Anda di halaman 1dari 90

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

TULUNGAGUNG

Litsa Kamila Salma

(12402183190)

Vinda Vega Amaniar

(12402183196)

Eriska Mariana Aprilianti

(12402183202)

Dicky Putra Aryana

(12402183226)

i
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Ujian
Akhir Semester ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.

Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam penyusunan tugas Ujian
Akhir Semester ini banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu
dengan segala hormat kami sampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada :

1. Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung Dr. Maftukin, M.Ag.
2. Dosen pengampu mata kuliah Managemen Syariah Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Siti Kalimah, S.Sy., M.Sy.
3. Seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan tugas Ujian Akhir
Semester ini.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdoa dan
memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi amal
sholeh disisi Allah SWT.

Akhirnya kami tetap berharap semoga tugas Mini Book untuk syarat Ujian
Akhir Semester ini menjadi butir-butir amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi
kami dan umumnya bagi seluruh pembaca.

Tulungagung, Desember 2018

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................................i

Kata pengantar................................................................................................................ii

Daftar isi .........................................................................................................................iii

BAB I KONSEP DASAR MANAJEMEN SYARIAH.................................................1

BAB II KOMPARASI MANAJEMEN UMUM DAN MANAJEMEN SYARIAH...1


BAB III TONGGAK SEJARAH MANAJEMEN DALAM NEGARA ISLAM........1

BAB IV PERENCANAAN DALAM ISLAM...............................................................2

BAB V PENGORGANNISASIAN DALAM ISLAM ..................................................2


BAB VI PENGARAHAN DALAM ISLAM .................................................................3
BAB VII MANAJEMEN SUMBER DAYA INSANI ..................................................5
BAB VIII MOTIVASI DALAM ISLAM ....................................................................10
BAB IX PENGENDALIAN DALAM ISLAM ...........................................................11
BAB X KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM ............................................................13

BAB XI PENGAMBILAN KEPUTUSAN .................................................................14

BAB XII PENGAWASAN DALAM ISLAM .............................................................14

BAB XIII MANAJEMEN LOCAL DALAM ISLAM ...............................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

iii
BAB I

KONSEP DASAR MANAJEMEN SYARIAH

A. Pengertian Manajemen
Dilihat dari asal katanya, kata manajemen atau managemen dalam bahasa
Inggris berasal dari kata Italia, “maneggiare” yang kurang lebih menangani atau
“to handle”. Dalam bahasa latin ada kata yang punya pengertian hampir sama
yakni “manus” yang artinya tangan atau menangani.
Definisimanajemen yang dikemukakanoleh para ahli, diantaranya:
1. Mary parker follet
Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
2. Thomas H.Nelson
Manajemen adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan
dan orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat dan
menjualnya dengan menguntungkan.
3. GR.Terry
Manajemen diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan usaha mencapai sarana dengan memanfaatkan
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
Disamping pengertian dan definisi manajemen yang sudah diuraikan tadi,
McFarland, 1979 juga menemukakan empat pengertian manajemen yang bias
digunakan dalam sehari-hari:
1. Proses-proses pengorganisasian: yakni perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, penggiatan dan pengevaluasian.
2. Kata manajemen berarti karir juga jabatan
3. Kata manajemen juga berarti kelompok orang yang bertanggungjawab dalam
menjalankan sebuah organisasi.
4. Kata manajemen juga dapat merupakan sebuah ilmu atau seni untuk
mengatur orang lain.

1
B. Pengertian Manajemen Syariah
Manajemen syariah adalah suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil
optimal yang bermuara pada pencarian keridhoan Allah SWT. Oleh sebab itu,
segala sesuatu langkah yang diambil dalam menjalankan manajemen tersebut
harus berdasarkan pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan itu tertuang dalam Al-
Qur’an dan Al-Hadits.
Menurut Didin dan Hendri manajemen bisa di katakana telah memenuhi
syariah bila:
Pertama, manajemen ini mementingkan perilaku yang terkait dengan nilai-
nilai keimanan dan ketauhidan.
Kedua, manajemen syariah pun mementingkan adanya struktur organisasi.
Ini bias dilihat pada surat Al- An’am: “Allah meninggikan sesorang diatas orang
lain beberapa derajat “. Ini menjelaskan bahwa dalam mengatur dunia, peranan
manusia tidak akan sama.
Ketiga, manajemen syariah membahas soal sistem.
Landasan pokok manajemen syariah:
1. AkidahdanIman
2. Akhlak
3. Syariah (aturan-aturansesuaiislam)

Menurut Karebetdan Yusanto (2002), Syariah memandang manajemen dari dua


sisi yaitu manajemen sebagi ilmu dan manajemen sebagai aktivitas.

1. ManajemenSebagaiIlmu
Manajemen dibagi dua yaitu berdasarkan takaran kewajiban yaitu:
(1) ilmu yang di kategorikan sebagai fardhu ‘ain, yakni yang termasuk dalam
golongan adalah ilmu tsaqofah bahasa Arab, sirah nabawiyah, ulumul
Qur’an, Ulumul Hadits, Tafsir dan sebagainya. (2) Ilmu yang terkategori
sebagai fardhu kifayah, yaitu ilmu yang wajib dipelajari oleh salah satu atau
sebagian dari kaum muslimin. Ilmu yang termasuk dalam kategori ini adalah

2
ilmu-ilmu kehidupan yang mencakupi lmu pengetahuan dan teknologi serta
keterampilan, diantaranya seperti ilmu kimia, biologi, fisika, kedokteran,
pertanian, tekhnik, manajemen.
2. ManajemenSebagaiAktifitas
Islam memandang bahwa keberadaan manajemen sebagai suatu
kebutuhan yang tak terelakan dalam memudahkan implementasi Islam dalam
kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Implementasi nilai-nilai Islam
berwujud pada difungsikannya pada Islam sebagai kaidah berfikir dan kaidah
amal dalam kehidupan.
3. Peranan Syariah Dalam Manajemen
Diamana standar yang diambil dalam setiap fungsi manajemen
terikat dengan hukum-hukum syariat Islam. Fungsi manajemen sebagaimana
kita ketahui ada empat yang utama, yaitu: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengontrolan (controlling),
danpengevaluasian (evaluating).
C. Perkembangan Ilmu Manajemen
Ilmu manajemn memiliki sejarah perkembangan sendiri seperti ilmu-ilmu
lain. Didalam ilmu manajemen dikenal tiga aliran pemikiran manajemen yang
masing-masing berusaha membantu manajer untuk memahami dan memimpin
organisasi, serta mengatasi masalah-masalahnya. Tiga aliran pemikiran
manajemen tersebut adalah aliran klasik (aliran ini mempunyai dua cabang yaitu
manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik), aliran hubungan manusiawi
(sering disebut aliran perilaku atau aliran neoklasik), dan aliran ilmu manajemen.
1. Aliran Klasik
a. Manajemen ilmiah
Aliran ini dipelopori oleh Robert Owen dan Charles Babbege. Tokoh ini
yang banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan manajemen
ilmiah adalah Frederick Winslow Taylor, Frank dan Lilian Gilbreth,
Henry L.Gantt, dan Harrington Emerson.
3
b. Teori organisasi klasik
Aliran ini dikembangkan oleh Henry Fayol (1841-1925). Ia adalah
seorang indusrialis berkebangsaan Francis. Tahun 1860 (dalamusia 19
tahun) Ia dapat menyelesaikan studinya dengan memperoleh gelar
insinyur pertambangan. Ia bekerja dan akhirnya memimpin sebuah
perusahaan pertambangan batu baradan besi baja
c. Aliran Perilaku
Aliran perilaku berkembang karena ketidak puasan bahwa yang
dikemukakan aliran klasik dipandang tidak benar-benar membantu
pencapaian efisien produksi dan keharmonisan kerja. Oleh karena itu,
dicari upaya untuk membantu manajer mengatasi masalah organisasi
melalui sisi perilaku karyawan.
d. Aliran ilmu manajemen
Aliran ilmu manajemen ini sering disebut aliran operations research dan
aliran kuantitatif. Disebut aliran kuantutatif karena aliran ini berpendapat
bahwa persoalan-persoalan manajemen bias dipecahkan dengan
menggunakan teknik-teknik kuantitatif (dengan mengguanakan bantuan
statistic dan matematik).
Prosedur-prosedur aliran operations research tersebut kemudian
diformulasikan dan disebut aliran management science.
Langkah-langkah pendekatan manajemen science biasanya adalah
sebagai berikut:
1. Perumusah masalah
2. Penyusunan suatu model matematis
3. Mendapatkan penyelesaian dari model
4. Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model
5. Penetapan penganwasan atas hasil-hasil
6. Pelaksanaan hasil dalam kegiatan-kegiatan implementasi.

4
BAB II

KOMPARASI MANAJEMEN UMUM DAN MANAJEMEN SYARIAH

A. Pengertian Manajemen
Pengertian Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.Dalam arti khusus manajemen digunakan bagi
pemimipin atau kepemimpinan, yaitu orang orang yang melakukan kegiatan
memimpin, disebut “manajer”.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen adalah “penggunaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran”.Jadi kesimpulannya,
Manajemen adalah suatu rangkaian proses yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, tindakan pemimpin, dan pengawasan yang dilakukan oleh
seorang manajer dalam suatu organisasi untuk mewujudkan tujuan.
Pengaruh Kapitalis dan Sekuler
Pengaruh kapitalis dan sekuler dalam manajemen ada dua yaitu :
1. Pengaruh pertama, hal yang paling mendasar adalah asas atau landasan
dalam manajemen. Manajemen dipandang sebagai suatu aktivitas kehidupan
yang bebas nilai dan tidak terkait pada tolok ukur tertentu. Pandangan seperti
ini telah banyak menjebak para pelaku manajemen, yaitu dengan
mencampurkan dua hal yang sebenarnya berbeda.
a. Pandangan pertama adalah manjemen sebagai tool atau alat dalam
membantu memperlancar kegiatan hidup manusia. Sebagi suatu alat
sebagaimana ilmu pengetahuan lainnya, manajemen memang hal yang
bebas nilai atau berhukum asal sebagai mubah atau boleh.
b. Pandangan kedua merupakan konsekuensi dari pandangan pertama,
bahwa semua aktivitas manusia dalam kaitannya dengan manajemen

5
juga bersifat bebas nilai. Perbuatan manusia dalam beraktivitas
manajemen tidaklah terkaut dengan kaidah halal dan haram.
2. Pengaruh kedua, pada orientasi manajemen. Pengaruh paham kapitalis dan
sekuler juga dapat dilihat pada orientasi manajemen yang umum digunakan.
Suatu organisasi perusahaan, apapun jenisnya, dikategorikan sebagai
organisasi yang baik bila telah memiliki 3 orientasi berikut:
a. Target Profit : tujuan setiap perusahaan berdiri tentu untuk mencari profit
dan sedapat mungki meraih profit yang setinggi-tingginya.
b. Pertumbuhan : jika profit telah diraih sesuai target, maka perusahaan
akan mengupayakan pertumbuhan tingkat profitnya. Target profit
perusahaan akan terus diupayakan untuk tumbuh meningkat setiap
tahunnya.
c. Keberlangsungan : belum sempurna orientasi manajemen suatu
perusahaan bila hanya berhenti pada pencapaian target profit dan
pertumbuhan. Karena itu perlu diupayakan terus agar pertumbuhan profit
yang telah diraih dapat jaga keberlangsungannya

B. Perbedaan Manajemen Umum dan Manajemen Syariah

Dalam berbagai sumber manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu


manajemen sebagai suatu proses, manajemen sebagai kolektivitas orang-orang
yang melakukan aktivitas manajemen, serta manajemen sebagai suatu seni (art)
dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (science).

Sedangkan manajemen dalam aliran islam memiliki dua pengertian, yakni:

1. Sebagai Ilmu.
2. Sebagai suatu aktivitas.
Manajemen dipandang sebagai salah satu ilmu umum yang tidak berkaitan
dengan nilai, dan peradaban sehingga hukum mempelajarinya adalah Fardu

6
kifayah. Sedangkan sebagai aktivitas ia terikat pada aturan syara’, nilai atau
Hadlarah islam.
1. Konsep dan Filosofi Dasar
Perbedaan yang mendasar antara manajemen syariah dan manajemen
umum adalah dari filosofi dasar yang melandasinya. Manajemen umum
merupakan manajemen yang sama sekali tidak terkait demgan nilai-nilai
tauhid. Sedangkan dalam manajemen syari’ah berdasarkan apa yang telah
menjadi tuntunan ummat islam yakni tuntunan yang ada dalam Alquran dan
Hadits.
2. Etika Manajemen
Seorang manajemen syari’ah sangat memegang teguh etika dalam
melakukan aktvitasnya kepada rekannya. Seorang manajemen syari’ah akan
secara jujur dan menghindari kebohongan. Hal ini merupakan praktik
perniagaan yang pernah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW.
3. Cara pandang terhadap pesaing
Dalam industri manajemen syari’ah tidak menganggap pesaing sebagai
pihak yang harus dikalahkan atau bahkan dimainkan. Tetapi konsepnya
adalah agar setiap perusahaan mampu memacu dirinya untuk menjadi lebih
baik tanpa harus menjatuhkan pesaingnya.
4. Budaya Kerja dalam Manajemen Syari’ah
Manajemen syariah harus mempunyai budaya kerja yang berbeda dari
manajemen umum, sehingga mampu menjadi suatu keunggulan dan nilai
tambah dimata masyarakat. Budaya kerja yang harus dikembangkan adalah
sebagaimana budaya kerja yang diteladani Rasulullah SAW., yaitu siddiq,
amanah, tabligh,dan fathanah. Implementasi Manajemen Syariah (Sunarji
Harahap)

C. Persamaan manajemen umum dan manajemen syariah

Persamaan manajemen syariah dapat dilihat dari dua segi, yaitu :


7
1. Dari segi pengertian manajemen umum dan manajemen syariah
sama sama memiliki 2 pengertian, yaitu manajemen sebagai ilmu dan
manajemen sebagai aktivitas.
a. Manajemen sebagai ilmu
Merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tekah diorganisasikan
secara sistematis dan telah diuji kebenarannya melalui percobaan atau
pengamatan dengan cermat dan teliti, sedangkan pengetahuan sendiri
merupakan keseluruhan fakta-fakta, niali-nilai, asas-asas dan keterangan-
keterangan yang diperoleh melalui belajar, penelahan, ilham, intuisi serta
pengalaman.
b. Manajemen sebagai aktivitas
Dalam aktivitas, islam memandang bahwa keadaan menajemen sebagai
sesuatu kebutuhan yang tak terelakan dalam memudahkan inplementasi
islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Implementasi
nilai nilai islam berwujud pada difungsikannya islam sebagai kaidah
berfikir dan kaidah amal dalam kehidupan.
2. Dari segi fungsinya, manajemen umum dan manajemen syariah
sama sama memiliki fungsi POAC (Planning, Organizing, Actuating, and
Controlling )
a. Planning (Perencanaan)
Planning (Perencanaan) ialah menetapkan pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang digariskan.
Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena termasuk
dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa yunani yang
berarti alat, yaitu proses pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk
mencapai tujuan-tujuan dan penugasan setiap kelompok kepada seorang
manajer. Pengorganisasian adalah proses dan rangkaian kegiatan dalam
8
pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota
kelompok, penetuan hubungan pekerjaan yang baik diantara mereka,
serta pemelihraan lingkungan dan fasilitas pekerjaan yang pantas.
c. Actuating (Penggerakan)
Penggerakan adalah suatu usaha untuk menggerakkan anggota
anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran sasaran perusahaan yang bersangkutan
dan sasaran anggota anggota perusahaan tersebut oleh karena para
anggota itu ingin mencapai sasaran sasaran tersebut.
d. Controlling (pengawasan)
Pengawasan adalah suatu kegiatan untuk mencocokkan apakah
kegiatan operasional (actuating) dilapangan sesuai dengan rencana
(planning) yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan (goal) dari
organisasi. Dengan demikian yang menjadi obyek obyek dari kegiatan
pengawasan adalah mengenai kesalahan, penyimpangan, cacat dan hal
hal bersifat negatif.

D. Solusi islam dalam manajemen

Pada dasarnya ajaran islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As Sunnah
juga Ijma’ ulama banyak mengajarkan tentang kehidupan yang serba rapi, benar,
tertib dan teratur. Teori dan konsep manajemen yang digunakan saat ini
sebenarnya bukan hal yang baru dalam perspektif islam. Manajemen itu telah ada
paling tidak ketika Allah menciptakan alam semesta beserta isinya. Unsur-unsur
manajemen dalam pembuatan alam serta makhluk-makhluknya lainnya tidak
terlepas dengan manajemen langit. Ketika Nabi Adam sebagai khalifah
memimpin alam raya ini telah melaksanakan unsur-unsur manajemen tersebut.
Manajemen dalam islam tidak jauh dari pemahaman ini. Manajemen dianggap
sebagai ilmu teknik (seni) kepemimpinan diawal perkembangan islam. Akan

9
tetapi, pemikiran manajemen telah diterapkan dalam beberapa Negara yang
tersebar di penjuru dunia sebelum masa Islam.

Pemikiran manajemen dalam islam bersumber dari nash-nash Al-Qur’an


dan petunjuk-petunjuk Al-Sunnah. Selain itu, ia juga berasaskan pada nilai-nilai
kemanusiaan yang berkembang dalam masyarakat pada waktu tersebut. Berbeda
dengan manajemen konvensional, ia merupakan suatu sistem yang aplikasinya
bersifat bebas nilai serta hanya berorientasi pada pencapaian manfaat duniawi
semata. Pada awalnya manajemen ini berusaha untuk diwarnai dengan nilai-nilai,
namun dalam perjalanannya tidak mampu. Karena, ia tidak bersumber dan
berdasarkan petunjuk syariah yang bersifat sempurna, komprehensif dan
kebenaran.

10
BAB III

TONGGAK SEJARAH MANAJEMEN DALAM NEGERI ISLAM

A. Manajemen Masa Nabi Muhammad SAW


Ketika perkembangan Islam mulai tampak, dan Islam telah di dakwahkan
secara terang-terangan (persuasif), Rasulullah SAW. mulai mengutus para sahabat
untuk dijadikan sebagai duta guna mendakwahkan agama dan mengambil zakat
masyarakat Arab. Hal utama yang harus dilakukan utusan adalah memberikan
pembelajaran agama terlebih dahulu kepada pemimpin kabillah, dan diharapkan
bisa merambah pada kaumnya.
1. Syura dan Partnership
Rasulullah sering meminta pendapat dan musyawarah dengan para
sahabat, sahabat yang memiliki kelebihan intelektual, kekuatan iman dan
getol mendakwahkan Islam. Majelis Syura di masa Rasulullah terdiri dari 7
orang sahabat Muhajirin dan 7 orang sahabat Ansyar . diantara mereka
adalah Hamzah, Ja’far, Abu Bakar, Umar, Ali, Ibn Mas’ud, Salman, ‘Imar,
Hudzaifah, Abu Dzar, Miqdad dan Bilal. Mereka mendapatkan predikat An-
Nuqaba karena mereka adalah pioneer bagi keislaman kaumnya.
2. Pembagian Tugas dan Wewenang
Rasulullah mengutus sahabat Ali bin Abi Thalib untuk menangani
tugas kesekretariatan dan perjanjian-perjanjian yang dilakukan Rasulullah.
Sahabat Hudzaifah bin Aliman bertugas menangani dokumen rahasia
Rasulullah. Orang yang dipercaya untuk menangani tanda tangan dan stempel
Rasul adalah Al-Harits bin ‘Auf. Stempel yang dimiliki rasul dari besi yang
diwarnai, dan terdapat 3 baris tulisan dari perak. Tulisan tersebut adalah
Allah, Muhammad dan Rasul.
3. Pemilihan Pegawai

11
Kebanyakan pegawai Nabi berasal dari Bani Umayah, karena
Rasulullah memilih pegawai dari para sahabat yang relative kaya dan tidak
membutuhkan gaji. Rasulullah mengangkat Abu Sofyan bin Harb sebagai
pegawai di Najran, Itab bin Usaid sebagai pemimpin di Makkah. Mereka
mendapatkan gaji sebesar satu dirham setiap harinya. Itab bin Usaid
berkhubah di atas mimbar dan berkata, “Wahai manusia, Allah adalah dzat
yang memberikan rasa lapar pada lambung seorang hamba atas uang satu
dirham. Rasulullah telah memberikan rizki kepadaku satu dirham setiap hari,
dan saya tidak lagi membutuhkan bantuan dari orang lain.” Penggajian ini
merupakan system renumersi karyawan yang pertama kalinyaa. Para tokoh
sahabat ramai-ramai memberikan sedekah, harta ghanimah dan lainnya.
Diantara mereka (pegawai) ada yang kaya dan tidak berkenan mengambil
gaji mereka.
4. Harmonisasi Kemakmuran dan Keadilan
Pada zaman Rosul, belum ditemukan baitul Mal guna menyimpan
zakat, ghanimah, sedekah dan lainnya. Untuk itu, Rasulullah membagikan
harta Fai’ setiap hari, terutama yang berupa binatang ternak, seperti onta,
domba, kuda dan keledai. Rasulullah memberikan dua bagian untuk yang
sudah berkeluarga, dan satu bagian untuk yang masih bujang.
B. Manajemen Masa Khulafaurrosyidin
Konsep Syura dan Majelis Syura memiliki dampak positif, dan cukup
berani bagi penetapan keputusan manajemen daalam mengatasi persoalan hidup.
Hakikat kebenaran dan hikmah kehidupan adalah barang hilangnya kaum
Muslimin. Banyak sekali ditemukan fakta bahwa para ulama merujuk (menarik)
pendapat mereka kembali, setelah mereka menemukan pendapat seseorang atau
jama’ah dengan dalil yang lebih sahih dan hak.
1. Manajemen Pemerintahan Abu Bakar
a. Wilayah Provinsi dan Gubernur

12
Wilayah Jazirah Arab dibagi menjadi beberapa provinsi, wilayah Hijaz
terdiri dari 3 provinsi yang terdiri dari Shan’a, Hadramaut, Haulan,
Zabid, Rama’, Al-Jund, Najran, Jarsy, kemudian Bahrain dan wilayah
sekitar menjadi satu provinsi.
b. Sentral Organisasi
Dalam manajemen pemerintahan yang tersentral, kekuasaan khalifah
dibatasi pada penegakan keadilan diantara manusia, penciptaan stabilitas
keamaanan, system pertahanan, pemilihan pegawaai, dan pendelegasian
tugas diantara sahabat dan kegiatan musyawarah dengan mereka. Diawal
kemunculan Islam, biasaanya manusia memberikan hak dan mengambil
hak dari orang lain, dan berhenti dihadapan had-had Allah, tidak kembali
kepada kemunkaran dan berlebih-lebihan dalam mendapatkan hak
system peradilan dibawah pengawasan sahabat Umar r.a. Baitul Mall
menjadi tanggung jawab Abi Ubaidah bin al-Jarah. Sedangkan sahabat
Ali r.a. mendapat otoritas untuk mengawasi tawanan perang.
c. Pengawasan
Khalifah Abu Bakar senantiasa melakukan investigasi dan pengawasan
terhadap kinerja pegawainya. Setidaknya hal ini tercermin dari ungkapan
Abu Bakar r.a. kepada Yazid bin Abu Sufyan, “Saya mengangkat kamu
untuk menguji, mencoba dan mengeluarkan engkau. Jika engkau mampu
bekerja dengan baik, engkau akan aku kembalikan pada pekerjaan
bahkan akan aku tambah. Namun, jika kinerja engkau jelek, aku akan
memecatmu.”

2. Manajemen Pemerintahan Umar bin Khattab


Pada zaman kekhalifahan Umar bin Khattab r.a. sudah dipraktikkan
konsep dasar hubungan antara Negara dan rakyat, pentingnya tugas pegawai
pelayanan publik dan menjaga kepentingan rakyat dari otoritas pemimpin.
Umar r.a. melakukan pemisahan antara kekuasaan peradilan dengan
13
kekuasaan eksekutif, beliau memilih hakim dalam system peradilan yang
independen guna memutuskan persoalan masyarakat. Sistem peradilan ini
terpisah dari kekuasaan eksekutif, dan ia bertanggungjawab terhadap khalifah
secara langsung.
a. Dasar-dasar Sistem Peradilan
Dasar-dasar sistem peradilan yang dijelaskan Umar r.a. dalam surat yang
dikirimkan beliau kepada Abdullah bin Qais (Abu Musa al-
Asy’ari)hakim kota bashrah, menjelaskan dasar-dasar, prinsip dan
karakter yang harus melekat dalam sistem peradilan. Surat tersebut
mencerminkan kesadaran, intelektual dan kemampuan yang tinggi dari
diri sahabat Umar r.a. Surat ini dijadikan sebagai dasar sistem peradilan.
Sahabat Umar r.a. menjelaskan dasar peradilan dalam suratnya:
Dengan Menyebut Asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang Dari Umar r.a. Amirul Mukminin kepada Abdullah bin Qais
Semoga keselamatn sellu bersamamu
Pada intinya,tujuan dari surat itu adalah sebagai berikut :
1) Setiap manusia harus mendapat keadilan dan perlakuan yang sama
dalam hukum
2) Bukti harus ditunjukkan oleh pendakwa
3) Boleh merujuk atas perkara yang telah lalu.
b. Sistem Pengawasan
Pada masa khalifah Umar dikeluarkan pemikiran adanya
pengawasan manajemen terhadap kinerja pegawai public. Pengawasan
ini dimaksudkan untuk menjaga penduduk dari tindak kezaliman dan
kesewenangan pegawai pelayanan publik atau seorang pemimpin.
Khalifah Umar mewakilkan Muhammad bin Musallamah untuk
menangani pengaduan yang disampaikan oleh rakyat dan menuntaskan
keluhan dan persoalan yang dihadapi rakyat. Untuk itu, beliau

14
berkeliling dan menanyakan kondisi yang sedang dihadapi masyarakat.
Dengan demikian, harapan mereka bisa direalisasikan.
Pada masa ini telah terbentuk 3 lembaga utama untuk mengatur
sistem pemerintahan yaitu pasukan perang, keuangan Negara dan
lembaga administrasi, kesekretariatan. Dengan demikian ada pemisahan
pengurusan keuangan Negara yang independen, sehingga bisa
mewujudkan keadilan dan pengawasan internal, karena pegawai yang
bertugas menarik dana tidak berada di bawah otoritas dan intimidasi
pemimpin.
Kekuasaan Islam pada masa khalifah Umar r.a. semakin luas. Jika
pada masa kekhalifahan sebelumnya hanya ada 12 propinsi, pada masa
khalifah Umar bertambah sampai ke Negara Paris, Irak, Bahrain dan
Afrika, yang terbagi menjadi 14 propinsi. Para gubernur yang
mengepalai setiap propinsi mempunyai tanggung jawab sebagai berikut :
1) Membentuk pasukan perang
2) Menciptakan sistem peradilan
3) Menarik harta kharaj, zakat dan menentukan pegawainya .
4) Menjaga agama dan perkara haram serta nilai-nilai agama
5) Menegakkan hak atas Allah dan anak Adam
6) Membentuk kepemimpinan dalam jamaah dan menentukan
pemimpinnya
7) Memberangkatkan kaum muslim yang ingin berhaji
8) Mewajibkan perang mengalahkan musuh membagi ghanimah
c. Sentral Administrasi
Proses administrasi yang terkait keuangan negara telah
terpikirkan di masa Khalifah Umar r.a. Pada masa tersebut, terdapat
pemikiran untuk memisahkan administrasi penarikan harta kaum
Muslimin dan sistem peradilan dan kekuasaan eksekutif. Lembaga

15
keuangan negara ini terpisah dan independen dari kekuasaan pemimpin
(eksekutif), sistem peradilan ataupun pemimpin perang.
Lembaga keuangan ini memiliki pegawai yang akan mengatur
keuangan negara sesuai dengan pos pos yang telah disepakati, jika masih
terdapat kelebihan, dana itu dikumpulkan dan diserahkan ke rumah
khalifah untuk disimpan dalam Baitul Mal kaum Muslimin. Karna tidak
ada keterkaitannya dengan lembaga keuangan, sistem peradilan dan
pasukan perang akan bisa mewujudkan keadilan dan pengawasan
internal. Telah terbentuk 3 lembaga utama pada masa kekhalifahan Umar
r.a untuk mengatur sistem pemerintah, yakni diwan al-jund (pasukan
perang), diwan al-kharaj (keuangan negara), dan diwan al-rasail
(lembaga administrasi, kesekretariatan).
d. Pemerintah Daerah
Dengan menggunakan sistem pemerintahan daerah (provinsi),
wilayah negara islam terbagi menjadi beberapa provinsi. Pada masa
Khalifah Abu Bakar r.a, terbagi menjadi Mekkah, Madinah, Thaif,
Shan’a, Hadramaut, Haulan, Zabid, Rama’ (Yaman), al-jund, Najran,
Jarsy dan Bahrain.
Di masa kekhalifahan Umar r.a, wilayah kekuasaan Islam
semakin luas, sehingga wilayah tersebut dibagi menjadi beberapa
provinsi untuk mempermudah pengaturannya dan pemberdayaan sumer
daya yang ada. Wilayah Islam dibagi; provinsi Al-Ahwaz dan Bahrain.
Menurut Imam Al-Mawardi, gubernur provinsi tersebut memiliki
beberapa tanggung jawab sebagaimana berikut ini:
1) Membentuk dan membina pasukan perang dan memerhatikan
kesejahterannya.
2) Menciptakan sistem peradilan.
3) Menarik harta kharaj, zakat dan menentukan pegawainya serta hak-
hak yang harus diterimanya.
16
4) Menjaga agama dan perkara haram, serta menjaga nilai-nilai agama
dari perubahan penggantian.
5) Mengenakkan hak atas hak Allah dan anak adam.
6) Membentuk kepemimpinan dalam setiap jamaah dan menentukan
pemimpinnya.
7) Memberangkatkan kaum Muslimin yang ingin berhaji.
8) Jika dalam kondisi perang, mewajibkan perang (jihad) mengalahkan
para musuh, dan membagikan harta ghanimah.
3. Manajemen Pemerintahan Ustman bin Affan
Dalam menjalankan pemerintahan pada wilayah kekuasaannya,
Khalifah Utsman r.a selalu bermusyawarah dengan para ahli ilmu yang
ditetapkan di masa Khalifah Umar r.a. Di samping itu, Khalifah Utsman r.a
juga tetap memakai pegawai yang ditetapkan Khalifah Umar r.a. untuk
beberapa wilayah. Beliau juga mengangkat sebagian keluarganya untuk jadi
pegawai, dan juga mengangkat Marwan bin Hakim.
Di awal kekhalifaannya,umur Khalifah Utsman r.a relatif tua. Akan
tetapi, disaat umur beliau melebihi 70 tahun, beliau masih sanggup
memberangkatkan pasukan di bawah pimpinan Walid bin Uqbah ke
Adzribijan dan Arminiyah. Selain itu, beliau juga mengurus Amr bin Ash
Gubernur Mesir untuk mengirimkan pasukan perang ke Alexandria dan
menguasai Romawi. Beliau juga mengirimkan pasukan ke Afrika Selatan di
bawah pimpinan Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sarh, dan di sertakan juga
Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Zubair, akhirnya Barbar dapat
ditaklukkan dan membawa harta ghanimah yang melimpah.
Bentuk manajemen yang diterapkan dalam pemerintahan Utsman r.a
tercermin dalam pengumpulan mushaf Al qur’an menjadi satu dikenal
dengan Mushaf Utsmani karena adanya kekhawatiran tersisianya Al qur’an
karena adanya perbedaan lahjah(pengucapan) dan pembacaan, adanya
perbedaan pembacaan (qiraah) Ahli Syam dan Ahli Iqra serta primordialisme
17
bacaan mereka (truth claim). Tugas penulisan per huruf Al qur’an ini
dibebankan kepada Zaid bin Tsabit, Sa’id bin Ash, Abdullah bin Zubair,
Abdurrahman bin Harits bin Hisyam.
4. Manajemen Pemerintahan Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a menjalankan sistem pemerintahan
sebagaimana para khalifah sebelumnya, baik dari segi kepemimpinan
ataupun manajemen. Dalam mengangkat seorang pemimpin, beliau
mendelegasikan wewang dan kekuasaan atas wilayah yang dipimpinnya.
Khalifah senantiasa mengajak pegawainya untuk hidup zuhud, berhemat dan
sederhana dalam kehidupan, begitu juga untuk selalu memperhatikan dab
berbelas kasihan terhadap kehidupan rakyatnya.
Isi surat yang dikirimkan Khalifah Ali r.a kepada Asytar al-Nukhai,
Gubernur Mesir, mencerminkan perjalanan,falsafah dan praktik manajemen.
Selain itu, surat itu juga memuat prinsip-prinsip manajemen, terutama terkait
dengan pentingnya konsep musyawarah dan pengambilan keputusan, prosesi
seleksi pimpinan (gubernur) dan para pegawainya, serta sistem renumerasi
yang relevan dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka tidak
memanfaatkan kekuasaan untuk mengambil keuangan publik (korupsi).
C. Manajemen Pemerintahan Bani Umayah
Pada masa pemerintahan Bani Umayah, perkembangan manajemen yang
telah diawali pada masa Khulafaurrasyidin tidak bisa berkembang secara alami.
Perjalanan manajemen mengalami stagnansi. Hal ini disebabkan adanya persoalan
dalam peraturan politik, tepatnya terdapat perseteruan politik dikalangan elite
sahabat. Dampaknya, manajemen pemerintah tidak berjalan di atas prinsip-
prinsip politik yang telah dikembangakan sebelumnya. Politik tidak lagi
mengindahkan prinsip syura dalam prosesi pemilihan anggota ahlul hilli wa’aqdi
(anggota DPR) dari para sahabat.
Perseteruan politik ini menyebabkan munculnya beberapa pemberontakan
(revolusi) terhadap pemerintahan Bani Umayah, di antaranya pemberontakan
18
yang dilakukan oleh Kaum Khawarij. Selain itu, pemberontakan juga dilakukan
Bani Abbasiyah dengan melakukan dakwah terselubung (underground) bahwa
pemerintahan telah berjalan menyimpang dari nilai-nilai islam.
Pada pemerintahan Bani Umayah terjadi perluasan manajemen
pemerintahan. Al-diwan (lembaga,kantor,departemen) telah berkembang menjadi
5 diwan : diwan al-jund (angkatan perang), diwan al-kharaj (keuangan), diwan ar-
rasail (sekretariat), diwan al-khatam (otorisasi, stempel), dan diwan al-barid
(kantor pos)yang telah tersentral di pusat pemerintahan. Di setiap wilayah
provinsi terdapat 3 macam al-diwan, yakni diwan al-jund, ar-rasail dan al-maliyah
(keuangan).
D. Manajemen Pemerintahan Bani Abbasiyah
Pemerintahan Bani Abbasiyah memiliki peran yang cukup signifikan
dalam pembentukan lembaga-lembaga pemerintahan. Kemudian berkembanglah
lembaga kementrian, sistem peradilan dan pemikiran pembentukan lembaga al-
Hisbah yang mengawasi kehidupan sosial masyarakat, dan memerintahkan
kepada kebaikan dan mencegah tindak kemungkaran (amar ma’ruf nahi munkar).
Bertambahnya lembaga ini menuntut adanya penambahan jumlah pegawai dan
merupakan refleksi tuntutan layanan pemerintahan yang semakin meluas.
1. Kementrian (Al-Wuzarah)
Pada periode awal pemerintahan Islam belum pernah terpikirkan
pembentukan kementrian di dalam manajemen pemerintahan. Abu Salmah
al-Khalal merupakan orang yang pertama kali memiliki ide pembentukan
kementrian di masa pemerintahan Abu Abbas al-sifah. Syarat orang yang
ingin menjadi menteri ialah terpuji di antaranya amanah (dapat dipercaya),
sidiq (jujur), cerdas, bijaksana dan memiliki kompetensi (ahli di bidangnya).
Al-wuzarah merupakan kata derivatif yang seacara linguistik
bermakna berat atau beban. Hal ini karena seorang wazir memiliki beban
untuk menanggung persoalan –persoalan negara. Seoarang wazir juga

19
merupakan tempat berlindung dan bersandar, artinya tempat rujukan untuk
menyelesaikan persoalan manajemen pemerintahan.
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, terdapat dua pemahaman
terkait dengan dengan istilah al-wuzarah, yakni wuzarah al-tanfidz
(pelaksana) dan wuzawarah al-tafwidh (pendelegasian). Dalam wuzarah al-
tanfidz,wazir memiliki tugas untuk merealisasikan perintah-perintah khalifah
secara cermat,dan ia tidak memiliki pendapat pribadi. Dalam wuzawarah al-
tafwidh, wazirmemiliki kekuasaan dan wewenang luas, bahkan terkadang
bersifat mutlak. Wazirmemiliki hak untuk untuk melakukan segala tindakan,
keputusan manajemen pemerintahan pemerintahan dalam mengatasi
persoalan tanpa harus merujuk (meminta pertimbangan) kepada khalifah.
Wazir di beri hak untuk memilih para pegawai (gubernur), memberangkatkan
pasukan perang, dan memberikan pandangan terhadap persoalan Baitul Mal
dan Al-Madzalim (lembaga peradilan).
2. Sistem Peradilan
Pada masa ini Rasulullah bertindak sebagai qadhi (hakim) di masa
pemerintahannya. Rasulullah bersabda: “Bukti harus mampu ditunjukkan
oleh pendakwa,dan sumpah diperuntukkan orang yang ingkar.” Secara
syar’i, bukti (bayyinah) merupakan istilah atas sesuatu yang bisa menjelaskan
dan menampakkan kebenaran (al-haq). Artinya, seorang pendakwa
berkewajiban untuk menunjukkan dan menjelaskan keshahihan (kebenaran)
dakwaan yang dilontarkannya. Jika ia mampu menunjukkan kebenaran dan
keshalihihan dakwaan, maka akan diberikan putusan.
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, sistem peradilan telah
dikembangkan dan dikenal istilah qadhi al qudhat (ketua peradilan,
mahkamah agung, menteri kehakiman) yang berdomisili di ibukota negara.
3. Diwan al-Madzalim
Diwan ini bertujuan untuk mewujudkan keadilan dan
menghilangkan tindak kezaliman di antara praktisi hukum dan pegawai
20
pemerintahan. Diwan al-madzalim memiliki kekuasaan dan posisi yang lebih
tinggi dari seorang hakim dan muhtasib (pengawas kehidupan masyarakat).
Didirikan diwan ini untuk menangani kasus-kasus para pejabat, dan ia
dipimpin oleh seorang yang mulia dan merupakan orang yang wira’i
(menjaga diri dari dosa).
4. Sistem Hisbah (Al-Hisbah)
Al-Hisbah merupakan lembaga manajemen pemerintahan, dan orang
yang pertama kali menekankan peran al-hisbah adalah Rasulullah. Seorang
mustahib (petugas hisbah) memiliki tugas menyelesaikan persoalan publik,
tindak perdata (jinayat) yang membutuhkan keputusan secara cepat. Seorang
muhtasib bertugas memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah
kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar), menjaga adab,tata awasi
pelaksanaan sistem pasar, mencegah tindak kejahatan,menjaga pelaksanaan
hukum, menaikkan harga untuk meraih keuntungan pribadi.

BAB IV

PERENCANAAN DALAM ISLAM

A. PengertianPerencanaan
1. Secara definitif, Stoner dan Wankel memperkenalkan istilah perencanaan
sebagai proses pemilihan tujuan organisasi, penentuan kebijakan dan
program yang diperlukan untuk mencapai sasaran tertentu dalam rangka
mencapai tujuan, dan penetapan metode yang dibutuhkan untuk menjamin
agarkebijakan dan program dapat dilaksanakan sesuai kemampuan dan
kondisi yang berkembang.
2. Menurut Harold Koontz dan Cyril O’Donel, perencanaan adalah fungsi
seorang manajer yang berhungan dengan memilih tujuan-tujuan, kebijakan-
kebijakan, prosedur-prosedur, program-program fdari alternatif-alternatif
yang ada.

21
3. Menurut G.R.Terry, perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta
dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa datang
dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian perencanaan dapat
disimpulkan bahwa perencanaan adalah pekerjaan mental untuk memilih sasaran,
kebijakan, prosedur, dan program yang diperlukan untuk mencapai apa yang
diinginkan pada masa yang akan datang.
B. Hierarki Perencanaan
Ada dua jenis utama dari rencana yaitu (1) rencana strategis, yang
dirancang untuk mencapai tujuan yang luas, yang menggambarkan eksistensi
perusahaan, dan (2) rencana operasional yang memberi rincian tentang bagaimana
rencana yang dilaksanakan.
Rencana operasional juga ada dua jenis : (1) rencana sekali pakai atau
“single-use plans”, yang dikembangkan untuk mencapi tujuan khusus dari
perusahaan yang akan dibubarkan bila tujuan tercapi dan (2) rencana tetap atau
“standing plan”, yang merupakan pendekatan yang dibakukan untuk menangani
situasi yang berulang kali terjadi.

C. Tahapan Perencanaan
Stoner James , A.F. (1988) merumuskan empat langkah dalam proses
perencanaan sebagai berikut.

Langkah Langkah Langkah Langkah


1 2 3 4
Menentu Mengem
Menentu
-kan -
Menetapk kan Tujuan
bantuan bangkan
an tujuan situasi
dan seperan
sekarang
rintanga gkat

22
Langkah 1.Menetapkan tujuan atau seperangkat tujuan. Perencanaan pertaman –
tama harus menetapkan apa yang dibutuhkan atau subunit sehingga sumber daya
organisasi tidak terpencar dan dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Langakh 2.Mendefinisikan situasi saat ini. Informasi keadaan organisasi saat ini
tentang berapa jauhkah jarak organisasi sasarannya, sumber daya yang dimiliki,
data keuangan dan statistic harus dirumuskan sehingga langkah selanjutnya
dengan lancar.
Langkah 3.Mengidentifikasikan hal-hal yang membantu dan menghambat tujuan.
Dengan menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal organisasi dapat
diketahui faktor-faktor yang membantu pencapaian tujuan dan yang menimbulkan
masalah. Pengetahuan tentangfaktor-faktor ini membantu perencanaan
meramalkan situasi di masa mendatang.
Langkah 4.Mengembangkan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai
tujuan. Langkah ini melibatkan berbagai alternative arah tindakan untuk mencapai
sasaran, mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada dan memilih yang paling
sesuai atau menguntungkan diantara alternative tersebut.

D. Fungsi Perencanaan Menurut Syariah


1. Mendorong pimpinan mulai dari eselon atas seperti top manajemen sampai
pada eselon bawah untuk berpikir secara sistematis.
2. Membantu pemimpin dalam melaksanakan koordinasi.
3. Mendorong pemimpin eselon atas untuk menampilkan garis-garis besar
haluanorganisasi demi terciptanya tujuan.
4. Membantu pelaksanaan pengawasan terhadap perkembangan dari apa yang
direncanakan.
5. Membatu pimpinan dalam menghadapi perkembangan di masa yang akan
datang.
6. Membantu terciptanya gambaran dan hubungan pertanggung jawaban dari
masing-masing bagian organisasi.
23
Perencanaan sangat penting, karena hasil dari perencanaan tersebut
memperjelas tujuan yang sebenarnya ingin dicapai. Selain itu, hasil dari
perencanaan juga dapat menjadi pedoman pelaksanaan sehingga terlihat jelas
target-target yang harus dilalui untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
E. Pengambilan Keputusan Perencanaan dalam Tinjauan Syariah
Pengambilan keputusan perencanaan merupakan hal yang sangat penting,
karena keputusan tersebut akan berpengaruh pada terlaksana atau tidaknya dari
tujuan yang ingin dicapai. Keputusan ditujukan untuk masa yang akan datang.
Efek yang ditimbulkan dari pengambilan keputusan tersebut akan berguna pada
hari-hari yang akan datang. Akan tetapi disamping itu pengambilan keputusan
juga menimbulkan beberapa risiko yang juga mungkin terjadi. Dalam hal ini,
setiap pengambil keputusan harus bertanggung jawab terhadap risiko yang terjadi.
Basis pengambilan keputusan (decision making)yang dilakukan oleh
manajer (decisin marker) biasanya didasarkan atas :

1. Keyakinan
Manajer (decision marker)dalam pengambilan keputusan (decision
making) didasarkan atas keyakinan bahwa “keputusan” (decision) inilah yang
terbaik setelah diperhitungkan dan dianalisis faktor-faktor internal dan
eksternal serta dampak positif dan negatif dari keputusan tersebut.
Jadi, keyakinanlah yang dijadikan sebagai basis pengambilan
keputusan oleh manajer.
2. Intuisi
Manajer dalam pengambilan keputusan didasarkan atas suara hati
(intuisi), bersifat ilham dan perasaan-perasaan (good feeling)-nya. Sasaran-
sasaran, pengaruh, preferensi-preferensi, dan psikologis individu pengambil
keputusan memegang peranan penting. Di sini ilmu subjektif sangat vital.
Pengambilan keputusan secara intuisi biasanya mengandalkan naluri,
perasaan pribadi, kemampuan mental,tetapi setiap situasi dihadapinya dengan
sikap realistis dan memutuskannya menurut perasaan saja.
24
3. Fakta fakta
Pengambilan keputusan didasarkan atas hasil analisis data, informasi,
dan fakta-fakta, serta didukung oleh kemampuan imajinasi, pengalaman,
perspektif yang tepat, dan daya pikir untuk mengimplementasikan siyuasi dan
kondisi masa depan.
Keputusan (decision) yang ditetapkan berdasarkan fakta-fakta ini relatif
baik, logis, rasional, dan dapat dipertanggung jawabkan serta bisa diterapkan
pada setiap situasi dan kondisi.
4. Pengalaman
Manajer dalam pengambilan keputusannya didasarkan kepada
pengalamannya dan pengalaman pihak-pihak lain. Pengalaman sangat
berharga, memberikan petunjuk-petunjuk dan memberikan jawaban atas
pertanyaan “apa yang harus dilakukan dalam situasi dan kondisi ini?”.
5. Kekuasaan
Decision marker dalam pengambilan keputusan (decision making)
harus berpedoman atas kekuasaan (authority) yang dimilikinya, supaya
keputusan itu sah dan legal untuk diberlakukan. Hal ini disebabkan authority
merupakan dasar hukum untuk bertindakdan berbuat sesuatu.

F. Implementasi Perencanaan Syariah


Beberapa implementasi perencanaan syariah antara lain:
1. Perencanaan Bidang SDM
Permasalahan dibidang SDM ini adalah penetapan standart perekrutan SDM.
Dalam kajian syariah, perekrutan SDM bisa didasarkan pada profesionalisme
dengan kriteria kafa’ah yaitu ahli dalam bidangnya, dan himmatul amal yaitu
memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi, serta amanah yaitu terpercaya
dan bertanggung jawab.
2. Perencanaan Bidang Keuangan
Permasalahan di bidang keuangan ini adalah penetapan sumber dana dan
alokasi pengeluaran. Dalam kajian syariah, penetapan sumber dana
25
didasarkan pada kehalalannya. Sebagai contoh tidak mengandung riba.
Selain itu, pemanfaatan dana juga harus digunakan dengan baik.
3. Perencanaan Bidang Operasi atau Produksi
Pada bidang ini implementasi syariahnya dapat berupa bahan yang digunakan
untuk produksi serta proses produksi itu sendiri. Bahan yang digunakan harus
terjamin kehalalannya, sehingga terjamin keamanannya. Begitunya dalam
proses produksinya, harus sesuai dengan syariah.
4. Perencanaan Bidang Pemasaran
Implementasi syariah pada bidang ini berupa penetapan segmentasi pasar,
target, posisi, serta promosi.

BAB V

PENGORGANISASIAN DALAM ISLAM

A. Pengertian Pengorganisasian
Pengorganisasian yaitu fungsi managemen dan merupakan suatu proses
yang dinamis, sedangkan organisasi merupakan alat atau wadah yang statis.
Pengorganisasi dapat diartikan penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagi-bagikan pekerjaan kepada
seriap karyawan, penetapan departemen-departemen (subsistem) serta penentuan
hubungan-hubungan1
1
Drs. H. Malayu S. P. Hasibuan, MANAJEMEN Dasar,pengrtian, dan masalah, ( Bandung : Bumi Aksara,
2001), hlm. 118.
26
Pengorganisasian merupakan sebuah entitas yang menunjukan sebagai
bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa, sehingga hubungan mereka satu
sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka terhadap keseluruhan2
B. Prinsip Pengorganisasian Dalam Islam
1. Struktur Kepemimpinan
Islam mengakui adanya keniscayaan sebuah pengorganisasian dalam
kehidupan masyarakat, memungkinkan adanya strata kepemimpinan atas
kekuasaan, sebelum didelegasikan kepada seseorang. Rasululloh bersabda : “
ada tiga perkara yang dihalalkan bagi tiga orang yang berkelompok di muka
bimi, kecuali salah satu diantara mereka dijadikan sebagai pemimpin.” Dan
beliau bersabda : “ ketika tiga orang keluar melakukanj perjalanan, maka
salah satu di antara mereka harus dijadikan sebagai pemimpin.”
Dalam islam, perbedaan level pekerjaan dan kepemimpinan
(kekuasaan) berstandar pada perbedaan ilmu pengetahuan, intelektual,
ataupun pengalaman teknis. Alloh berfirman : “ kami tinggikan drajat orang
yang kami kehedaki; dan diatas tiap-tiap orang yang berpengalaman itu ada
lagi Yang Maha Mengetahui “.

2. Wewenang Dan Tanggungjawab


Wewenang dan tanggngjawa sangat terkait erat dengan kepemimpinan
dalam struktur manajemen. Wewenang dan tanggungjawab ini linier dengan
strata kepemimpinan dalam level manajemen. Adanya pembatasan
wewenang dan tanggungjawab setiap individu dalam manajemen, merupakan
konsep dasar pengorganisasian. Dimaksudkan agar setiap karyawan
mengetahui kewajiban, tanggungjawab dan wewenangnya. Tangungjawab
disini bersifat individu, setiap pribadi karyawan bertanggungjawab terhadap
tindakan dan kinerja yang dilakukan.
3. Konsepsi Syura
2
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah, ( Jakarta: PT. Raja grafindo persada,2006), hlm.91

27
Alloh mewajibkan kepada kaum muslimin untuk saling tukar pendapat
(bermusyawarah) antara pemimpin dan bawahan dalam semua level
manajemen dan kepemimpinan, serta untuk berbafai urusan. Dalam
menjalankan pemerintahannya, Rasulullah selalu berpegang teguh pada
konsep syura dan meminta pendapat para sahabat yang memiliki keahlian dan
pengalaman untuk menyelesaikan persoalan, baik dalam bdang politik,
ekonomi, peperangan ataupun manajemen pemerintahan.
4. Pendelegasian Wewenang
Pendelegasian wewenang ini, tercermin dalam pemerintahan umar r.a
suatu ketika masyarakat mengadukan kepemimpinan Iyadh bin Ghanm dama
pengelolaan harta baiul mall beliau memperluas pemberian harta baitul mall,
sehingga hanya tersisa sedikit daripada khalid bin walid. Khalifah umar r.a
kemudian berkata : “ ini merupakan tugas dan tanggungjawab abu ubaidah. “
tugas untuk mengawasi dan mengaudit keuangan baitul mall menjadi tugas
dan wewenang abu ubaidah al-jarah. Beliau memeiliki wewenang dan
tangungjawab untuk mengatasi persoalan Iyadh bin Ganm, walaupun beliau
kaerabat abu ubaidah.
3

C. Struktur Dan Bentuk Organisasi


Suatu struktur organisasi akan memberi informasi tentang :
1. Tipe organisasi, artinya struktur organisasi akan memberikan informasi
tentang tipe organisasi yang dipergunakan perusahaan, apa line organization,
line and staff organization, atau functional organization.
2. Pendepartemenan organisasi adalah struktur organisasi akan memberikan
informasi mengenai dasar pendeparemenan (bagian), apa berdasarkan fungsi-
fungsi manajemen, wilayah, produksi, shif, dan lain sebagainya.
3. Kedudukan artinya struktur organisasi memberikan informasi mengenai apa
seseorang termasuk kelompok manajerial atau karyawan operasional.
3
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah, ( Jakarta: PT. Raja grafindo persada,2006), hlm.92

28
4. Jenis wewenang artinya struktur organisasi memberikan informasi tentang
wewenang yang dimiliki seseorang, apa line authority, staff authority, atau
functional authority.
5. Rentang kendali artinya struktur organisasi memberikan informasi mengenai
jumlah karyawan dalam setiap departemen (bagian).
6. Manajer dan bawahan, artinya struktur organisasi memberikan informasi
mengenai garis perintah dan tanggung jawab, siapa atasan dan setiap
bawahan.
7. Tingkatan manajer, artinya struktur organisasi memebrikan informasi tentang
top manager, middle manager, dan lower manager.
8. Bidang pekerjaan artinya setiap kotak dalam struktur organisasi memberikan
informasi mengenai tugas-tugas dan pekerjaan-pekerjaan serta
tanggungjawab yang dilakukan pada bagian tersebut.
9. Tingkat manajemen artinya sebuah bagan tidak hanya menunjukkan manajer
dan bawahan secara perorangan, tetapi juga hiearki manajemen secara
keseluruhan.
10. Pimpinan organisasi artinya struktur organisasi memberikan informasi
memberikan informasi tentang apa pimpinann tunggal atau pimpinan kolektif
atau presidium.
D. Islam Dan Pendelegasian Wewenang
Konsep syura yang ditentukan Alloh dalam mengatur persoalan hidup
kaum muslimin, bukan berarti memberikan wewenang ( kekuasaan ) mutlak
ditangan khalifah dan pemimpin. Sebagai konsekuensi adanya konsep syura,
wewenang terkit dengan keputusan bersama dan didelegasikan kepada para
pembantu dan pegawai khalifah. Khalifah mendelegasikan wewenang kepada
gubernurnya untuk mengatur wilayah yang dikuasainya, sebagai mana khalifah
juga menedelegasikan wewenang pembantunya disentral pemerintahan.
Setiap pemimpin dan gubernur suatu wilayah memiliki wewenang untuk
mengatur dan mengelola daerah kekuasaan masing-masing. Akan tetapi,
29
pendelegasian wewenang ini bukan berarti khalifah tidak memiliki hak
melakukan intervensi atau pendapat kepada mereka. Khalifah tetap memiliki hak
untuk melakukan pengawasan dan audit, terutama ketika wewenang
itudisalahgunakan. Contoh diantara bentuk pendelegasian wewenang mutlak
adalah apa yang dilakukan oleh Khalid bin Walid dalam membuat perjanjian
dengan Persia. Perjanjian Amr bin Ash dengan Maquqis, hakim Mesir tanpa harus
merujuk kepada khalifah. Para pemimpin tersebut memiliki wewenang mutlak.2
E. Teknik-Teknik Pengorganisasian
1. Teknik Penguasaan Lapangan Dalam Organisasi
Dalam ilmu pengkondisian lapangan ini, kita akan mempelajari dan
melatih mengenai bagaimana teknik mengendalikan massa di lapangan
sehingga massa bereaksi sesuai dengan apa yang kita inginkan dan agar
informasi yang hendak kita sampaikan dapat diterima massa secara optimal.
Mengendalikan massa berbeda jauh tingkat kesulitannya dibandingkan
jika mengendalikan kelompok orang yang berjumlah kecil. Tetapi bagi
seorang tenaga professional lapangan, mengendalikan massa adalah hal yang
mudah jika kita menguasai ilmunya.
2. Teknik Pengkondisian Awal
Tugas pertama orang-orang lapangan adalah :
a. Mengumpulkan massa
Massa tentu belum ada di tempat yang kita inginkan dan walau ada
di tempat yang kita inginkan, belum tentu mereka berada dalam satu
forum dengan kita. Tugas awal kita adalah menyatukan mereka dengan
kita.
Teknik yang dapat kita gunakan adalah ajakan, perintah ataupun
paksaan. Pengkondisian lapangan ini juga dapat dilakukan jauh-jauh
waktu sebelum acara digelar, seperti jika acara digelar siang, maka pagi-
paginya telah dilaksanakan publikasi.
b. Mengkondisikan massa
30
Massa perlu dikondisikan agar :
c. Massa “panas” atau bergairah
d. Massa siap menerima informasi
e. Massa (lingkungan) mendukung proses penyampaian informasi
F. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian pada hakikatnya mengandung pengrtian sebagai proses
penerapat struktur peran, melalui penentuan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dan bagian-bagiannya. Pengelompokan
aktivitas-aktivitas, penugasan kelompok-kelompok aktivitas kepada manajer-
manajer, penedelegasiakan wewenang untuk melakukannya, pengoordinasian
hubungan-hubungan wewenang dan informasi, baik horizontal maupun vertikal
dalam struktur organisasi.
Dalam pengorganisasian, terdapat struktur kepemimpinan yang
memungkinkan terdapat pemimpin untuk beberapa level, serta adanya hubungan
atasan dan bawahan. Secara struktural, bawahan hanya menerima perintah dari
atasanya dan hanya betanggungjawab kepadanya. Kesatuan perintah yang
bermula sebagai penjabaran kesatuan visi organisasi akan membawa seluruh
SDM organisasi kepada kesatuan arah guna mewujudkan tujuan organisasi.

BAB VI

PENGARAHAN DALAM ISLAM

A. Definisi Pengarahan
Jadi pengarahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemimpin untuk
membimbing, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas
dalam melaksanakan sesuatu hal. Pengarahan ini dapat dilakukan dengan cara
persuasive atau bujukan dan intruktif, tergantung cara mana yang paling efektif.
31
Pengarahan disebut efektif, jika dipersiapkan dan dikerjakan dengan baik serta
benar oleh karyawan yang ditugasi untuk itu.
Dalam memberikan pengarahan manajer melakukan hal hal sebagai
berikut :
1. Mengetahui bawahan
2. Mengetahui kemampuan dan keahliannya dan kemmpuaanya
3. Mengerti akan kapasitas dan keinginan keinginannya
4. Mengetahui apa yang dapat dihasilkan
5. Telah mengamati sikap hidupnya.

Dengan semua latar belakang tersebut manajer akan mampu untuk


memberikan tekhnik memberikan pengarahan, untuk mendapatkan hasil hasil
yang diinginkan dengan cara yang terbaik. Menyediakan informasi yang akan
diperlukan untuk mengambil langkah langkah yang efektif, dalam menunjang
pengarahan yang penting.4

Pokok pokok masalah yang dipelajari pada fungsi pengarahan (Directing)


adalah :

1. Tingkah laku manusia ( Human Behavior )


Tingkah laku manusia dapat kita ketahui dengan mempelajari psikologi,
sosiologi, antropologi, psikologi social, dan psikologi manajemen. Manusia
dalam berkelompok mempunyai latarbelakang yang heterogenseperti jenis
kelamin, umur, Pendidikan, agama, kebudayaan, kepentingan dsb.
2. Hubungan manusiawi ( Human Relation )
Hubungan antara orang orang yang dilakukan di suatu organisasi. Jadi bukan
hubungan dalam arti kekelurgaan tapi hubungan manusiawi ini tercipta serta
didorong oleh kebutuhan dan kepentingan yang sama, misalnya untuk
memperoleh pendapatan, kemanan, kekuatan, dsb.5
3. Komunikasi ( Communication )
4
George R. Terry, Prinsip – Prinsip Manajemen, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara,2012), hal 140
32
Komunikasi hal yang terpenting dalam manajemen, karena proses
manajemen baru terlaksana jika komunikasi dilakukan pemberian perintah,
laporan informasi, berita, saran dan menjalin hubungan dan dapat dilakukan
dengan komunikasi saja, tanpa proses komunkasi manajemen tidak akan
terlaksana.
Hambatan

Komunikator Pesan Komunikan

Feedback

( Proses Komunikasi )

Unsur Unsur Komunikasi :

a. Komunikator ( Pemberi = Giver) adalah orang yang emnyampaikan


pesan komunkasi
b. Pesan adalah informasi, perintah, laporan, berita yang disampaikan
c. Saluran ( Simbolis = Channel) adalah alat atau symbol yang
digunakan untuk berkomunikasi.
d. Komuikan ( Receiver ) yaitu orang yang menerima pesan komunikasi
e. Feedback ( Action) adalah reaksi yang ditimbulkan saat komunikasi.6
4. Kepemimpinan ( Leadership )
Merupakan inti sari manajemen dengaan kepemimpinan yang baik, proses
manajemen akan berjalan lancer dan karyawan bergairah meelaksanakan
5
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pegertian dan Masalah,(Jakarta: Bumi
Aksara,2011), hal 190
6
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pegertian dan Masalah2007,… hal 192
33
tugas tugasnya .Menurut Pancasila kepemimpinan ialah kepemimpinan yang
memiliki jiwa Pancasila, yang memiliki wibawa dan daya untuk membawa
serta dan memimpin masyarakat lingkunganya kedalam kesadaran kehidupan
kemasyarakatan dan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.7
Fungsi Fungsi Kepemimpinan
a. Pengambilan Keputusan dan merealisasi keputusan
b. Pendelegasian wewenang dan pembagian pekerjaan kepada bawahan
c. Meningkatkan daya guna dan hasil guna semua unsur manajemen
d. Memotivasi bawahan, supaya bekerja efektif dan bersemangat
e. Mengembangakan imajinasi kreatifitas dan loyalitas bawahan
f. Pemrakarsa penggiatan dan pengendaliam rencana
g. Mengkoordinasi dan mengintegrasi kegiatan kegiatan bawahan
h. Penilaian prestasi dan pemberian teguran atau penghargaan kepada
bawahan
i. Pengembangan bawahan melalui Pendidikan atau pelatihan
j. Melaksanakan pengawasan melekat ( waskat ) dan tindakan tindakan
jika perlu.
k. Memelihara aktivitas aktivitas sesuai ijinnya
l. Mempertanggungjawabkan semua tindakannya kepada pemilik,
karyawan dan pemerintah
m. Membina dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
n. Pemberian kompensasi, ketenangan, dan keselamatan bagi karyawan.8
B. Tujuan Pengarahan
Tujuan utama dari sebuah pengarahan ialah untuk meningkatkan
pencapaian tujuan dari system manajemen dengan cara menuntun kegiatan
kegiatan yang dilakukan oleh para anggota organisasi menuju arah yang tepat.

7
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pegertian dan Masalah2007,… hal 196

8
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pegertian dan Masalah2007,….hal 199
34
Dengan melaksanaan keempat kegiatan diatas, maka seorang manajer
mengubah masukan berupa sumber daya, organisasi menjadi perilaku anggota
organisasi yang diharapkan oleh system manajemen.9
Tujuan pokok pengarahan adalah agar kegiatan dan orang orang yang
melakukan kegiatan yang telah direncanakan tersebut dapat berlajaln dengan baik
dan tidak terjadi penyimpangan penyimpangan yang membuat kemungkinan tidak
akan tercapainnya tujuan yang telah ditetapkan.10
C. Peran Komunikasi Dalam Pengarahan
Suatu komunikasi dapatdiberikan beberapa batasan. Salah satunya batasan
umum dan sering kali berlaku pada beberapa system organisasi, adalah proses
penyampaian informasi atau pengertian dari pengiriman pesan kepada peneriam
dengan menggunakan tanda dan symbol yang sama, baik yang bersifat oral
maupun bukan oral. Dalam hubungannya dengan struktur organisasi dapat
mengalir secara :
1. Sistem komunikasi Vertikal
Komunikasi dari atas terjadi manakala manajer mengadakan komunikasi
dengan para bawahannya dari jenjang hierarki yang lebih tinggi ke jenjang
yang lebih rendah dan sebaliknya.
2. Sistem Komunikasi Horizontal
Komuniksi terjalin antar departemen, unit dan bagian dalam satu hierarki
organisasi.
3. Sistem Komunikasi Diagonal
Sistem komunikasi ini sebenarnya merupakan jalur komunikasi yang
menggunkannya amat langka, akan tetapi, dalam kondisi tertentu sebenarnya
amat penting, khususnya apabila para bawahan tidak dapat berkomunikasi
secara efektif, melalui media lainnya.11
D. Syariah Dalam Fungsi Pengarahan
9
www.ilmu-ekonomi-id.com/2018/01/pengertian-pengarahan-dalam-manajemen.html?m=1
10
http://www.managemenntstudiguide.com/imporpance_of_directing.htm
11
Todoharapantobing.blospot.com
35
Berikut adalah beberapa implementasi syariah dalam fungsi pengarahan
adalah merupakan tugas utama dari fungsi kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan
diantaranya sebagai pembimbing, pengarah, [emberi solusi dan fasilitator. Maka
implementasi syariah dalam fungsi pengarahan dapat dilaksaskan pada dua fungsi
utama dari kepemimpinan itu sendiri, yakni fungsi pemecahan masalah ( pemberi
solusi ) dan fungsi social (fasilitator). Fungsi pemecahan masalah. Mencakup
pemberian pendapat, informasi dan solusi dari suatu permasalahan yang tentu saja
selalu didasarkan pada syariah, yakni dengan di dukung oleh adanya dalil,
argumentasi atau hujat yang kuat. Fungsi ini diarahkan juga untuk dapat
memberikan motivasi ruhiah kepada para organisasi.
1. Motivasi
Seorang pemimpin bertugas memotivasi, mendorong dan memberi keyakinan
kepada orang yang dipimpinnya dalam suatu entitas atau kelompok untuk
mencapai tujuan sesuai dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki.
Pemimpin harus dapat memfasilitasi anggotanya dalam mencapai tujan.
Maka dalam hal motivasi ini seorang pemimpin harus dapat memberikan
kekuatan ruhiyah. Kekuatan yang muncul karena adanya kesadaran akibat
pemahaman ( mafhum) akan maksud dan tujuan yang mendasari amal
perbuatan yang dilakukan.
2. Fasilitator
Kedua, fungsi social. Fungsi social yang berhubungan dengan interaksi antar
anggota komunitas dan menjaga suasana kebersamaan tim agar tetap sebagai
tim.12

BAB VII
MANAJEMEN SUMBER DAYA INSANI

A. Mekanisme Pengangkatan Pegawai

12
Jurnal.uinsu.ac.id.article
36
Islam mendorong untuk memilih calon pegawai berdasarkan
pengetahuan,pengalaman dan kemampuan teknis yang dimiliki. Hal ini sesuai
dengan firman Allah “karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja (pada kita)ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” (Al-
Qashas :26).
Amanah merupakan faktor penting untuk menentukan kepatutan dan
kelayakan seorang calon pegawai. Hal ini bisa diartikan dengan melaksanakan
segala kewajiban sesuai dengan ketentuan Allah dan takut terhadap aturan-Nya.
Dalam islam,prosesi pengangkatan pegawai harus berdasarkan kepatutan dan
kelayakan persoalan ini pernah diingatkan Rasulullah dalam sabdanya “Barang
siapa memperkerjakan orang karena ada unsur nepotisme,padahal disana terdapat
orang yang lebih baik dari pada orang tersebut,maka ia telah mengkhianati
amanah yang telah diberikan Allah,Rasul-Nya dan kaum Muslimin. Dalam hadist
lain rasul bersabda: “Barang siapa memperkerjakan satu orang di antara 10
orang,dan ia tahu bahwa di antara mereka terdapat orang yang lebih utama (patut
dan layak),maka ia telah menipu Allah,Rasul-Nya dan kaum Muslimin secara
umum.”
Dalam islam,prosesi pengangkatan pegawai harus berdasarkan kepatutan
dan kelayakan calon atas pekerjaan yang akan dijalaninya. Ketika pilihan
pengangkatan jatuh pada orang yang disinyalir memiliki kemampuan,padahal
masih terdapat orang yang lebih patut,layak dan lebuh baik darinya (dari
golongan orang-orang terdahulu),maka proses pengangkatan ini bertentangan
dengan syariat islam.13
Sebagaimana diriwayatkan dalam hadis,suatu ketika paman Rasulullah
meminta untuk dijadikan sebagai pegawai beliau dalam satu wilayah,kemudian
Rasulullah bersabda: “Demi Allah,wahai pamanku,aku tidak akan menyerahkan
persoalan ini (pengangkatan pegawai) kepada seorang pun yang memintanya

13
Dr.Muhammad as-Sayyid al-Dimyathi, Tauliyah al-Wadzaif al-Ammah, 1971,hlm.53.
37
atau sangat menginginkannya.” Beliau kemudian memberikan nasihat bahwa
jabatan itu bisa menjadi nikmat,tapi bisa berubah menjadi azab.
Seleksi Ujian Calon Pegawai
Memberikan ujian seleksi kepada calon pegawai adalah persoalan asasi
(pokok) dalam Islam. Hal ini setidaknya dicerminkan dari sikap Rasulullah ketika
akan mengangkat Muadz bin jabal sebagai pejabat kehakiman. Rasulullah
bertanya kepada Muadz: “Dengan apa engkau akan memutuskan persoalan
hukum?. Muadz menjawab,”dengan kitab Allah”. Rasulullah bertanya,”jika kamu
tidak menemukannya?. Muadz menjawab : “dengan sunnah Rasulullah atau
hadist” Rasulullah bertanya lagi: “jika engkau tidak menemukannya juga?”
Muadz menjawab, “aku akan berijtihat dengan pendapatku.” Rasulullah
bersabda: “Alhamdulillah, Allah telah menolong utusan Rasulullah menjalankan
agama sesuai dengan apa yang di ridhoi Allah dan Rasulunya.”
B. Perbedaan Karyawan Kontrak Dan Karyawan Tetap
1. Karyawan kontrak
Sebelum ditetapkan menjadi karyawan tetap,biasanya para karyawan
menjalani kontrak kerja selama rentang waktu 6 bulan sampai 2 tahun. Jika
dalam masa kontrak tersebut karyawan mampu menunjukkan kinerja dan
kemampuannya secara optimal dalam menjalankan tugas, maka ia bisa
diputuskan untuk menjadi karyawan tetap. Namun, jika kinerjanya jelek dan
tidak optimal, karyawantersebut bisa dipecat.
Konsep ini pernah dijalankan pada masa kholifah Umar r.a.
Diriwayatkan bahwa kholifah Umar r.a. berkata kepada pegawainya:”
Sesungguhnya aku memilihmu , untuk mengujimu. Jika engkau mampu
menunjukkan kinerja yang optimal dan baik, maka akan aku tambahkan
tanggung jawabmu. Namun , jika kinerja engkau jelek aku akan
memecatmu”.
2. Karyawan tetap

38
Jika para pegawai mampu menunjukkan kinerja yang optimal pada
masa kontrak, selanjutnya akan dilakukan pengangkatan jabatan. Penentuan
wewenang dan tanggung jawab yang diembannya. Hal ini pernah dilakukan
khalifah dengan membacakan wewenang dan tanggung jawab pemimpinnya.
Sebelum dikukuhkan sebagai pejabat,aset dan harta kekayaan yang
dimiliki calon pegawai harus dihitung terlebih dahulu. Langkah ini dilakukan
untuk mempermudah proses audit atau pemeriksaan kekayaan yang
dimiliki,jika terdapat penambahan,di khawatirkan mereka mengeksploitasi
dan melakukan komersialisasi jabatan untuk menumpuk kekayaan,sehingga
mudah untuk mempertanggung jawabkannya.
C. Penetapan Upah dalam Islam
Pada masanya, Rasulullah adalah pribadi yang menetapkan upah bagi para
pegawainya sesuai dengan kondisi, tanggung jawab dan jenis pekerjaan. Proses
penetapan gaji yang pertama kali dalam Islam bisa dilihat dari kebijakan
Rasulullah untuk memberikan gaji satu dirham setiap hari kepada Itab bin Usaid
yang diangkat sebagai gubernur Makkah.14
Upah ditentukan berdasakn jenis pekerjaan,ini merupakan asas pemberian
upah sebagaimana ketentuan yang dinyatakan Allah. Dasar penentuan upah harus
diperhatikan dua hal: pertama: nilai kerja itu sendiri,karena tidak mungkin
disamakan antara orang yang pandai dengan orang yang bodoh,orang yang tekun
dengan orang yang lalai,orang spesialis dengan orang yang bukan spesialis,karena
menyamakn dua orang yang berbeda adalah suatu bentuk kedzoliman.
Allah berfirman: ”katakanlah: ”adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya orang
yang berakal lah yang dapat menerima pelajaran. “(Az-Zumar:9)” dan masing-
masing orang memperoleh derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakanya. Dan
Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”(Al-An’am:132) untuk itu,
upah yang dibayarkan masing – masing pegawai bisa berbeda berdasarkan jenis
14
Ibn Timiyah, Al Siyasah al Syar’iyah, hlm. 21.

39
pekerjaan dan tanggung jawab yang dipikulnya. Kedua : kebutuhan pekerja,
karena ada kebutuhan – kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi,baik
berupa makan, tempat tinggal, transportasi,pendidikan anak maupun segala
sesuatu yang diperlukan sesuai dengan kondisinya, untuk orang tersebut dan
untuk orang yang menjadi tanggunganya.
D. Pengembangan kompetensi dan pelatihan
Islam memandang bahwa ilmu merupakan dasar penentuan martabat dan
derajat seseorang dalam kehidupan. Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya
untuk senantiasa meminta tambahan ilmu. Dengan bertambannya ilmu, akan
meningkatkan pegetahuan seorang Muslim terhadap berbagai dimensi kehidupan,
baik urusan dunia atau agama.15
Islam mendorong untuk melakukan pelatihan (training) terhadap para
karyawan dengan tujuan mengembangkan kompetensi dan kemampuan teknis
karyawan dalam menunaikan tanggung jawab pekerjaanya. Rasullah memberikan
pelatihan terhadap orang yang diangkat untuk mengurusi persoalan kaum
Muslimin, dan membekalinya dengan nasihat – nasihat dan beberapa petunjuk.
Diriwayatkan dari Ali r.a, ia berkata: “Rasullah mengutusku ke Yaman
untuk menjadi hakim, kemudian saya berkata “Ya Rasullah, engakau
mengutusku, sedang aku masih muda belia, dan saya tidak memiliki
pengalaman(ilmu) tentang peradilan?”Rasullah menjawab:”Sesungguhnya Allah
akan memberikan hidayah kepadamu, dan menetapkan keputusan lisanmu. Ketika
datang ke hadapanmu dua orang yang sedang berseteru, maka janganlah engkau
menetapkan keputusan, sampai engkau mendengarkan perkataan pihak kedua,
sebagaimana engkau mendengar peryataan pihak pertama. Hal ini akan lebih hati-
hati dan bersih bagimu untuk menjelaskan keputusan peradilan”. Ali r.a. berkata:
Setelah itu, tidak ada keraguan bagiku dalam memberikan keputusan.”

15
Abu Sinn Ahmad Ibrahim, “Manajemen Syariah : Sebuah kajian historis dan
kontemporer” , ( jakarta : PT Raja Grafindo Persada , 2004 ) , hal. 35

40
E. Konsep Hubungan Kemanusiaan Dalam Islam
Hubungan antara karyawan dalam sebuah organisasi merupakan aspek
penting untuk memenuhi kebutuhan mereka yang bersifat non-
materi(kejiwaan,spiritual). Jika kebutuhan spiritual ini dapat terpenuhi, akan
mendorong dan memotivasi pegawai untuk bekerja lebih optimal. Mereka
melakukan itu semua dengan penuh keiklasan dan semangat saling membantu
satu sama lain.
Sebagai langkah awal untuk memenuhi kebutuhan yaitu dengan
menciptakan perasaan aman dan tenang bagi pegawai dalam menjalankan
pekerjaan. Adanya peningkatan ketenangan jiwa dan berkonstribusi dalam
merealisasikan tujuan. Masing – masing pegawai akan merasa bahwa tanggung
jawab perusahaan berada dipundak mereka dalam menunaikan kerja. Pemikiran
manajemen modern mengakui adanya hubungan kemanusiaan dalam proses
produksi pada awal abad ke -20, dimana manusia merupakan salah satu faktor
produksi.
Dalam ayat lain Allah berfirman: ”Dan orang – orang yang beriman,lelaki
dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf , mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah: sesungguhnya Allah maha
perkasa lagi maha bijaksana” (Al-Taubah :71). Rasulullah bersabda: “sesama
muslim adalah saudara,tidak saling menzolimi dan menghina.”

41
BAB VIII

MOTIVASI DALAM ISLAM

A. Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin, “marvere” yang berarti dorongan atau
daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada
para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya
mendorong gairah kerja bawahan agar mereka mau bekerja keras dengan
memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan
perusahaan. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang
mampu, cukup dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan
berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan,
dan ketrampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak
mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan, dan
ketrampilan yang dimilikinya. Motivasi penting karena dengan motivasi ini
diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk
mencapai produktivitas kerja yang tinggi. 16
Manajer dalam motivasi ini harus menyadari, bahwa orang mau bekerja
keras dengan harapan, ia akan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan-
keinginannya dari hasil pekerjaannya.
Menurut Peter Son dan Plowman keinginan-keinginan itu adalah:
1. The desire to live, artinya keinginan untuk hidup. Keinginan ini merupakan
keinginan utama setiap orang. Manusia bekerja untuk dapat makan dan
makan untuk dapat melanjutkan hidupnya.

16
Drs. H. Malayu S.P. Hasibun, Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah, (Bandung: Bumi
Aksara, 2005), hlm. 216.
42
2. The desire for possession, artinya keinginan untuk memiliki sesuatu.
Keinginan ini merupakan keinginan manusia yang kedua dan ini salah satu
sebab mengapa manusia mau bekerja.
3. The desire for power, artinya keinginan akan kekuasaan. Keinginan ini
merupakan keinginan selangkah diatas keinginan untuk memiliki, dan
mendorong orang mau bekerja.
4. The desire for rechognation, artinya keinginan akan pengakuan. Keinginan
ini merupakan jenis terakhir dari kebutuhan dan juga mendorong orang untuk
bekerja.
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa setiap pekerja mempunyai motif
(wants) tertentu dan mengharapkan kepuasan dari hasil kerjanya. 17 Semangat
kerja adalah kemauan untuk melakukan pekerjaan dengan giat dan antusias,
sehingga penyelesaian pekerjaan cepat dan baik. Kegairahan kerja adalah
kemauan dan kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan
dengan mengetahui perilaku manusia, apa sebabnya orang mau bekerja dan
kepuasan-kepuasan apa yang dinikmatinya karena bekerja maka seorang manajer
akan lebih mudah memotivasi bawahannya.
Pengertian motivasi menurut beberapa ahli yaitu:

1. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan


Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan
kerja seseorang,agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan
2. Harold Koontz
Motivation refers to the drive and effort to satisfy a want or goal.
Artinya: Motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan
kebutuhan atau suatu tujuan.
3. Wayne F. Cascio

17
Drs. H. Malayu S.P. Hasibun, Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah, (Bandung: Bumi
Aksara, 2005), hlm. 217.
43
Motivation is a force that results from an individuals desire to satisfy their
needs (e.g. hunger, thirst, social approval).
Artinya: Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan
seseorang untuk memuaskan kebutuhannya (misalnya: rasa lapar, haus, dan
bermasyarakat).
4. Stephen P. Robbine
We will define motivation as the willingness to exert high levels of effort
toward organizational goals, conditional by efforts ability to satisfy some
individual need.
Artinya: Kita akan mendefinisikan motivasi sebagai suatu kerelaan untuk
berusaha seoptimal mungkin dalam mencapai tujuan organisasi yang
dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan
individu.
Jadi motivasi adalah segala sesuatu yang dilakukan dengan tujuan untuk
memuaskan kebutuhannya.18

B. Teori – Teori Motivasi


Teori motivasi dikelompokkan atas:
1. Teori Kepuasan
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor-faktor kebutuhan dan
kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku dengan cara
tertentu. Teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang
yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan
perilakunya. Teori Kepuasan (Content Theory) ini dikenal antara lain:
a. Teori Motivasi Klasik
Teori ini dikemukakan oleh Frederic winslow taylor. Menurut teori ini
motivasi para pekerja hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan
kebutuhan biologis saja.

18
Drs. H. Malayu S.P. Hasibun, Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah, (Bandung: Bumi
Aksara, 2005), hlm. 220.
44
b. Maslow’s Need Hierarchy Theory
Teori ini dikemukakan oleh A.H. Maslow tahun 1943. Teori ini
merupakan kelanjutan dari human science theory Elton mayo (1880-
1949) yang menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan seseorang itu
jamak yaitu kebutuhan biologis dan psikologis berupa material dan
nonmaterial.
c. Herzberg’s Two Factors Motivation Theory
Teori motivasi dua faktor atau teori motivasi kesehatan atau faktor
higienis. Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang
usaha adalah peluang tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan
peluang untuk mengembangkan kemampuan.
d. Mc.Clelland’sAchievementMotivation Theory
Teori motivasi ini dikemukakan oleh David McClelland. Teori ini
berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial.
e. ERG Theory Alderfer
Teori ini dikemukakan oleh clayton alderfer seorang ahli dari yale
university. Teori ini merupakan penyempurna dari teori kebutuhan yang
dikemukakan oleh A.H. Maslow.
f. Teori Motivasi Human Relations
Teori ini mengutamakan hubungan seseorang dengan lingkungannya.
Menurut teori ini seseorang akan berprestasi baik, jika ia diterima dan
diakui pekerjaan serta lingkungannya.
g. Teori Motivasi Claude S. George
Teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang
berhubungan dengan tempat dan suasana dilingkup ia bekerja,yaitu:
1) Upah yang layak
2) Kesempatan untuk maju
3) Pengakuan sebagai individu
4) Keamanan kerja
45
5) Tempat kerja yang baik
6) Penerimaan oleh kelompok
7) Perlakuan yang wajar
8) Pengakuan atas prestasi
2. Teori proses
Teori proses pada dasarnya berusaha untuk menjawab pertanyaan, bagaimana
menguatkan, mengarahkan, memelihara dan menghentikan perilaku individu,
agar setiap individu bekerja giat sesuai dengan keinginan. Teori ini
merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa
yang diperolehnya.
Teori proses dikenal atas:
a. Teori harapan (Expectancy Theory)
Teori ini dikemukakan oleh victor H. vroom yang menyatakan bahwa
kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam
mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara
apa yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan.
b. Teori keadilan (Equity Theory)
Teori ini beranggapan bahwa kepuasan seseorang bergantung pada
apakah ia merasakan keadilan (equity) atau tidak adil (unequity) atas
suatu situasi yang dialaminya. 19
3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku
dengan pemberian konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu
tergantung dari prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Sifat
ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antara perilaku dan
kejadian yang mengikuti perilaku tersebut.
Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :

19
Drs. H. Malayu S.P. Hasibun, Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah, (Bandung: Bumi
Aksara, 2005), hlm. 234.
46
a. Pengukuhan Positif (Positive Reinforcement), yaitu bertambahnya
frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan secara
bersyarat.
b. Pengukuhan Negatif (Negative Reinforcement), yaitu bertambahnya
frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan secara
bersyarat.20
C. Motivasi dan perilaku
Perilaku setiap individu pada dasarnya berorenteasi pada tujuan yang ingin
di capai. Dengan kata lain, perilaku individu pada umumnya didorong oleh
keinginan untuk merealisasikan tujuan. Kenyataan menunjukan bahwa semua
perilaku adalah serengkaian aktivitas.
Setiap individu memiliki beragam kebutuhan. Seluruh kebutuhan tersebut
berkompetisi untuk melahirkan perilakunya. Suatu kebutuhan akan berkurang
kekuatanya apabila kebutuhan tersebut suadh dipuaskan.berkurang kekuatan suatu
kebutuhan disebabkan hal hal berikut ini
1. Pemuasan kebutuhan (need satisfaction)
Apabila suatu kebutuhan sudah terpenuhi maka perilaku akan menurun.
Tetapi setelah kebutuhan tersebut sudah terpenihi maka akan timbul
kebutuhan yang baru yang lebih penting.
2. Pemblokiran pemuasan kebutuhan (bloking need sastisfaction)
Pemuasan kebutuhan yang telah diblokir terjadi pengurang kekuatan
kebutuhan tetapi pengurangan kebutuhan terdebut tidak selalu terjadi pada
permulaan.
3. Ketegangan kognitif (cognitive dissonance)
Kejadian ini timbul apabila dua buah persepsi yang relVn satu sama lain
berda dalam konflik.
4. Frustasi
Hambatan bagi pencapaian tujuan yang disebabkan oleh kondisi seseorang.
20
Dr. Burhanuddin Yusuf, M.M., M.A., Manajemen Sumber Daya Manusia Di Lembaga Keuangan
Syariah, (Depok : PT Rajagrafindo Persada, 2015), hlm. 221
47
5. Rasionalisasi (rationalitization)
Rasionalisasi dapat diartikan sebagai permintaan maaf. Misalnya individu
yang tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan mungkin akan
berkata “keadaan itu adalah kesalahan bos saya, akibatnya saya tidak dapat
naik pangkat”
6. Regresi
Regresi pada esensinya adalah tindakan yang tidak sesuai dengan usianya.
7. Fiksasi
Terjadi apabila individu secara terus menerus memperlihatkan pola perilaku
yang sama berulang ulang meskipun pengalamanya telah memperlihatkan
bahwa hal itu tidak akan menghasilkan apapun.
8. Resignasi
Resignasi terjadi setelah frustasi berkepanjangan.
9. Kekuatan motif yang meningkat
Kekuatan ini tergantung mendesak atau tidaknya kebutuhan seseorang.
D. Pandangan Islam Tentang Motivasi Dalam Organisasi
Lima fungsi utama manajemen adalah planning, organizing, staffing,
leading, dan controlling. Pada pelaksanaannya, setelah rencana dibuat (planning),
organisasi dibentuk (organizing), dan disusun personalianya (staffing), maka
langkah berikutnya adalah menugaskan/mengarahkan karyawan menuju ke arah
tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan (leading) ini secara sederhana
adalah membuat para karyawan melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
diinginkan dan harus mereka lakukan.
Berbagai istilah digunakan untuk menyebut kata ‘motivasi’ (motivation)
atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan
dorongan (drive). Dalam hal ini, akan digunakan istilah motivasi yang diartikan
sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
E. Elemen Penggerak Motivasi
48
1. Kinerja (achievement)

Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan


(needs) dapat mendorongnya mencapai sasaran atau tujuan.

2. Penghargaan (recognition)

Suatu kinerja yang telah dicapai oleh seseorang.

3. Tatangan (challenge)

Adanya tantangan membuat manusia kuat mengatasinya.

4. Tangung jawab (esponsibility)

Adanya rasa ikut serta memiliki akan menimbulkan motivasi untuk turut
meraskan bertangung jawab.

5. Pengembangan (development)

Kemampuan seseorang baik dari pengalaman kerja atau kesmpatan untuk


maju dapat menjadi stimulus kuat bagi individu untuk bekerja lebih giat

6. Keterlibatan (involvement)

Rasa ikut keterlibatan dalam suatau proses pengambilan keputusan dengan


bentuk kontak saran dari karyawan yang dijadikan masukan untuk
manajemen perusahaan merupakan stimulus yang cukup kuat untuk
karyawan.

7. Kesempatan (opportunity)

Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karir yang terbuka dari tingkat
bawah sampai tingkat puncak merupakan stimulus yang kuat untuk
karyawan.

49
F. Bentuk motivasi
1. Kompensasi bentuk uang

Salah satu kompensasi yang sering diberikan kepada karyawan adalah


kompensasi bentuk uang.

2. Pengarahan dan pengendalian

Pengarahan dimaksudkan menetukan bagi karyawan mengenai ap yang harus


mereka kerjakan dana pa yang harus mereka tidak kerjakan. Sedangkan
pengendalian dimaksudkan meentukan bahwa karyawan harus mengerjakan
hal hal yang telah diintruksikan.

3. Penetapan pola kerja yang efektif

Pada umunya cara mengatasi kerja kurang efektif yaitu dengan cara
pengayaan pekerjaan, manajemen partisipatif, pekerjaan dalam pengmbilan
keputusan, serta usah untuk mengalihkan perhatian par pekerja dari pekerjaan
yang membosankan kepad instrumedia, untuk beristirahat, atau kepada saran
yang lebih fantastis.

4. Kebjikan

Suatu tindakan yang diambil dengan sengaja oleh manajemen untuk


mengaruhi sikap atau perasaan para karyawan, dengan kata lain yaitu
kebajikan adalah usaha yang membuat karyawan bahagia.

G. Teori Pengukuran Motivasi Kerja


Salah satu pengukuran motivasi kerja adalah dengan mengunakan teori
pengharapan(Expetancing Theory). Teori pengharapan mengemukakan behwa
adalah bermanfaat untuk mengukur sikap para individu guna membuat diagnosis
permasalahan motivasi. Pengukuran dilakukan melalui daftar pertayaan.

50
Pengukuran semacam ini dapat membantu manajemen mengerti mengapa
para bawahan terdorong untuk bekerja atau tidak, apa yang merupakan kekuetan
motifasi diberbagai bagian dalam organisasi dan seberapa jauh berbagai cara
pengupahan dapat efektif dalam memotivasikan kinerja.
1. Daftar pertanyaan
Daftar pertanyaan digunakan untuk mengukur motivasi kerja dalam
perusahaan pada dasarnya ada tiga buah pertanyaan mendasar yang perlu
diajukan.
2. Prosedur untuk mendapatkan skor motivasi kerja
Sejumlah hasil pertanyaan dapat digunakan untuk menghitung skor motivasi
kerja. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengukur
motivasi kerjadengan menggunakan daftar pertanyaan sebelumnya antara
lain:
a. Pertanyaan yang disajikan dari suatu daftar pertanyaan yang lebih
luas dan mencakup segala hal.
b. Pertanyaan yang disajikan merupakan daftar pertanyaan umum. Karena
sulit untuk menduga sebelumnya dalam suatu pertanyaan umum apa
yang mungkin menjadi hasil yang bervalensi pada setiap situasi, setiap
manajer secara pribadi mungkin ingin menambahkan hal-hal lain pada
pertanyaan 1 dan 2.
c. Penting untuk mengingat bahwa hasil daftar pertanyaan dapat
dipengaruhi oleh perasaan dan subjektivitas orang ketika ia mengisi
daftar pertanyaan tersebut.
H. Motivasi Dalam Etos Kerja Syariah
Manusia yang terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya.
Karenanya, Islam senantiasa memotivasi umatnya untuk terus bersemangat dalam
bekerja dan berusaha. Setiap muslim harus berusaha untuk mandiri, tidak
membebani orang lain, apalagi dengan meminta-minta setiap saat.  Bekerja dalam

51
Islam bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan, tetapi juga bagian dari
pelaksanaan ibadah yang melahirkan kemuliaan.  

BAB IX

PENGENDALIAN DALAM ISLAM

A. Pengertian Pengendalian
Pengendalian merupakan suatu faktor penunjang penting terhadap
efisiensi organisasi. Demikian juga pada perencanaan pengorganisasian dan
pengarahan. Pengendalian adalah suatu fungsi yang positif dalam menghindarkan
dan memperkecil penyimpangan–penyimpangan dari sasaran-sasaran atau target
yang di rencanakan.

52
Beberapa para ahli mengemukakan pengertian pengendalian di antaranya
yaitu :
1. Eart P Strong

Controling is the process of regulating the various factor in an enterprise


according to the requirement of this plants.
“ pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perusahaan agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam
rencana.”

2. Harold Koontz

Control is the measurement and correction of the perfomance of


subordinaste in order to make sure that enterprise objectives and the plans
devised then are accomlished.
“ pengendalian dalah pengkuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja
bawahan agar rencana-rencana yang telah di buat dapat mencapai tujuan.”

Pengendalian dapat di defisinikan sebagai proses untuk menjamin bahwa


tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai ini berkenaan dengan cara-cara
membuat kegiatan-kegiatan sesuai yang di rencanakan. Maka pengendalian
manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar kinerja
dengan sasaran perencanaan, mendesain sistem umpan balik informasi,
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah di tetapkan,
menentuakan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur signifikansi
penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan yang sedang digunakan
sedapat mungkin secara efisien dan efektif guna mempacapai sasaran perusahaan.

B. Konsep Dasar Pengendalian


Di antara beberapa fungsi manajemen, perencanaan dan pengendalian
memiliki peran yang sangat penting. Dalam fungsi perencanaan , inti dasarnya
53
adalah menetapkan mengenai apa yang harus di capai pada periode tertentu serta
tahapan untuk mencapainya. Sedangkan dalam pengendalian berusaha untuk
mengevaluasi apakah tujuan dapat di capai dan apabila tidak dapat dicapai dicari
faktor penyebabnya. Dengan demikian, dapat di lakukan tindakan perbaikan.
Robert J. Mokler memberikan batasan pengendalian yang menekankan
elemen esensial proses pengendalian dalam beberapa langkah.
Berdasarkan batasannya, terdapat empat langkah dalam pengendalian
yaitu sebagai berikut :
1. Menetapkan standar dan metode untuk pengukuran kinerja
2. Mengukur kinerja
3. Membandingkan kinerja sesuai dengan standar
4. Mengambil tindakan perbaikan
Berdasarkan batasan di atas, tampaklah betapa pentingnya aktivitas
pengendalian dioperasikan oleh manajer. Kebutuhan pengendalian sama
pentingnya dengan kebutuhan perencanaan. Akivitas perencanaan sebagai kunci
awal pelaksanan organisasi, sedangkan aktivitas pengendalian sebagai kunci akhir
untuk evaluasi aktivitas yang telah di laksanakan sekaligus melakukan tindakan
perbaikan jika perlu.
Beberapa faktor yang menuntut di perlukannya operasi pengendalian
yaitu:
1. Perubahan dalam lingkungan organisasi
Perubahan merupakan elemen yang sangat sulit dipisahkan dengan
lingkungan organisasi. Suatu hal yang esensial dan memengaruhi organisasi
sehingga perlu diadakan pengendalian misalnya pergeseran pasar, penemuan
produk baru dan penemuan bahan dasar baru.
2. Kompleksitas organisasi
Makin besar organisasi cenderung menunjukkan bahwa akan semakin
menuntut pengendalian yang lebih formal dan ketelitian yang jauh lebih

54
besar. Berbagai jenis produk baru harus dikendalikan untuk menjamin bahwa
kualitas dan kemampuan tetap stabil.
3. Kesalahan yang terjadi
Sering terjadinya kesalahan yang menimpa manajer maupun bawahan
menuntut di lakukannya pengendalian yang efisien dan efektif guna
mendeteksi kesalahan tersebut sehingga tidak menimbulkan kerugian yang
besar bagi organisasi.
4. Dampak delegasi wewenang
Pelimpahan wewenang dari manajer kepada bawahannya, menuntut manajer
untuk melakukan pengendalian kepada bawahan yang di limpahi wewenang
tersebut. Hal ini di maksudkan untuk memeriksa apakah bawahan benar-
benar melaksanakan tanggung jawab yang telah di berikan.
C. Elemen Pengendalian
Dalam sistem pengendalian terdapat empat elemen pokok yang satu sama
lain berlangsung dalam urutan yang kronologis dan kontinu serta di antara
keempat elemen pokok tersebut berhubungan . keempat elemen pokok
pengendalian yang dimaksud yaitu :
1. Kondisi atau karakteristik yang di kendalikan
2. Instrumen atau metode sensor untuk mengukur kondisi atau karakteristik
yang di kendalikan.
3. Kelompok, unit atau instrumen kendali yang akan membandingkan data yang
di ukur dengan pekerjaan yang direncanakan dan mengarahkan mekanisme
perbaikan untuk memenuhi kebutuhan.
4. Kelompok atau mekanisme yang bergerak dan mampu mengadakan inovasi
dalam sistem operasi.
D. Jenis – Jenis Pengendalian
Ditinjau dari sistem pelaksanaannya, pengendalian dapat diklarifikasikan
menjadi sistem pengendalian umpan balik, pengendalian umpan maju,
pengendalian pencegahan.
55
1. Sistem Pengendalian Umpan Balik
Sistem pengendalian umpan balik beroprasi dengan pengukuran beberapa
aspek proses yang sedang di kendalikan dan perbai kan proses apabila ukuran
menunjukkan bahwa proses menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.
2. Sistem Pengendalian Umpan Maju
Salah satu kelemahan utama sistem pengendalian umpan balik adalah bahwa
sistem tersebut tidak memberikan peringatan suatu penyimpangan sebelum
hal tersebut menjadi cukup berarti. Dampaknya, penyimpangan yang
memakan biaya besar dapat berlangsung terus atau semakin buruk sebelum
tindakan perbaikan yang efektif dilaksanakan.
3. Sistem Pengendalian Pencegahan
Dua sistem pengendalian yang telah didiskripsikan diatas, baik sistem
pengendalian umpan balik maupun sistem pengendalian umpan maju,
berfungsi secara ekstern terhadap proses yang sedang dikendalikan,
memantau operasi, dan terlibat dalam mengambil tindakan perbaikan apabila
terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Sebaliknya, sistem
pengendalian pencegahan adalah kebijakan dan prosedur yang sebenarnya
merupakan bagian dari proses tersebut.21
Ditinjau dari waktu pelaksanaannya, pengendalian dapat dibedakan
menjadi empat jenis pokok, yaitu pengendalian sebelum tindakan, kemudi,
penyaringan atau pengendalian ya atau tidak, dan sesudah tindakan Stoner James,
A.F. dan Wankel, Charles (1988).
1. Pengendalian Pra-Tindakan (pre-action control)
Menurut konsep pengendalian, suatu tindakan bisa diambil bila sumberdaya
manisia, bahan dan keuangan diseleksi dan tersedia dalam jenis, jumlah dan
mutu yang tepat.
2. Pengendalian Kemudi (Steering Controls) atau Pengawasan Umpan Maju
(Feedforward Controls)

21
Dr. H. B. Siswanto, M.Si, Pengantar Manajemen(Jakarta:PT.Bumi Aksara,2005),hlm.139
56
Metode ini di bentuk untuk mendeteksi penyimpangan dari beberapa standar
atau tujuan tertentu dan memungkinkan pengambilan tindakan koreksi di
depan. Bila pemimpin melihat adanya penyimpangan dia dimungkinkan
untuk melakukan untuk melakukan koreksi, sekalipun kegiatan belum selesai
dilakukan. Pengendalian ini efektif bila pemimpin pada waktu yang tepat
dapat memperoleh informasi yang akurat.
3. Pengendalian Secara Skrining atau Pengendalian Ya/Tidak (Screening or
Yes/No Controls)
Metode ini sangat luas digunakan karena mampu melakukan penelitian
ganda, ketika pengamanan terhadap resiko tindakan manajer sangat
diperhatikan. Metode ini fungsional bila prosedur dan syarat-syarat tertentu
disepakati sebelum melakukan kegiatan.
4. Pengendalian Purna-Karya (Post-Action Controls)
Metode pengendalian digunakan untuk melihat adanya penyimpangan arah
dan tujuan perusahaan setelah kegiatan selesai. Pengendalian ini hampir
mirip dengan evaluasi yang waktu pelaksanaannya ditetapkan.22
E. Rancangan Proses Pengendalian
Untuk merealisasikan tujuan, manajer organisasi bisnis maupun organisasi
umum perlu melalui tahapan tertentu. Tahapan yang dimaksud meliputi aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemotivasian, pengendalian.
Pada umumnya dalam organisasi, proses pengendalian yang ditempuh
oleh manajer meliputi penetapan hasil yang diinginkan, penentuan prediktor hasil,
penentuan standar atas prediktor dan hasil, penentuan jaringan informasi dan
umpan balik, serta penilaian informasi dan pengendalian tindakan perbaikan
(Stiner dan Wankel,1986:580-582)
1. Penetapan Hasil yang Diinginkan (Define Desired Result)
Manager harus menetapkan hasil yang ingin dicapai sespesifik mungkin.
Karena tujuan yang dirumuskan terlalu umum akan menimbulkan kekaburan.

22
Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen(Jakarta: PT.Grasindo,2001),hlm.249
57
Penerapan tujuan seperti meningkatkan produktivitas, menaikan harga
produk, dan meningkatkan pelayanan pelanggan terlihat kabur
2. Menentukan Prediktor Hasil (Establish Predictors of Result)
Hadirnya pengendalian kemudi dimaksudkan agar manager dapat di perbaiki
penyimpangan sebelum serangkaian aktivitas diselesaikan. Oleh karena itu,
penyimpangan yang dideteksi oleh pengendalian kemudi haruslah merupakan
predikator hasil. Indikator peringatan awal yang dapat membantu manajer
dalam mengestimasi apakah tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud atau
tidak menurut Newman meliputi hal berikut.
a. Pengukuran Masukan (Input Measurement)
Suatu perubahan dalam masukn kunci (key inputs) akan memberikan
isyarat kepada manajer bahwa ia perlu mengadakan perubahan trhadap
rencananya atau mengambil beberapa tindakan perbaikan.
b. Hasil Tahap Awal (Result of Early Steps)
Apabila hasil tahap awal ternyata lebih baik daripada yang diharapkan
atau sebaliknya, mungkin perku dilakukan penilaian kembali dan
tindakan yng tepat dapat diambil.
c. Gejala (Symptoms)
Gejala adalah kondisi yang tampaknya berhubungan dengan hasil akhir
tetapi tidak langung mempengaruhi hasil tersebut.
d. Perubahan dalam Kondisi yang Diamsusikan (Changes in Assumed
Conditions)
Estimasi awal yang didasarkan atas anggapan bahwa kondisi yang
normal akan berlaku.
3. Menentukan Standar atas Prediktor dan Hasil (Establish Standards for
Predictors and Results)
Penentuan standar atas prediktor dan hasil akhir merupakan suatu bagian
penting dalam desain proses pengendalian. Suatu standar memiliki dua tujun
pokok, yaitu
58
a. Untuk memotivasi agar para karyawan dapat berprestasi tinggi.
b. Berfungsi sebagai patokan atas kinerja aktual yang akan dibandingkan.
c. Menentukan Jaringan Informasi dan Umpan Balik (Establish the
Information and Feedback Network)
Tahap ini adalah menentukan sarana untuk mengumpulkan informasi
mengenai prediktor dan sarana untuk membandingkan prediktor dengan
standar. Suatu jaringan komunikasi akan berfungsi secara efektif manakala
arus komunkasi tidak keatas tetapi juga kebawah pada pihak yang harus
mengambil tindakan perbaikan.
4. Menilai Informasi dan Pengembalian Tindakan Perbaikan (Evaluate
Information and Take Corrective Action)
Tahap ini menyangkut perbandingan prediktor dengan standar, penetapan
mengenai tindakan apa (apabila ada) yang perlu diambil, dan kemudian
pengambilan tindakan tersebut.
F. Karakteristik Pengendalian yang Efektif
Pengendalian yang efektif berarti pengendalian yang tepat sesuai dengan
proses yang harus dilalui tanpa menyimpang dari sistem yang dianut sehingga
tahapan yang dilaluinya benar.
Pengendalian sebagai suatu sistem, seperti halnya sistem-sistem yang lain
memiliki karakteristik tertentu. Namun demikian, arti penting karakteristik
tersebut berlaku relatif, artinya pada kondisi yang berbeda, karakteristik itu pun
berbeda pula. Secara umum pengendalian yang efektif mempunyai karakteristik
sebagai berikut.
1. Akurat (Accurate)
Informasi atas kinerja harus akurat. Ketidakakuratan data dari suatu sistem
pengendalian dapat mengakibatkan organisasi mengambil tindakan yang
akan menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu permasalahan atau
menciptakan permasalahan baru.
2. Tepat Waktu (Timely)
59
Informasi harus dihukum, diarahkan, dan segera dievaluasi jika akan diambil
tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan perbaikan.
3. Objektif dan Komprehensif (Objective and Comprehensible)
Informasi dalam suatu sistem pengendalian harus mudah dipahami dan
dianggap objektif oleh individu yang menggunakannya.
4. Dipusatkan pada Tempat Pengendalian Strategis (Focused on Strategic
Control Points)
Sistem pengendalian strategis sebaiknya dipusatkan pada bidang yang paling
banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan stantar, atau yang akan
menimbulkan kerugian yang paling besar.
5. Secara Ekonomi Realistik (Economically Realistic)
Pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan seminimum mungkin
sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak berguna.
6. Secara Organisasi Realistik (Organizationally Realistic)
Sistem pengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi.
7. Dikoordinasikan dengan Arus Pekerjaan Organisasi (Coordinated with the
Organization’s Work Flow)
Informasi pengendalian perlu untuk dikoordinasi dengan arus pekerjaan di
seluruh organisasi karena dua alasan.
8. Fleksibel (Flexible)
Pada setiap organisasi pengendalian harus mengandung sifat fleksibel yang
sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat segera bertindak untuk
mengatasi perubahan yang merugikan atau memanfaatkan peluang baru.
9. Preskriptif dan Operasional (Prescriptive and Operational)
Pengendalian yang seharusnya efektif dapat mengidentifikasi tindakan
perbaikan apa yang perlu diambil setelah terjadi penyimpangan dari standar.
10. Diterima para Anggota Organisasi (Accepted by Organization Members)
Agar sistem pengendalian dapat diterima oleh para anggota organisasi,
pengendalian tersebut harus bertalian dengan tujuan yang berarti dan
60
diterima. Tujuan tersebut harus mencerminkan bahasa dan aktivitas individu
kepada situasi tujuan tersebut dipertautkan.23
G. Pengendalian dalam Ranah Syariah
Dasar untuk mengendalikan dalam islam belum tentu sama dengan
pendekatan di atas mengendalikan. Mekanisme kontrol internal atau eksternal,
bisnis atau kontrol pribadi dan sosial atau hukum tidak boleh melanggar prinsip-
prinsip dasar syariah.
Proses kontrol Islam dapat dianalisis dalam terang dari proses
pengendalian manajemen diatas dibahas, berdasarkan skenario yang muncul dari
sumber-sumber pengetahuan mengungkapkan menyatakan sebagai berikut:
1. Sebuah pesan dikirim oleh Raja dari semua kerajaan (Allah) ke kota-kota
(sekelompok orang) atau kepada kepala masyarakat.
2. Rasul dikomunikasikan pesan dari yang Maha Kuasa dan persyaratannya.
3. Orang yang diterima dan beberapa dari mereka memahami pesan, yang
datang dari Allah kepada orang-orang.
4. Banyak dari mereka terus praktek lama mereka (syirik dan penolakan), yang
akan melawan pesan yang disampaikan.
5. Sebagai tindakan perbaikan, Allah memberikan kesempatan di dunia ini
untuk taubat.24

BAB X
KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

A. Pengertian Atau Definisi Kepemimpinan Dalam Islam.


Kepemimpinan dalam islam adalah kegiatan menuntun, membimbing
,memandu,dan menunjukkan para pengikutnyauntuktujuan yang
sesuaisyariatislam. Didalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah
23
Dr. H. B. Siswanto, M.Si.,Op.Cit,hlm.146
24
Muhammad Fathurrohman, M.Pd.I, Pengendalian Dalam Perspektif islam(Malang: Muhammad
Fathurrohman, M.Pd.I,2012),hlm.internet
61
yang berarti wakil. Ada 3 definisi kepemimpinan yang dinyatakan para tokoh
manajemen yang mengandung 3 unsur yaitu adanya masyarakat, tujuan kolektif
dan seorang pemimpin yang akan mengarahkan untuk mencapai tujuan.
John F. Dan Robert B. Dalam bukunya Public Management memberikan
definisi kepemimpinan sebagai seni untuk mengatur individu dan masyarakat,
serta memotivasi semangat mereka untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan.
Madrasah Al-Masyah al-Amerika, memberikan arti kepemimpinan
sebagai seni untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dengan metode
tertentu agar mereka berusaha taat, loyal dan membantu dalam suatu cara untuk
meraih tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Arted, Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi
orang lain agar mereka berusaha membantu utuk mewujudkan tujuan yang
diimpikan bersama.
John B. Memberikan definisi kepemimpinan sebagai kegiatan atau proses
untuk saling memengaruhi anatar individu yang tergabung dalam satu kelompok
(walaupun ada perbedaan di antara mereka) untuk diarahkan pada kegiatan
kemanusiaan berdasarkan permasalahan bersama.
Menurut Goetsch dan Davis kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
membangkitkan semangat orang lain dan memiliki tanggung jawab terhadap
usaha serta mencapai tujuannya.25
Definisi ini memberikan pengertian bahwa proses untuk saling
memengaruhi antara pemimpin dan masyarakat. Memiliki arti bahwa mereka
saling mempengaruhi satusama lain.
Kepemimpinan merupakan sikap dan perilaku untuk mempengaruhi para
bawahan agar mereka mampu bekerja sama sehingga membentuk jalinan kerja
yang harmonis agar tercapai efisiensi dan efektifitas guna mencapai tingkat
produktivitas sesuai dengan yang telah ditetapkan.
B. Kualifikasi Kepemimpinan yang perlu dimiliki oleh setiap manajer

25
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah..,hlm. 128
62
1. Watak dan kepribadian yang terpuji,
Yang berada di luar organisasi mempercayainya, seorang manajer harus
memiliki watak dan kepribadian yang terpuji. Manajer adalah cerminan
bawahan. Dan dia adalah sumber identifikasi, motivasi, dan moral para
bawahan.
2. Prakarsa yang tinggi,
Seorang pemimpin hendak nya memiliki inisiatif sendiri. Ia mengajukan
gagasan dan bersedia menanggung risiko kegagalan bersamaan dengan adanya
kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
3. Hasrat melayani bawahan,
Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan, mendengarkan pendapat
mereka, berkeinginan membantu, serta menimbulkan dan mengembangkan
keterampilan agar karier mereka meningkat.
4. Sadar dan paham kondisi lingkungan,
Seorang manajer tidak hanya menyadari mengenai apa yang sedang terjadi di
sekitarnya, tetapi juga harus memiliki pengertian yang memadai sehingga
dapat mengevaluasi perbedaan kondisi lingkungan tersebut untuk kepentingan
organisasi dan para bawahannya.
5. Intelegensi yang tinggi,
Seorang manajer harus memiliki kemampuan berpikir pada taraf yang tinggi.
Ia di tuntut untuk mampu menganalisis permasalahan dengan efektif, belajar
dengan cepat , dan memiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan menggali
suatu ilmu pengetahuan.
6. Berorientasi pada masa depan
Seorang pemimpin harus memiliki intuisi,kemampuan memprediksi,dan visi
sehingga dapat mengetahui sejak awal mengenai kemungkinan yang dikelola.26
7. Sikap terbuka dan lugas27

26
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, MANAJEMEN SYARIAH..,hal 129
27
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, MANAJEMEN SYARIAH..,hal 135
63
Seorang pemimpin harus memiliki sifat terbuka. Ia harus mempertimbangkan
fakta dan inovasi yang baru.
8. Widisuara yang efektif
Seorang manajer adalah penyampai berita kepada orang lain. Vertikal kebawah
untuk memberikan instruksi dan perintah kepada bawahan, sedangkan
horizontal kepada pihak yang memiliki transaksi dengan organisasi.
C. Kemampuan Strategis, Interpersonal,dan tekhnis

1. Kemampuan Strategis
Kemampuan ini di artikan sebagai kemampuan seorang pemimpin untuk
mengetahui kondisi sosial – politik yang melingkupi operasional organisasi
yang di pimpinnya. Kemampuan strategis bisa di artikan sebagai kemampuan
untuk membuat perencanaan strategis, serta kebijakan atau program yang
harus di jalankan untuk mewujudkan tujuan yang di tetapkan bersama.
Kemampuan strategis pernah ditunjukkan Rasulullah dalam
mengembangkan dakwah di awal kemunculan islam.
2. Kemampuan interpersonal
Kemampuan ini diartikan sebagai kemampuan pemimpin untuk membina
hubungan baik, berkomunikasi dan berinteraksi dengan para bawahan dan
seluruh elemen perusahaan. Kemampuan ini adalah persyaratan mutlak
seorang pemimpin dalam membina komunikasi untuk menjalankan
perusahaan. Kemampuan interpersonal seorang pemimpin bisa di refleksikan
dalam perilaku dan kepemimpinanya di hadapan para bawahan. Diantara
kewajiban yang harus di tunaikan seorang pemimpin di hadapan bawahan
yaitu:

a. Menujukan suri tauladan yang baik atas semua aktivitas yang di


lakukkan
b. Memiliki interaksi sosial yang baik dengan bawahan ,konsen terhadap
persoalan merekan dan berlaku adil.

64
c. Mengajak bawahan untuk musyawarah
d. Melatih bawahan untuk menjalankan tugas
e. Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan bawahan
f. Melakukan inspeksi pengawasan dan audit terhadap kinerja bawahan
secara amanah28

3. Kemampuan tekhnis
Pengetahuan dan kemampuan khusus yang dimiliki seorang
pemimpin untuk menjalankan tugas dan tanggungjawab dengan sebaik
mungkin, seorang pemimpin yang memiliki kemampuan tekhnis akan
menjadi panutan bagi bawahannya. Ia akan dijadikan sebagai rujukan dan
referensi para bawahan tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui. Sehingga
mereka akan hormat kepadanya.
Rasulullah merupakan contoh ideal bagi para sahabatnya dalam
menyelesaikan suatu persoalan. Rasulullah menggunakan kedua tanganya
untuk membangun masjid Madinah bersama para sahabat. Berada di barisan
terdepan pasukan perang, Beliau mengetahui ada kebiasaan kaum arab dan
karakter mereka sehingga mampu berdiskusi dengan mereka secara lemah
lembut.29
Kemampuan Dalam Konteks Syari’ah
Kemampuan pemimpin dalam konteks syariah bisa direfleksikan
dalam perilaku kepemimpinannya di hadapan masyarakat. Di antaranya

a. Menjadi suri tauladan yang baik atas semua aktivitas yang dilakukan
b. Memiliki interaksi sosial yang baik dengan dengan masyarakat
c. Berlaku adil
d. Mengajak bawahan untuk bermusyawarah dan saling menghormati
perbedaan pendapat

28
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, MANAJEMEN SYARIAH.., hal. 137
29
Prof.dr.veithzalrivai, m.b.a Kepemimpinan dan perilaku organisasihal. 226
65
e. Melakukan inspeksi , pengawasan, terhadap kinerja bawahan secara
amanah30

BAB XI

KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM

A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam islam adalah kegiatan menuntun, membimbing ,
memandu, dan menunjukkan para pengikutnya untuk tujuan yang sesuai syariat
islam. Didalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang berarti
wakil. Pemakaian kata khalifah setelah Rasulullah Saw wafat menyentuh maksud
yang terkandung kepada firman Allah Subhanahuwata’ala dalam surat Al-
Baqarah (2) Ayat 30 yang berarti “(Ingatlah ) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para Malaikat, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi. (2):30)
John F. Dan Robert B. Dalam bukunya Public Management memberikan
definisi kepemimpinan sebagai seni untuk mengatur individu dan masyarakat,
serta memotivasi semangat mereka untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan.
Madrasah Al-Masyah al-Amerika, memberikan arti kepemimpinan
sebagai seni untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain dengan metode
tertentu agar mereka berusaha taat, loyal dan membantu dalam suatu cara untuk
meraih tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Arted, Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi
orang lain agar mereka berusaha membantu utuk mewujudkan tujuan yang
diimpikan bersama.
John B. Memberikan definisi kepemimpinan sebagai kegiatan atau proses
untuk saling memengaruhi anatar individu yang tergabung dalam satu kelompok

30
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, MANAJEMEN SYARIAH..,140
66
(walaupun ada perbedaan di antara mereka) untuk diarahkan pada kegiatan
kemanusiaan berdasarkan permasalahan bersama.
Menurut Goetsch dan Davis kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
membangkitkan semangat orang lain dan memiliki tanggung jawab terhadap
usaha serta mencapai tujuannya.31
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mengatur ,mempengaruhi atau mengarahkan orang lain untuk mewujudkan tujuan
yang telah ditetap kandengan upaya yang maksimal, dan kotribusi dari masing
masing individu.
Kepemimpinan merupakan sikap dan perilaku untuk mempengaruhi para
bawahan agar mereka mampu bekerja sama sehingga membentuk jalinan kerja
yang harmonis agar tercapai efisiensi dan efektifitas guna mencapai tingkat
produktivitas sesuai dengan yang telah ditetapkan.
B. Kualifikasi Seorang Pemimpin
Kepemimpinan yang perlu dimiliki oleh setiap manajer
1. Watak dan kepribadian yang terpuji,
Yang berada di luar organisasi mempercayainya, seorang manajer harus
memiliki watak dan kepribadian yang terpuji. Manajer adalah cerminan
bawahan.
2. Prakarsa yang tinggi,
Seorang pemimpin hendaknya memiliki inisiatif sendiri. Ia mengajukan
gagasan dan bersedia menanggung risiko kegagalan bersamaan dengan
adanya kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.
3. Hasrat melayani bawahan,
Seorang pemimpin harus percaya pada bawahan, mendengarkan pendapat
mereka, berkeinginan membantu, serta menimbulkan dan mengembangkan
keterampilan agar karier mereka meningkat.
4. Sadar dan paham kondisi lingkungan,

31
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah..,hlm. 128
67
Seorang manajer tidak hanya menyadari mengenai apa yang sedang terjadi di
sekitarnya, tetapi juga harus memiliki pengertian yang memadai sehingga
dapat mengevaluasi perbedaan kondisi lingkungan tersebut untuk
kepentingan organisasi dan para bawahannya.
5. Intelegensi yang tinggi,
Seorang manajer harus memiliki kemampuan berpikir pada taraf yang tinggi.
Ia di tuntut untuk mampu menganalisis permasalahan dengan efektif, belajar
dengan cepat , dan memiliki minat yang tinggi untuk mendalami dan
menggali suatu ilmu pengetahuan.
6. Berorientasi pada masa depan
Seorang pemimpin harus memiliki intuisi,kemampuan memprediksi,dan visi
sehingga dapat mengetahui sejak awal mengenai kemungkinan yang dikelola.
32

7. Sikap terbuka dan lugas33


Seorang pemimpin harus memiliki sifat terbuka. Ia harus mempertimbangkan
fakta dan inovasi yang baru.
8. Widisuara yang efektif
Seorang manajer adalah penyampai berita kepada orang lain. Vertikal
kebawah untuk memberikan instruksi dan perintah kepada bawahan,
sedangkan horizontal kepada pihak yang memiliki transaksi dengan
organisasi.
C. Kemampuan Strategis, Interpersonal, Dan Tekhnis
1. Kemampuan Strategis
Kemampuan ini di artikan sebagai kemampuan seorang pemimpin untuk
mengetahui kondisi sosial – politik yang melingkupi operasional organisasi
yang di pimpinnya. Kemampuan strategis bisa di artikan sebagai kemampuan
untuk membuat perencanaan strategis, serta kebijakan atau program yang
harus di jalankan untuk mewujudkan tujuan yang di tetapkan bersama.
32
Dr. Ahmad Ibrahim Abu Sinn, MANAJEMEN SYARIAH.hal 129
33
Ibiid, hal 135
68
Kemampuan strategis pernah ditunjukkan Rasulullah dalam
mengembangkan dakwah di awal kemunculan islam. Rasulullah
mencanangkan beberapa strategi dakwah dan perencanaan strategis untuk
mengembangkan islam. Diantara strategi tersebut yaitu Rasulullah berusaha
membebaskan kaum muslimin dari berbagai siksaan yang dilakukan kaum
Qurais, rasulullah memerintahkan kaum muslimin untuk keluar dari kota
Makkah dengan tujuan untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
2. Kemampuan interpersonal
Kemampuan ini adalah persyaratan mutlak seorang pemimpin dalam
membina komunikasi untuk menjalankan perusahaan. Sehingga akan terjadi
kesatuan pemahaman selain itu, dengan kemampuan ini, akan memungkinkan
seorang pemimpin memengaruhi bawahannya agar mereka mau menjalankan
segala tugas dan anggung jawab dengan jujur,amanah, ikhlas, dan
profesional.
Kemampuan interpersonal seorang pemimpin bisa di refleksikan dalam
perilaku dan kepemimpinanya di hadapan para bawahan. Diantara kewajiban
yang harus di tunaikan seorang pemimpin di hadapan bawahan yaitu:
a. Menujukan suri tauladan yang baik atas semua aktivitas yang di
lakukkan.
b. Memiliki interaksi sosial yang baik dengan bawahan ,konsen terhadap
persoalan merekan dan berlaku adil.
c. Mengajak bawahan untuk musyawarah
d. Melatih bawahan untuk menjalankan tugas
e. Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan bawahan
f. Melakukan inspeksi pengawasan dan audit terhadap kinerja bawahan
secara amanah34
3. Kemampuan tekhnis

34
Ibiid,hal. 137
69
Pengetahuan dan kemampuan khusus yang dimiliki seorang pemimpin untuk
menjalankan tugas dan tanggungjawab dengan sebaik mungkin, seorang
pemimpin yang memiliki kemampuan tekhnis akan menjadi panutan bagi
bawahannya. Ia akan dijadikan sebagai rujukan dan referensi para bawahan
tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui. Sehingga mereka akan hormat
kepadanya.
Hal ini tidak mengharuskan seorang pemimpin untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan secara detail, karena waktunya telah terkuras untuk
mengatur manajemen organisasi. Setidaknya, kemampuan ini bias
membantunya untukmembuatperencanaan. Menentukan aktivitas pekerjaan
kepada bawahan. Kemudian dilakukan pengawasan dan control
terhadapkinerjabawahan, agar merekakonsistenmenjalankanperencanaan.
4. Kemampuan Dalam Konteks Syari’ah
Kemampuan pemimpin dalam konteks syariah bisa direfleksikan dalam
perilaku kepemimpinannya di hadapan masyarakat. Di antaranya
a. menjadi suri tauladan yang baik atas semua aktivitas yang dilakukan
b. memiliki interaksi sosial yang baik dengan dengan masyarakat
c. Berlaku adil
d. Mengajak bawahan untuk bermusyawarah dan saling menghormati
perbedaan pendapat
e. Melakukan inspeksi , pengawasan, terhadap kinerja bawahan secara
amanah35

BAB XII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN

35
Ibid,140
70
A. Konsep Dasar Pengambilan Keputusan
Para ilmuwan perilaku organisasi, ahli penelitian operasional, dan manajer
berpendapat bahwa dalam suatu organisasi, sebagian besar para bawahan
menginginkan kesempatan untuk dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berpendapat bahwa peran serta yang meningkat dalam keputusan
memiliki dampak meningkatnya keterkaitan mereka pada organisasi, kepuasan
pekerjaan, pertumbuhan, dan perkembangan pribadi, serta penerimaan inovasi.
Cara manajer memengaruhi para bawahan lebih berdasarkan tukar pikiran dan
kerja sama daripada berdasarkan otoritas.
Selain menyebabkan kepuasan yang lebih besar dari bawahan, dan sebagai
dampaknya adalah usaha yang lebih besar, produktivitas kerja, serta efektifitas
yang lebih tinggi. Para pendukung pandangan tersebut memiliki alasan tambahan
atas keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan. Ditunjukkan bahwa
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh organisasi makin bertambah
kompleks, memerlukan pengetahuan dalam bidang yang canggih, dan merupakan
bentuk permasalahan yang tidak pernah dihadapi organisasi sebelumnya, baik
bersifat teknologi, social maupun manusiawi.
Pengambilan keputusan merupakan suatu pendekatan yang sistematis
terhadap permasalahan yang dihadapi. Pendekatan tersebut menyangkut
pengetahuan mengenai esensi atas permasalahan yang dihadapi, pengumpulan
fakta dan data yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, analisis
permasalahan dengan menggunakan fakta dan data, mencari alternatif pemecahan,
menganalisis setiap alternatif sehingga ditemukan alternatif yang paling rasional
dan penilaian atas keluaran yang dicapai.
Pengambilan keputusan adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang dalam usaha memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi
kemudian menetapkan berbagai alternatif yang dianggap paling rasional dan
sesuai dengan lingkungan organisasi. Jadi, pengambilan keputusan berarti
memilih dan menetapkan suatu alternatif yang dianggap paling menguntungkan
71
dari beberapa alternatif yang dihadapi. Alternatif yang ditetapkan merupakan
keputusan. Kualitas dari keputusan yang diambil tersebut merupakan standar dari
efektivitas mereka.
Herbert A. Simon telah mengembangkan klasifikasi jenis keputusan yang
berbeda yaitu keputusan yang di program (programmed decisions) dan keputusan
yang tidak diprogram (nonprogrammed decisions).
1. Keputusan yang Diprogram (Programmed Decisions)
Keputusan dapat diprogramkan sejauh keputusan tersebut berulang
dan rutin serta telah dikembangkan prosedur tertentu untuk menanganinya.
Manajer dari sebagian besar organisasi sering menghadapi beberapa
keputusan yang diprogramkan dalam pekerjannya secara rutin.
2. Keputusan yang tidak Diprogram (Nonprogrammed Decisions)
Suatu keputusan tidak diprogram manakala keputusan tersebut baru
dan tidak tersusun oleh karena keputusan tersebut memiliki karakteristik
demikian maka tidak ada prosedur yang pasti untuk menangani
permasalahan36
B. Proses Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Syariah
Keputusan yang telah ditetapkan oleh manajer bukanlah tujuan organisasi,
keputusan tersebut lebih tepat dilaksanakan sebagai cara yang tepat untuk
merealisasikan tujuan. Keputuan sebenarnya merupakan suatu tanggapan
keorgansasian terhadap suatu permasalahan. Setiap keputusan adalah keluaran
dari proses dinamis yang dipengaruhi oleh kekuatan yang banyak sekali. Herbert
A. Simon mengajukan model yang bermanfaat sebagai dasar dalam proses
pengambilan keputusan. Model yang diajukan terdiri atas 3 tahap pokok, yaitu
sebagai berikut.
1. Penelitian, yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan
keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan diuji untuk dijadikan arah
tindakan yang dapat mengidentifikasi permasalahan.

36
H Siswanto. Pengantar Manajemen, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2010 ), hlm. 172.B.
72
2. Desain, yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan
yang mungkin. Aktifitas ini meliputi proses untuk memahami permasalahan,
menghasilakan pemecahan, dan menguji kelayakan pemecahan tersebut.
3. Pemilihan, yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari keseluruhan yang
ada. Pilihan ditentukan dan dilaksanakan

Proses keputusan dapat dipandang sebagai sebuah arus dari penelitian


sampai desain dan kemudian penentuan alternatif yang dipandang tepat
(pemilihan). Pada setiap tahap hasilnya mungkin dikembalikan pada tahap
sebelumnya untuk dimulai lagi. Oleh karena itu, tehapan tersebut merupakan
elemen sebuah proses yang kontinu.

James L. Gibson, dkk mengemukakan proses pengambilan keputusan yang


seluruhnya terdiri atas tujuh tahapan. Tahapan pengambilan keputusan yang
diajukan lebih sesuai bagi jenis keputusan yang tidak diprogram daripada
keputusan yang diprogramkan. Pada permasalahan yang timbul sangat langka
dengan hasil yang sangat tidak pasti, manajer perlu mengoperasikan seluruh
proses. Apabila ditetapkan kebijakan untuk menangani masalah identic, manajer
tidak dituntut untuk mengembangkan dan mengevaluasi setiap munculnya
permasalahan.

Proses pengambilan keputusan yang diajukan Gibson dkk. tersebut adalah


sebagai berikut.

1. Penetapan tujuan spesifik serta pengukuran hasilnya


Setiap organisasi memerlukan tujuan dalam setiap bidang di mana hasil karya
memengaruhi efektivitas organisasi. Apabila tujuan telah ditetapkan secara
memadai maka tujuan akan menentukan hasil yang harus dicapai dan ukuran
yang akan digunakan untuk menunjukkan tercapai tidaknya tujuan tersebut.
2. Identifikasi permasalahan

73
Salah satu syarat yang sangat urgen bagi keputusan adalah permasalahn.
Dengan demikian, apabila tidak ada permasalahan maka tidak perlu
keputusan. Hal ini menggarisbawahi betapa pentingnya menetapkan tujuan
dan sasaran yang dapat diukur. Bagaimana kronisnya permasalahan bagi
organisasi diukur dengan penyimpangan antara hierarki hasil karya yang
dicapai. Untuk menjamin agar sasaran dapat digunakan maka sasaran harus
memungkinkan untuk menetapkan standar yang berarti bagi pengendalian
yang efektif.
3. Pengembangan alternative
Sebelum manajer melakukan pengambilan keputusan, terlebih dahulu perlu
dikembangkan beberapa alternatif yang dapat dilaksanakan dan harus
dipertimbangkan konsekuensi yang mungkin dari masing-masing alternatif.
Hal ini merupakan proses pencarian dimana lingkungan intern dan ekstern
yang relevan dengan organisasi diperiksa untuk memberikan informasi yang
dapat dikembangkan menjadi alternatif akan dipilih. Pencarian tersebut
dilaksanakan dalam batas waktu dan biaya tertentu, karena hanya dengan
usaha besar tersebut dapat dikerahkan untuk mengembangkan alternatif.
4. Evaluasi alternative
Setelah dilakukan pengembangan alternatif, alternatif tersebut harus
dievaluasi dan dibandingkan. Pada setiap situasi keputuan, sasaran dalam
mengambil keputusan adalah memilih alternatif yang akan lebih
menguntungkan dan yang paling kecil kerugiannya. Hal ini menunjukkan
pentingnya tujuan dan sasaran karena dalam memilih alternatif, manajer
sebagai pengambil keputusan harus dipedomani tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Hubungan antara alternatif keluaran didasarkan pada 3 kondisi
berikut :
a. Kepastian, manajer sebagai pengambil keputusan memiliki pengetahuan
yang lengkap mengenai kemungkinan keluaran dari setiap alternatif.

74
b. Ketidakpastian, manajer sebagai pengambil keputusan sama sekali tidak
mengetahui kemungkinan keluaran dari masing-masing alternatif.
c. Risiko, manajer sebagai pengambil keputusan memiliki sedikit prakiraan
mengenai kemungkinan dari keluaran masing-masing alternatif.
Pengambilan keputusan dengan resiko mungkin merupakan situasi
yang paling sering dijumpai. Dalam hal mengevaluasi alternatif, pada kondisi
inilah para ahli statistika dan ahli penelitian telah memberikan kontribusi
penting kepada teori keputusan.
5. Seleksi alternative
Seleksi alternatif dilakukan dengan maksud untuk memecahkan
permasalahan sehingga mampu merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan.
Meskipun manajemen sebagai pengambil keputusan memilih alternatif
dengan harapan dapat mencapai sasaran, tetapi pemilihan tersebut seharusnya
tidak dipandang sebagai suatu aktifitas yang mandiri.
6. Implementasi keputusan
Setiap keputusan memiliki karakteristik sedikit lebih dari suatu abstraksi,
manakala keputusan tersebut tidak diimplementasikan. Pilihan harus
dilaksanakan secara efektif untuk merealisasikan tujuan yang telah
ditetapkan. Implementasi keputusan merupakan aktivitas yang lebih penting
daripada aktivitas nyata memilih alternatif.
7. Pengendalian dan evaluasi
Manajemen yang efektif melakukan pengukuran berkala mengenai keluaran
yang nyata. Keluaran yang nyata dibandingkan dengan keluaran yang
direncanakandan dan apabila terjadi penyimpangan, perlu diadakan
perubahan. Apabila keluaran nyata tidak sesuai dengan keluaran yang
direncanakan, harus diadakan perubahan dalam pemecahan yang dipilih
pelaksanaannya atau dalam sasaran semula. Apabila sasaran semula harus
diubah, proses pengambilan keputusan secara keseluruhan perlu diulang
kembali. Hal yang penting adalah bahwa jiwa keputusan tersebut
75
dilaksanakan, manajer tidak dapat beranggapan bahwa keluarannya akan
memenuhi sasaran semula. Sistem pengendalian dan evaluasi tentu perlu
untuk menjamin bahwa keluaran nyata adalah konsisten dengan keluaran
yang direncanakan pada waktu keputusan tersebut diambil.

C. Gaya Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Syariah


Faktor penting dalam pengambila keputusan adalah permasalahan yang
harus dihadapi. Dalam kehidupan organisasi mutlak diperlukan kemampuan
untuk melihat, mengenal, dan mengidentifikasi permasalahan. Banyak hal dapat
dikatakan permasalahan, dipandang dari segi pengambilan keputusan, manakala
pihak tertentu khususnya manajer memiliki tujuan yang jelas dan yang sedang
diusahakan realisasinya. Untuk merealisasikan tujuan, aktivitas perencanaan
harus dilakukan terlebih dahulu secara sederhana maupun rumit sehingga timbul
aktivitas yang efektif dengan rencana tentu sebagai standar melakukan aktivitas
dalam organisasi.
Secara umum gaya pengambilan keputusan yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1. Manajer mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan masukan
informasi yang tersedia pada waktu tertentu.
2. Manajemen memperoleh informasi yang diperlukan bagi para bawahan dan
kemudian menetapkan keputusan yang dipandang relevan. Peran yang
dimainkan oleh orang lain adalah lebih, dalam hal informasi yang diperlukan
kepada manajer daripada rumusan atau penelitian alternatif.
3. Manajer membicarakan permasalahan yang dihadapi organisasi dengan para
bawahan secara individual dan mendapatkan gagasan dan saran-saran tanpa
melibatkan para bawahan sebagai suatu kelompok. Kemudian manajer
mengambil keputusan yang dapat atau tidak dapat mencerminkan masukan
atau intuisi maupun aspirasi para bawahan

76
4. Manajer membicarakan situasi keperluan dengan para bawahan sebagai suatu
kelompok dan mengumpulkan gagasan dan saran para bawahan tersebut
dalam suatu konferensi atau pertemuan kelompok. Keputusan yang diambil
dapat atau tidak mencerminkan masukan intuisi dan aspirasi para bawahan.
5. Manajer membicarakan situasi keputusan dengan para bawahan sebagai suatu
kelompok dan kelompok menyusun serta menilai alternatif. Manajer tidak
bermaksud untuk memengaruhi para bawahan dan berkeinginan untuk
menerima implementasi serta merealisasikan setiap keputusan hasil
musyawarah bersama.
Pengambilan keputusan (manajer) sebagai seorang yang harus melakukan
pengambilan keputusan harus memenuhi berbagai kriteria dasar, terutama syarat
intelektual dan mental. Hal ini dimaksudkan untuk dapat melakukan pengambilan
keputusan secara bertanggung jawab. Manajer harus mampu membedakan antara
tanggung jawab untuk menjalankan keputusan.
D. Cara Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Sederhana
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam praktik dan keputusan
yang harus diambil,dapat digolongkan menjadi dua tipe permasalahan,yaitu
sebagai berikut :
1. Berdasarkan permasalahan yang bersifat rutin dan repetitif.
Ada berbagai kelompok permasalahan sejenis yang relatif rutin
setiap saat muncul kembali ( repetitive ). Untuk menghadapi permasalahan
tersebut harus dibuat semacam program atau sistem yang terdiri atas berbagai
macam proses atau prosedur penanganan yang spesifik. Keputusan yang
diambil dengan cara demikian biasanya disebut keputusan terprogram.
2. Permasalahan yang datangnya tidak menentu,yang bersifat incidental
Permasalahan tersebut memiliki sifat yang unik strukturnya seringkali tidak
menentu. Untuk menghadapi permasalahan demikian hanya akan mampu
menentukan tata cara penanganan permasalahan yang sangat umum dan
menunjuk manajemen yang memiliki otoritas apabila muncul. Keputusan
77
yang dapat diambil pada umumnya akan bersifat kebijakan,yaitu suatu
pendirian sebagai contoh berfikir untuk waktu yang akan datang. Keputusan
yang diambil dalam rangka ini biasanya disebut keputusan tidak terprogram.
Untuk menelaah cara pengambilan keputusan,terlebih dahulu harus
dipahami mengenai metode,teknik,prosedur,dan sistem. Hal itu disebabkan
keempat hal tersebut memiliki hubungan yang sangat erat dengan cara
pengambilan keputusan.
1. Metode,adalah suatu cara tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu dengan
memberikan pertimbangan yang cukup kepada tujuan,fasilitas yang
tersedia,dan jumlah penggunaan waktu,uang,dan aktivitas.
2. Teknik,adalah cara menangani detail-detail teknis dari sesuatu atau cara
menganggap dan menggunakan data teknis dari suatu barang atau pekerjaan.
Teknik juga merupakan suatu metode yang menggunakan sarana atau alat
yang bersifat fisik atau mental.
3. Sistem,merupakan suatu rangkaian yang bulat dan utuh dari prosedur yang
saling berhubungan. Sistem yang paling sederhana adalah prosedur,yang
hanya merupakan suatu garis.

Untuk menggunakan teknik pengambilan keputusan tertentu diperlukan


kemampuan dan kecakapan yang memadai. Apabila manajer tidak memiliki
kemampuan teknis yang menmadai,dapat menggunakan jasa pihak
tertentu,khususnya dalam pengambilan keputusan secara elektronik. Dalam setiap
pengambilan keputusan selalu diperlukan kombinasi yang sebaik-baiknya atas
faktor-faktor :

1. Intuisi dan perasaan


2. Pengumpulan,pengolahan,penilaian,dan interpretasi fakta secara rasional
sistematis
3. Pengalaman
4. Kewibawaan

78
5. Otoritas37

Kelima faktor di atas harus dimiliki oleh manajer untuk secara sendirian
menghadapi permasalahannya agar ia dapat mengambil keputusan secara
individual. Akan tetapi, pada umumnya setiap individu selalu memiliki
kelemahan, dan makin kompleks permasalahan yang dihadapi, makin banyak
kelemahannya. Oleh karena itu, manajer dituntut untuk cermat dalam memilih
jalan dan cara memperkuat diri serta memperbesar jangkauan pengendalian
terhadap ospek-ospek yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

Apabila lemah dalam hal intuisi atau perasaan, manajer dapat meminta
nasihat dari orang-orang yang dikenalnya memiliki intuisi atau perasaan yang
tajam. Apabila lemah dalam hal pengumpulan, pengolahan, dan penilaian dan
interpretasi fakta maka manajer dapat minta bantuan kepada staf ahli. Jika lemah
dalam hal pengalaman, manajer dapat meminta pertimbangan dari orang-orang
atau suatu dewan penasihat yang berpengetahuan. Apabila lemah dalam hal
kewibawaan, manajer dapat membentuk suatu dewan terdiri atas tokoh yang
memiliki nama dan berwibawa. Kemudian ia meminta kepada dewan tersebut
untuk mengambil keputusan kelompok. Adapun manajer membatasi diri pada
peran sebagai pelaksana atau penyelenggara saja. Apabila otoritas lemah, manajer
dapat meminta kepada atasannya untuk mengambilnya, dan ia membatasi diri
pada peran sebagai pelaksana atau penyelenggara atau dapat pula meminta
otoritas yang lebih kuat kepada pihak yang berwenang.

Metode atau cara pengambilan keputusan organisasi sederhana dapat


diaplikasikan terhadap karakteristik keputusan sebagai berikut.

1. Keputusan yang bersifat sederhana atau rutin dapat diambil secara individual.

37
J.Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship, ( Jakarta: Kencana, 2008 ),
hlm. 139.
79
2. Keputusan yang dibakukan dapat diserahkan kepada suatu unit pengolah
elektronik atau kepada kepada seorang yang profesional.
3. Keputusan yang bersifat unit dan kompleks dalam arti tanggung jawab social
sebaiknya diambil berkelompok untuk mempermudah analisis permasalahan
dan memperingan resiko.
4. Keputusan yang bersifat rumit dan kompleks oleh karena permsalahan
mengandung beberapa alternatif yang tidak terjangkau dengan otak biasa
maka sebaiknya diambil seorang ahli dan profesional.
E. Cara Pengambilan Keputusan dalam Tinjauan Syariah
Merupakan pengambilan keputusan yang dilakukan sesuai dengan tinjauan
hukum syariah. Yaitu proses memilih dari berbagai alternatif sesuai dengan ajaran
agama islam. Ketika membahas tentang pengambilan keputusan tidaklah
mengacu pada perkembangan dari suatu organisasi saja. Oleh karena itu, dasar
pengambilan keputusan ini juga harus mampu melihat dari sisi lainnya, seperti
yang diajarkan islam dalam 3 prinsip hubungan pengambilan :
1. Habluminallah ( hubungan baik dengan Allah SWT )
2. Habluminannas ( hubungan baik dengan manusia )
3. Habluminal ‘alam ( hubungan baik dengan alam )38

38
Ayun Sriatmi, Pengambilan Keputusan, ( Jakarta: Media Kita, 2007 ), hlm. 140.
80
BAB XIII

PENGAWASAN DALAM ISLAM

A. Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu aktivitas atau fungsi manajemen yang
terkait dengan fungsi lainnya, seperti perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pelaksana keputusan.Pengawasan merupakan fungsi derivasi
yang bertujuan untuk memastikan bahwa aktivitas manajemen berjalan sesuai
dengan tujuan yang direncanakan dengan performa sebaik mungkin begitu juga
untuk menyingkap kesalahan dan penyelewengan, kemudian memberikan
tindakan korektif.
Pengawasan manajemen adalah pengawasan yang dilakukan pemerintah
terhadap kinerja departemen atau lembaga yang dibawah
naungannya.Pengawasan ini telah dijalankan semenjak periode rasulullah, beliau
selalu mengawasi kinerja pegawai dan mendengarkan informasi tentang sepak
terjang dalam menjalankan pemerintahan.
pengawasan bersifat internal(pengawasan intermal )dalam arti masing-
masing pegawai memiliki kewajiban untuk mengontrol tanggungjawab
manajemen yang di embannya. Jadi ,fungsi control atau pengawasan tidak hanya
milik manajemen yang tinggi. Dalam perusahaan atau organisasi, fungsi

81
manajemen biasanya dijalankan divisi atau lembaga khusus untuk mengontrol
kinerja perusahaan.
Fungsi utama pengawasan bertujuan untuk memastikan bahwa setiap
pegawai yang memiliki tanggung jawab bias melaksanakannya dengan sebaik
mungkin. Kinerja mereka dikontrol dengan system operasional dan prosedur yang
berlaku, sehingga dapat disingkap kesalahan dan penyimpangan.Selanjutnya
diberikan tindakan korektif ataupun arahan kepada pakem yang berlaku.Untuk
menjalankan fungsi ini harus dipahami aspek pesikologi seorang
pegawai.wewenang dan tanggung jawab harus didelegasikan secara adil sesuai
dengan kompetensi, tidak memberikan beban yang berlebihan.Sehingga kinerja
mereka jelek dan tidak mampu merealisasikan tujuan yang telah di tetapkan.
B. Prasarat pengawasan
Pengawasan membutuhkan perencanaan.Pengawasan harus didasarkan
kepada perencanaan yang lebih jelas, lebih lengkap, dan lebih terpadu, akan
meningkatkan efektivitas pengawasan.
Pengawasan membutuhkan struktur organisasi yang jelas.Pengawasan
yang bertujuan untuk mengukur aktivitas dan pelaksanaan.Untuk itu harus
diketahui orang yang bertanggung jawab atas terjadinya penyimpangan rencana
dan yang harus mengambil tindakan untuk membetulkannya.
Prasarat pengawasan antara lain :
1. Pengawasan harus merefleksikan sifat dan berbagai kegiatan, maksutnya
adalah teknik pengawasan harus sesuai antara lain tentang penetuan
informasi siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi
sasaran pengawasan tersebut.
2. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya
deviasi dan rencana.
3. Pengawasan yang efektif dilakukan minimal satu kali dalam seminggu, agar
tugas yang diberikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Obyektifitas dalam melakukan pengawasan.
82
5. Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi, seperti
pembagian tugas pendelegasian wewenang, pola pertangung jawaban jalur
komunikasi dan informasi.
6. Efisiensi pelaksanaan pengawasan.
7. Pemahaman system pengawasan oleh semua pihak yang terlibat.
8. Pengawasan mencari apa yang tidak beres.
9. Pengawasan harus bersifat membimbing.
C. Tehnik Pengawasan
1. Pengawasan Langsung
Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan oleh seorang
manajer atau pemimpin pada saat kegiatan sedang dilaksanakan. Pengawsan
dapat berbentuk seperti :
a. Inspeksi Langsung
Inspeksi langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara langsung
oleh atasan terhadap bawahan pada saat kegiatan, dilakukan.
b. Observasi ditempat
Observasi ditempat adalah pengawasan yang dilakukan oleh atasan
terhadap bawahan sebelum kegiatan dilakukan.
c. Laporan ditempat
Laporan ditempat adalah laporan yang disampaikan bawahan secara
langsung apada saat atasan mengadakan inspeksi langsung kegiatan
dilaksanakan.
2. Pengawasan Tidak Langsung
Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan dari jarak
jauh melalui telepon yang disampaikan oleh bawahan yang berbentuk seperti:
a. Laporan tertulis
Laporan tertulis adalah laporan yang disampaikan oleh bawahan kepada
atasan dalam bentuk laporan kegaiatan yang dibukukan, dilaporkan
secara berkala.
83
b. Laporan Lisan
Laporan lisan adalah laporan yang disampaikan bawahan secara
langsung kepada atasan mengenai kendala yang dihadapi pada saat
melaksanakan kegiatan, baik berupa penyimpangan maupun sasaran-
sasaran.
Khalifah Umar r.a menentukan beberapa kaidah dan mekanisme
kerja yang dijadikan sebagai dasar menjalankan fungsi pengawasan.Kaidah
ini adalah yang secara khusus ditujukan kepada seorang pejabat.Ketentuan
khusus tersebut berisi tentang, “Pemimpin tidak diperkenankan bertindak
zalim terhadap raga dan harta rakyat, mengeksploitasi dan komersialisasi
jabatan untuk kepentingan pribadi atau kepentingan kerabat dan golongan.”
Bagi seorang pejabat, terdapat empat persayaratan yang harus
dipenuhi, yakni tidak mengendarai kendaraan mewah, pakaian, makanan
yang tidak sama dengan rakyat, serta tidak menutup pintu bagi kepentingan
rakyat.
Mekanisme fungsi pengawasan yang dijalankan oleh khalifah Umar
r.a sebagai berikut :
a. Pemimpin harus membuka diri untuk kepentingan rakyat. Seharusnya
pejabat bisa membuka diri dan pintu kekuasaan bagi kepentingan
rakyat .pemerintah memberikan waktu terjadwal guna menemui dan
berdiskusi dengan kepentingan rakyat. Dengan adanya komunikasi yang
intens, interaksi dan bercampur dengan rakyat, maka kehidupan rakyat
tidak akan terpisah dari kepentingan rakyat kebijakan yang akan di
terapkan oleh rakyat akan selalu mengakomodir kepentingan
rakyat.sehingga layanan public yang diberikan pemerintah bisa
memuaskan rakyat.39
b. Muktamar Tahunan pada musim haji.
c. Inspeksi dan pengawasan public.

39
Dr.sulaiman al-thamawi,Umar bin khattab, hlm.105-106
84
d. Pruden dalam mengawasi harta kaum Muslimim
D. Syariah dalam Fungsi Pengawasan
Dalam pandangan islam ,pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang
tidak lurus,mengoreksi yang salah,dan membenarkan yang hak. pengawasan
dalam islam terbagi menjadi 2 hal yaitu:
1. Control yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan
keimanan kepada Allah SWT.seseorang yang yakin bahwa allah pasti selalu
mengawasi hamba-hambanya. Dan dengan adanya ketakwaan kepada allah
maka akan ada rasa takut untuk berbuat tidak baik/kecurangan dalam
melakukan sesuatu hal.
2. Pengawasan akan lebih efektif jika system pengawasan tersebut dilakukan
dari luar diri sendiri.system pengawasan dapat terdiri atas mekanisme
pengawasan dari pemimpin yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang
telah didelegasikan,kesesuaian antara penyelesaian tugas dan penyelesaian
tugas.
Dan fungsi pengawasan pada masa khalifah umar r.a.mencerminkan
pemahaman yang komprehensif terhadap konsep teoritis dan praksis
pengawasan dalam sebuah manajemen .fungsi pengawasan merupakan
penyempurna bagi jalannya manajamen dan tanggung jawab seorang
pemimpin, bukan hanya pada pemilihan pegawai dan memberikan arahan dan
nasihat,namun ada fungsi control terhadap kinerja mereka.khalifah umar r.a
berkata kepada para sahabatnya:”Apa pendapat kalian jika aku telah memilih
seorang pegawai dari orang yang paling pandai(alim) di antara kalian
,kemudian aku perintahkan untuk berbuat adil,apakah aku telah menunaikan
kewajibanku ?sahabat menjawab:”benar”khalifah umar r.a
berkata :”belum,sampai aku melihat kinerjanya,apakah ia menjalankan
perintahku atau tidak.”pengetahuan khalifah umar terhadap para pegawai dan
para rakyatnya layaknya orang yang tinggal bersamanya dalam satu
bantal.khalifah tidak memiliki seorang pegawai atau pemimpin pasukan
85
perang di berbagai wilayah dan kota,kecuali khalifah memliki mata-mata
yang memonitor kinerja mereka.40

40
Dari Kitab Al-Tajj al-Mansub karya Al-Jahidz (dinukil dari Muhammad Kard Ali, Ibid, hlm.111)
86
DAFTAR PUSTAKA

87

Anda mungkin juga menyukai