Ahmad Wardi Mukhlich, Ibid, hal. 75-76

2|Page
Terpenuhinya unsur ini apabila seseorang yang sudah tahu dia, bahwa
perbuatan itu dilarang dan haram, maka masih saja dia meminum khamar itu.
Dan apabila dia benar-benar tidak tahu bahwa yang diminumnya itu adalah
khamar dan dapat memabukkan tetapi menyangka kalau itu hanyalah
minuman biasa maka tak dikenakan hukuman had, karena tak ada unsur
melawan hokum.

B. Sanksi Hukuman dan Penerapannya


Ulma berbeda pendapat dalam penetapan sanksi dari peminum khamar ini,
karena tidak adanya nash yang qath`i yang mengatur tentang hukuman had
bagi peminum khamar ini. Dan juga tidak ada riwayat yang memastikan
adanya ijma` sahabat dalam menetapkan hukuman had bagi peminum khamar,
sebagaimana yang dikemukakan oleh suatu kelompok. Rasulullah
menghukum orang yang meminum khamar dengan pukulan sedikit atau
banyak tetapi tidak melebihi 40 kali pukulan, demikian juga dengan Abu
Bakar.
Tetapi dimasa khalifah umar bin khatab atas musyawarah yang telah
dilakukan dengan para sahabat maka atas pendapat Abdur rahman bin auf
hukuman bagi peminum khamar itu adalah 80 kali dera, karena sudah begitu
banyaknya orang yang meminum khamar. Maka tambahan dari yang 40 itu
disebut dengan hukuman ta`zir, dan dikirimlah keputusan hukuman ini ke
negri-negri Islam seperti syiam dan siria yang waktu itu di pimpin oleh Khalid
dan Abu Ubaidah.
Imam Malik dan Imam Abu Hanifah mengatakan, hukuman peminum
khamar itu adalah didera sebanyak 80 kali dera. Sedang Imam Syiafi`i dan
suatu riwayat dari pada Imam Ahmad, hukuman bagi peminum khamar adalah
40 kali. Dan boleh ditambah 40 kali oleh para penguasa kalau itu di pandang
perlu untuk dilakukan. Yang mana tambahan yang 40 puluh yang lain iktu
adalah hukuman ta`zir namanya. Hukuman ini diterapkan kalau yang

3|Page
melakukan mengakui (al-Iqrar) bahwa dia telah meminumnya atau
berdasarkan saksi dua orang yang adil5
Para fuqaha yang berpendapat kalau hukuman peminum khamar itu adalah
80 kali dera beralasan bahwa para sahabat telah sepakat (ijma`), sedangkan
ijma` termasuk sumber hokum dalam islam. Sedang ulama yang berpendapat
empat puluh kali dera adalah berdasarkan sunnah, bahwa Rasulullah menjilid
peminum khamar dengan 40 kali dera, dan di ikuti pula oleh Abu Bakar.
Karena mereka mengatakan kalau perbuatan nabi itu adalah hujjah yang tidak
boleh ditinggalkan karena adanya perbuatan orang lain.
Oleh sebab itu, telah sepakat mereka para ulama bahwa, hukuman empat
puluh kali dera itu adalah jelas hak Allah yang tidak boleh digugurkan yang
disebut juga dengan had, dan tambahan empat puluh sesudahnya adalah ta`zir.

Ada tiga macam cara yang dapat dilakukan untuk membuktikan jarimah
minuman khamar :
1) Dengan saksi
Jumlah saksi yang dibutuhkan untuk membuktikan jrimah peminum
khamar ini adalah dua orang yang memenuhi syarat persaksian.

2) Dengan pengakuan
Dapat juga dilakukan dengan pengakuan dari pelaku itu sendiri dan
pengakuan itu tidak perlu diulang sampai empat kali, Imam Abu Hanifah
dan Imam Abu Yusuf mensyaratkan pengakuan tersebut belum
kadalwarsa. Dan tidak begitu denagan imam yang lain.
3) Dengan qarenah
Dan juga bisa dilakukan dengan qarinah atau tanda, antara lain sebagai
berikut :
a. Bau minuman
Bau minuman yang keluar dari mulut seseorang adalah merupakan bukti
seseorang telah meminum khamar tanpa adanya saksi, begitulah pendapat

5
Abdur rahman, op. cit,. h. 90

4|Page
Imam Mliki. Tetapi Imam Abu Hanifah, Syafi`i, dan pendapat yang rajah dari
Imam Ahmad bahwa bau minuman belum bisa dijadikan bukti sebab bisa saja
orang aitu Cuma berkumur saja.
b. Mabuk
Imam Abu Hanifah dan Imam Malik mengatakan mabuknya seseorang
sudah merupakan bukti yang cukup untuk menentukan peminum khamar itu.
Tetapi tidak oleh Imam Syafi`i dan Imam Ahmad bahwa mabuknya seseorang
belum bisa dijadikan bukti karena bisa saja dia mabuk karena dipaksa.
c. Muntah
Imam Malik berpendapat kalau muntah adalah bukti yang kuat dari pada
sekedar bau minuman. Dan imam yang tiga selain itu berpendapat bahwa tidak
menganggap muntah sebagai barang bukti kecuali disertai bukti lain bahwa
muntah itu disertai dengan bau minuman keras.

Hukuman untuk pelaku minuman keras tidak dapat dilakukan bila terdapat
hal-hal sebagai berikut :

1. pelaku mencabut pengakuannya, sedang bukti lain tidak ada


2. para saksi mencabut pengakuannya sedang bukti lain tidak ada
3. para saksi kehilangan kecakapannya setelah adanya putusan hakim
tetapi sebelum pelaksanaan hukuman. Ini hanya pendapat Imam Abu
Hanifah.

5|Page

Anda mungkin juga menyukai