Anda di halaman 1dari 16

ASAS ASAS HUKUM ACARA PERDATA

ASAS ASAS HUKUM ACARA PERDATA


1. HAKIM BERSIFAT MENUNGGU

❑ Terdapat suatu adagium berbunyi “Nemo judex sine actore” (apabila


tidak ada perkara maka hakim tidak ada).
❑ Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili
suatu perkara yang ditujukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau
kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya
❑ Pasal 16 (1) UU No 4 tahun 2004: hakim sebagai organ pengadilan
dianggap memahami hukum pencari keadilan, andaikata ia tidak
menemukan hukum tertulis, ia wajib menggali hukum tidak tertulis
untuk memutuskan berdasarkan hukum sebagai seorang yang
bijaksana dan bertanggung jawab penuh kepada Tuhan YME, diri
sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara.
❑ Ius Curia Novit: hakim dianggap tahu akan hukum. Apabila tidak ada
hukumnya, hakim harus melakukan penemuan
Company Logo
hukum. Ahli dipanggil
hakim untuk membantu memecahkan suatu masalah.
ASAS ASAS HUKUM ACARA PERDATA

2. HAKIM BERSIFAT PASIF


❑GUGATAN
❑ Identitas
❑ Posita: dasar dalam mengajukan gugatan
❑ Petitum: apa yang diminta oleh penggugat untuk diputus
oleh hakim.

❑Hakim bersifat pasif dalam hal mengakhiri sengketa.


Apabila para pihak sepakat mengakhiri sengketa, maka hakim tidak dapat
menghalangi.

Company Logo
ASAS ASAS HUKUM ACARA PERDATA

HAKIM BERSIFAT PASIF


❑ Pasal 178 HIR, pasal 189 (2,3) R.Bg
Pasal 178 HIR:
❑ Waktu musyawarah, hakim berwajib, karena jabatannya,
mencukupkan segala alasan hukum, yang tidak dikemukakan
oleh kedua belah pihak.
❑ Hakim itu wajib mengadili segala bagian tuntutan.
❑ Ia dilarang akan menjatuhkan putusan atas perkara yang tiada
dituntut, atau akan meluluskan lebih dari pada yang dituntut.
Hakim dilarang menjatuhkan putusan tentang hal- hal yang
tidak dimohon atau tidak dituntut oleh para pihak, sehingga
putusan hakim:
❑ Putusan terhadap gugatan boleh dikabulkan semua
❑ Putusan terhadap gugatan tidak boleh ditambah
❑ Putusan terhadap gugatan boleh dikurangi/
Company Logo
tidak
dikabulkan semua
ASAS ASAS HUKUM ACARA PERDATA
3. SIDANG TERBUKA UNTUK UMUM
❑Setiap sidang boleh disaksikan oleh semua orang, untuk
memungkinkan masyarakat mengontrol jalannya persidangan
sehingga hakim berlaku pobyektif sosial kontrol

❑Pasal 19(1)(2) UU No 4 tahun 2004, pasal 179 (1), 317 HIR, pasal
190 R.Bg, mensyaratkan bahwa apabila sidang tidak terbuka untuk
umum, maka “batal demi hukum.”
❑Pasal 19 UU 4/ 2004:
❑ Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali
apabila undang- undang menentukan lain.
❑ Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (1) mengakibatkan batalnya
putusan menurut hukum.
❑ Rapat permusyawaratan hakim bersifat rahasia
Company Logo
SIDANG TERBUKA UNTUK UMUM
❑ Pasal 19UU 4/ 2004:
Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum.

❑ Pasal 179 HIR:


❑ Setiap putusan hakim/ pengadilan harus dibacakan di muka persidangan yang dibuka
untuk umum.
❑ Di dalam hukum acara perdata, terdapat beberapa perkecualian, tahapan- tahapan
tertentu yang tertutup untuk umum.
❑ Dalam hal- hal tertentu, boleh dilakukan sidang tertutup, tapi harus sesuai dengan asas,
yaitu sidang terbuka kemudian dilakukan secara tertutup. Misalnya untuk kasus
perceraian dengan alasan perzinahan, hal ini dimaksudkan agar para pihak tidak malu
mengemukakan pendapat atau alasannya.
❑ Walaupun bersifat terbuka untuk umum, namun ada beberapa peraturan sidang, antara
lain: tidak boleh merokok dalam ruang sidang, membawa senjata tajam, makanan, dan
lain sebagainya. Tujuannya adalah agar hakim dalam mengadili benar- benar obyektif.

Company Logo
ASAS ASAS HUKUM ACARA PERDATA
4. MENDENGARKAN KEDUA BELAH PIHAK/Audi Et Altera Partem

❑Pasal 5 (1) UU no 4 tahun 2004: pengadilan mengadili menurut hukum dengan


tidak membeda- bedakan orang.
❑Pengadilan dalam mengadili perkara harus memberikan kesempatan yang
sama bagi kedua belah pihak untuk mengemukakan pendapat.
❑Kedua belah pihak yang bersangkutan harus diperlakukan sama oleh hakim,
karena hakim mengadili perkara berdasarkan hukum asas obyektivitas, hal ini
untuk menjamin hak- hak asasi manusia yang mendapatkan perlindungan.

Company Logo
ASAS ASAS HUKUM ACARA PERDATA

5. PUTUSAN DISERTAI ALASAN


❑Dasar mengadili: pasal 25 UU No 4 tahun 2004, pasal 184 (1), Pasal 319 HIR,
pasal 195 R.Bg.
❑Setiap putusan hakim harus memuat alasan- alasan dan pertimbangan yang
cukup dan sempurna.
❑Pasal 25 UU 4/ 2004:
❑ Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan-
alasan dan dasar- dasar putusan itu, juga harus memuat pula
pasal- pasal tertentu dari peraturan- peraturan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan
dasar untuk mengadili.
❑ Alasan/ argumentasi: sebagai pertanggungjawaban hakim
atas putusannya
Company Logo
ASAS ASAS HUKUM ACARA PERDATA

6. BERPERKARA DIKENAKAN BIAYA


❑Ps. 4 (2), Ps. 5 (2) UU 4/ 2004, Ps. 121, 182,
183 HIR, Ps. 145 (4), Ps. 192- 194 R.Bg.
❑Ps. 182 HIR – Penggunaan biaya
❑Disebutkan dalam putusan
❑Ps. 237 HIR, 273 R.Bg. Cuma- Cuma

Company Logo
ASAS ASAS HUKUM ACARA PERDATA
7. TIDAK HARUS MEWAKILKAN

❑Pemeriksaan secara langsung


❑Ps. 123 HIR, 147 R.Bg kuasa
❑Kuasa khusus
❑Pen. Kuasa tidak boleh gugat lisan

Company Logo
KOMPETENSI PERADILAN
Kewenangan Pengadilan
Mengenai kewenangan mengadili dapat dibagi menjadi dua dalam Kekuasaan Kehakiman,
yaitu Kekuasaan Kehakiman atribusi (atributie van rechtsmacht) dan Kekuasaan
Kehakiman distribusi (distributie van rechtsmacht), bahwa :
Kekuasaan Kehakiman Atribusi disebut juga kewenangan mutlak atau kompetensi absolute.
Kewenangan Mutlak atau Kompetensi absolute adalah kewenangan badan pengadilan di dalam
memeriksa jenis perkara tertentu dan secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan
pengadilan lain, misalnya Pengadilan Negeri pada umumnya berwenang memeriksa jenis
perkara tertentu yang diajukan dan bukan Pengadilan Tinggi atau Pengadilan Agama biasanya
kompentensi absolute ini tergantung pada isi gugatan dan nilai daripada gugatan (lihat Pasal 6
UU No. 29 Tahun 1947).
Kekuasaan Kehakiman Distribusi disebut juga kewenangan nisbi atau kompetensi relative .
Kewenangan nisbi atau Kompetensi relative adalah bahwa Pengadilan Negeri di tempat tinggal
(domisili) yang berwenang memeriksa gugatan atau tuntutan hak. jadi gugatan harus diajukan
kepada Pengadilan Negeri tempat tergugat tinggal. apabila tergugat tidak diketahui tempat
tinggalnya atau tempat tinggalnya yang nyata tidak dikenali, maka gugatan diajukan kepada
Pengadilan Negeri di tempat tinggal tergugat sebenarnya.
Dikenali, maka gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri di tempat tinggal tergugat
sebenarnya ( Pasal 18 HIR, Pasal 141 Ayat 1 Rbg)
LINGKUP PERADILAN

Macam-Macam Pengadilan
⚫ Di samping Pengadilan Sipil seperti tersebut diatas lazimnya
disebut Pengadilan Umum di Indonesia terdapat pula :
⚫ Pengadilan Militer yang hanya berwenang untuk mengadili
perkara yang terdakwanya berstatus anggota ABRI.
⚫ Pengadilan Agama yang kewenangannya mengadili
perkara-perkara perdata yang kedua pihaknya baragama
Islam dan menurut hukum yang dikuasai Hukum Islam.
⚫ Pengadilan Administrasi yang termasuk wewenang
Pengadilan Administrasi adalah perkara yang tergugatnya
pemerintah dan penggugatnya perorangan pemerintah itu
digugat dengan alsan kesalahan dalam menjalankan
administrasi.
LINGKUP PERADILAN

Mahkamah Agung

Pengadilan Pengadilan Tinggi Pengadilan Tinggi Mahkamah


Tinggi Agama Tata Usaha Negara Militer Tinggi

Pengadilan Pengadilan Pengadilan Pengadilan


Negeri Agama Tata Usaha Negara Militer
LINGKUP PERADILAN

Susunan Badan-Badan Pengadilan Umum


● Di Indonesia kita kenal susunan Pengadilan dalam :
– Pengadilan Negeri sebagai pengadilan tingkat pertama yang
berwenang mengadili semua perkara baik perdata maupun pidana.
– Pengadilan Tinggi atau Pengadilan tingkat banding yang juga
merupakan Pengadilan tingkat kedua. dinamakan Pengadilan tingkat
kedua karena cara pemeriksaannya sama seperti pemeriksaan di
Pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Tinggi).
– Mahkamah Agung yang merupakan Pengadilan tingkat akhir dan bukan
Pengadilan tingkat ketiga. Mahkamah Agung memeriksa
perkara-perkara yang dimintakan Kasasi, karena tidak puas dengan
dengan putusan banding dari Pengadilan Tinggi. Pada tingkat kasasi
yang diperiksa adalah penerapan hukumnya saja.
LINGKUP PERADILAN

Tempat Kedudukan Pengadilan


⚫ Tempat kedudukan Pengadilan Negeri pada prinsipnya berada di tiap
Kabupaten, namun di luar Pulau Jawa masih terdapat banyak Pengadilan
Negeri yang wilayah hukumnya meliputi lebih dari satu Kabupaten.
⚫ Kedudukan Pengadilan Negeri ada sebuah Kejaksaan Negeri dan
disamping tiap Pengadilan Tinggi ada Kejaksaan Tinggi. Khusus di Ibukota
Jakarta ada 5 instansi Pengadilan Negeri yakni di Jakarta Pusat, Jakarta
Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Utara demikan pula dengan
Kejaksaannya Negerinya.
LINGKUP PERADILAN
Susunan Pejabat Pada Suatu Pengadilan
⚫ Di tiap pengadilan terdapat beberapa hakim. diantaranya menjabat sebagai ketua
pengadilan dan wakil ketua.
⚫ Para hakim bertugas untuk memeriksa dan mengadili perkara di persidangan.
⚫ disamping itu ada panitera yang bertugas memimpin bagian administrasi atau tata usaha
dibantu oleh wakil panitera, beberapa panitera pengganti dan karyawan-karyawan
lainnya.
⚫ tugas dari pada panitera ialah menyelenggarakan administrasi perkara serta mengikuti
semua sidang serta musyawarah-musyawarah pengadilan dengan mencatat secara teliti
semua hal yang dibicarakan (Pasal 58,59 UU no. 2 Tahun 1986, Pasal 63 RO). ia harus
membuat Berita Acara (proses verbal) sidang pemeriksaan dan menandatanganinya
bersama-sama dengan ketua sidang (Pasal 186 HIR, Pasal 197 Rbg). karena ia tidak
mungkin mengikuti semua sidang-sidang pemeriksaan perkara, maka di dalam praktik,
tugas tersebut dilakukan oleh panitera pengganti.
⚫ Di samping hakim dan panitera masih ada petugas yang dinamakan jurusita
(deurwaarder) dan jurusita pengganti (Pasal 38 UU No.21 Tahun 1986). adapun tugas
dari pada jurusita dalai melaksanakan perintah dari ketua sidang dan menyampaikan
pengumuman-pengumuman, teguran-teguran, pemberitahuan putusan pengadilan,
panggilan-panggilan resmi para Tergugat dan Penggugat dalam perkara perdata dan
para saksi, dan juga melakukan penyitaan-penyitaan atas perintah hakim.

Anda mungkin juga menyukai