Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“JARIMAH SYURBUL KHAMAR”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Jinayah

Dosen Pengampu: Dr. Khairul Hamim, MA

Disusun Oleh Kelompok 5:

1. Hikmatul Awaliyah (210202145)


2. Hafidaturrahmi (210202151)
3. Samsul Hadi (210202153)
4. Dimas Hilmansyah (210202127)

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Jarimah adalah larangan-larangan Allah yang di ancam dengan hukuman had
atau ta‟zir, perbuatan yang dilarang itu dapat berupa sesuatu yang yang dilarang,
dianggap jarimah apabila perbuatan tersebut telah dilarang oleh syara‟. Yang
mendorong sesuatu itu di anggap jarimah adalah karena perbuatan tersebut dapat
merugikan kepada tata urutan masyarakat atau kehidupan anggota masayarakat atau
pertimbangan-pertimbangan lain yang harus dihormati dan dipelihara meskipun
adakalanya jarimah justru membawa keuntungan ini tidak menjadi pertimbangan
syara‟ oleh karena itu syara‟ melarang yang namanya jarimah karena dari segi
kerugiannya itulah yang di utamakan dalam pertimbangan. Jarang kita temukan
perbuatan membawa keuntungan semata-mata atau menimbulkan kerugian semata
tetapi setiap perbuatan akan membawa akibat campuran, antara keuntungan dan
kerugian, sesuai dengan tabi‟atnya manusia akan memilih banyak keuntungannya
dari pada kerugiannya meskipun akan merugikan masyarakatnya.

Minuman keras adalah seluruh jenis minuman yang mengandung zat alkohol
yang menyebabkan turunya kesadaran bagi yang meminumnya. Dalam agama Islam
minuman keras termasuk kedalam kelompok khamr dan apapun jenis minuman
yang dapat membuat mabuk termasuk kedalam khamr. Batasan suatu minuman
dikatakan sebagai khamr didasarkan pada sifatnya bukan pada jenis dan bahannya.
Minuman yang dikelompokkan pada khamr hukumnya haram. Aturan larangan
minuman keras berlaku untuk seluruh umat Islam serta tidak ada perkecualian untuk
individu tertentu. Dalam hukum islam, pelaku sudah dihukum sejak meminumnya
tanpa harus menunggunya mabuk atau tidak, ditempat sepi atau dikeramaian umum,
merugikan orang lain atau tidak. Meminum sesuatu yang memabukan sudah
dianggap sebagai pelanggaran karena bertentangan dengan akhlaqul karimah,
apalagi kalau menyebabkan akibat negatif bagi yang lainnya. Minuman keras dapat
merusak akal, sedangkan akal itu sendiri sebagai pengendalian akhlak. Dengan

1
demikian, pemberian hukuman bagi pelaku mabuk-mabukan itu merupakan upaya
menjaga kesehatan akal

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian khamar?
2. Apa saja dasar hukum dan kronologi pelarangan khamar?
3. Apa saja sanksi hukum bagi peminum khamar?
4. Bagaimana pembuktian jarimah syurbul khamar?
5. Bagaimana upaya pencegahan penanggulangan khamar?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian khamar
2. Mengetahui dasar hukum dan kronologi pelanggaran khamar
3. Mengetahui sanksi hukum bagi peminum khamar
4. Untuk mengetahui pembuktian jarimah syurbul khamar
5. Untuk mengetahui upaya pencegahan penanggulangan khamar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khamar
Khamar berasal dari kata khamara-yahkmuru atau yakhmiru yang secara
etimologi berarti tertutup, terhalang, atau tersembunyi1. Sedangkan secara
terminologi terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama fiqh. Menurut imam
malik, imam syafi‟i, dan imam ahmad, khamar adalah minum-minuman yang
memabukkan baik minuman tersebut dinamakan khamar maupun bukan khamar,
baik berasal dari perasan anggur maupun berasal dari bahan-bahan yang lain2.
Pengertian al syurbu menurut imam abu hanifa adalah artinya meminum menurut
abu hanifa adalah maminum-minuma khamar saja baik yang dimunum itu banyak
maupun sedikit3. Dari definisi diatas imam abu hanifa merumuskan khamar menjadi
3 cairan:

1. Perasan anggur yang diendapkan hingga membuih dan menjadi zat yang
memabukkan.
2. Perahan anggur yang dimasak hingga menggelegak sampai 2/3 zat asli anggur
hilang akhirnya menjadi zat yang memabukkan.
3. Perahan kurma dan anggur kering yang dindapkan hingga membuih dan menjadi
zat yang memabukkan4.
Jumhur ulama' fiqh menyatakan bahwa minuman keras adalah setiap minuman
yang di dalamnya terdapat zat yang memabukkan, baik minuman itu dinamakan
khamr atau bukan, terbuat dari anggur atau bukan. Pengarang kitab alHidayah
menerangkan, bahwa khamr menurut bahasa adalah minuman yang berasal dari
perasan anggur.139 Sedangkan, Menurut Ibnu Arabi khamr itu arak, karena khamr
ditinggalkan dalam waktu yang lama sehingga mengalami perubahan. Perubahan
tersebut dicirikan dengan baunya.
Semua arti leksikal tersebut bisa diterapkan pada semua jenis minuman yang
memabukkan.140 Menurut al-Raqib, khamr itu nama tiap-tiap minuman yang
memabukkan, dan menamakan air anggur itu khamr, atas nama majazi bukan
hakiki.Demikian menurut ahli bahasa seperti al-Jauhari, Abu Nashar al-Qusyairi, al

1
Atabik Ali, Dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta: Multi Gaya
Grifik, t.th), hlm 859
2
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafik. 2005) hlm. 74
3
Abd Al-Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy, Juz 11 (Beirut: Dar Al-Kitab Al-
Arabi,t.th), hlm. 498
4
Mohd. Said Ishak…, hlm 10

3
Dinuri, dan Pengarang kamus, Firuzaabadi. Menurut ini adalah khamr atau tuak itu
daripada perasan anggur, tamar, gandum, beras, manisan tebu,dan umpamanya,
Pengertian khamr menurut Sayid Sabiq yaitu benda cair yang sudah dikenal
pembuatannya dengan cara fermentasi dari biji-bijian atau buah-buahan, yang mana
kandungan gula yang ada padanya berubah menjadi alkohol, melalui proses
persenyawaan dengan zat tertentu yang harus dicampurkan untuk terjadinya proses
fermentasi tersebut,5
Sedangkan menurut Hasbi ash-Shiddieqy khamr adalah perasan anggur (dan
sejenisnya) yang diproses menjadi minuman keras yang memabukkan, dan segala
sesuatu yang memabukkan adalah khamr6.
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para ulama di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa khamr adalah semua jenis minuman atau zat yang
memabukkan baik yang terbuat dari anggur, kurma, madu, gandum, atau bahan
lainnya, baik diminum atau dikonsumsi sedikit maupun banyak.

B. Dasar Hukum dan Kronologi Pelarangan Khamr


Larangan meminum minuman yang memabukkan didasarkan pada ayat al-Qur'an
surah al-Ma'idah ayat 90:

ََ‫شيْط ِن فَاجْ تَنُِبُ ْىُُ لَََََّّ ُُ ْْ ُ ُ ْْ َِّ ُُ ْى‬ ُ ‫ٰٓياَيُّهَا ا َّل ِذ ْينَ ا َمنُ ْٰٓىا اِنَّ َما ا ْل َخ ْم ُز َوا ْل َم ْيس ُِز َو ْاْلَ ْنص‬
ٌ ْ‫َاب َو ْاْلَ ْس َْل ُم ِرج‬
َ ‫س ِ ّم ْن‬
َّ ‫ع َم ِل ال‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi,


(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah
perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-
perbuatan) itu agar kamu beruntung.”

Pengharaman khamar tidak dilakukan secara sekaligus namun dilakukan secara


berangsur-angsur. Sebelum turunnya ayat ke 90 diatas, telah diturunkan sejumlah
ayat yang merupakan rangkaian pengharaman khamar

C. Sanksi Hukum Bagi Peminum Khamar


Al-Qur‟an tidak menegaskan sanksi terhadap tindak pidana ini, disandarkan pada
hadist nabi yakni melalui sunnah fi‟liyahnya, bahwa hukuman terhadap jarimah ini
adalah 40 kali dera. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist

5
Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayid Sabiq, (Jakarta: Pustaka
Pinang, 2009), hlm 558
6
T.M. Hasbi Al- Shiddieqy, Hukum Fiqh Islam Tinjauan Atar Mazhab,( Semarang: Pustaka
Rizki Putra, 2001) hlm.211)

4
Dari Abu Sa‟id , ia berkata “ peminum khamr di zaman Rasulullah SAW didera
dengan dua sandal sebanyak 40 kali. Kemudian di zaman pemerintah
„umar,masing-masing sandal itu diganti dengan cambuk” (HR. Ahmad)

D. Pembuktian Jarimah Syurbul Khamr


Pembuktian untuk jarimah syurbul khamr dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut
1. Saksi
Jumlah saksi yang di perlukan untuk membuktikan jarimah khamr adalah dua
orang yang memenuhi syarat-syarat persaksian, sebagaimana yang telah
diuraikan dalam jarimah zina dan qazaf.
2. Pengakuan
Adanya pengakuan pelaku. Pengakuan ini cukup satu kali dan tidak perlu
diulang-ulang sampai empat kali. Ketentuan-ketentuan dalam jarimah zina juga
berlaku untuk jarimah syurb al-khamr.
3. Qarinah
Jarimah syurb al-khamr juga bisa dibuktikan dengan qarinah atau tanda. Qarinah
tersebut antara lain:
a. Bau Minuman
b. Mabuk
c. Muntah

E. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan


Upaya pencegahan yang dimaksud disini adalah sesuai program World Health
Organization (WHO) yang meliputi tiga bagian penting yaitu sebagai berikut:
1. Pencegahan primer yaitu dapat mencegah sedini mungkin agar seseorang tidak
terlibat melakukan penyalahgunaan minuman keras dan obat-obatan terlarang
lainnya.
2. Pencegahan sekunder yaitu seorang yang telah terlibat penyalahgunaan
mendapatka perhatian serta perawatan atau terapi sehingga mereka tidak
terjerumus lebih parah lagi.
3. Pencegahan tersier yaitu upaya yang dilakukan terhadap seseorang yang sudah
sadar dan berhenti meminum-minuman keras agar selama-lamanya berhenti.

Adapun upaya dalam penanggulangan peminum khamr dapat dilakukan pada tiga
aspek yaitu
1. Penenggak hukum
2. Perawatan medis
3. Proses rehabilitas

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Menurut imam malik, imam syafi‟i, dan imam ahmad, khamar adalah minum-
minuman yang memabukkan baik minuman tersebut dinamakan khamar maupun
bukan khamar, baik berasal dari perasan anggur maupun berasal dari bahan-
bahan yang lain
2. Larangan meminum minuman yang memabukkan didasarkan pada ayat al-Qur'an
surah al-Ma'idah ayat 90. Pengharaman khamar tidak dilakukan secara sekaligus
namun dilakukan secara berangsur-angsur
3. Al-Qur‟an tidak menegaskan sanksi terhadap tindak pidana ini, disandarkan pada
hadist nabi yakni melalui sunnah fi‟liyahnya, bahwa hukuman terhadap jarimah
ini adalah 40 kali dera.
4. Pembuktian untuk jarimah syurbul khamr dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut
 Saksi
 Pengakuan
 Qarinah
5. Upaya pencegahan yang dimaksud disini adalah sesuai program World Health
Organization (WHO) yang meliputi tiga bagian penting yaitu sebagai berikut:
 Pencegahan primer
 Pencegahan sekunder
 Pencegahan tersier

6
DAFTAR PUSTAKA
Atabik Ali, Dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta: Multi
Gaya Grifik, t.th)
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafik. 2005)
Abd Al-Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy, Juz 11 (Beirut: Dar Al-Kitab Al-
Arabi,t.th)
Mohd. Said Ishak

Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayid Sabiq, (Jakarta:
Pustaka Pinang, 2009)

T.M. Hasbi Al- Shiddieqy, Hukum Fiqh Islam Tinjauan Atar Mazhab,( Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2001)

Anda mungkin juga menyukai