Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HADITS HUKUM PIDANA

SANKSI TERHADAP PEMINUM KHAMAR DALAM TINJAUAN HUKUM


PIDANA ISLAM (JINAYAH)
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Hukum Pidana

Dosen Pembimbing : Dr. Rafid Abbas, M.A

Disusun Oleh :

1. Nevada Qatrunnada Biasassa (212102040013)


2. Fadia Isna Arafahtus Zahro (212102040026)

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ

JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas seluruh limpahan rahmat serta
nikmatnya sehingga kami dapat meramapungkan makalah hadits hukum pidana yang memiliki
judul “Sanksi Terhadap Peminum Khamar Dalam Tinjauan Hukum Pidana Islam(Jinayah)” ini
dengan waktu yang tepat.

Ada pula tujuan dari penulisann makalah ini yaitu untuk memenuhi syarat nilai dari dosen pada
mata kuliah hadits hukum pidana.Selain itu makalah ini juga memiliki tujuan untuk lebih
menambah pengetahuan terkait kaum murtad bagi para pembaca dan juga kami selaku penulis.

Tak lupa juga kami ucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr. Rafid Abbas, M.Aselaku
dosen pembimbing mata kuliah hadits hukum pidana yang dengan senang hati memberikan tugas
makalah ini sehingga kami lebih bisa menambah wawasan.

Kami juga ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah bersedia membagi
ilmu serta pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Jember, 5 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………...1
1. Latar Belakang……………………………………………………………………….1
2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………....1
3. Tujuan Masalah……………………………………………………………………....1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………....2
1. Pengertian Khamar…………………………………………………………………...2
2. Sejarah Pelarangan Khamar………………………………………………………….3
3. Sanksi Saknsi Bagi Peminum Khamar…………………………………………….....5
4. Dampak Negatif Miras…………………………………………………………….…8
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Syariat Islam telah mengharamkan khamr sejak empat belas abad yanglalu dan hal ini berkaitan
dengan penghargaan Islam terhadap akal manusia yangmerupakan anugrah Allah yang harus
dipelihara sebaik-baiknya.Saat ini kalangannon-muslim mulai menyadari manfaat
diharamkannya khamar setelah terbuktikhamar dan sebagainya (penyalahgunaan narkotika,
ganja) membawa bahaya bagibangsa.Menyangkut pengharaman khamr dalam Islam maka hal
tersebut dapatdilihat dari sekian banyak ayat Al-Qur’an maupun hadis yang menjelaskandampak
negatif dari khamr.

Merujuk pada Al-Qur’an maka setidaknya ada empattahap yang dilalui sampai terbentuknya
label haram. Empat tahap tersebut dapatkita ketahui melalui pengkajian terhadap Asbab An-
Nuzul ayat-ayat yangberkaitan dengan khamr (QS. al-Nahl/16: 67, Al-Baqarah/2: 219, al-Nisā/4:
43, al-Māidah/5: 90-91). Berdasarkan penjelasan tentang larangan meminum khamr baikmelalui
dalil Al-Qur’an maupun hadis, maka dapat dikatakan bahwa motifkeharaman khamr dikarenakan
beberapa sebab.Pertama, merupakan perbuatandosa.Kedua, merupakan perbuatan yang
melampaui batas.Ketiga, merusak nalar.Keempat, merupakan perbuatan setan.Kelima, minuman
yang haram zatnyabanyak atau sedikit tetap haram.Maka menjahui minuman ini
gunamenyelematkan kehidupan generasi muda dan bangsa adalah suatu keniscayaan.

2. Rumusan Masalah

1. Pengertian Khamar?
2. Sejarah Pelarangan Khamar?
3. Sanksi Saknsi Bagi Peminum Khamar?
4. Dampak Negatif Miras?

3. Tujuan Masalah

1. Menjelaskan Pengertian Khamar


2. Menjelaskan Sejarah Pelarangan Khamar
3. Menjelaskan Sanksi Bagi Peminum Khamar
4. Menjelaskan Dampak Negatif Miras

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Khamar

Minuman keras adalah jenis minuman yang mengandung zat alkohol yang menyebabkan turunya
kesadaran bagi yang meminumnya.Minuman keras termasuk kedalam kelompok khamr. Khamar
berasal dari bahasa arab yang berarti menutup. Apapun jenis minuman yang dapat membuat
mabuk termasuk kedalam khamr.Maka batasan suatu minuman dikatakan sebagai khamr
didasarkan pada sifatnya bukan pada jenis dan bahannya.Minuman yang dikelompokkan pada
khamr hukumnya haram.Aturan larangan minuman keras berlaku untuk seluruh umat Islam serta
tidak ada perkecualian untuk individu tertentu.Yang dilarang dalam Islam adalah tindakan
meminum khamar itu sendiri, terlepas apakah si peminum tersebut mabuk atau tidak.

Khamar sudah lazim dikenal dengan minuman keras, minuman beralkohol, atau minuman yang
memabukkan.Minuman ini sudah dikenal dan dikonsumsi sejak sebelum Al-Qur’an
diturunkan.Meskipun begitu, tidak ada satu agamapun yang memberikan penjelasan kedudukan
yang jelas tentang khamar pada saat itu.hingga ada yang menggunakannya sebagai obat, sebagai
sebuah minuman adat/kebiasaan, sebagai minuman dalam sebuah pesta, juga dalam ritual
penyembahan.

Sedangkan secara istilah syariat khamar diartikan langsung oleh Rasulullah saw dan juga sahabat
seperti Umar bin Khattab, sebagai segala sesuatu yang menghalangi atau menutupi akal atau
istilah yang biasa dipakai dan dipahami adalah yang memabukkan. Dalam riwayat Muslim, dari
Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, “setiap yang memabukkan itu khamar, dan
setiap khamar itu haram, barang siapa yang meminumnya di dunia dan dia belum bertaubat
hingga mati dalam kebiasaan meminum khamar, maka ia tidak akan meminumnya di akhirat”. 1

Umar bin Khattab pernah menyampaikan dalam sebuah khutbah, bahwa, “khamar adalah semua
yang menutupi akal dan pikiran.Kemudian dikarenakan setiap buah atau biji-bijian yang diolah
untuk menjadi khamar pasti menghasilkan alkohol, maka khamarjuga dikenal sebagai minuman
beralkohol.

Dalam ilmu kimia alkohol/alkanol adalah nama yang umum untuk senyawa organic, yang
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terkait pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom
hydrogen atau karbon lain, alkohol yang biasa dijumpai pada minuman keras adalah ethyl

1
Sahih Muslim, bab baya>nu anna kulla Muskirin Hara>m” jilid tiga h.1587 (maktabah syamilah), dapat
dilihat juga di sahih Bukhari, juga dalam Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, dari Abdullah bin Umar juga, bahwa
Rasulullah saw bersada, “ setiap yang memabukkan adalah haram, dan Ibnu Umar berkata setiap yang
memabukkan adalah khamar, Juz lima halaman 66 (maktabah syamilah).

2
alcohol atau disebut juga etanol, dengan rumus kimia C2H5OH, namun biasanya lebih sering
disebut sebagai alcohol saja.2

Di dalam Al Qur’an Surat Al-Ma’idah ayat 90 terdapat landasan hukum bagi orang yang
minuman khamr, yaitu :

ُ‫شي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُ ْوه‬ َ ‫س ِِّم ْن‬


َّ ‫ع َم ِل ال‬ َ ْ ‫َاب َو‬
ٌ ْ‫اْل ْز َْل ُم ِرج‬ َ ْ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٰٓوا اِنَّ َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْيس ُِر َو‬
ُ ‫اْل ْنص‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْو َن‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

Selain ditegaskan dalam Al Quran, larangan meminum khamr juga disebutkan dalam sejumlah
hadis. yakni Allah Melaknat Khamr dan Peminumnya. Imam Ahmad meriwayatkan dari sahabat
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:

ِ ‫هللا لَعَ َن ا ْل َخ ْم َر َوع‬


‫َاص َر َها َو ُم ْعتَ ِص َرهَا َو َبا ِئ َع َها‬ َ ‫ َيا ُم َح َّم ُد ِإ َّن‬:َ‫س ََل ُم فَقَال‬ َ ‫أَتَا ِن ْي ِجب ِْر ْي ُل‬
َّ ‫علَ ْي ِه ال‬
)ُ‫(ر َواهُ أَحْ َمد‬َ ‫ستَ ِق َي َها‬ َ ‫املَ َها َوا ْل َمحْ َم ْولَةَ إِلَ ْي ِه َو‬
ْ ‫سا ِق َي َها َو ُم‬ ِ ‫ع َها َوش َِار َب َها َوآ ِك َل ثَ َم ِن َه َو َح‬ َ ‫َو ُم ْبتَا‬

Artinya: “Aku didatangi oleh Jibril dan ia berkata: Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah
melaknat khamar, melaknat orang yang membuatnya, orang yang meminta dibuatkan,
penjualnya, pembelinya, peminumnya, pengguna hasil penjualannya, pembawanya, orang yang
dibawakan kepadanya, penghidangnya dan orang yang dihidangkan kepadanya.” (HR Ahmad).

2. Sejarah Pelarangan Khamar

Apabila dilacak dari akar sejarah, di kalangan masyarakat Jahiliah, kebiasaan menenggak botol
minuman keras dan mabuk-mabukan dianggap simbol kenikmatan tertinggi.Miras di mata
mereka merupakan hadiah berharga.Bahkan mayoritas lelaki Jahiliah adalah pemabuk
berat.Sehingga mabuk dan teler dianggap sebagai kebanggaan sejati.Merupakan prestise
tersendiri, jika seseorang mampu menggelimangi dirinya dengan minuman keras, karena hal itu
dipandang sebagai bukti kedermawanan (karamah).Penelitian terhadap syi’ir Arab pra Islam

2
Ibid, h. 5,

3
menunjukkan bahwa mabuk-mabukan sudah menjadi sindrom.Di tengah situasi kurang kondusif
inilah respons Islam terhadap miras harus ditelaah. 3Pada periode Makah, Alquran menyebut
miras sebagai salah saturahmat Allah Swt. bersama susu dan madu (An-Nahl/16:67).

َ ُ‫سنًا ۗ ِإ َّن فِى ٰذَ ِلكَ َل َءايَةً ِلِّقَ ْو ٍم يَ ْع ِقل‬


‫ون‬ َ ‫سك ًَرا َو ِر ْزقًا َح‬
َ ُ‫ون ِم ْنه‬ ِ َ‫ت ٱلنَّ ِخي ِل َوٱ ْْلَ ْع ٰن‬
َ ُ‫ب تَتَّ ِخذ‬ ِ ‫َو ِمن ثَ َم ٰ َر‬
Artinya: Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki
yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah)
bagi orang yang memikirkan.

Kurma dan anggur adalah komoditas asli ekonomi jazirah Arab.Sejak dahulu, komoditas tersebut
selain diperdagangkan secara natural (alami) juga diolah menjadi minuman yang memabukkan.
Di Indonesia,misalnya buah aren bisa diolah menjadi tuak yang memabukkan. Di sini Allah
menyatakan secara tersirat bahwa dari kedua buah tersebut dapat diolah menjadi rezeki yang
baik (perdagangan alami) dan hal yang tidak baik (minuman yang memabukkan).

Ketika umat Islam hijrah ke Madinah, mereka tidak saja berubah menjadi suatu masyarakat
global, tetapi juga menjadi semacam negara Islam.Pengonsumsian miras menjadi suatu problema
serius.Di sinilah Alquran mulai memberi respons yang jelas Pertama-tama, dengan menyatakan
bahwa di dalamnya terdapat kejahatan besar dan juga unsur manfaat, tetapi kejahatannya lebih
dominan dibandingkan manfaatnya.

Umar bin Khattab dan sahabat yang lain kemudian bertanya kepada Rasulullah Saw. perihal
minuman yang memabukkan dan menghilangkan akal. Sahabat-sahabat tersebut memang sudah
biasa minum khamar. Dus orang sahabat Rasulullah Saw yang semasa masih jahiliah tidak
pernah minum khamar adalah Abu Bakar As-Shiddiq dan Utsman bin Affan Sehubungan dengan
pertanyaan tentang khamar tersebut, diturunkanlah surat Al-Baqarah/2:219, sebagai jawabannya,
sbb:

‫اس َواِثْ ُم ُه َما ٰٓ اَ ْك َب ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم ۗا‬


ِۖ ِ َّ‫سـَٔلُ ْونَكَ ع َِن ا ْل َخ ْم ِر َوا ْل َم ْيس ِِۗر قُ ْل ِفي ِْه َما ٰٓ اِثْ ٌم َك ِب ْي ٌر َّو َمنَا ِف ُع ِللن‬
ْ ‫َي‬
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan juli. Katakanlah "Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi mamaia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya.

Sementara kebiasaan mabuk-mabukan pun masih tetap berjalan di kalangan sahabat Nabi Saw.
Dikisahkan setelah beberapa waktu kemudian, diadakan pesta lain di taman salah seorang
sahabat, yang bernama Atban bin Malik dan mengundang kaum Muslimin, salah satunya Sa'ad
bin Abi Waqas.

3
Fuad Thohari, Miras; Periode Pengharaman dan Ekses Destruktif, Mimbar Ulama, No 218 Jumad Tsani
1417/Oktober 1996.

4
Dalam pesta meriah ini, miras kembali dihidangkan dan dalam tempo tidak terlalu lama mereka
mabuk, sehingga terjadi pertikaian antara golongan Muhajirin dan Anshar. Bahkan menurut satu
riwayat hadis, sahabat Sa'ad bin Abi Waqas mengalami cedera yang cukup serius di kepalanya
karena dipukul tulang geraham unta. Seketika itu Sa'ad bin Abi Waqas menemui Nabi Saw. dan
melaporkan perlakuan kaum Anshar terhadap dirinya. Peristiwa semacam ini telah mengancam
integritas sosial Sehingga larangan pengonsumsian miras secara eksplisit diturunkan.Pelarangan
ini menurut jumhur ulama terjadi pada tahun ke-3 Hijriah setelah perang Uhud, walaupun Al-
Khatib berpendapat, larangan itu terjadi pada tahun ke-2 Hijriah. Allah menurunkan surat Al-
Maidah/5:90.

‫شي ْٰط ِن فَاجْ تَ ِنبُ ْو ُه‬ َ ‫س ِِّم ْن‬


َّ ‫ع َم ِل ال‬ َ ْ ‫َاب َو‬
ٌ ْ‫اْل ْز َْل ُم ِرج‬ َ ْ ‫ٰ ٰٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َمنُ ْٰٓوا اِنَّ َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْيس ُِر َو‬
ُ ‫اْل ْنص‬
‫لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُح ْو َن‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban
untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk
perbuatan setan.Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.

Pada ayat ke-90 surat Al-Ma'idah di atas dengan jelas Allab Sat menyandingkan konsumsi
khamar dengan perjudian, berkurban unh berhala, dan mengundi nasib. Allah mendefinisikan
dan mengategorikas perbuatan tersebut sebagai:

1. Kotoran yang menjijikkan bagi orang yang berakal sehat


2. Perbuatan setan untuk menciptakan hiasan yang menyesatkan.
3. Perbuatan yang wajib ditinggalkan dan dijauhi, akibat ekses buruk yang ditimbulkan
4. Misi setan dalam memperindah judi dan khamar, yaitu untuk menciptakan permusuhan
dan kebencian antar manusia yang bermuara pada kerusakan duniawi.
5. Keinginan setan agar manusia berpaling dari mengingat Allah Swt. dan lalai dalam
melaksanakan salat. Perbuatan semacam ini termasuk kerusakan ukhrawi

3. Saknsi Bagi Peminum Khamar

Menyangkut perlunya penegakan hukum terhadap pemabuk dapat mengambil contoh dengan apa
yang pernah dicontohkan Rasulullah SAW. Hukuman atau sanksi pidana untuk pemabuk,
memang tidak ditentukan secara jelas dalam rangkaian ayat tentang pengharaman khamr. Dalam
surat al-Māidah/5: 91 yang mana ditegaskan dalam artinya “maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu dapat keberuntungan. Namun demikian mengenai sanksi terhadap peminum
khamar Sebagaimana dikutip oleh M. Nurul Irfan bahwa, hadis di atas disebutkan bahwa alat
yang digunakan untuk mencambuk adalah dua pelepah kurma.Imam al-Nawawi mengemukakan
bahwa istilah dua pelapah kurma ini mengakibatkan pemahaman yang beragam.Sebagian
memahami bahwa dua pelepah kurma itu dianggap sebagai alat semata, bukan

5
jumlahnya.Dengan demikian, jumlah cambukan yang sebanyak empat puluh itu dikalikan dua
pelepah, sehingga jumlahnya delapan puluh kali. 4

Menurut Imam Malik dan Imam Abu Hanifah, hukuman untuk peminum khamr adalah dera
delapan puluh kali.Sedangkan menurut Imam Syafi’i dan satu riwayat dari pendapat Imam
Ahmad, hukuman untuk peminum minuman keras tersebut adalah dera empat puluh kali.Akan
tetapi mereka ini membolehkan hukuman dera delapan puluh kali apabila hakim (imam)
memandang perlu.Dengan demikian, menurut pendapat Imam Syafi’i, hukuman had-nya empat
puluh kali dera, sedangkan kelebihannya, yaitu empat puluh kali dera lagi merupakan hukuman
ta’zīr.5

Menurut Sayidina Ali, setelah minum minuman keras seseorang menjadi mabuk dan karena
mabuk dia memfitnah. Karena hukuman untuk memfitnah adalah delapan puluh cambukan,
maka hukuman untuk minum minuman keras harus sama dengan memfitnah yaitu delapan puluh
cambukan. 6

Adapun sebab terjadinya perbedaan dalam penentuan hukum ini adalah karena tidak adanya nash
yang qath’i mengatur tentang hukuman had bagi peminum khamr. Di samping itu, tidak ada
riwayat yang memastikan adanya ijma’ sahabat dalam penetapan hukuman had bagi peminum
khamr, sebagaimana yang dikemukakan oleh satu kelompok. Walaupun Al-Qur’an
mengharamkan khamr, yang kemudian diperkuat oleh hadis Nabi, namun untuk hukumnnya
sama sekali tidak ditetapkan secara pasti. Rasulullah SAW. menghukum orang yang meminum
khamr yang sedikit atau banyak, tetapi tidak lebih dari empat puluh kali. Abu Bakar juga
demikian.Pada masa pemerintahan Khalifah Umar, beliau bingung memikirkan orang-orang
yang bertambah banyak meminum khamr.Beliau mengadakan musyawarah dengan para sahabat
untuk menentapkan hukumannya. Di antara sahabat yang berbicara adalah Abdurrahman bin
Auf. Beliau mengatakan bahwa hukuman had yang paling ringan adalah delapan puluh kali dera.
Sayidina Umar akhirnya menyetujui pendapat tersebut dan ditetapkan sebagai keputusan.

Fuqaha yang menganggap bahwa hukuman had untuk peminum khamr itu delapan puluh kali
berpendapat bahwa para sahabat telah sepakat (ijma’), sedangkan ijma’ juga merupakan salah
satu sumber hukum (dalil) syariat. Akan tetapi, mereka yang berpendapat bahwa hukuman had
bagi peminum khamr itu empat puluh kali dera beralasan dengan sunah, yang kemudian diikuti
juga oleh khalifah Abu Bakar. Mereka berpendapat bahwa tindakan Nabi SAW.itu merupakan
hujjah yang tidak boleh ditinggalkan karena adanya perbuatan orang lain. Dan ijma’ tidak boleh

4
Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, hal. 52.
5
Abdul Qādir ‘Audah, al-Tasyrī’ al-Jināī al-Islāmī Muqāranan bi al-Qānūn al-Wadh’ī, Bairut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiah,
2005, juz II, cet. I, hal. 415
6
Pada masa pemerintahan khalifah Umar, seorang pria Muslim bernama Qudama bin Madhum minum angur.
Khalifa Umar ingin menghukumnya dengan hukum cambuk, tetapi Qudama mengutip salah satu ayat Al-Qur’an
yang berbunyi: “Tidak ada salahnya jika para pemeluk agama (lain) dan mereka yang berbuat baik makan dan
minum apa pun yang mereka inginkan selama mereka tetap takut terhadap Allah dan tetap melakukan perbuatan
baik.” (al-Māidah/5: 93).

6
terjadi atas keputusan yang menyalahi perbuatan Nabi dan para sahabat.Dengan demikian,
mereka menafsirkan kelebihan empat puluh dera dari sayyidina Umar itu merupakan hukuman
ta’zīr yang boleh diterapkan apabila imam (hakim) memandang perlu.

Dari urian tersebut, dapat dikemukakan bahwa para ulama sepakat, hukuman dera yang empat
puluh kali jelas merupakan hak Allah SWT.yaitu merupakan hukuman had, sehingga hukuman
tersebut tidak boleh dimaafkan atau digugurkan. Akan tetapi, dera yang empat puluh lagi
diperselisihkan oleh para ulama. Sehingga menganggapnya sebagai had yang wajib dilaksanakan
besamaan bersama-sama dengan dera yang empat puluh tadi, dan sebagian menganggap sebagai
ta’zir yang penerapannya diserahkan kepada pertimbangan uli al-amri (imam atu hakim).

Apabila terjadi beberapa kali perbuatan meminum khamr sebelum dihukum salah satunya maka
hukuman tersebut saling memasuki (tadākhul), artinya pelaku hanya dikenakan satu jenis hukum
saja. Apabila hukuman had bagi peminum khamr dan berzina sedang ia muhsan maka hukum
yang dilaksanakan cukup hukuman yang paling berat saja yaitu hukuman mati. Dalam hal ini
hukuman mati menyerap hukuman lain yang lebih ringan. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam
Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad. Akan tetapi menurut Imam Syafi’i, hukuman mati
tidak menyerap hukuman lain yang lebih ringan, sehingga dengan demikian, semua hukuman
harus dilaksanakan. Apabila hukuman had bagi peminum khamr bergabung dengan hukuman
lain selain hukuman mati maka hukuman-hukuman tersebut tidak saling memasuki, kecuali
menurut imam Malik dalam hukuman had al-syurbu (minum) dan hukuman had qadzaf (penuduh
zina) yang jenis hukumannya sama. 7

Jadi nash pengharaman minum khamr terdapat dalam Al-Qur’an, jenis hukuman bagi peminum
khamr bersumber dari sunah Nabi SAW., dan kadar hukuman peminum khamr berdasarkan
ijma’.8

Menurut Malik B. Badri dalam bukunya Islam dan Alkoholisme, hukuman terhadap perilaku
minum dalam Islam dibuat tidak pasti karena hal tersebut sangat bergantung pada kondisi
masyarakatnya. Ketika kebanyakan muslim yang ada dalam suatu negara memiliki motivasi
tinggi untuk melawan konsumsi alkohol seperti masyarakat Madinah di zaman Nabi Muhammad
SAW., lebih banyak tekanan kelompok dan lebih sedikit hukuman aversi yang dibutuhkan.
Kelompok seperti itu akan menjadi seperti sebuah alcoholic-anonymous yang besar yang sedang
menekan sejumlah pelaku penyimpangan untuk kembali berpantang. Bagaimana pun, ketika
kelompok muslim menjadi kurang bermotivasi seperti halnya dalam kasus membengkaknya
negara muslim dari daerah kecil penuh berkah, Madinah dan kemudian meliputi seluruh
semanjung Arab, Mesir, Iraq, dan Palestina, dalam beberapa tahun dalam pemerintahan Umar
ibn Khattab, maka tidak pelak lagi dibutuhkan lebih banyak penolakan. Jadi hukuman berubah

7
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, cet. I, hal 78
8
Said Hawa, al-Islam, diterjemahkan oleh Fakhruddin Nur Syam dan Muhil Dhofir, dari judul al-Islām, Jakarta: al-
I’tishom Cahaya Umar, 2013, cet. V, hal. 434.

7
menjadi delapan puluh cambukan.Oleh karenanya merupakan sebuah kebijaksanaan besar untuk
membuat hukuman tetap menjadi tidak pasti. 9

Terlepas dari perselisihan jumlah dera yang akan diterima oleh pemabuk baik itu empat puluh
maupun delapan puluh, maka menurut hemat penulis semuanya sepakat bahwa peminum khamr
memiliki konsekwensi hukum sehingga harus dijahui. Hadits-hadits tersebut menunjukkan
ditetapkannya hukuman minum khamr.Dan hukuman dera itu tidak kurang dari 40 kali. Dan
tidak ada riwayat yang menerangkan, bahwa Nabi SAW membatasi 40 kali. Dimana
terkadangbeliau mendera dengan pelepah kurma, di lain waktu dengan sandal, atau secara
bersamaan dengan pelepah kurma dan sandal, atau dengan pelepah kurma, sandal serta pakaian
dan terkadang dengan tangan dan sandal. Oleh karena itu bisa dipahami, menyangkut alat apa
yang akan digunakan diserahkan kepada Hakim.

Secara umum dapat dikatakan semua orang sepakat setiap perbuatan yang berefek satu sanksi
hukum, sudah barang tentu ia adalah termasuk perbuatan yang menyalahi kemaslahatan dan
kepentingan umum. Masalahnya karena ia menimbulkan kerugian-kerugian bagi masyarakat,
maka sanksi-sanksi hukum di sini menentukan sebagai kendali pencegahan. 10

Tanpa harus menggunakan analisa yang dalam jelas bahwa hadis-hadis di atas mengharapkan
adanya sinergi antara pemerintah yang diwujudkan dengan penerbitan undang-undang, serta
pemberlakukan hukum yang tegas terhadap pemabuk.Ketika telah terbangun sinergi antar
pemerintah dengan masyarakat maka jumlah peminum-minuman keras dapat dikurangi.
Sebaliknya jika dibiarkan maka akan menimbulkan patologi sosial dimana terjadinya sikap
patologis tidak terlepas dari pranata sosial yang tidak fungsional atau berjalan sesuai fungsinya.

Jadi pendekatan preventif beroreintasi pada perwujudan dan integritas diri yaitu dengan
mengawasi, mengurangi, dan menghidarkan diri dari perbuatan-perbuatan buruk yang dapat
mendatangkan dosa dan maksiat.11

4. Dampak Negatif Khamar

Pelarangan mengkonsumsi khamar selaras dengan ajaran Islam yang berorientasi untuk
menciptakan pribadi yang kuat secara fisik, jiwa, dan akal. Apabila akal seseorang sudah hilang,
perilakunya akan berubah seperti binatang yang menjijikkan, melakukan kejahatan, dan berbuat
kerusakan yang tiada batas. Terjadinya pembunuhan, permusuhan, perzinaan, penyebaran
rahasia, pengkhianatan terhadap bangsa dan negara adalah contoh dari efek tidak sadar karena
minuman khamar.

9
Malik B. Badri, Islam dan Alkoholisme, hal. 70.
10
Abdullah Ahmad Qadiry, Manusia dan Kriminalitas, diterjemahkan Muhammad Mahrus Muslim, dari Sabab al-
Jarīmah, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1993, cet. I, hal. 35.
11
Khairunnas Rajab, Psikologi Islam, hal. 147.

8
Dampak negatif meminum khamar sangat banyak.Secara medis.khamar menjadi penyebab
terjadinya banyak penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Khamar bisa membuka jalan masuknya
penyakit yang paling kronis, misalnya TBC.Di bidang akhlak (etika), khamar dapat
menghilangkan nilai-nilai terpuji. Di bidang sosial, dengan mengonsumsi khamar seseorang akan
menjadi perusak dalam interaksi sosial akibat kekacauan yang ditimbulkan. Di bidang ekonomi,
setiap uang yang dikeluarkan untuk keburukan, sama saja dengan kerugian dan kemunduran.

Menurut Abu Laits, ada sepuluh hal yang akan menggiring kepada kehinaan dan posisi yang
tercela akibat minuman keras, yaitu:

1 Pelakunya seperti orang gila,


2 Melenyapkan kesadaran dan pemborosan,
3 Menimbulkan pertikaian dan merusak integritas,
4 Menghalangi untuk mengingat Allah dan mengerjakan salat,
5 Menggiring perbuatan zina,
6 Membuka peluang untuk menalak istri tanpa disadari,
7 Sumber malapetaka dan kejahatan,
8 Mencemarkan kredibilitas keluarga sebab peminum arak dengan sendirinya menjadi
fasiq.
9 Tertutupnya pintu berkah bagi dirinya, karena kebaikan dan doanya tidak diterima selama
40 hari, dan
10 Dikhawatirkan mati dalam keadaan kafir.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Minuman keras adalah jenis minuman yang mengandung zat alkohol yang menyebabkan turunya
kesadaran bagi yang meminumnya.Minuman keras termasuk kedalam kelompok khamr. Khamar
berasal dari bahasa arab yang berarti menutup. Apapun jenis minuman yang dapat membuat
mabuk termasuk kedalam khamr.Sedangkan secara istilah syariat khamar diartikan langsung oleh
Rasulullah saw dan juga sahabat seperti Umar bin Khattab, sebagai segala sesuatu yang
menghalangi atau menutupi akal atau istilah yang biasa dipakai dan dipahami adalah yang
memabukkan.

Sejarah Pelarangan Khamar, terjadi pada suatu peristiwa dimanaseorang sahabat, yang bernama
Atban bin Malik dan mengundang kaum Muslimin, salah satunya Sa'ad bin Abi Waqas.Dalam
pesta meriah ini, miras kembali dihidangkan dan dalam tempo tidak terlalu lama mereka mabuk,
sehingga terjadi pertikaian antara golongan Muhajirin dan Anshar. Bahkan menurut satu riwayat
hadis, sahabat Sa'ad bin Abi Waqas mengalami cedera yang cukup serius di kepalanya karena
dipukul tulang geraham unta. Seketika itu Sa'ad bin Abi Waqas menemui Nabi Saw. dan
melaporkan perlakuan kaum Anshar terhadap dirinya. Peristiwa semacam ini telah mengancam
integritas sosial Sehingga larangan pengonsumsian miras secara eksplisit diturunkan.Pelarangan
ini menurut jumhur ulama terjadi pada tahun ke-3 Hijriah setelah perang Uhud, walaupun Al-
Khatib berpendapat, larangan itu terjadi pada tahun ke-2 Hijriah. Allah menurunkan surat Al-
Maidah/5:90.

Sanksi terhadap peminum khamar Sebagaimana dikutip oleh M. Nurul Irfan bahwa, hadis di atas
disebutkan bahwa alat yang digunakan untuk mencambuk adalah dua pelepah kurma.Imam al-
Nawawi mengemukakan bahwa istilah dua pelapah kurma ini mengakibatkan pemahaman yang
beragam.Sebagian memahami bahwa dua pelepah kurma itu dianggap sebagai alat semata, bukan
jumlahnya.Dengan demikian, jumlah cambukan yang sebanyak empat puluh itu dikalikan dua
pelepah, sehingga jumlahnya delapan puluh kali.

Dampak negatif meminum khamar sangat banyak.Secara medis.khamar menjadi penyebab


terjadinya banyak penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Khamar bisa membuka jalan masuknya
penyakit yang paling kronis, misalnya TBC.Di bidang akhlak (etika), khamar dapat
menghilangkan nilai-nilai terpuji. Di bidang sosial, dengan mengonsumsi khamar seseorang akan
menjadi perusak dalam interaksi sosial akibat kekacauan yang ditimbulkan. Di bidang ekonomi,
setiap uang yang dikeluarkan untuk keburukan, sama saja dengan kerugian dan kemunduran.

10
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Ahmad Qadiry.(1993) Manusia dan Kriminalitas, diterjemahkan Muhammad Mahrus


Muslim, dari Sabab al-Jarīmah, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, cet. I. hal 35

Abdul Qādir ‘Audah, al-Tasyrī’ al-Jināī al-Islāmī Muqāranan bi al-Qānūn al-Wadh’ī, Bairut:
Dār al-Kutub al-‘Ilmiah, 2005, juz II, cet. I, hal. 415

Ahmad Wardi Muslich. (2005), Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, cet. I.

Fuad Thohari. Miras; Periode Pengharaman dan Ekses Destruktif, Mimbar Ulama, No 218
Jumad Tsani 1417/Oktober 1996.

Khairunnas Rajab, Psikologi Islam, hal. 147.

Malik B. Badri, Islam dan Alkoholisme, hal. 70.

Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqih Jinayah, hal. 52.

Said Hawa, al-Islam, diterjemahkan oleh Fakhruddin Nur Syam dan Muhil Dhofir, dari judul al-
Islām, Jakarta: al-I’tishom Cahaya Umar, 2013, cet. V, hal. 434.

11

Anda mungkin juga menyukai