Anda di halaman 1dari 15

TAKHRIJ AL-HADITS

MAKALAH
Untuk memenuhi mata kuliah
Ulumul Hadits
Dosen pengampu:
Mohammad Khadziqun Nuha, M. Pd. I.

Disusun oleh:

Kelompok 11 MKS 1-A

1. Alfania Fawwaz Sari (12406183010)


2. Nurul Ainiyah (12406183011)
3. Amanda Laily Yuniawati (12406183012)
4. Yudhitya Putri Melati (12406183013)

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

NOVEMBER 2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta
hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Takhrij Al-Hadits“ .
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits. Dalam
pembuatan makalah ini, penulis banyak mendapat hambatan. Akan tetapi, atas bantuan
dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, diucapkan terima
kasih kepada:

1. Bapak Rektor IAIN Tulungagung Maftukin, M,Ag.


2. Mohammad Khadziqun Nuha, M. Pd. I. selaku dosen pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia.
3. Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan
saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Tulungagung, 27 November 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover.....................................................................................................................i

Kata Pengantar.....................................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan ........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Takhrij Al-Hadits..........................................................................3

B. Sejarah Singkat Takhrij Al-Hadits ..................................................................3

C. Macam-Macam Takhrij ..................................................................................4

D. Metode-Metode dalam Takhrij ......................................................................6

E. Macam-Macam Kitab Takhrij .........................................................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................

B. Saran ................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

 Al-Hadits merupakan sumber hukum islam ke-2 setelah Al-Qur’an,


karena ia mempunyai peranan penting, terutama sebagai hujjah dalam
menetapkan hukum. Oleh karena itu validasi sebuah hadits harus menjadi
perhatian. Hadits mempunyai tiga unsur penting yakni, sanad, matan dan perawi.
Sebuah hadits belum dapat ditentukan apakah boleh diterima (maqbul) secara
baik atau ditolak (mardud) sebelum keadaan sanadnya, apakah
mereka muttashil ataukah munqathi’. Sanad berperan menentukan nilai hadits,
karena sanad adalah matarantai para perawi yang mengantarkan sebuah matan.
Sedangkanmatan merupakan lafadh yang menunjuk pada isi sebuah hadits. Dari
segi periwayatannya, posisi dan kondisi para perawi yang berderet dalam sanad
sangat menentukan status sebuah hadits, apakah ia shahih, dla’if, atau lainnya.
Dengan demikian ke-a’dalah-an, ke-tsiqoh-an dan ke-dlabith-an setiap perawi
sangat menentukn status hadits.
         Diantara kita terkadang memperoleh atau menerima teks, baik dalam
majalah maupun buku-buku agama bahkan dalam sebagian kitab karya Ulama’
Klasik, yang dinyatakan sebagi hadits tetapi tidak disertakan sanadnya bahkan
tidak pula perawinya.Maka untuk memastikan apakah teks-teks tersebut benar
merupakan hadits atau tidak, atau jika memang hadits maka perlu diketahui
statusnya secara pasti, siapa perawinya dan siapa-siapa sanadnya. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal maka teks tersebut harus diteliti atau dilacak,
darimana teks tersebut diambil (menunjuk pada kitab sumbernya sekaligus siapa
perawinya), dan bagaimana keadaan para perawi dalam sanad setelah ditemukan
sanadnya. Hasilnya akan diketahui sumber teks (kitab dan penulis atau perawi),
maupun sanadnya jika teks pun diketahui apakah sahih atau tidak. Pelacakan
seperti itulah namanya penelitian hadits (takhrij al-hadits). Disini penulis akan
sedikit memaparkan segala sesuatu mengenai takhrij al-hadits dan tersusun
rumusan masalah sebagai berikut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian takhrij al-hadist?


2. Bagaimana sejarah takhrij al-hadist?
3. Apa saja macam-macam takhrij?
4. Bagaimana metode-metode dalam takhrij?
5. Apa saja macam-macam kitab takhrij?

1
C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian dari takhrij


2. Mengetahui tentang sejarah takhrij
3. Untuk mengetahui macam-macam takhrij
4. Mengetahui metode apa saja yang diterapkan dalam takhrij
5. Untuk mengetahui macam-macam kitab takhrij

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Takhrij Al-Hadist

Menurut bahasa (lughah). Kata takhrij berasal dari kata kharoja, yakhruju
yang artinya mengeluarkan, menempatkan, dan menyelesaikan. Yang paling
mendekati disini adalah kata kharaja yang artinya nampak dari tempatnya, atau
keadaannya, dan terpisah, dan kelihatan. Demikian juga kata al-ikhraj artinya
tempat keluar, dan akharaja al-hadist wa kharrajahu artinya menampakkan dan
memperlihatkan hadist kepada orang dengan menjelaskan tempat keluarnya.

Sedangkan menurut istilah, takhrij adalah menunjukkan tempat hadist pada


sumber aslinya yang mengeluarkan hadist tersebut dengan sanadnya dan
menjelaskan derajatnya ketika diperlakukan. Takhrij al-hadist juga memiliki arti:

1. Mencari atau mengeluarkan hadist dari pesembunyian yang terdapat pada


ulama yang memenuhi syarat periwayat hadist.
2. Mencari atau mengeluarkan hadist dari persembunyian yang terdapat dalam
kitab hadist induk, kitab asli.
3. Mengungkapkan suatu hadist kepada orang lain dengan mengemukakan para
periwayat hadist tersebut pada rangkaiannya.
4. Mengeluarkan hadist dari kitab induk dan meriwayatkannya kembali.
5. Mengemukakan berbagai riwayat yang dikemukakan berdasarkan riwayatnya
sendiri.

B. Sejarah Singkat Takhrij Al-Hadist

Jika dilihat secara historis, pada mulanya pencarian hadist tidak didukung oleh
metode tertentu karena memang tidak dibutuhnkan. Para ahli hadist mempunyai
kemampuan menghafal (dhabit) dan itu yang menjadi alat dan sekaligus metode
pencarian hadist bagi mereka. Kegiatan takhrij al-hadist telah mengalami
perkembangan sering dengan perhatian ulama terhadap pemeliharaan hadist.
Kegiatan takhrij al-hadist pada awalnya adalah berupa pencarian dengan
mengeluarkan hadist dari ulama yang memenuhi syarat sebagai periwayat hadist.
Metode takhrij al-hadist seperti itu adalah yang ditempuh oleh Imam Al-Bukhari,
Imam Muslim dan Imam al-Sittah yang lainnya. Takhrij Al-hadist pada tahp
pertama tersebuta adalah dalam bentuk sensus yaitu menelusuri satu per satu
ulama yang memiliki hadist dari berbagai tempat.
Takhrij Al-Hadist yang sedang dikembangkan dimasa sekarang ini adalah
identik dengan penelitian kepustakaan, yaitu mencari hadist dari berbagai kitab
yang memuat hadist yang lengkap matan dan sanadnya. Kemudian dilanjutkan
dengan penelitian kualitas sanad dan matan hadist.

3
Kegiatan takhrij al-hadist semakin diminati oleh pengkaji hadist, dengan
berbagai alasan, diantaranya:

1. Kesungguhan untuk memperoleh hadist yang utuh sehingga mereka dapat


mengambil kesimpulan tentang kualitas suatu hadist.
2. Tersedinya alat untuk kegiatan tersebut, karena selain dapat menggunakan
kamus dalam bentuk kitab juga tersedia program hadist yang dapat diakses
melalui komputer. Hal ini merupakan perkembangan baru dalam penelitian
hadist yang pada periode awal hadist belum ditemukan.

C. Macam – Macam Takhrij

Adapun macam-macam takhrij itu ada 3 :


a. Takhrij Muwassa’.
b. Takhrij wasath atau mutawassith.
c. Takhrij Mukhtashar .

Berikut penulis makalah akan menjelaskan pengertian masing-masing takhrij


diatas :

a. Takhrij al-Muwassa’ adalah

‫بأسانيده مع الكالم على‬ ‫وهو التخريج الذي يقوم فيه المخ ِّرج بإيراد الحديث‬،‫التخريج ونهاية المطاف‬ ‫هوغاية‬
‫وما يقع فيه من علل‬،‫ما يكون له من شواهد‬ ‫ثم يذكر‬،‫رواته وبيان درجته وتوضيح الغامض في متنه‬

Artinya :
“Takhrij yang dibentuk oleh mukhorrij (orang yang mengeluarkan hadits) dengan
cara mendatangkan hadits berserta sanad-sanadnya, mengomentari rowi,
menjeaskan derajatnya dan hal yang samar pada matannya lalu serta
menyebutkan syahid dan ilat – ilatnya dalam hadits”.

Adapun takhrij ini terdapat pada kitab badrul al-Munir karangan Ibnu al-
Mulqin 10 jilid, kitab Nashbu al-Rayyah karangan az-Zailai’I 4 jilid dan kitab
Ikhbarul al-Ahya’ bi al- akhbaaril al-ihya’ karangan Imam al-I’raqi.

Adapun motif dari takhrij muwassa’ ini adalah untuk :

1. Memutawatirkan atau mempopulerkan hadits .

Contoh : Hadits tentang mengusap dua muzzah, dalam hadits ini Imam al-Zailai’
mengomentari hukum mengusap dua muzzah, beliau mengungkapkan bahwa
hukum mengusap dua muzzah adalah boleh karena adanya dalil sunnah dan
khabar – khabar yang mashhur yang membincangkan hadits tersebut. Imam al-
zailai’ dari imam abu umar ibnu abdul al-Barr didalam kitabnya al- Istidzkar
beliau berkata :

4
َّ ‫ ْال َم ْس َح َعلَى ْال ُخفَّ ْي ِن نَحْ ُو أَرْ بَ ِعينَ ِم ْن ال‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َر َوى ع َْن النَّبِ ِّي‬
‫ص َحابَ ِة‬

Artinya : 40 shahabat meriwayatkan tentang hadits mengusap dua muzzah dari


nabi.

ِ ‫ َح َّدثَنِي َس ْبعُونَ ِم ْن أَصْ َحا‬:‫ال‬


‫ صلى هللا‬- ‫ب النَّبِ ِّي‬ َ َ‫ق‬ ُ‫ ُر ِّوينَا ع َْن ْال َح َس ِن أَنَّه‬:‫ال ابْنُ ْال ُم ْن ِذ ِر‬
َ َ‫ ق‬:‫اإْل ِ َم ِام‬ ‫َوفِي‬
‫ ْال ُخفَّي ِْن‬ ‫ َم َس َح َعلَى‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬- ‫وسلم‬ ‫عليه‬

Dan di dalam kitabnya al-Imam, imam ibnu al- Mundzir berkata : kami
diriwayatkan hadits ini dari al-Hasan bahwasannya beliau berkata : telah
menceritakan pada kami dari 70 shahabat nabi bahwasannya rosulullah pernah
mengusap dua muzzah .

Selain itu juga Imam al-Zailai memperluas dalam takhrijnya, dan motif beliau
mentakhrij ini bukanlah untuk menshahihkan hadits dan menolak ilat akan tetapi
beliau mentakhrij hadits ini tujuannya hanyalah untuk memutawatirkan dan
mempopulerkan hadits .

2. Mengungkapkan ilat atau menolaknya yang tertera dalam hadits, kemudian


menghimpun dan mengadakan riset (penelitian) periwayat hadits yang
mempunyai peranan penting dalam memastikan dan menolak ilat dalam hadits.

Dalam hal ini imam Ibnu al- Madini berkata :

ُ
" ‫"الحديث إذا لم تجمع طرقه لم تكشف علته‬

Artinya : Jikalau hadits itu tidak terhimpun periwayatnya maka ilatnya tidak akan
tersingkap.

Contoh : Hadits tentang dua qullah yang ditakhrij oleh Imam al-Daruthni didalam
kitab sunannya dari 25 periwayat, dan beliau mampu menolak ilat hadits itu
dikarenakan asumsi para ulama mengenai kekacauan hadits tersebut .

b. Takhrij wasath atau mutawassith

‫يعني فيه المخ ِّرج بذكر روايات الحديث المشهورة‬،‫وهو تخري ٌج بين المطوَّل والمختصر‬

Artinya: Takhrij wasath atau mutawassith adalah takhrij diantara takhrij yang
panjang dan ringkas, maksudnya si mukhorrij (orang yang mengeluarkan hadits)
menyebutkan perowi hadits yang masyhur.

Adapun Takhrij ini terdapat dalam kitab al-Kasyfu al-Mubin An takhrij


ahadiitsii ihya ulumuddin karangan al-Iraqi, kitab al-Talkhish al-Habir karangan
hafidz ibnu hajar, kitab khulashoh al-Badrul munir karangan Ibnu al-Mulqin, dan
beliau ketika menjelaskan manhajnya di dalam kitab khulashoh beliau berkata :
Motif saya dalam mentakhrij hadits yaitu untuk menyebutkan periwayat yang
paling shohih dan hasan, dan di dalam maqalah – maqalah beliau tentang
periwayat yang paling rojih (unggul), beliau memberikan isyarat dengan
perkataannya yaitu dengan lafadz ) ‫متفق عليه‬ telah disepakati). Isyarat beliau ini

5
muncul ketika yang meriwayatkannnya adalah Imam muhadditsin yaitu Imam
Abu abdillah Muhammad ibnu ismail ibnu Ibrahim ibnu bardazbah al-Ju’fi al-
Bukhori dan Abu al-Husain muslim Ibnu al-Hujjaj al-Qusyairi an-Nasyaaburi,
dan beliau juga berkata : ‫رواه األربعة‬ (diriwayatkan oleh 4 imam) ketika yang
meriwayatkannya adalah Imam al-Turmudzi didalam kitab jami’nya dan Abu
dawud, an-Nasaii dan Imam ibnu majah didalam kitab sunannya. Dan beliau juga
berkata‫رواه الثالثة‬ (diriwayatkan oleh 3 imam ) ketika yang meriwayatkannya
adalah Imam yang telah disebutkan diatas di dalam kitab sunannya selain Imam
Ibnu majah .

c. Takhrij mukhtashar

‫ من‬- ‫بأعالها وأشهرها‬ ‫ التخريج الذي يقتصر فيه المؤلف على رواية الحديث بأقوى أسانيد المؤلف أو‬ ‫هو‬
‫ من حيث المتن‬- ‫على المعاني واألحكام‬ ‫ وأدل ألفاظها وأدقها في العبارة عند مؤلفه‬-‫حيث السند‬-.

Yang dimaksud dengan takhrij Mukhtashar adalah Takhrij yang


diringkas oleh pengarang kitab atas periwayatan hadits dengan sanad-sanad
Muallif (pengarang kitab) yang lebih akurat atau dengan sanad- sanad muallif
yang paling atas dan yang paling mashhur (terkenal) ditinjau dari segi sanad dan
dengan lafadz yang lebih mengena dan lembut dalam ungkapannya tentang
makna dan hukum – hukum menurut muallif ditinjau dari segi matan (konteks)
hadits.

Di dalam takhrij ini ada 2 macam metodenya :

1. Takhrij dengan riwayah maksudnya adalah para ulama hadits mencantumkan


sebagian perowi hadits dari beberapa perowi hadits yang ada kerena ada tujuan
menurut pandangan salah satu dari ulama tersebut. Seperti kitab as-Shahih nya
Imam bukhari yang diringkas dari kitab Musnad al-Kabir yang sebagian sanadnya
yang shohih di tiadakan oleh beliau. Begitu pula kitab shahih ibnu al-Khuzaimah.
2. Takhrij dengan penisbatan atau Ihalah (memindah) seperti kitab al-Muntaqa
minal badril munir karangan Ibnu al-Mulqin, dan kitab at-Tarhib wa at-Tarhib
karangan al-Mundziri, yang menjelaskan didalam muqaddimahnya, bahwa kitab
tersebut mentakhrij kitab mukhtasshar

 D.    Metode-Metode dalam Takhrij

Ada beberapa macam metode takhrij yaitu :


1.      Takhrij melalui lafal pertama matan hadits
Penggunaan metode ini tergantung dari lafal pertama matan hadits.
Berarti metode ini juga mengkondisikasikan hadits-hadits yang lafal pertama
dengan urutan huruf hijriyah. Setelah itu ia melihat huruf pertamanya melalui
kitab-kitab takhrij yang disusun dengan metode ini, demikian pula huruf yang
َ ‫َم ْن َغ َّشنَا فَلَي‬
kedua dan seterusnya. Contoh : ‫ْس ِمنَّا‬
Langkah-langkah untuk dengan metode ini adalah :
a.       Lafal pertama dengan melakukannya pada bab (‫)م‬
b.      Kemudian mencari huruf kedua (nun) setelah (mim)
c.       Huruf-huruf selanjutnya adalah ghain (‫ )غ‬lalu syin (‫ )س‬serta nun(‫)ن‬

6
d.      Dan seterusnya, begitu juga dengan urutan huruf-huruf pada lafal matan.
Kelebihan dan kekurangan dalam metode ini. Dengan menggunakan
metode ini kemungkinan besar kita dengan cepat menemukan hadits-hadits yang
dimaksud. Hanya saja bila terdapat kelainan lafal pertama tersebut sedikitpun
akan berakibat sulit menemukan hadits.
Ada beberapa kitab-kitab yang menggunakan metode ini antara lain: kitab al-
Jami’ al-Shaghir, kitab Faidh al-Qadir, kitab al-Fath al-Kabir, dll.
2.      Takhrij melalui Kata-kata dalam Matan hadits
Metode ini tergantung kepada kata-kata yang terdapat dalammatan hadits
baik berupa isim atau fi’il. Para penyusun kitab-kitab takhrij hadits
menitikberatkan peletakan hadits-haditsnya menurut lafal yang asing. Semakin
asing suatu kata, maka pencarian hadits akan lebih mudah dan efisien. Contoh :
ِ َ‫صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم نَهَى ع َْن طَ َع ِام ْال ُمتَب‬
‫ار يَي ِْن اَ ْن ب ُْؤع ََل‬ َّ ِ‫اِ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
Sekalipun kata-kata yang dipergunakan dalam pencariannya dalam hadits
di atas banyak, seperti ‫ نَهى‬,‫ طَ َع ِام‬,‫ي ُْؤك ََل‬ akan tetapi sangat dianjurkan mencarinya
ِ َ‫ال ُمتَب‬karena kata tersebut sangat jarang sekali adanya. Menurut
melalui kata  ‫ار بَ ْي ِن‬
penelitian kata ‫تَبَ¦¦ارى‬  digunakan dalam kitab hadits yang sembilan, hanya dua
kali.
Kelebihan metode ini :
a. Metode ini mempercepat pencarian hadits-hadits.
b. Para penyusun kitab-kitab takhrij dengan metode ini membatasi hadits-
haditsnya dalam beberapa kitab induk menyebutkan nama kitab, juz, bab
dan halaman.
c. Memungkinkan pencarian hadits melalui kata-kata apa saja yang terdapat
dalam matan hadits
Kekurangan metode ini :
a. Keharusan memiliki kemampuan bahasa arab beserta perangkat ilmu-
ilmunya yang memadai karena metode ini menuntut untuk
mengembalikan setiap kata-kata kuncinya kepada kata dasarnya.
b. Metode ini tidak menyebutkan perawinya dari kalangan sahabat yang
menerima hadits dari Nabi Saw, mengharuskan kembali pada kitab-kitab
aslinya setelah mentakhrijnya dengan kitab ini.
c. Terkadang suatu hadits tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang
yang mencarinya harus menggunakan kata-kata yang lain.
Adapun kitab takhrij yang menggunakan metode ini, yaitu : kitab al-Mu’jam al-
Mufahras, dll.
3.      Takhrij melalui Perawi Hadits Pertama
Metode takhrij yang ketiga ini berlandaskan pada perawi pertama suatu
hadits, baik dari kalangan sahabat bila sanad haditsnya bersambung kepada Nabi
(mutasil), atau dari kalangan tabi;in bila hadits itu mursal. Sebagai langkah
pertama kita harus mengetahui perawi pertama setiap hadits yang kita inginkan
diantara hadits-hadits yang tertea di bawah perawi pertamanya itu. Jika sudah
ditemukan, maka kita akan mengetahui pula ulama hadits yang meriwayatkannya.
Kelebihan metode ini antara lain :

7
a. Metode ini memperpendek masa proses takhrij dengan diperkenalkannya
ulama hadits yang meriwayatkan beserta kitab-kitabnya.
b. Metode ketiga ini memberikan manfaat yang tidak sedikit, diantaranya
memberikan kesempatan melakukan persanad, danjuga faedah-faedah
lainnya yang disebutkan oleh para penyusun kitab takhrij dengan metode
ini.
Kekurangan metode ini antara lain :
a. Metode ini dapat digunakan dengan baik tanpa pengetahuan terlebih
dahulu perawi pertama hadits yang kita maksud.
b. Terdapatnya kesulitan-kesulitan mencari hadits diantaranya yang tertea di
bawah setiap perawi pertamanya.
Adapun kitab-kitab dengan metode ini, yaitu kitab-kitab al-Athraf, kitab-kitab
Musnad.
4.      Takhrij Menurut Tema Haidts
Takhrij denganmetode ini bersandar pada pengenalan teman hadits yang
akan kita takhrij. Kerap kali suatu hadits memiliki teman lebih dari satu. Sikap
kita terhadap hadits seperti ini mencarinya pada tema-teman yang dikandungnya.
Contoh :
َ ‫الص¦الَ ِة َواِ ْيتَ¦¦ا ِء ال َّر َك¦¦ا ِة َو‬
‫ص¦وْ ِم‬ ِ ¦َ‫ َشهَا َد ِة اَ ْن الَ اِلَهَ اِالَّهللا ُ َواَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ َواِق‬: ‫س‬
َّ ‫¦ام‬ ٍ ‫بُنِ َى ْا ِال ْسالَ ُم َعلَى َح ْم‬
ِ ‫َر َمصَانَ َو َح ِّج ْالبَ ْي‬
.ً‫ت لِ َم ِن ا ْستَطَا َع اِلَ ْي ِه َسبِ ْيال‬
Hadits ini dicantumkan pada kitab iman, tauhid, sholat, zakat, puasa dan haji
untuk itu, kita harus mencarinya dalam tema-teman tersebut.
Kelebihan metode ini, yaitu :
a. Metode tema hadis tidak membutuhkan pengetahuan-pengetahuan lain
dari luar hadits.
b. Metode ini mendidik ketajaman pemahaman hadits pada diri peneliti
c. Metode ini juga memperkenalkan pada peneliti maksud hadits yang
dicarinya dan hadits yang senada dengannya.
Kekurangan metode ini, yaitu :
a. Terkadang kandungan hadits sulit disimpulkan
b. Terkadang pula pemahaman peneliti tidak sesuai dengan pemahaman
penyusun kitab.
Adapun kitab-kitab takhrij yang menggunakan metode ini antara lain : kitab Kanz
al-‘Ummai, kitab Bulughul Marom, Kitab Nushub al-Raayah, dll
5.      Takhrij berdasarkan Status Hadits
Metode kelima ini mengetengahkan suatu hal yang baru berkenaan
dengan upaya para ulama yang telah menyusun kumpulan hadits-hadits yang
berdasarkan status hadits. Kitab-kitab sejenis ini sangat membantu pencarian
berdasarkan statusnya, seperti : hadits qudsi, hadits yang sudah masyhur, hadits
mursal, dll.
Kelebihan metode ini, yaitu :

8
Dapat memudahkan proses takhrij, karena sebagian besar hadits-hadits
yang dimuat dalam suatu karya tulis berdasarkan sifat-sifat hadits sangat sedikit,
sehingga tidak memerlukan pemikiran yang lebih rumit.
Kekurangan dalam metode ini, yaitu :
Hanya metode ini cakupannya sangat terbatas, karena sedikitnya hadits-
hadits yang dimuat
.
E. Macam-Macam Kitab Takhrij

A. Kitab-kitab Musnad
            Musnad adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama
sahabat, atau kitab yang menghimpun hadis-hadis tersebut. Musnad yang telah
berhasil di tulis para ahli hadis, jumlahnya cukup banyak , hingga mencapai
seratus musnad, bahkan lebih. Menurut Al-Kattani dalam Al-Risalatul
Mustatrafah bahwa kitab-kitab Musnad tersebut, berjumlah 82 kitab, dan
selain itu masih banyak lagi.
Nama-nama sahabat dalam kitab Musnad itu terkadang disusun
berdasarkan urut huruf  hijaiyah.
Menurut sebagian Ahli hadis , Musnad adalah kitab hadis yang di susun
berdasarkan urutan bab-bab fiqih atau berdasarkan urutan huruf Hijaiyah,
tidak berdasarkan urutan nama sahabat. Karena pada dasarnya hadis riwayat
sahabat bernilai musnad dan marfu sampai kepada Rasululloh SAW, se[erti
Musnad Baqiyi Bin Makhlak AL-Andalusi ang di susun berdasarkan bab-bab
fiqih
            Berikut ini nama-nama sbagian kitab Musnad :
a. Musnad Ahmad bin Hambal (-241 H)
b. Musnad Abu Bakar, Abdullah Bin Az-Zubair Al-Humaidi.
c. Musnad Abu Dawud Sulaiman Bin Dawud At-Tayalisi (-204 H)
d. Musnad Asad bin Musal Al-Umawi (-212 H )
e. Musnad Musaddad bin Mussarhad Al-Asadi Al-Basri(-228 H)
f. Musnad Nu’aim bin Hammad
g. Musnad Ubaidillah bin Musa Al-Aisi
i. Musnad Abu Ya’laAhmad bun Ali  Al-Musani Al-Mausili (-249 H)
h. Musnad Aid bin Humaid (-249 H)
            Dari beberapa Musnad diatas, hanya dua musnad yag akan kami
sampaikan. Yaitu Musnad Al Humaidi dan Musnad Ahmad Bin Hambal.
Karena kedua Musnad tersebut , yang telah di cetak dan masyur di kalangan
masyarakat, sehingga mudah mendapatkannya. 

            a. Musnad Al-Humaidi


Musnad ini ditulis Al-Hafiz Abu Bakar Abdullsh bin Az-Zubair Al
Humaidi, guru Al Bukhar yang wafat tahun 219 h, dalam ukuran sedang dan
terdiri atas sebelas bagian hadis. Kitab musnad ini memuat 1300 hadis sesuai
dengan jumlah nomr urut dalam naskah yang telah dicetak, dan disusun
berdasrkan urutan Musnad Sahabat, hanya saja nam sahabat tidak disusun
memakai urutan huruf hijaiyah, tetapi memakai sistemaika lain. Dalam
sistematika lain. Dalam sistematika kitabnya, beliu terlebih dahulu
menyebutkan Musnad Abu Bakar As Siddiq, khulafaurrasyidin, sesuai dengan
urutan sejarahnya. Musnad sepuluh sahabat yang telah dijanjikan Nabi masuk

9
surga. Kecuali Talhah bin Ubaidillah, karena Al Humaidi tidak pernah
meriwaatkan hadis melalui jalannya. Sedang berharap susunan nama-nama
ssahabta lainnya tidak kami dapatkan caraa beiau gunakan. Tetapi yang jelas
beliau menyebutkan sahabat yang lebih dahuu masuk islam, ummahatul
mukminin, sahabat wanita, kemudian para rawi dari sahabat Ansar, dan baru
kemudian sahabat pada umumnya.
Sahabat yang menjadi sandaran hadis dalam Musnad ini berjumlah 180
sahabat dan hanya satu hadis yang di riwayatkan Al-Humaidi dengan jalan
yag banyak. Cara melacak hadis pada musnad ini ialah mula-mula di cari
nama sahabat yang meriwayatkannya, kemudian hadis yang di maksud dicari
dalam musnadnya. Jika hadis tersebut terdapatdi dalam Musnad, maka Al
Humaidi jelas meriwayatkan dalam Musnassdnya. Tetapi jika sebaliknya ,
yakni hadis tersebut tidak terdapat dalam musnad, berarti Al Humaidi tidak
meriwayatkan dalam Musnadnya, dan harus dicari dalam kitab lain.
            b. Musnad Ahmad bin Hambal
            Musnad telah dicetak menjadi enam jilid besar dan semua 40.000 hadis,
di tulis Imam Ahmad bin Hambal As-syaibaniyag wafat tahun 241 H. 
Musnad ini disusun berdasarkan musnad-musnad sahabat ataukitab-kitab yang
meriwayatkan hadis-hadis setiap sahabat, tanpa memerhatikan pokok bahasan
hadis itu. Beliau tidak menyusun nama-nama sahabat berdasarkan urutan
huruf hijaiyah, karena beliau hanya memperhatiakan beberapa hal, antar lain:
keutamaan tempat tinggal, dan kabilah para sahabat dan sebagainya.
Langkah pertama bagi orang yang ingin mentkhrij hadis yang telah
diketahui nama sahabat yang meriwayatkannya adalah melihat daftar isi yang
telah di isi petunjuk , guna mengetahui tempat musnad sahabt itu secara
mudah, baik dari juz ataupun halamannya. Musnad Imam Ahmad bin Hambal
ini memuat 904 musnad sahabat, yang diantaranya memuat jumlah hadis yang
besar . Ada juga memuat hadis diantara kedua musnad.
Mula-mula Ahmad menyebutkan Musnad sepuluh sahabat yang dijamin
masuk surga, dengan mendahulukan Musnad Khulafah Rasyidin( Abu Bakar ,
Umar , Usman dan Ali), kenmudian menyebutkan hadis abdur Rahman bin
Abu Bakar , tiga hadis untuk tiga sahabat, kemudian musnad dan hadis Ahlul
Bait. Begitulah seterusnya hingga pada hadis Syaddad bin Al-Hadi.

B. Kitab-kitab Mu’jam (Al-Ma’ajim)


1) Pengertian Mu’ajim
            Al-Ma’ajim adalah kitab-kita hadis yang disusun berdasarkan musnad-musnad
sahabat, guru-gurunya, egara atau lainnya dan umumnya sununan nama-nama
sahabat itu di berdasarkan urutan huruf hijaiyah.
2) Kitab-kitab Mu’jam yang Masyur
            Kitab-kitab Mu’jam ini jumlahnya banyak sekali, dan yang masyur adalah:
            a. Al-Mu’jamul Kabir
            Kitab Al-Mu’jamul Kabir adalah karya Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad
Tabrani (-360 H). Kitab tersebut di susun berdasarkan musnad-musnad sahabat
sesuai dengan urut huruf hijaiyah, kecuali musnad Anu Hurairah yang telah
disusun  dalam kitab tersendiri, memuat 60.000 hadis. Karena itu Ibnu Dahyah
berpendapat, kitab Mu’jam merupakan kitab Mu’jam terbesar di diunia.  Di
katakan Mu’jam secara secara umum dalam istilah ahli hadis maka yang di
maksud adalah Mu’jam Al-Kabir. Jika yang di maksud selainyang diatas maka
di berikanketerangan.

10
            b. Al-Mu’jamul Ausat
            Kitab Al-Mu’jamul  adalah karya Abul Qasim Sulaiman bin Ahmad At-
Tabrani. Kitab tersebut disusun berdasarkan nama-nama gurunya yang hampir
mencapai 2.000 orang dan didalamnya terdapat 30.000 hadis.
            c. AL-Mu’jam As-Sagir
            Kitab Al-Mu’jam As-Sagir adalah karya Abdul Qasim Sulaiman bin
Ahmad AT-Tabrani. Kitab tersebut meriwayatkan hadis dari 1.000 orang guru,
dan kebanyakan hanya di ambil satu hadis dari setiap guru.
            d. Mu’jam As-Sahabah
            Kitab Mu’jam As-Sahabah adalah karya Ahmad bin Ali bin Lalin Al-
Hmadany,(-398 H).
C. Kitab-kitab Atraf
            1) hakekat kitab Atraf
            Kitab atraf adalah bagian kitab-kitab hadis yang hanya menyebutkan
bagian (tarf) hadis yang dapat menunjukan keseluruhannya, kemudian
menyebutkan sanad-sanadnya, baik secara menyeluruh atau hanya di nisbatkan
(dihubungkan) pada kitab-kitab tertentu. Dalam Atraf ini ada yang sanadnya
secara menyeluruh dan ada yang hanya menyebutkan gurunya.

            2) Susunan kitab Atraf


            Pad umumnya kitab Atraf disusun berdasarkan musnd-musnad sahabat
sesuai dengan urutan huruf hijaiyah. Maksudnya, kitab tersebut di muai denga
hadis-hadis sahabat yang namanyadi urutkan dengan huruf hijaiyah. Tetapi
terkadang kitab tersebut disusun berdasarkan huruf awal matan hadis, seperti
yang di lakukan Abul Fadl Tahir, dalam kitab Atraful Gara’ib Wal-Afrad  karya
Ad-Daruqutni.
            3) Arti Atraf
            Atraf adalah bagian dari matan hadis yag dapat menunjukan keseluruhannya.
            4) Jumlah Kitab Atraf
            Jumlahnya banyak sekali, yang masyur (terkenal) diantaranya ialah :
a. Atraf As-Sahihain karya Abu Mas’ud Ibrohim bin Muhammad Ad-Dimasyqi
(-410 h)
b. Araf As-Sahihain karyan Abu Muhammad khalaf bin Muhammad Al wasit
(-410 H)
c. Al-Asyraf Makrifatil Atraf, tentang Atraf hadis kitab sunan empat, karya Al-
Hafiz Abul Qasim Ali bin Al-Hasan, yang dikenal dengan Ibnu ‘Asakir Ad-
Dimasyqi             (-571 H)
            5) Kegunaan Kitab Atraf
            Kegunaan kitab Atraf banyak sekali, beberapa yang masyur yaitu :
a. Dapat mengetahui sanad yang berbeda-beda , tetapi dapat di kumpulkan dalam
suatu tempat, dan selanjutnya dapat mengetahui hadis garib, hadis aziz dan hadis
masyur.
b. Dapat menetahui para Rawi hadis yitu para imam yang mengarang kitab-kitab
hadis pokok dan bab yang mereka riwayatkan.
c. Dapat mengetahui jumlah hadis setiap sahabat dalam kitab-kitab yang menjadi
objek kitab Atraf.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata takhrij  ( (‫ختريج‬adalah bentuk mashdar dari (-‫خيرج‬-‫رج‬


ّ ّ ‫خ‬
‫)خترجيا‬ yang secara bahasa berarti mengeluarkan sesuatu dari tempatnya.
Sedangkan menurut pengertian terminologis, takhrij berarti;
.‫االتخريج هو الداللة على موضع الحديث في مصادره األصلية التي أخرجته بسنده‬
‫ ذكر المؤلف التي‬,‫المراد بالداللة على موضع الحديث‬  ‫ثم بيان مرتبته عند الحاجة‬
.‫ أخرجه البخاري في صحيحه إلخ‬:‫يوجد فيها ذلك الحديث كقولنا مثال‬
“Menunjukkan letak Hadits dalam sumber-sumber yang asli (sumber
primer) di mana diterangkan rangkaian sanadnya kemudian menjelaskan
Hadits dalam sumber-sumber yang asli (sumber primer) di mana
diterangkan rangkaian sanadnya kemudian menjelaskan Hadits itu bila
perlu. Menunjukkan letak suatu Hadits berarti menunjukkan sumber-
sumber dalam Hadits itu diriwayatkan, misalnya pernyataan “Al-Bukhori
mengeluarkan Hadits dari kitab sahihnya”.
Adapun tujuan utama dilakukan tahrij al-hadits diantaranya adalah :
1. Mengetahui sumber asli asal hadits yang di takhrij.
2. Mengetahui keadaan/kualitas hadits yang berkaitan dengan
maqbul/diterima maupun mardudnya/ditolaknya.

B. Saran

Pembaca di harapkan dapat memahami tentang  takhrij hadist yang telah


di jelaskan dalam makalah ini , dalam makalah ini masih terdapat hal-hal yang
belum di bahas dengan lengkap, yaitu tentang takhrij dengan tema,takhri dengan
kata, dan takhrij dengan permulaan matan, saya mengharapkan kepada pembaca
atau penulis dapat melanjutkan pembahasan yang belum saya uraikan dalam
makalah ini.

12

Anda mungkin juga menyukai