Anda di halaman 1dari 10

COVER

MAKALAH
BENTUK-BENTUK HADITS
(Diajukan Guna Memenuhi Tugas Makalah Kelompok Ulumul Hadist)

DISUSUN OLEH:
1. NUFAISAH ANDINI PUTRI 2131060200
2. FANI ATUROHMA 2131060127
3. GALUH MAHARANI 2131060093
4. FARADEA RAHMATUN 2131060025
5. HANA MARLIANA 2131060212

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Bentuk-Bentuk
Hadits ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Dosen pada Mata Kuliah Ulumul Hadits. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Bentuk-Bentuk Hadits bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Iin Yulianti, M.A selaku Dosen
Ulumul Hadits yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Lampung, 17 September 2022

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
2.1 Bentuk-Bentuk Hadits ..................................................................................................... 5
2.1.1 Hadits Qauly ............................................................................................................ 6
2.1.2 Hadits Fi’ly .............................................................................................................. 6
2.1.3 Hadits Taqriry .......................................................................................................... 7
2.1.4 Hadits Hammy ......................................................................................................... 8
2.1.5 Hadits Ahwaly ......................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 9
3.2 Saran ............................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al Quran dan hadits merupakan pedoman bagi seluruh umat Islam di dunia
yang mengatur kehidupan mereka. “Aku tinggalkan dua warisan, selama kedua-
duanya kamu pegang teguh maka kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Al-
Qur`an dan Sunah Rasulnya (hadits)". Itulah perkataan nabi untuk seluruh umat
manusia.
Hadist merupakan sumber pokok kedua dari ajaran Islam, maka hadist- hadist
yang dijadikan dasar untuk melaksanakan ajaran Islam haruslah yang sahih dan
autentik, bukan hadis yang lemah, apalagi palsu. Untuk mengetahui otentisitas dan
tingkat validitas hadis tersebut diperlukan suatu penelitian yang cermat, terutama
meriwayatkannya. Memahami bentuk-bentuknya merupakan suatu ilmu yang penting
dipelajari oleh setiap muslim. Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan
menjabarkan tentang bentuk-bentuk hadits yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud hadits qauly?
2. Apakah yang dimaksud hadits fi’ly?
3. Apakah yang dimaksud hadits taqiry?
4. Apakah yang dimaksud hadits hammy?
5. Apakah yang dimaksud hadits ahwaly?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian hadits qauly
2. Untuk menjelaskan pengertian hadits fi’ly
3. Untuk menjelaskan pengertian hadits taqiry
4. Untuk menjelaskan pengertian hadits hammy
5. Untuk menjelaskan pengertian hadits ahwaly

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bentuk-Bentuk Hadits


Dari segi terminologi, banyak para ahli hadist memberikan definisi yang
berbeda redaksi, tetapi maknanya sama, diantaranya Mahmud Ath-Thahan (guru
besar hadist di Fakultas Syari’ah dan Dirasah Islamiyah di Universitas Kuwait)
mendefinisikan:

Sesuatu yang datang dari Rasulullah, baik berupa perkataan atau perbuatan dan
atau persetujuan.1

Dalam beberapa buku para ulama berbeda dalam mengungkapkan datangnya


hadist tersebut, seperti makna di atas “Sesuatu yang datang”, namun ada juga yang
menggunakan beberapa redaksi seperti berikut,2

. . . ‫ = ما أضيف إلى‬Sesuatu yang disandarkan kepada . . .

. . . ‫ = ما أسند إلى‬Sesuatu yang disandarkan kepada . . .

. . . ‫ = ما نُسب إلى‬Sesuatu yang dibangsakan kepada . . .

. . . ‫ = ما روي عن‬Sesuatu yang diriwayatkan kepada . . .

Keempat redaksi di atas dimaksudkan sama maknanya, yaitu sesuatu yang datang
atau sesuatu yang bersumberkan dari Nabi atau disandarkan kepada Nabi shallallahu
alaihi wa salam. Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa hadis merupakan
sumber berita yang datang dari Nabi dalam segala bentuk, baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun sikap persetujuan. Definisi di atas memberikan bahwa hadis
mempunyai lima komponen atau bentuk-bentuk, yaitu sebagai berikut.

1
Ath Thahhan, Taisir Mushtalah Al-Hadist, hlm. 15
2
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, hlm. 3

5
2.1.1 Hadits Qauly
Hadis qauly adalah segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan
kepada Nabi SAW. Dengan kata lain hadis qauly adalah hadist berupa perkataan Nabi
SAW yang berisi berbagai tuntutan dan petunjuk syara', peristiwa, dan kisah, baik
yang berkaitan dengan aspek akidah, syariat, maupun akhlak.3 Di antara contoh hadist
qauli ialah hadis tentang do'a Rasul SAW yang ditujukan kepada yang mendengar,
menghafal, dan menyampaikan ilmu.4 Hadis tersebut berbunyi:

‫انضر هللا امراسمع منا حد يثا فحفظه حتى يبلغه غيره فاءنه رب حامل فقه ليس بفقيه ورب‬
‫حامل فقه الى من هو افقه منه ثال ث حصال اليغل عليهن قلب مسلم ابدا اخالص العمل هلل ومنا‬
‫صحة والةاآلمرولزوم الجماحة فاءن دعوتهم تحيط من ورائهم‬
Artinya:
“Semoga Allah memberi kebaikan kepada orang yang mendengarkan perkataan
dariku kemudian menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, karena banyak
orang berbicara mengenai fiqh padahal ia bukan ahlinya. Ada tiga sifat yang
karenanya tidak akan timbul rasa dengki dihati seorang muslim, yaitu ikhlas beramal
semata-mata kepada Allah SWT, menasehati, taat dan patuh kepada pihak penguasa;
dan setia terhadap jama’ah. Karena sesungguhnya do’a mereka akan memberikan
motivasi (dan menjaganya) dari belakang”. (HR. Ahmad).

2.1.2 Hadits Fi’ly


Hadits Fi’ly adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi Saw
sebagai penjelasan praktis terhadap peraturan-peraturan syari'at yang belum jelas cata
pelaksanaannya, seperti tata cara shalat, manásik haji, adab berpuasa, dan lain-lain.5

‫صلُّوا‬ َ ُ‫أ‬
َ ‫ص ِِّلى َرأَ ْيت ُ ُمو ِنى َك َما‬
Artinya: "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (H.R Bukhari)

3
Agus Solahudin, dkk, Ulumul Hadits, hlm. 21
4
Muenzir Suparta, Ilmu Hadis, hlm. 18
5
Khairi, Metode Penyelesaian Hadits Kontradiktif, hlm. 8

6
Contoh lainnya, Hadits yang berbunyi:

‫ي صلِّى هللا عليه و سلِّم يصلِّــــــــــي علـــــــى راحلته حيث ما تو جِّهت‬


ِّ ‫كان النب‬
Artinya: “Nabi SAW shalat diatas tunggangannya, ke mana saja tunggangannya itu
menghadap”. (HR. At-Tirmidzi)

2.1.3 Hadits Taqriry


Hadis taqriry adalah hadis berupa ketetapan Nabi SAW terhadap dilakukan
oleh apa yang datang atau dilakukan oleh para sahabatnya. Nabi SAW membiarkan
atau mendiamkan suatu perbuatan yang para sahabatnya, tanpa memberikan
penegasan, apakah beliau membenarkan atau mempermasalahkannya. Sikap Nabi
yang demikian itu dijadikan dasar oleh para sahabat sebagai dalil taqriri, yang dapat
dijadikan hujah atau mempunyai kekuatan hukum untuk menetapkan suatu kepastian
Syara'.6
Di antara contoh hadis taqriri adalah sikap Rasul SAW. yang membiarkan
para sahabat dalam menafsirkan sabdanya tentang shalat pada suatu peperangan, yaitu

}‫ {رواه البحاري‬.ُ‫ضة‬ ْ ‫ص ِّليْنَ أَ َحدُ ْال َع‬


َ ‫ص َر ِّإالَّ فِّي َبنِّ ْي قُ َر ْي‬ َ ُ‫الَ ي‬

Artinya: Janganlah sorang pun melakukan shalat Ashar, kecuali nanti di Bani
quraidhoh. (H.R Al-Bukhori)
Sebagian sahabat memahami larangan itu berdasarkan pada hakikat perintah
tersebut sehingga mereka terlambat dalam melaksanakan shalat Ashar. Segolongan
sahabat lainnya memahami perintah tersebut untuk segera menuju Bani Quraidhah
dan serius dalam peperangan dan perjalanannya sehingga dapat shalat tepat pada
waktunya. Sikap para sahabat ini dibiarkan oleh Nabi SAW. tanpa ada yang
disalahkan atau diingkarinya.

6
Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996, hlm. 15

7
2.1.4 Hadits Hammy
Hadist hammy adalah hadis yang berupa hasrat Nabi SAW. Yang belum
terealisasikan, seperti halnya hasrat berpuasa tanggal 9 'Asyura.7 Dalam riwayat Ibn
Abbas, disebutkan sebagai berikut:

‫َللا ِإنَّ ُه‬َُِّ ‫ل‬َُ ‫ام ُِه قَالوُا َيا َرسو‬ ِ ‫ص َي‬ ِ ‫ورا َُء َوأَ َم َُر ِب‬ َ ‫عاش‬ َ ‫سلَّ َُم َي ْو َُم‬
َ ‫علَ ْي ُِه َو‬
َ ‫َللا‬
َُّ ‫ى‬ ُ َّ‫صل‬َ ‫َللا‬ َُِّ ‫ول‬
ُ ‫ام َرس‬ َُ ‫ص‬ َ َُ‫ِحين‬
‫ن شَا َُء‬ ُْ ِ‫سلَّ َُم فَإِ َذُا كَانَُ ْالعَامُ ْالم ْقبِلُ إ‬
َ ‫علَ ْي ُِه َو‬ َُّ ‫صلَّى‬
َ ‫َللا‬ َ ِ‫َللا‬َُّ ُ‫ارى فَقَا َُل َرسول‬ َ ‫ص‬ َ َّ‫ود َوالُن‬ ُ ‫ظم ُه ْاليَه‬ ِّ ِ َ‫يَ ْومُ تع‬
‫سلَّ َُم‬َ ‫علَ ْي ُِه َو‬ َُّ ‫صلَّى‬
َ ‫َللا‬ َ ‫َللا‬َُِّ ُ‫ي َرسول‬ َُ ِِّ‫ى توف‬ ُ َّ ‫ت ْالعَامُ ْالم ْقبِلُ َحت‬ ُِ ْ ‫َللا ص ْمنَُا ْاليَ ْو َُم التَّا ِس َُع قَا َُل فَلَ ُْم يَأ‬.َُّ
Artinya: "Ketika Nabi SAW berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan para
sahabat untuk berpuasa, mereka berkata: Ya Nabi! Hari ini adalah hari yang
diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Nabi SAW bersabda: Tahun yang
akan datang insya Allah aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan". (HR. Muslim
dan Abu Daud).

Nabi SAW belum sempat merealisasikan hasratnya ini karena wafat sebelum
sampai bulan 'Asyura. Menurut Imam Syafi'i dan para pengikutnya, bahwa
menjalankan hadis hammi disunnahkan, sebagaimana menjalankan sunnah-sunnah
yang lainnya.

2.1.5 Hadits Ahwaly


Yang dimaksud dengan hadis ahwaly ialah hadis yang berupa hal ihwal Nabi
SAW yang menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya.8 Tentang
keadaan fisik Nabi SAW, dalam beberapa hadis disebutkan, bahwa fisiknya tidak
terlalu tinggi dan tidak pendek, sebagaimana yang dikatakan oleh al-Barrâ' dalam
sebuah hadis riwayat bukhari, sebagai berikut:

‫سنَهُ خلقًاليس بالطوي ِل البَائِ ِن وال‬


َ ‫الناس وج ًها واح‬
ِ َ‫كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم احسن‬
ِ َ‫بالق‬
‫صي ِْر‬
Artinya: “Rasul SAW adalah manusia yang sebaik-baiknya rupa dan tubuh. Keadaan
fisiknya tidak tinggi dan tidak pendek”. (H.R. Bukhari)

7
Mudasir, Ilmu Hadis, hlm. 36
8
Mudasir, ibid, hlm.37

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam pembahasan makalah diatas maka dapat kami simpulkan bahwa hadis
merupakan sumber berita yang datang dari Nabi dalam segala bentuk, baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun sikap persetujuan.
Bentuk-bentuk hadits terbagi pada qauli (perkataan), fi’li (perbuatan), taqrir
(ketetapan), hammi (keinginan), dan ahwali (hal ihwal),

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya, juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

[1] Dr. H. Munzier Suparta, M.A. 2013. Ilmu Hadis (Edisi Revisi). Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada, 2013. 979-421-361-6.
[2] Drs. K. H. Khairi, M. Ag. 2009. Metode Penyelesaian Hadits Kontradiktif.
Purwokerto : STAIN Purwokerto Press, 2009. 978-979-3655-71-0.
[3] Drs. M. Solahudin, M. Ag & Agus Suyadi, Lc. M. Ag. 2009. Ulumul Hadis.
Bandung : Cv Pustaka Setia, 2009. 978-879-730-938-1.
[4] Drs. Utang Ranuwijaya, M.A. 1996. Ilmu Hadis. Jakarta : Gaya Media Pratama,
1996. 979-578-008-5.
[5] Khon, H. Abdul Majid. 2008. Ulumul hadis. Jakarta : Amzah, 2008. 979-9392-
85-3.
[6] Mudasir, Drs. H. 2010. Ilmu Hadis. Bandung : CV Pustaka Setia, 2010. 979-730-
133-8.
[7] Thahhan, Mahmud Ath. 1985. Taisir Musthalah al Hadis. Surabaya : Syirkah
Bungkul indah, 1985.

10

Anda mungkin juga menyukai