Anda di halaman 1dari 12

TAFSIRAN AYAT TENTANG MINUMAN KHAMAR

MAKALAH

“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok pada Mata Kuliah Tafsir Ahkam
Pidana II”

Disusun Oleh: Kelompok III

1. AFRIANASARI 1420009

2. DINA SABRINA 1420023

3. SRI WAHYUNI 1420026

Dosen Pengampu:
SYAIFULLAH.,Lc. MA

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
T.A 2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Tafsir Hukum Pidana tepat
waktu.. Tidak lupa shalawat beserta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Saw
yang syafa’atnya kita nantikan kelak .
Penulisan makalah yang berjudul TAFSIRAN AYAT TENTANG
MINUMAN KHAMAR dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Kami
berharap makalah ini dapat menjadi referensi dalam pembelajaran mata kuliah ini.
Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru
setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan,
terutama pada bagian isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran demi
penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,
kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Bukittinggi, 3 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1


B. Rumusan Masalah......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Rujuk dan Dasar Hukumnya........................................ 3


B. Tata Cara Rujuk......................................................................... 9
C. Pemeliharaan Anak Jika Terjadi Perceraian............................... 10
....................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................. 14
B. Saran........................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Khamar adalah minuman memabukkan yang dapat menghilangkan akal
pikiran dan membuat peminumnya kehilangan kesadaran. Minuman khamar ini
sudah ada pada zaman jahiliah dan pada masa itu sulit untuk menghilangkan
kebiasaan mereka yang sudah lama itu.
Allah menurunkan ayat tentang minuman khamar secara berangsur-angsur
agar mereka bisa menghilangkan kebiasaan itu. Minuman khamar ini sangat
bahaya bagi kesehatan dan mental kita. Minuman khamar ini hukumnya adalah
haram. Sesuai dengan dalil aqli mapun naqli yang sudah ada di dalam Al-Quran
dan As-Sunnah bahwa khamr itu adalah haram karena khamar membuat pikiran
melayang dan tidak bisa berfikir dengan baik maka hindarilah minum khamar dan
dosanya sangatlah besar.
Kemudharatan yang terkandung dalam khamr sangatlah banyak, tidak hanya
dapat menghilangkan akal sehat dan merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat
merugikan keluarga dan orang disekitar kita karena pengaruh dan apa yang terjadi
terhadap diri yang dapat menimbulkan masalah dan mejadi beban untuk diri
sendiri dan orang lain.
Para ulama pun sepakat bahwa peminum minuman khmar dapat di kenai
had. Khamar dan narkoba memiliki ‘illat yang sama, walaupun dalam Al-qur’an
tidak disebutkan pengharaman narkoba, tetapi karena memiliki ‘illat yang sama
yaitu memabukkan dan merusak akal, maka hukum khamr sama halnya dengan
narkoba.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penafsiran Ayat Al-Qur’an tentang Minum Khmar?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui penafsiran Ayat Al-Qur’an tentang Minum Khmar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.QS. Al-Baqarah Ayat 219


‫اس َواِ ْث ُمهُ َمٓا اَ ْكبَ ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم ۗا‬ ِ ۖ َّ‫ع لِلن‬Qُ ِ‫َك َع ِن ْالخَ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ۗ ِر قُلْ فِ ْي ِه َمٓا اِ ْث ٌم َكبِ ْي ٌر َّو َمنَاف‬Qَ ‫يَ ْسـَٔلُوْ ن‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُوْ ۙن‬ ‫هّٰللا‬ َ ِ‫ك َما َذا يُ ْنفِقُوْ نَ ۗە قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو َك ٰذل‬
ِ ‫ك يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬ َ َ‫َويَ ْسـَٔلُوْ ن‬
“Mereka menanyakan kepadamu ( Muhammad) tentang khamar dan judi.
Katakanlah,” pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat
bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” Dan
mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka
infakkan. Katakanlah, “Kelebihan ( dari apa yang diperlukan).”
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-nya kepadamu agar kamu
memikirkan,”(QS. Al-Baqarah: 219)

B. Penjelasan Makna Mufrodat


Al-khamr berarti “Minuman Keras” berasal dari kata khamara-yakmuru
yang berarti “menutupi”. Segala sesuatu yang berfungsi sebagai penutup
disebut khimr. Kemudian kata itu lebih populer diartikan sebagai kerudung
atau tutup kepala perempuan, seperti yang terdapat di dalam Surah An-Nur
ayat 31 arti lain dari khamr adalah “Minuman yang memabukkan”. Minuman
yang memabukkan disebut khamr, karena ia berdampak negatif yang dapat
menutup atau melenyapkan akal pikiran. Kata khamr yang berarti minuman
keras.
Menurut Imam Abu Hanifah,khamr adalah minuman memabukkan yang
terbuat dari perasan anggur saja. Adapun yang memabukkan yang terbuat dari
anggur dan gandum tidak disebut khamar,tetapi disebut nabidz.
Para jumhur ulama (Imam Maliki,Syafi’I dan Hambali) berpendapat
bahwa khamr adalah semua minuman yang memabukkan,baik dari perasan
anggur,kurma,gandum,atau yang lainnya. Berdasarkan hadist :

” Dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Setiap

2
yang memabukkan adalah khamar, dan setiap yang memabukkan
adalah haram”.1
Berdasarkan hadist tersebut, maka segala zat yang menyebabkan orang
yang mengonsumsinya dapat kehilangan kesadaran seperti aneka macam obat
termasuk kategori narkoba (narkotika, psikotropika, dan obat berbahaya
lainnya) maka haram hukumnya.

C. Munasabah Ayat
Dalam ayat-ayat yang lalu kaum Muslimin mengemukakan pertanyaan
kepada Nabi Muhammad saw tentang berperang pada bulan Haram, maka pada
Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 219 mereka menanyakan pula tentang hukum
minum khamr. Ayat ini jelas memaparkan bahaya khamar yang besar. Namun
jika dilihat ayat yang mengitari ayat ini sama sekali tidak menunjukkan hal itu.
Jika dilihat dalam buku-buku tafsir yang memaksakan bahwa ayat ini sebagai
ayat yang mula-mula pengharaman khamar maka ditemukan dalam buku itu
bercerita tentang kisah kebimbangan Umar terhadap permasalahan khamar.
Ketika ayat ini turun Umar merasa ayat ini melarang untuk mengkonsumsi
khamar, namun tidak ada kata larangan. Hanya sebatas pemberitahuan,
sehingga beliau dan para sahabat lain masih meminumnya. Maka beliau
bimbang dan berdoa agar diberi penjelasan yang memadai perihal pelarangan
kahamar. Dari kisah inilah disimpulkan beberapa kalangan mufassir dan fuqaha
bahwa ayat ini ayat yang mula-mula berbicara tentang keharaman khamar.

D. Asbabun Nuzul
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu
Hurairah diterangkan sebab turun ayat ini, ketika Rasulullah telah berada
dimadinah dilihatnya para sahabat ada yang minum khamar dan berjudi, dan
hal itu sudah menjadi kebiasaan mereka sejak zaman nenek moyang mereka.
Para sahabat bertanya kepada Rasulullah mengenai hukumnya, maka
turunlah ayat ini. Mereka memahami dari ayat-ayat ini bahwa minum khamar
dan berjudi itu tidak diharamkan, oleh agama islam, melainkan hanya
1
Abi al-Khusain Muslim bin Hajjad, Shahih Muslim , (Beirut: Darl Fikr ), juz 3, hlm,
100.

3
dikatakan bahayanya besar, lalu mereka masih terus minum khamar. Ketika
sholat maghrib, tampilah judi, seorang muhajirin menjadi imam. Di dalam
sholat, bacaanya banyak yang salah karena dia sedang mabuk sesudah minum
khamar, maka turunlah firman Allah dalam surah An-Nisa ayat 43 yang
berbunyi:
‫ارى َح ٰتّى تَ ْعلَ ُموْ ا َواَ ْنتُ ْم اَل تَ ْق َربُوا الص َّٰلوةَ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا‬
ٰ ‫َما تَقُوْ لُوْ نَ َواَل ُس َك‬
…‫ ُجنُبًا اِاَّل عَابِ ِريْ َسبِي ٍْل َح ٰتّى‬Q‫تَ ْغتَ ِسلُوْ ا‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati sholat
dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu uncapkan”
(Q.S An-Nisa ayat 43)
Sesudah turun ayat melarang khamar ini, turun ayat yang lebih tegas lagi
menyuruh mereka berhenti sama sekali dari meminum khamar yang terdapat
dalam firman Allah surah Al-Maidah ayat 90-91 yang berbunyi:

‫ ْالخَ ْم ُر َو ْال َمي ِْس ُر ٰيٓاَيُّهَا‬Q‫صابُاِنَّ َما‬ Qٌ ْ‫لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ نَ فَاجْ تَنِبُوْ هُ َع َم ِل ال َّشي ْٰطنِ ِرج‬
َ ‫س ِّم ْن َوااْل َ ْزاَل ُم َوااْل َ ْن‬
‫الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras,


berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak
panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah(perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (Q.S Al-
Maidah ayat 90)

ُ َ‫ر َوي‬Qِ ‫ء فِى ْال َخ ْم ِر َو ْال َمي ِْس‬Qَ ‫ض ۤا‬


‫م ع َْن‬Qْ ‫ص َّد ُك‬ َ ‫اِنَّ َما ي ُِر ْي ُد ال َّشي ْٰطنُ اَ ْن يُّوْ قِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعد‬
َ ‫َاوةَ َو ْالبَ ْغ‬
َ‫ِذ ْك ِر هّٰللا ِ َو َع ِن الص َّٰلو ِة فَهَلْ اَ ْنتُ ْم ُّم ْنتَهُوْ ن‬
“Dengan menuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud
menimbulkan permusushan dan kebencian di antara kamu, dan
menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan
sholat, dan tidakkah kamu mau berhenti.” (Q.S Al-Maidah ayat 91)

4
Sesudah turun ayat-ayat yang lebih tegas ini, mereka berkata, “Ya Tuhan
kami, pasti kami berhenti minum khamr dan berjudi.”2

E. Penafsiran Ayat
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang minuman keras dan
judi,” (potongan Qs. Al-Baqarah ayat 219). Rasulullah telah disuruh
memberikan jawaban yang berisi mendidik yang mengajak berfikir,
“Katakanlah: Pada keduanya itu ada dosa besar dan ada (pula) beberapa
manfaat bagi manusia.” Adapun dosa besarnya tentu sudah sama dirasakan
pada waktu itu. Orang minum sampai mabuk, tidak akan dapat lagi
mengendalikan diri dan akal budinya. Nafsu-nafsu buruk yang selama ini dapat
ditekan dengan kesopanan, apabila telah mabuk tidak mampu lagi
dikendalikan, sehingga jatuhlah kemanusiaan orang itu. Orang yang mabuk
dengan tidak sadar, bisa memukul orang lain, ataupun sampai membunuh.
Kelak ketika ia sudah sadar, maka yang tinggal hanya penyesalan. Meminum
khamar dapat merusak pencernaan karena panas bekasnya, meskipun
manfaatnya ada, seperti orang yang tadinya kurang berani, namun kalau sudah
meminumnya menjadi berani dan gagah, tidak takut menghadapi musuh.
Disini Rasulullah telah diperintahkan Allah SWT menyampaikan ajaran
berfikir kepada umat dengan dua jalan:
1) Pertimbangkanlah terlebih dahulu manakah yang besar dosanya
daripada manfaatnya. Dosa lebih besar dan manfaatnya hanya sedikit.
Berkali-kali orang mabuk dan akalnya hilang, diri tidak terkendalikan,
agama jadi kacau, shalat berceceran, kadang-kadang membuat malu
dihadapan orang banyak, orang peminum rusak jasmani dan
rohaninya, rusak jantungnya. Hanya sekali dalam ratusan kali ada
orang yang dapat manfaat, kuat badannya dan berani berperang.
Itupun juga berbahaya, kalau keberanian saat berperang lantaran
minum terlebih dahulu, maka bila habis pengaruh minuman itu,
keberanian pun lenyap.

2
Kementerian Agama RI, Al-qur’an dan Tafsirnya, (Jakarta: Penerbit Lentera Abadi,
2010), hlm. 320-321.

5
2) Nabi SAW telah diwahyukan Allah, mendapat perintah menyuruh
umatnya yang beriman untuk mempertimbangkan dengan seksama
tiap-tiap perbuatan sebab sebagai pada minuman, dan pada yang
lainpun demikian pula. Segala perkara didunia ini tidaklah ada yang
semata-mata buruk, dalam buruk ada baiknya. Tidaklah semata-mata
baik, dalam baik ada buruknya. Sehingga berperangpun, dikatakan
bahwa peperangan pada umumnya tidak disukai. Tetapi tidaklah
segala yang tidak disukai itu semuanya bermanfaat, maka
pertimbangkanlah suatu hal dalam mengaji mana yang lebih besar
manfaat daripada mudharatnya. 3
Larangan minum khamar, diturunkan secara berangsur-angsur. Sebab
minum khamar itu sudah menjadi kebiasaan yang mendarah daging sejak
zaman Jahiliah. Kalau dilarang sekaligus, dikhawatirkan akan sangat
memberatkan bagi mereka. Mula-mula dikatakan bahwa dosanya sangat besar,
kemudian dikatakan orang mabuk tidak boleh mengerjakan sholat, dan terakhir
minum khamar itu adalah keji dan termasuk perbuatan setan. Kemudian
mereka dicela dengan mengatakan, “Apakah kamu belum mau juga berhenti
meminumnya?” tegasnya: minum khamar dan judi itu dilarang dan haram
hukumnya.
Yang dimaksud dengan khamar menurut pendapat jumhur ulama ialah
semua minuman yang memabukkan, walaupun terbuat dari bahan apa saja. Jadi
minum apa saja yang memabukkan, hukumnya haram, baik sedikit ataupun
banyak. Semua ahli kesehatan sependapat, baik dahulu maupun sekarang,
bahwa minum khamar itu banyak sekali bahayanya. Allah tidak akan melarang
sesuatu, kalau tidak berbahaya bagi manusia.
Quraish Shihab menjelaskan bahwa yang disebut khamr adalah segala
sesuatu yang memabukkan, apapun bahan mentahnya. Minuman yang
berpotensi memabukkan bila diminum dengan kadar normal oleh seorang
normal, maka minuman itu adalah khamr sehingga sehingga haram hukum
meminumnya, baik yang diminum banyak atau tidak. Jika demikian,
keharaman minuman keras bukan karena adanya bahan alkoholik pada
3
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 1-3, (Jakarta: Penerbit Pustaka Panjimas, 1982), hlm.186-
187.

6
minuman itu, tetapi karena adanya potensi memabukkan serta merusak akal
dan jiwa.4
Sudah tidak diragukan bahwa minum khamr itu berbahaya bagi kesehatan,
akal pikiran dan urat syaraf, serta harta benda dan keluarga. Minuman khamar
sama dengan menghisap candu, narkotika, dan obat-obatan terlarang( narkoba)
yang menimbulkan ketagihan. Seseorang yang telah ketagihan minum khamar,
baginya tidak ada nilainya harta benda, berapa saja harga khamar itu akan
dibelinya.
Dengan demikian, khamar membahayakan dalam pergaulan masyarakat,
menimbulkan permusuhan, perkelahian, dan sebagainya. Rumah tangga akan
kacau, tetangga tidak aman dan masyarakat akan rusak, karena minum
khamar.5

BAB III
PENUTUP
4
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-qur’an, vol. 1,
(Jakarta: Lentera Hati, cet. 2, 2004), hlm. 467.
5
Kementerian Agama RI, Al-qur’an dan Tafsirnya, Op.cit., hlm. 322.

7
A. Kesimpulan
Dapat kita simpulkan dan dapat kita pahami bahwa khamr sendiri
memiliki arti minuman yang memabukkan dan dapat menghilangkan akal
pikiran dan kesadaran yang meminumnya. Minuman khamr dapat menutup
akal seseorang. Khamr sendiri adalah minuman yang dapat menghilangkan
akal seseorang, minuman khamr sendiri berasal dari perasan anggur dan kurma
yang di fermentasi dan lalu dijadikan minuman yang memabukkan oleh si
pembuat minuman. Khamr sendiri adalah minuman yang haram hukumnya jika
kita minum dan dosanya sangatlah besar. Lebih baik kita menjauhinya dan
tidak meminumnya karena dosanya yang besar dan tidak ada khasiatnya selain
hanya menghilangkan akal dan pikiran kita dan membuat kita menjadi
sengsara.
Walaupun minuman khamr ada khasiatnya yaitu menghangatkan tubuh
kita di saat musim dingin tiba tetapi, kemudharatannya lebih besar daripada
manfaatnya. Orang-orang yang menjual khamr bisa dikenakan hukuman had
dan yang meminumnya bisa di kenakan hukuman juga. Allah menurunkan
larangan meminum khamar secara bertahap agar yang suka minum khamr bisa
meninggalkan kebiasaan yang sudah ada sejak zaman nenen moyang mereka
dan sudah ada pada zaman jahiliyah dulunya.
B. Saran
Tentunya penulis menyadari, bahwasanya penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah dengan berpedoman pada beberapa sumber dan
kritik yang membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

8
Abi al-Khusain Muslim bin Hajjad, Shahih Muslim , (Beirut: Darl Fikr ),
juz 3.
M. Quraisy Shihab. 2004. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-qur’an, vol. 1. Jakarta: Lentera Hati.
Hamka. 1982. Tafsir Al-Azhar, Juz 1-3. Jakarta: Penerbit Pustaka
Panjimas.
Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid I. Jakarta:
Penerbit Lentera Abadi.

Anda mungkin juga menyukai