Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HADIS EKONOMI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis

Dosen Pengampu : Dr. H. Syamsul Hilal, M. Ag

Disusun Oleh :
KELOMPOK XXIX

Fatimah Shobiyatun Rosayanti 2251010350


Ria Maya Sari 2251010136

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala rasa puji syukur kepada Allah pemberi nikmat pemberi
kebahagiaan, pemberi kedamaian bagi manusia. Shalawat dan salam selalu dilafazkan
kepada nabi Muhammad SAW. keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya.
Rasa syukur yang tidak terhingga akhirnya makalah yang berjudul “IHTIKAR” ini
dapat kami selesaikan dengan baik.
Kami kelompok XXIX berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang ihtikar atau penimbunan. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT. berikan kepada kami sehingga makalah ini
dapat kami susun dengan sebaik-baiknya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
ataupun adanya ketidaksesuaian materi yang kami jelaskan pada makalah ini, kami
mohon maaf. Kelompok XXIX menerima kritik dan saran dari semua pembaca agar
bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Bandar Lampung, 10 November 2023

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang...................................................................................... 1
B.Rumusan Masalah................................................................................. 2
C.Tujuan Masalah.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A.HADIS HASAN NO. 8263................................................................... 3


1. Hadis Utama..................................................................................... 3
2. Kosa Kata......................................................................................... 3
3. Asbabul Wurud................................................................................ 3
4. Status Hadis...................................................................................... 4
5. Kandungan Hadis............................................................................. 6
B.Hadis Hasan No. 4648.......................................................................... 6
1. Hadis Utama..................................................................................... 6
2. Kosa Kata......................................................................................... 7
3. Asbabul Wurud................................................................................ 7
4. Kandung Hadis................................................................................. 7
5. Kandungan Hadis............................................................................. 9
C.Hasis Ibnu Majah No. 2146.................................................................. 10
1. Hadis Utama..................................................................................... 10
2. Hadis Penguat................................................................................... 12
3. Kosa Kata......................................................................................... 12
4. Asbabul Wurud................................................................................ 12
5. Kandungan Hadis............................................................................. 15

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ihtikar secara terminologi adalah jika seseorang membeli makanan pada
saat harga mahal, kemudian ia menimbunnya untuk dijual dengan harga lebih
mahal ketika kebutuhan terhadap makanan tersebut mendesak. Menimbun
dalam bahasa Arab adalah ihtikar dari kata ihtikarayahtakiru yang bermakna
secara bahasa adalah alhabsu (menahan) dan aljam’u (mengumpulkan) secara
etimologi ialah perbuatan menimbun, pengumpulan (barang-barang) atau
tempat untuk menimbun. Ihtikar ini sering kali diterjemahkan sebagai
monopoli dan atau penimbunan. Padahal sebenarnya Ihtikar tidak monopoli
dan atau penimbunan.
Dalam Islam, siapapun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-
satunya penjual (monopoli) atau ada penjual lain. Menyimpan stock barang
untuk keperluan persediaanpun tidak dilarang dalam Islam. Jadi monopoli itu
boleh saja, demikian pula menyimpan persediaan. Yang dilarang adalah
Ihtikar, yaitu mengambil keuntungan di atas keuntungan normal dengan cara
menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi, atau istilah
ekonominya monopoly’s rent-seeking. Jadi dalam Islam, monopoli boleh.
Sedangkan monopoly’s rent-seeking tidak boleh. (Adiwarman A. Karim, :
185). Rasulullah telah melarang praktek ihtikar, yaitu secara sengaja menahan
atau menimbun barang, terutama pada saat terjadinya kelangkaan, dengan
tujuan untuk menaikan harga dikemudian hari. Akibat dari ihtikar ini
masyarakat luas akan dirugikan oleh sekelompok yang lain. Agar harga dapat
kembali ke posisi semula maka pemerintah dapat melakukan berbagai upaya
menghilangkan penimbunan ini. (Ulfa Jamilatul Farida, Jurnal Ekonomi
Islam La_Riba, Vol VI, No. 2, Desemeber 2012, : 265.)
Dalam pokok pembahasan materi Ihtikar terdapat tiga hadis utama dan
satu hadis pendukung. Hadis utama ada pada kitab Ahmad nomor 8263 dan
4648. Selain itu hadis utama juga terdapat pada kitab Ibnu Majah nomor

1
2146. Sedangkan untuk hadis pendukung ada pada kitab Ibnu Majah nomor
130.
Di kalangan ulama memang terdapat perbedaan tentang barang yang
terlarang untuk dijadikan obyek ihtikar. Namun, tampaknya ada kesamaan
persepsi tentang tidak bolehnya ihtikar terhadap kebutuhan pokok. Imam
Nawawi dengan tegas mengatakan ihtikar terhadap kebutuhan pokok haram
hukumnya. Pendapat An-Nawawi ini sangat rasional, karena kebutuhan
pokok menyangkut hajat hidup orang banyak. Namun harus dicatat, bahwa
banyak sekali terjadi pergeseran kebutuhan. Dulu mungkin suatu produk tidak
begitu dibutuhkan dan tidak mengganggu kehidupan sosial, tetapi kini produk
itu mungkin menjadi kebutuhan utama, misalnya minyak, obat-obatan, dan
lain sebagainya. Karena itu kita tak boleh terjebak kepada klasifikasi barang
yang tak boleh ditimbun dan barang yang boleh, tetapi perlu dirumuskan
bahwa setiap penimbunan yang bertujuan untuk kepentingan spekulasi
sehingga dampaknya mengganggu pasar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja hadis utama yang membahas tentang ihtikar?
2. Apa saja hadis pendukung yang berkaitan dengan hadis utama tentang
ihtikar?
3. Bagaimana Asbabul wurud dari hadis yang berkaitan dengan ihtikar?
4. Bagaimana status hadis dari hadis yang berkaitan dengan ihtikar?
5. Apa saja isi kandungan hadis dari hadis yang berkaitan dengan ihtikar?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


1. Untuk mengetahui hadis utama tentang ihtikar
2. Untuk mengetahui hadis pendukung tentang ihtikar
3. Untuk mengetahui asbabul wurud dari hadis ihtikar
4. Untuk mengetahui satatus hadis daari hadis ihtikar
5. Untuk mengetahui kandungan hadis dari hadis ihtikar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. HADIS AHMAD NO. 8263


1. HADIS UTAMA
Ahmad : 8263

‫َح َّد َثَنا ُس َر ْيٌج َح َّد َثَنا َأُبو َم ْع َش ٍر َعْن َحُمَّم ِد ْبِن َعْم ِر و ْبِن َعْلَق َم َة َعْن َأيِب َس َلَم َة‬

‫َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َقاَل َقاَل َرُس وُل الَّلِه َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َمْن اْح َتَك َر ُح ْك َر ًة‬
‫ِط‬ ‫ِلِم‬ ‫ِل‬
‫ُيِر يُد َأْن ُيْغ َي َهِبا َعَلى اْلُمْس َني َفُه َو َخ ا ٌئ‬
Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami Suraij berkata; telah menceritakan
kepada kami Abu Ma'syar dari Muhammad bin 'Amru bin Alqomah dari Abu
Salamah dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
Bersabda: "Barangsiapa menimbun (bahan makanan) dengan maksud
menaikkan harga atas kaum muslimin maka ia telah berdosa."

2. KOSA KATA

‫ حََّد َنا‬: Telah Menceritakan


‫َث‬

‫كنز‬ : Menimbun

‫ مسر‬: Harga
3. ASBABUL WURUD
Telah menceritakan kepada kami Suraij berkata; telah menceritakan
kepada kami Abu Ma'syar dari Muhammad bin 'Amru bin Alqomah dari Abu
Salamah dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

3
Bersabda: "Barangsiapa menimbun (bahan makanan) dengan maksud
menaikkan harga atas kaum muslimin maka ia telah berdosa."

4. STATUS HADIS
a. Kuantitas
Jika dilihat dari segi kuantitasnya hadis ini termasuk hadis mutawatir.
b. Kualitas
Jika dilihat dari kualitasnya hadis ini termasuk hadis shohih.
c. Sanad
Jalur Sanad
Abdur Rahman bin Shakhr

Abdullah bin ‘Abdur Rahman bin ‘Aruf

Muhammad bin ‘Amru bin ‘Alqamah bin Waqash

Najih bin ‘Abdur Rahman

Suraij bin An Nu’man bin Marwan

Nama Lengkap : Abdur Rahman bin Shakhr


Kalangan : Sahabat
Kuniyah : Abu Hurairah
Negeri : Madinah
Wafat : 57 H
Sahabat ialah orang yang bertemu rasulullah sahallahu'alaihi wa sallam
dan ia seorang muslim sampai akhir hayatnya.

4
Nama Lengkap : Abdullah bin 'Abdur Rahman bin 'Auf
Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu Salamah
Negeri : Madinah
Wafat : 94 H
Tsaqah/ Mutqin/ ‘Adil = Perawi mempunyai sifat ‘adil dan kuat
hafalannya.

Nama Lengkap : Muhammad bin 'Amru bin 'Alqamah bin Waqash


Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu 'Abdullah
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 145 H
Tsaqah/ Mutqin/ ‘Adil = Perawi mempunyai sifat ‘adil dan kuat
hafalannya.

Nama Lengkap : Najih bin 'Abdur Rahman


Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu Ma'syar
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 170 H
Maqbul = Perawi yang diterima periwayatannya dan dapat dijadikan
sebagai hujjah.

Nama Lengkap : Suraij bin An Nu'man bin Marwan


Kalangan : Tabi'ul Atba' kalangan tua
Kuniyah : Abu Al Husain
Negeri semasa hidup : Baghdad
Wafat : 217 H
Tsaqah/ Mutqin/ ‘Adil = Perawi mempunyai sifat ‘adil dan kuat
hafalannya.

5
d. Matan
Matan pada hadis utama menjelaskan bahwa barangsiapa menimbun
(bahan makanan) dengan maksud menaikkan harga atas kaum muslimin
maka ia telah berdosa.

5. KANDUNGAN HADIS
Hadis ini menceritakan mengenai penimbunan bahan makanan. Barang
siapa yang menimbun bahan makanan dengan maksud meninggikan harga
makan terhadap sesama muslim maka ia telah berdosa.

B. HADIS AHMAD NO. 4648


1. HADIS UTAMA

Ahmad : 4648

‫َح َّد َثَنا َيِز يُد َأْخ َبَر َنا َأْص َبُغ ْبُن َز ْيٍد َح َّد َثَنا َأُبو ِبْش ٍر َعْن َأيِب الَّز اِه ِر َّيِة َعْن َك ِثِري ْبِن‬
‫ُمَّر َة اَحْلْض َر ِم ِّي َعِن اْبِن ُعَمَر َعْن الَّنِّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َمْن اْح َتَك َر َطَعاًم ا‬
‫ٍة‬ ‫ِم‬ ‫ِم ِه‬ ‫ِع‬
‫َأْر َب َني َلْيَلًة َفَقْد َبِر َئ ْن الَّل َتَعاىَل َو َبِر َئ الَّلُه َتَعاىَل ْنُه َو َأَمُّيا َأْه ُل َعْر َص‬
‫َأْص َبَح ِفيِه ْم اْم ُر ٌؤ َج اِئٌع َفَقْد َبِر َئْت ِم ْنُه ْم ِذَّم ُة الَّلِه َتَعاىَل‬
Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami Yazid telah mengabarkan kepada kami
Ashbagh bin Zaid telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr dari Abu Az
Zahiriyyah dari Katsir bin Murrah Al Hadlrami dari Ibnu Umar dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa menimbun makanan hingga empat
puluh malam, berarti ia telah berlepas diri dari Allah Ta'ala dan Allah Ta'ala
juga berlepas diri dari-Nya. Dan siapa saja memiliki harta melimpah sedang
di tengah-tengah mereka ada seorang yang kelaparan, maka sungguh
perlindungan Allah Ta'ala telah terlepas dari mereka.”

6
2. KOSA KATA

‫م‬ ‫طما‬ : Makanan

‫َم ال‬ : Harta

‫ متضورجوًء ا‬: Kelaparan

3. ASBABUL WURUD
Telah menceritakan kepada kami Yazid telah mengabarkan kepada kami
Ashbagh bin Zaid telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr dari Abu Az
Zahiriyyah dari Katsir bin Murrah Al Hadlrami dari Ibnu Umar dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa menimbun makanan hingga empat
puluh malam, berarti ia telah berlepas diri dari Allah Ta'ala dan Allah Ta'ala
juga berlepas diri dari-Nya. Dan siapa saja memiliki harta melimpah sedang
di tengah-tengah mereka ada seorang yang kelaparan, maka sungguh
perlindungan Allah Ta'ala telah terlepas dari mereka.”

4. STATUS HADIS
a. Kuantitas
Jika dilihat dari kuantitasnya hadis ini termasuk hadis mutawatir.
b. Kualitas
Jika dilihat dari kualitasnya hadis ini termasuk hadis hasan.
c. Sanad
Jalur Sanad
Abdullah bin 'Umar bin Al
Khaththab bin Nufail

Katsir bin Murrah

Hudair bin Kuraib

Ja’far bin Iyas bin Abi Wahsyiyah

7
Ashbagh bin Zaid bin ‘Ali

Yazid bin Harun

Nama Lengkap : Abdullah bin 'Umar bin Al Khaththab bin Nufail


Kalangan : Shahabat
Kuniyah : Abu 'Abdur Rahman
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 73 H
Sahabat ialah orang yang bertemu rasulullah sahallahu'alaihi wa sallam
dan ia seorang muslim sampai akhir hayatnya.

Nama Lengkap : Katsir bin Murrah


Kalangan : Tabi'in kalangan tua
Kuniyah : Abu Syajarah
Negeri semasa hidup : Syam
Tsaqah/ Mutqin/ ‘Adil = Perawi mempunyai sifat ‘adil dan kuat
hafalannya.

Nama Lengkap : Hudair bin Kuraib


Kalangan :Tabi'in kalangan pertengahan
Kuniyah : Abu Az Zahiriyyah
Negeri semasa hidup : Syam
Shaduq La ba’ sa bihi = Perawi yang jujur terhadap apa yang diberitakan
dan perawi tersebut tidak bermasalah (cacat dalam periwayatannya).

Nama Lengkap : Ja'far bin Iyas bin Abi Wahsyiyah


Kalangan : Tabi'in kalangan biasa
Kuniyah : Abu Bisyir
Negeri semasa hidup : Hait

8
Wafat : 125 H
Tsaqah/ Mutqin/ ‘Adil = Perawi mempunyai sifat ‘adil dan kuat
hafalannya.

Nama Lengkap : Ashbagh bin Zaid bin 'Ali


Kalangan : Tabi'in (tdk jumpa Shahabat)
Kuniyah : Abu 'Abdullah
Negeri semasa hidup : Hait
Wafat : 157 H
Shaduq, buruk hapalannya = Perawi yang jujur terhadap apa yang
diberitakan, tetapi ia memiliki hapalan yang buruk dan sering keliru dalam
periwayatan.

d. Matan
Telah menceritakan kepada kami Yazid telah mengabarkan kepada
kami Ashbagh bin Zaid telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr dari
Abu Az Zahiriyyah dari Katsir bin Murrah Al Hadlrami dari Ibnu Umar
dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Barangsiapa menimbun makanan
hingga empat puluh malam, berarti ia telah berlepas diri dari Allah Ta'ala
dan Allah Ta'ala juga berlepas diri dari-Nya. Dan siapa saja memiliki harta
melimpah sedang di tengah-tengah mereka ada seorang yang kelaparan,
maka sungguh perlindungan Allah Ta'ala telah terlepas dari mereka.”

5. KANDUNGAN HADIS
Hadis ini menceritakan tentang penimbunan. Barang siapa yang
menimbun makanan sampai 40 hari dan bagi setiap orang yang memiliki
harta berlimpah sedangkan disekitarnya mereka ada seseorang yang
kelaparan, maka sengguh perlindungan Allah Ta’ala telah terlepas dari
mereka.

9
C. HADIS IBNU MAJAH NO.2146
1. HADIS UTAMA

Ibnu Majah No. 2146

‫َح َّد َثَنا ْحَيىَي ْبُن َح ِكيٍم َح َّد َثَنا َأُبو َبْك ٍر اَحْلَنِف ُّي َح َّد َثَنا اَهْلْيَثُم ْبُن َر اِفٍع َح َّد َثيِن َأُبو‬
‫ِمَس‬
‫ْحَيىَي اْلَم ِّك ُّي َعْن َفُّر وَخ َمْو ىَل ُعْثَم اَن ْبِن َعَّف اَن َعْن ُعَمَر ْبِن اَخْلَّطاِب َقاَل ْعُت‬
‫ِلِم‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬
‫َرُس وَل الَّل َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َيُقوُل َمْن اْح َتَك َر َعَلى اْلُمْس َني َطَعاًم ا َض َر َبُه‬
‫الَّلُه ِباُجْلَذ اِم َو اِإْل ْفاَل ِس‬
Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hakim berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr Al Hanafi berkata, telah menceritakan
kepada kami Al Haitsam bin Rafi' berkata, telah menceritakan kepadaku Abu
Yahya Al Makki dari Farukh -mantan budak Utsman bin Affan- dari Umar
Ibnul Khaththab ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa menimbun makanan atas kaum muslimin,
maka Allah akan menghukumnya dengan penyakit dan kerugian."

2. HADIS PENGUAT

Sumber : Ahmad
Kitab : Musnad sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga
Bab : Awal musnad Umar bin Al Khattab Radliyallahu ‘anhu
No. Hadist : 130

‫َح َّد َثَنا َأُبو َس ِعيٍد َمْو ىَل َبيِن َه اِش ٍم َح َّد َثَنا اَهْلْيَثُم ْبُن َر اِفٍع الَّطاَطِر ُّي َبْص ِر ٌّي‬
‫ِض‬ ‫ِم‬
‫َح َّد َثيِن َأُبو ْحَيىَي َرُج ٌل ْن َأْه ِل َم َّك َة َعْن َفُّر وَخ َمْو ىَل ُعْثَم اَن َأَّن ُعَمَر َر َي الَّلُه‬
‫َعْنُه َو ُه َو َيْو َم ِئٍذ َأِم ُري اْلُم ْؤ ِمِنَني َخ َر َج ِإىَل اْلَمْس ِج ِد َفَر َأى َطَعاًم ا َم ْنُثوًر ا َفَق اَل َم ا‬

10
‫َل ِقي ا َأِم‬ ‫ي‬‫َذ ا الَّط ا َق اُلوا َط ا ِل ِإَل ا َقاَل ا َك الَّل ِفيِه ِف‬
‫َع ٌم ُج َب ْيَن‬
‫َب َر ُه َو َم ْن َج َب َل َي َري‬
‫ُه‬ ‫َع ُم َف‬ ‫َه‬
‫اْلُم ْؤ ِمِنَني َفِإَّنُه َقْد اْح ُتِكَر َقاَل َو َمْن اْح َتَك َر ُه َقاُلوا َفُّر وُخ َمْو ىَل ُعْثَم اَن َو ُفاَل ٌن‬
‫ىَل ُع َفَأ ِإَلْيِه ا َفَد َعاَمُها َق اَل ا َمَحَلُك ا َعَلى اْح ِتَك اِر َط اِم‬
‫َع‬ ‫َم‬ ‫َف َم‬ ‫َمْو َمَر ْر َس َل َم‬
‫اْلُمْس ِلِم َني َقااَل َيا َأِم َري اْلُم ْؤ ِمِنَني َنْش ِرَت ي ِبَأْم َو اِلَنا َو َنِبيُع َفَق اَل ُعَمُر ِمَس ْعُت َرُس وَل‬
‫ِلِم‬ ‫ِه‬ ‫ِه‬
‫الَّل َص َّلى الَّلُه َعَلْي َو َس َّلَم َيُقوُل َمْن اْح َتَك َر َعَلى اْلُمْس َني َطَعاَمُه ْم َض َر َبُه الَّلُه‬
‫ِه‬ ‫ِمِن‬ ‫ِم‬ ‫ِع ِل‬
‫ِباِإْل ْفاَل ِس َأْو ُجِبَذ اٍم َفَق اَل َفُّر وُخ ْنَد َذ َك َيا َأ َري اْلُم ْؤ َني ُأَعا ُد الَّلَه‬
‫َو ُأَعاِه ُد َك َأْن اَل َأُعوَد يِف َطَعاٍم َأَبًد ا َو َأَّم ا َمْو ىَل ُعَمَر َفَق اَل ِإَمَّنا َنْش ِرَت ي ِبَأْم َو اِلَنا‬
‫َو َنِبيُع َقاَل َأُبو ْحَيىَي َفَلَقْد َر َأْيُت َمْو ىَل ُعَمَر ْجَمُذ وًم ا‬

Terjemahan :
Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id budak Bani Hasyim Telah
menceritakan kepada kami Al Haitsam Bin Rafi' Ath Thathari orang Bashrah
Telah menceritakan kepadaku Abu Yahya seorang lelaki penduduk Makkah
dari Farrukh hamba sahaya Utsman, bahwa Umar pada saat menjadi Amirul
Mukminin, dia keluar menuju masjid kemudian melihat makanan berserakan,
maka dia bertanya; "Makanan apa ini?" Mereka menjawab; "Makanan yang
di datangkan kepada kami, " maka dia berkata; "Semoga Allah memberkahi
makanan ini dan orang yang mendatangkannya, " kemudian ada yang berkata;
"Wahai Amirul Mukminin, makanan itu telah ditimbun, " Umar bertanya;
"Siapa yanga telah menimbunnya?" Mereka menjawab; "Farrukh hamba
sahaya Utsman dan Fulan hamba sahaya Umar, " maka Umar mengutus
utusan untuk memanggil keduanya, kemudian dia berkata; "Apa yang
mendorong kalian berdua untuk menimbun makanan kaum muslimin?"
Keduanya menjawab; "Wahai Amirul Mukminin, kami membeli dengan harta
kami dan menjual." Maka Umar menjawab; "Aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menimbun harta kaum
muslimin maka Allah akan menimpakan kepadanya kebangkrutan atau

11
penyakit kusta, " maka Farrukh ketika itu berkata; "Wahai Amirul Mukminin,
aku berjanji kepada Allah dan kepadamu untuk tidak akan mengulangi
menimbun makanan selamanya." Adapun hamba sahaya Umar dia berkata;
"Hanyasannya kami membeli dengan harta kami dan menjual." Abu yahya
berkata; "Maka sungguh aku melihat hamba sahaya Umar terkena penyakit
kusta."

3. KOSA KATA
‫ طمام‬: Makanan
: ‫ كنز‬Menimbun

4. ASBABUL WURUD
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Hakim berkata, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr Al Hanafi berkata, telah
menceritakan kepada kami Al Haitsam bin Rafi' berkata, telah
menceritakan kepadaku Abu Yahya Al Makki dari Farukh -mantan budak
Utsman bin Affan- dari Umar Ibnul Khaththab ia berkata, "Aku
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
menimbun makanan atas kaum muslimin, maka Allah akan
menghukumnya dengan penyakit dan kerugian."

5. STATUS HADIS
a. Kuantitas
Jika dilihat dari segi kuantitasnya hadis ini termasuk hadis mutawatir.

b. Kualitas
Jika dilihat dari segi kualitasnya hadis ini termasuk hadis hasan.

c. Sanad

Jalur Sanad
Umar bin Al Khaththab bin
Nufail

Farrukh

12
Mishda’

Al Haitsam bin Rafi’

Abdul Kabir bin ‘Abdul Majid bin ‘ Ubaidillah bin Syarik

Yahya bin Hakim

Nama Lengkap : Umar bin Al Khaththab bin Nufail


Kalangan : Shahabat
Kuniyah : Abu Hafsh
Negeri semasa hidup : Madinah
Wafat : 23
Sahabat ialah orang yang bertemu rasulullah sahallahu'alaihi wa sallam
dan ia seorang muslim sampai akhir hayatnya.

Nama Lengkap : Farrukh


Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan
Maqbul = Perawi yang diterima periwayatannya dan dapat dijadikan
sebagai hujjah.

Nama Lengkap : Mishda'


Kalangan : Tabi'in kalangan biasa
Kuniyah : Abu Yahya
Negeri semasa hidup : Madinah
Tsiqah/ Mutqin/`Adil = Perawi yang mempunyai sifat `adil dan kuat
hafalannya.

13
Nama Lengkap : Al Haitsam bin Rafi'
Kalangan : Tabi'in (tdk jumpa Shahabat)
Kuniyah : Abu Al Hakam
Negeri semasa hidup : Bashrah
Shaduq, buruk hapalannya = Perawi yang jujur terhadap apa yang
diberitakan, tetapi ia memiliki hapalan yang buruk dan sering keliru dalam
periwayatan.

Nama Lengkap : Abdul Kabir bin 'Abdul Majid bin 'Ubaidillah bin Syarik
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan biasa
Kuniyah : Abu Bakar
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 204 H
Tsiqah/ Mutqin/`Adil = Perawi yang mempunyai sifat `adil dan kuat
hafalannya.

Nama Lengkap : Yahya bin Hakim


Kalangan : Tabi'ul Atba' kalangan tua
Kuniyah : Abu Zakariya
Negeri semasa hidup : Bashrah
Wafat : 256 H
Tsiqah Tsiqah atau Tsiqah Hafidz ialah Perawi yang mempunyai
kredibilitas yang inggi, yang terkumpul pada dirinya sifat adil dan
hafalannya sangat kuat.

d. Matan
Matan pada hadis pertama menjelaskan bahwa barangsiapa menimbun
makanan atas kaum muslimin, maka Allah akan menghukumnya dengan
penyakit dan kerugian.

14
6. KANDUNGAN HADIS
Hadis ini menceritakan tentang penimbunan makanan terhadap kaum
muslim maka Allah akan memberikan hukuman terhadap mereka yaitu
memberi penyakit dan kerugian.

15
BAB III
KESIMPULAN

Hadis yang menjelaskan tentang ihtikar yang pertama adalah hadis dari
kitab Ahmad nomor 8263. Hadis ini memiliki asbabul wurud. Status hadis ini
memiliki kuantitas sebagai hadis mutawatir karena perawinya lebih dari empat
dan kualitas hadisnya termasuk kedalam hadis shohih karena hadis ini termasuk
hadis Tsaqah/ Mutqin/ ‘Adil ialah hadis yang perawi mempunyai sifat ‘adil dan
kuat hafalannya.Kandungan hadis ini yaitu tentang penimbunan bahan makanan
dan barang siapa yang menimbun bahan makanan dengan maksud meninggikan
harga makan terhadap sesama muslim maka ia telah berdosa.
Hadis menjelaskan tentang ihtikar yang kedua adalah hadis dari kitab
Ahmad nomor 4648. Hadis ini memiliki ababul wurud. Status hadis ini memiliki
kuantitas sebagai hadis mutawatir karena perawinya lebih dari empat dan kualitas
hadisnya termasuk kedalam hadis hados hasan karena hadis ini termasuk hasis
shaduq, buruk hapalannya ialah hadis yang perawi yang jujur terhadap apa yang
diberitakan, tetapi ia memiliki hapalan yang buruk dan sering keliru dalam
periwayatan. Kandungan hadis ini yaitu bagi siapapun yang menimbun makanan
sampai dengan 40 hari dan bagi setiap orang yang memiliki harta berlimpah
sedangkan disekitarnya mereka ada seseorang yang kelaparan, maka sengguh
perlindungan Allah Ta’ala telah terlepas dari mereka.
Hadis menjelaskan tentang ihtikar yang kedua adalah hadis dari kitab Ibnu
majah nomor 2146. Hadis ini memiliki ababul wurud. Status hadis ini memiliki
kuantitas sebagai hadis mutawatir karena perawinya lebih dari empat dan kualitas
hadisnya termasuk kedalam hadis hados hasan karena hadis ini termasuk hasis
shaduq, buruk hapalannya ialah hadis yang perawi yang jujur terhadap apa yang
diberitakan, tetapi ia memiliki hapalan yang buruk dan sering keliru dalam
periwayatan. Kandungan hadis ini yaitu tentang hukuman yang di berikan oleh

16
Allah terhadap seseorang yang menimbun makanan terhadap kaum muslim maka
Allah akan memberinya penyakit dan kerugian.

DAFTAR PUSTAKA
Kutubut Tis’ah

Ahmad. (t.thn.). Kitab Musnad, Bab Musnad Abdullah bin Umar bin Al Khattab
Radliyallahu ta'ala 'anhuma, no hadis, 4648.

Ahmad. (t.thn.). Kitab Sisa Musnad Bab Musnad Abu Hurairah Radliyallahu
'anhu, no hadis, 8263.

Majah, I. (t.thn.). Kitab Perdagangan Bab Penimbun dan Importir, no hadis, 2146.

Muhammad Deni Putra, F. A. (2019). Dampak Ihtikar Terhadap Mekanisme Pasar


Dalam Perspektif Islam. 184-191.

17

Anda mungkin juga menyukai