Diktat Ilmu Mantiq/Logika : Dr. M.Hidayat Ediz, MA
A. Ilmu 1. Pengertian Dalam ilmu mantiq ilmu adalah mengerti/paham dengan yakin atau mendekati yakin (zhan) mengenai sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui, baik paham tersebut sesuai dengan realita ataupun tidak Contoh: Suatu pagi saat anda bangun tidur badan terasa panas, nafas sesak, batuk dan pilek. anda memahami bahwa ini adalah penyakit covid 19. Setelah diperiksa ke dokter dan dilakukan tes, ternyata bukanlah covid 19 dan hanya penyakit flu biasa. Artinya: Pemahaman anda benar (yakin) karna gejala covid memang seperti itu. Hanya saja pemahaman ini tidak sesuai dengan realita (‘ilmu yaqini ghairu muthabiq li al-waqi’) → keyakinan/pemahaman yang tidak sesuai dengan kenyataan Namun jika setelah dites dan anda ternyata benar kena covid 19, artinya pemahaman anda benar dan sesuai dengan kenyataan (‘ilmu yaqini muthabiq li al-waqi’) → keyakinan/pemahaman yang sesuai dengan kenyataan 2. Pembagian Ilmu a. Tashawwur Memahami suatu lafaz yang tidak disertai dengan sifat pada lafaz tersebut (pemaham secara tunggal/mufrad, walaupun lafaznya tidak harus tunggal) → lafaznya bisa saja berbentuk murakkab tetapi dengan makna tunggal Contoh: Manusia, kayu, batu, besi, dll → lafaz tunggal/mufrad Kebun binatang, gergaji kayu → lafaz murakkab dengan makna tunggal b. Tashdiq Pemahaman terhadap lafaz dengan meletakkan sifat pada lafaz tersebut. Contoh: Penyakit berbahaya → “berbahaya” adalah sifat yang diletakkan pada penyakit Penyakit tidak berbahaya → “tidak berbahaya” adalah sifat yang diletakkan pada penyakit 3. Bentuk ilmu/pemahaman a. Badihi adalah Pemahaman yang tidak memerlukan pemikiran/penalaran/analisis Contoh: Lapar karna belum makan, dingin karena tidak memakai jaket, dll → hal ini dapat dipahami secara mudah tanpa harus melakukan analisis b. Nazhari adalah Pemahaman yang memerlukan pemikiran/penalaran/analisis Contoh: Ilmu matematika, ilmu kimia, kenapa ada corona, dll → hal ini tidak dapat dipahami secara mudah dan harus melalui analisis B. Dilalah 1. Pengertian Pemahaman yang dihasilkan dari sesuatu atau hal yang lain. Contoh: Terlihat asap dari balik bukit → dipahami bahwa ada api di bukit tersebut Api → adalah yang diterangkan (madlul) Asap → adalah yang menerangkan (dalil) 2. Pembagian dilalah a. Dilalah lafziah (petuntuk yang bersuara/berlafaz) 1) Dilalah lafziah aqliyah Adalah petunjuk bersuara yang dihasilkan dari proses analisis oleh akal Contoh : Terdengar tembakan bersahutan dari arah timur → suara tembakan menjadi petunjuk bahwa sedang ada tembak menembak di timur. Hal ini dapat dipahami dari suara tembakan itu sendiri. Akal akan memahami bahwa di sana ada tembak menembak walaupun kijadian terebut tidak dilihat. 2) Dilalah lafziah thabi’iyyah (tabi’at) Adalah petunjuk bersuara yang terbentuk secara alami (tabi’at) Contoh : Terdengar suara mengerang → suara erangan ini menjadi petunjuk (dilalah) bahwa ada yang kesakitan. 3) Dilalah lafziah wadhi’iyah Adalah petunjuk bersuara yang dibentuk atau diciptakan oleh manusia Contoh : Suara sirine ambulance di perjalanan → suara sirine menjadi petunjuk bahwa ada mobil ambulance yang lewat Contoh : Terdengar suara mengerang b. Dilalah ghairu lafziah (petuntuk yang tidak bersuara/berlafaz) 1) Dilalah ghairu lafziah aqliyah Adalah petunjuk tidak bersuara yang dihasilkan dari proses analisis oleh akal Contoh : Kondisi kamar kos yang berantakan dengan pintu terbuka saat pulang dari kampus → kondisi ini menjadi petunjuk bahwa ada pencurian di kamar kos tersebut. Walaupun tidak ada suara yang menyatakan bahwa ada pencurian, namun kondisi berantakan dan pintu terbuka menjadi petunjuk bahwa telah terjadi pencurian. 2) Dilalah ghairu lafziah thabi’iyyah (tabi’at) Adalah petunjuk tidak bersuara yang terbentuk secara alami (tabi’at) Contoh : Muka pucat seorang teman saat mengikuti perkuliahan → muka pucat menjadi petunjuk bahwa teman tersebut sedang sakit. Walaupun ia tidak menyatakan diri sedang sakit, namun mukanya yang pucat bisa menjadi pertanda bahwa dia sakit. Muka pucat adalah petunjuk yang tidak bisa dibuat manusia (tabi’at), sama halnya Dengan menggeleng tanda tidak setuju, senyum tanda bahagia, dll 3) Dilalah ghairu lafziah wadhi’iyah Adalah petunjuk tidak bersuara yang dibentuk atau diciptakan oleh manusia Contoh : Bendera hitam di pinggir jalan → bendera hitam menjadi petunjuk bahwa ada kematian di daerah tersebut