TAKHRIJ AL-HADITS
DISUSUN OLEH :
Elfi Triani 212310193
Indah Pujiarti 212310004
2A
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak, kami terima
dengan senang hati. Namun, di balik ketidak sempurnaannya tersebut masih tersimpan
sebuah harapan, semoga makalah ini ada manfaatnya bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 1
C. TUJUAN ......................................................................................................................... 1
BAB II .............................................................................................................................. 2
A. PENGERTIAN TAKHRIJ AL-HADITS ....................................................................... 2
B. PENTINGNYA KEGIATAN TAKHRIJ AL-HADITS ................................................. 3
C. METODE TAKHRIJ AL-HADITS ................................................................................ 4
D. KITAB-KITAB UTAMA YANG BERKAITAN DENGAN KEGIATAN TAKHRIJ
AL-HADITS .......................................................................................................................... 7
BAB III........................................................................................................................... 10
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 10
B. SARAN ......................................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan perkataan, perbuatan, dan
taqrir, nabi Muhammad Saw. hadits pula adalah sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-
Qur’an. di dalam Al-Qur’an tentunya tak ada konflik yang signifikan, hal ini dikarenakan Al-
Qur’an adalah kalam Allah Swt yang diturunkan Allah untuk nabi Muhammad Saw. tidak
sama dengan hadits, pada dalam memahami hadist tentunya banyak masalah yang perlu di
kaji, baik dari segi periwayatannya (sanad) atau pun isi hadits tersebut. serta hal ini perlu
adanya penelitian di dalam memilih kualitas hadits yang sahih.
Dalam rangka untuk mengetahui apakah suatu hadits yang kita terima adalah hadits
yang sahih, hasan ataupun daif, sehingga memudahkan kita untuk mengamati hadits tersebut.
Apakah hadits maqbul atau mardud, aktivitas takhrij hadits ini sangatlah krusial. Kemudian
akan menguatkan keyakinan kita buat mengamalkan hadits tadi. Dalam hal ini kita bersama-
sama akan membahas perihal cara penyampaian hadits (takhrij hadits).
Takhrij Hadits adalah salah satu metode (cara) untuk mengetahui jalannya sanad
hadits, sehingga kita dapat tahu asal mana hadits tersebut diriwayatkan. Hal ini supaya
mampu di ketahui bahwa hadits tersebut datangnya Nabi Saw. urgensi di dalam mengkaji
takhrij hadits pula ialah memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan sesudah
tahu bahwa suatu hadits artinya hadits maqbul (bisa diterima). serta sebaliknya tidak
mengamalkannya jika diketahui bahwa suatu hadist ialah mardud (tertolak).
Takhrij hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang ditakhrij. Tujuan lainnya
adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadis-hadis tersebut. Dengan cara ini, kita akan
mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang
berlaku sehingga hadis tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Takhrij Al-Hadits.
2. Untuk memahami pentingnya kegiatan Takhrij Al-Hadits.
3. Untuk memahami metode Takhrij Al-Hadits.
4. Untuk mengetahui kitab kitab utama yang berkaitan dengan kegiatan Takhrij Al-
Hadits.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Takhrij berdasarkan lughat (bahasa) berasal dari istilah kharaja‘, yang berarti 'tampak'
atau 'kentara'. Takhrij secara bahasa pula berarti istinbath (mengeluarkan), tadrib
(memperdalam) serta taujih (menampakkan). Menurut istilah dan yang biasa digunakan oleh
ulama hadis, istilah al-takhrij memiliki beberapa arti:
- Mengemukakan hadis pada orang banyak dengan mengungkapkan para periwayatnya
di dalam sanad yang menyampaikan hadis itu, berikut metode periwayatan yang
ditempuhnya.
- Ulama hadis mengemukakan banyak sekali hadis yang telah dikemukakan oleh para
pengajar hadis, atau aneka macam kitab atau lainnya, yang susunannya dikemukakan
sesuai riwayatnya sendiri, para gurunya, temannya, ataupun orang lain, dengan
menunjukan siapa periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis yang
dijadikan asal usul pengambilan.
- Membagikan asal-usul hadis serta mengemukakan asal pengambilannya dari berbagai
kitab hadis yang disusun oleh para mukharijnya pribadi—yakni para periwayat yang
sebagai penghimpun bagi hadis yang mereka riwayatkan.
- Mengemukakan hadis berdasarkan Asalnya atau banyak sekali sumber, yakni kitab -
kitab hadis, yang di dalamnya disertakan metode periwayatannya dan sanadnya,
serta diterangkan juga keadaan para periwayat serta kualitas hadis itu.
- Membagikan atau mengemukakan letak dari hadis asal Sumbernya yang orisinil,
yakni banyak sekali kitab, yang di dalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap
dengan per-sanadnya. lalu, untuk keperluan observasi, diterangkan juga keunggulan
hadis yang berkaitan.
Di antara lima pengertian al-takhrij di atas, pertama ialah salah satu aktivitas yang telah
dilakukan oleh para periwayat hadis. Mereka menghimpun hadis ke pada kitab hadis yang
disusunnya. contohnya, Imam al-Bukhari dengan kitab Shahihnya; Imam Muslim
menggunakan kitab Shahih-nya; serta Abu Dawud dengan kitab Sunan-nya.
Definisi al-takhrij yang kedua dilakukan oleh ramai ulama hadis. contohnya, Imam al
Baihaqi yang banyak “mengambil” hadis dari Takhrij Hadis dan Sejarah Perkembangannya
kitab AS-Sunan yang disusun oleh Abu Hasan al-Bisri al-Saffar. kemudian, Imam al-Baihaqi
mengemukakan sanadnya sendiri.
Pengertian al-takhrij yang ketiga tidak sedikit ditemui di dalam kitab himpunan hadis.
contohnya, Bulughul Maram susunan Ibn Hajar al-`Asqalani. Hadis yang dikutip tidak hanya
matan, pula nama mukharij serta nama periwayat pertama (sahabat Nabi Shallallahu ‘Alayhi
wa Sallam) yang meriwayatkan hadis itu.
Pengertian kata al-takhrij keempat, umumnya dipergunakan oleh ulama ahli hadis untuk
menyebutkan banyak sekali hadis yang termuat pada dalam kitab tertentu. contohnya, kitab
2
3
Ihya’ ‘Ulumuddin susunan Imam al-Ghazali (w. 505 H/1111 M). Pada penjelasannya, Imam
al-Ghazali mengemukakan sumber pengambilan tiap-tiap hadis, serta kualitasnya. Zainuddin
`Abdir-Rahman bin al-Husain al-‘Iraqi (wafat 806 H/1404 M) berhasil menyusun kitab
takhrij hadis untuk kitab Ihya’ ‘Ulumiddin menggunakan dengan judul Ikhtibar al-Ihya` bi
Akhbar al-Ihya`. kitab ini terdiri asal empat jilid.
Kesimpulannya, yang dimaksud at-takhrîj pada ilmu hadits artinya usaha untuk
mengetahui asal buku utama suatu hadits, menelusuri serta menilai rangkaian sanad perawi
hadits tersebut, menyebutkan tingkatannya, serta mempertimbangkan apakah hadits tadi bisa
dijadikan dalil hukum atau tidak. Sedangkan berdasarkan ad-Dardiry, takhrîj al-hadîts artinya
membagikan atau menisbatkan suatu hadits atau petunjuk letak suatu hadits di tempatnya
bersumber atau sumber Asalnya, yaitu buku-buku hadits, dengan menyebutkan taraf
kualitasnya (sahih, hasan, dlaif, maudlu‟) dan mengungkapkan urut-urutan sanad serta
keadaan para perawi hadits tersebut.
Meskipun suatu hadits telah ditemukan dalam buku hadits yang memuatnya, namun
tak jarang kualitas kehujjahannya tidak dijelaskan. Demikian pula Takhrîj al-hadîts memiliki
arti signifikan sebab ada kalanya hadits yang diterima atau ditemukan adalah penggalan
matan hadits, bukan matan yang lengkap dan kadang kala tidak gunakan sanad, bahkan tak
disebutkan siapa perawinya.
Mencari sebuah hadits berbeda dan tidak semudah mencari ayat al-Qur’an. Untuk
mencari ayat al-Qur’an cukup dengan sebuah kamus seperti al-Mu'jam al-Mufahras li Alfâdz
al-Qur’an al-Karim serta sebuah mushaf al-Qur’an. Sedangkan hadits, dibutuhkan waktu
yang lebih lama untuk menelusuri hingga sumber sumbernya sebab ia terhimpun dalam
banyak buku. Walaupun seperti itu, para ulama hadits sudah menulis kitab-kitab yang bisa
membantu seorang peneliti hadits dalam rangka kegiatan takhrij. Namun, hanya sedikit yg
sampai kepada kita. kitab -kitab yang dapat ditemui hanyalah merupakan alat bantu, seperti
al-Jâmi' al-Shaghîr, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfâdz al-Hadits al-Nabawi, Miftâh Kunǔz al-
Sunnah, buku-kitab al-Athrâf, dan lain-lain.
Metode ini tidak mungkin akan dapat membantu proses pencarian hadis tanpa mengetahui
terlebih dahulu dengan pasti perawi pertamanya. Untuk itu kita wajib memakai metode-
metode lainnya. Metode-metode tadi dapat kita jadikan rujukan pencarian hadis Jika kita
6
tetap ingin memanfaatkan metode ketiga ini, tentunya jika kita sudah mengetahui nama
perawi pertama yang diperkenalkan oleh metode-metode tadi. Metode-metode tadi kita
jadikan sebagi batu loncatan penggunaan metode ketiga.
Langkah pertama dari metode ini ialah dengan mengidentifikasi tema dari Hadits yang
akan diteliti, lalu menelaah Hadits tadi baik dengan menggunakan kamus-kamus Hadits
maupun langsung pada sumber-sumber asal Haditsnya.
Keistimewaan dari metode ini ialah:
a. Metode ini tidak memerlukan pengetahuan-pengetahuan lain pada luar tema Hadits,
seperti kepastian lafadz pertamanya, atau kemampuan penggunaan bahasa arab dan
perubahannya, serta yang lainnya.
b. Mendidik ketajaman akan pemahaman terhadap suatu Hadits.
c. Memperkenalkan maksud Hadits kepada peneliti Hadits dengan Hadits-Hadits yg
serupa.
Sedangkan kekurangan dari metode ini merupakan:
a. Kadang kala sulit untuk memahami kandungan Hadits sehingga tidak mudah juga
buat menemukan topiknya.
b. Terkadang pemahaman yang ditangkap oleh peneliti tak sesuai dengan maksud
berasal penyusun kitab asal. sehingga arah dan tema asal Hadits yang dimaksudkan
oleh penyusun kitab tidak sesuai menggunakan apa yang disimpulkan oleh peneliti.
Kitab-kitab Hadits sebagai penyokong metode ini diantaranya:
a. Kanzul ‘ummal Fi Sunan al-Aqwal wa Af’al, karya Muttaqi Hindhi.
b. Muntakhob Kanzul Ummal, yang juga karya dari Muttaqi Hindhi.
c. Miftah Kunuz as-Sunnah, karya A.J. Wensinck
d. Nashb ar-Rayah Fi Takhrij AHadits al-Hidayah, karya al-Zaila’i (di dalam bidang
fiqh)
e. At-Talkhis al-Habir Fi Takhrij AHadits ar-Rofi’ al-Kabir, karya Ibnu Hajar (dalam
bidang fiqh)
7
f. Muntaqo al-Akhbar min Hadits Sayyid al-Akbar, karya Ibnu Taimiyah (dalam bidang
hukum).
g. Bulugh al-Marom Min Adillah al-Ahkam, karya Ibnu hajar (dalam bidang hokum).
h. Al-kaf as-Syaf Fi Takhrij AHadits al-Kasyaf, karya ibnu hajar (dalam bidang tafsir),
dll.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki metode ini yaitu antara lain dapat memudahkan
proses takhrij. Hal ini dimungkinkan, karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam
suatu karya tulis sesuai sifat-sifat hadis sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan pemikiran
yang lebih rumit.
Di antara kitab yang disusun berdasarkan metode ini ialah al-Azhar al-Mutanatsirah
fi al-Akhbar al-Mutawatirah yang ditulis oleh Suyuthi, yang memuat hadits-hadits mutawatir;
al-Ittihafath al-Saniah fi al-Ahadits al-Qudsiyah yang ditulis oleh al-Madani yang memuat
hadits-hadits qudsi; al-Maqashid al-Hasanah yang ditulis oleh Sakhawi yang memuat hadits-
hadits terkenal; al-Marasil yang ditulis sang Imam Abu Daud yang memuat hadits-hadits
mursal; Tanzih al-Syari'ah al-Marfu'ah 'an al-Akhbar al-Syani'ah al-Maudlu'ah yang ditulis
oleh Ibn Iraq yang memuat hadits-hadits maudhu.
Sudah dapat kita ketahui bersama bahwa untuk mengkaji hadits sampai pada sumber
sumbernya itu tidak semudah menelusuri ayat-ayat Al-Qur’an yang hanya cukup dengn
menggunakan sebuah buku kamus Al-Qur’an, seperti Mu’jam al-Mufahras Li Al-fadhil
Qur’an Al-Karim ( )معجم المفهرس اللفاظ القرآن الكريمkarya Muhammad Fuad ‘Abdul Baqiy.
Tapi untuk menelusuri Hadits tidak cukup hanya satu buku koleksi, namun dari aneka macam
buku koleksi Hadits lainnya. Hal ini terjadi mengingat banyaknya para kolektor yang sudah
membuat kitab koleksi mereka masing-masing, sebagai akibatnya menjadi penyebab sulitnya
hadits ditelusuri sampai pada sumber Sumbernya Karena terhimpun dalam banyak kitab.
3. Miftahus Sahihain
Kitab ini disusun oleh Muhammad Syarif bin Mustafa al-Tauqiah kitab ini bisa
dipergunakan buat mencari Hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari serta diriwayatkan
oleh Muslim. Tapi Hadits-hadits yang dimuat dalam buku ini hanyalah hadis-hadis yang
berupa qauliyah saja. Hadits-hadits tersebut disusun menurut abjad berasal awal lafal Matan
Hadits.
5. Al-Jami’us Sagir
Buku ini disusun oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman AS-Suyuti (w. 91 H). Kitab hadis
tersebut memuat hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab himpunan kutipan hadis yang
disusun oleh Imam Suyuti pula yaitu kitab Jam’ul Jawani. Hadits yang dimuat di dalam kitab
Jami’us Sagir disusun sesuai urutan abjad dari awal lafal Matan Hadits. Sebagian asal Hadits-
hadits itu ada yang ditulis secara lengkap serta adapula yang ditulis sebagian-sebagian saja,
9
tetapi sudah mengandung pengertian yang cukup. Kitab Hadits tadi pula membuktikan
nama-nama sahabat Nabi SAW yang meriwayatkan hadis yang bersangkutan dan nama-
nama mukharijnya. Selain hampir setiap Hadits yang dikutip dijelaskan kualitasnya dari
evaluasi yang dilakukan atau disetujui oleh Imam Suyuti.
Buku Mu’jam ini terdiri dari tujuh juz dan dapat digunakan buat mencari hadis-hadis
yang terdapat dalam sembilan kitab hadis, yakni: sahih Bukhari, sahih Muslim, Sunan Abu
Dawud, Sunan Turmuzi, Sunan Nasai, Sunan Ibnu Majjah, Sunan ad-Darimi, Muwatha’
Malik serta Musnad Ahmad.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan yang telah kita bahas tadi, bisa kita simpulkan bahwa Takhrij Hadits
dalam hal ini bisa di definisikan sebagai sebuah upaya untuk meneliti serta mencari sanad
serta matan suatu Hadits secara lengkap serta sistematik pada sumber-Sumbernya yang ada
didalam kitab -kitab berasal. Dengan Takhrij Hadits, kita bisa mengetahui matan serta sanad
suatu hadits secara lengkap dan jelas. Serta kualitas asal masing-masing Hadits dapat kita
ketahui dengan adanya metode ini. Metode ini muncul sebab banyak terjadinya kasus
pengkutipan Hadits tanpa mengungkapkan sumber-Sumbernya secara lengkap yang dalam
hal ini bisa kita jumpai didalam sebagian kitab -kitab sejarah, fiqh, dan tafsir, yang menukil
Hadits tanpa adanya sumber Hadits yang pasti.
B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca,
khususnya untuk penyusun. Dan penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya agar
makalah yang kami susun kedepannya jauh lebih baik lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Aini, N. K. (2017, Maret). Metode Takhrîj al-Hadîts Kajian Ilmu Hadits. TAMADDUN,
Volume 1 Nomor 2, 138-144.
11