Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan ekonomi merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kegiatan ekonomi masyarakat mencakup kegiatan produksi,
konsumsi, dan distribusi. Dengan kegiatan itu masyarakat dapat memperoleh
rezeki. Setiap oarang dalam memenuhi kebutuhannya akan melakukan kegiatan
ekonomi, kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi berbeda-beda
karena setiap orang pasti mempunyai kebutuhan yang berdeda pula. Bagi orang
islam, Al-Qur’an dan Hadits adalah pedoman untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang benar. Dan tidak semua kegiatan ekonomi dibenarkan dalam Al-
Qur’an dan Hadits. Apabila kegiatan tersebut memiliki watak yang merugikan
banyak orag dan menguntungkan sebagian kecil orang, seperti riba.
Riba sangan diharamkan, karena riba dikaitkan kepada sesuatu tambahan
yang berlipat ganda. Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun
jenis tambahan yang diambil dari pinjaman. Pelarangan riba dalam islam tidak
hanya merujuk pada Al-Qur’an melainkan juga al-hadits.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian riba?
2. Apa saja ayat dan hadits yang menerangkan tentang riba?
3. Bagaimana analisis ayat yang menerangkan tentang riba?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian riba.
2. Untuk mengetahui ayat dan hadits tentang riba.
3. Untuk memahami lebih dalam maksud dari ayat tentang hadits.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Riba

Secara bahasa, riba artinya pertambahan. Dalam Al-Qamus disebutkan:


riba-yarbu-ribaan, artinya: bertambah dan berkembang. Sementara arti riba
menurut syar’i, para ahli fikih berbeda-beda dalam mendefinisikannya meskipun
artinya mirip. Sebagian Ahli Fikih menyebutkan : “Riba adalah sistem pertukaran
yang nilai kesamaan yang ditukar tidak diketahui dalam timbangan syariat ketika
terjadi transaksi dengan menangguhkan salah satu yang ditukar atau keduanya.
Dengan definisi itu, tercakup didalamnya riba fadhal dan riba nasii-ah.”1

Ada yang mendefinisikan : “Riba adalah pertambahan dalam sesuatu


tertentu.” Sehubungan dengan sistem penjualan satu dirham ditukar dengan dua
dirham, ada yang berpendapat bahwa itu adalah riba dalam arti sesungguhnya.
Ada yang mengatakan, bagi yang memberi satu dirham, berarti riba
sesungguhnya, sementara bagi yang memberi dua dirham, itu hanya riba secara
qiyasan saja.

Dengan demikian, riba menurut istilah ahli fiqh adalah penambahan pada
salah satu dari dua ganti yang sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak
semua tambahan dianggap riba, karena tambahan terkadang dihasilkan dalam
sebuah perdagangan dan tidak ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang
diistilahkan dengan nama “riba” dan Al-Quran datang menerangkan
pengharamannya adalah tambahan yang diambil sebagai ganti dari tempo,
Qatadah berkata : “Sesungguhnya riba orang jahiliyah adalah seseorang menjual

1
Shalih Fauzan Al-Fauzan, Perbedaan antara Jual Beli dan Riba dalam Syariat Islam, (Solo: At-Tibyan,
2002), hlm. 31-32

2
satu jualan sampai tempo tertentu dan ketika jatuh tempo dan orang yang
berhutang tidak bisa membayarnya dia menambah utangnya dan melambatkan
tempo.” Mujahid berkata tentang riba yang dilarang oleh Allah : “Mereka di
zaman jahiliah seseorang ada utang orang lain lalu ia berkata : “Bagimu begini
dan begini dan tambah tempo bagiku, lalu pembayarannya diakhirkan.”2

Macam-macam riba

Menurut pendapat sebagian ulama, riba itu ada empat macam:

a. Riba fadli (menukarkan barang yang sejenis dengan tidak sama).


b. Riba qardi (utang dengan syarat ada keuntungan bagi yang memberi utang).
c. Riba yad (berpisah dari tempat akad sebelum timbang terima).
d. Riba nasa’ (disyaratkan salah satu dari kedua barang yang dipertukarkan
ditangguhkan penyerahannya).

Sebagian ulama membagi riba atas tiga macam saja, yaitu riba fadli, riba
yad, dan riba nasa’. Riba qardi termasuk kedalam riba nasa’ . barang-barang
yang berlaku riba padanya adalah emas, perak, dan makanan yang
mengenyangkan atau yang berguna untuk yang mengenyangkan misalnya garam.
Jual beli barang tersebut, kalau sama jenisnya seperti emas dengan emas, gandum
dengan gandum, diperlukan 3 syarat (1) tunai (2) serah terima (3) sama
timbangannya. Kalau jenisnya berlainan, tetapi ‘ilat ribanya satu seperti emas
dengan perak boleh tidak sama timbangannya, tetapi mesti tunai dan timbang
terima. Kalau jenis dan ‘ilat ribanya berlainan seperti perak dengan beras, boleh
dijual bagaimana saja seperti barang-barang yang lain, berarti tidak diperlukan
suatu syarat dari tiga itu.3

B. Hadits dan Ayat tentang Riba

2
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Muamalat, (Jakarta: AMZAH, 2014), hlm. 217

3
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2007), hlm. 290

3
1. Q.S Al-Imran : 130
a. Ayat dan terjemah

‫ض َعا فًا ُّمضٰ َع َفةً َّو َّات ُق ْوا اهللَ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْو َن‬ ِّ ُ‫يَۤاَُّي َها الَّ ِذيْ َن اََمُن ْوا الَ تَاٴْ ُكل‬
ْ َ‫واالر بَۤوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda, dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Imran: 130)
b. Mufradat ayat

Janganlah kamu memakan ‫= الَتَاْٴ ُكلُوا‬

Dengan berlipat ganda ً‫ض َع َفة‬


َ ‫ُم‬ ‫ض َعافًا‬
ْ َ‫= ا‬

Riba ‫الربَوا‬
ِّ =

َّ ‫َو‬
Dan bertakwalah kepada Allah َ‫ات ُق ْوااهلل‬ =

ُ َّ‫لَ َعل‬
Supaya kamu semua ‫ك ْم‬ =

Mendapat keberuntungan ‫ح ْو َن‬ ِ


ُ ‫تُ ْفل‬ =
2. Q.S Al-Baqarah : 275
a. Ayat dan terjemah

‫الربٰوا‬
ِّ ‫َواَ َح َّل اهللُ الَْبْي َع َو َحَّر َم‬
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.” (Al-Baqarah: 275)
b. Mufradat ayat

Dan Allah telah menghalalkan ُ‫اهلل‬ ‫= َواَ َح َّل‬

Jual beli ‫= الَْبْي َع‬

4
Dan mengharamkan‫حَّر َم‬
َ ‫َو‬ =

Riba ‫الربَوا‬
ِّ

3. Q.S Al-Baqarah : 278-279


a. Ayat dan terjemah

‫ فَاِ ْن مَّلْ َت ْف َعلُ ْوا فَاْٴ َذنُ ْوا‬. َ ‫الربٰوا اِ ْن ُكْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِنْي‬
ِّ ‫اات ُق ْوااهللَ َو َذ ُر ْوا َما بَِق َي ِم َن‬
َّ ‫يَۤاَُّي َهاالَّ ِذيْ َن اََمُن ْو‬

‫س اَْم َوالِ ُك ْم الَتَظْلَ ُم ْو َن َوالَ تُظْلَ ُم ْو َن‬ ِ ِِ ِ ٍ ‫حِب‬


ُ ‫ َْرب ِّم َن اهلل َو َر ُس ْوله َوا ْن ُتْبتُ ْم َفلَ ُك ْم ُرءُ ْو‬.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula)
dianiaya,” (Al-Baqarah: 278-279)
b. Mufradat ayat

Dan tinggalkan sisa riba ‫= َوذٌَر ْوا َما بَِق َي‬

Orang-orang yang beriman َ ‫= ُم ْؤ ِمنِنْي‬

Kamu tidak mengerjakan‫مَّلْ َت ْف َعلُ ْوا‬ =

ٍ ‫حِب َر‬
Akan memerangimu‫ب‬ =
ْ
Kamu tidak menganiaya ‫= الَ تَظْلَ ُم ْو َن‬

Tidak (pula) dianiaya‫تُظْلَ ُم ْو َن‬ =

5
4. Q.S Al-Baqarah : 276
a. Ayat dan terjemah
ِ َ‫الص َدق‬
‫ت‬ َّ ‫الر ٰبوا َويُْر ىِب‬
ِّ ُ‫مَيْ َح ُق اهلل‬
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah,” (Al-Baqarah:
276)
b. Mufradat ayat

Allah memusnahkan َ‫اهلل‬ ‫= مَيْ َح ُق‬

Riba ‫الربَوا‬
ِّ =

Dan menyuburkan
ْ ‫= َويُْريِب‬
ِ َ‫الص َدق‬
Sedekah ‫ت‬ َّ =
5. Sabda Nabi saw.:
a. Hadits dan terjemah

‫ رواه مسلم‬.‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم اَكِ َل ا ِّلربَا َو ُم َو ِّكلَهُ َو َكاتِبَهُ َو َشا ِه َديِْه‬ ِ
َ ‫َع ْن َجابِ ٍرلَ َع َن َر ُس ْو ُل اهلل‬

Dari Jabir, “Rasulullah saw. telah melaknat (mengutuk) orang yang makan
riba, wakilnya, penulisnya, dan dua saksinya,” (Riwayat Muslim)4

b. Mufradat hadits

Dari jabir ‫جابِ ٍر‬


َ ‫= َع ْن‬

Rasulullah saw. telah melaknat ‫سلَّم‬


َ ‫َو‬ َ ‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه‬ ِ
َ ‫= لَ َع َن َر ُس ْولُْواهلل‬

4
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2007), hlm. 291

6
Orang yang makan riba ‫الربَوا‬
ِّ ‫= اَكِ َل‬

ِّ ‫َو ُمو‬
Wakilnya ُ‫كلَه‬
َ =

Penulisnya ُ‫كاتِبَه‬
َ‫و‬ َ=

ِ ‫وش‬
Dan dua saksinya ‫اه َديْ ِه‬ =
ََ

C. Analisis Ayat tentang Riba


1. Q.S Ali-Imran : 130
Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta
melaksanakan syariatn-Nya, jauhilah riba dan segala jenisnya, dan janganlah
kalian mengambil tambahan dalam pinjaman kalian melebihi jumlah modal
harta kalian, meskipun sedikit, apalagi bila tambahan itu berjumlah banyak,
menjadi berlipat ganda tiap kali jatuhnya tempo pembayaran hutang. Dan
bertakwalah kepada Allah dengan komitmendengan ajaran syariat-Nya,
supaya kalian mendapatkan keberuntungan di dunia dan di akhirat.
2. Q.S Al-Baqarah : 275
Allah menjelaskan pada surat Al-Baqarah ayat 275 bahwa Dia
menghalalkan jual beli dan mengharamkan transaksi riba, karena dalam jual
beli terdapat manfaat bagi orang-orang secara individual dan masyarakat, dan
karena dalam praktek riba terkandung unsur pemanfaatan dalam kesempitan
dan hilangnya harta dan kehancuran.
3. Q.S Al-Baqarah : 278-279
Dalam ayat 278 ini Allah swt. menghubungkan perintah meninggalkan
riba dengan perintah bertakwa. Dengan hubungan itu seakan-akan Allah

7
mengatakan : Jika kamu benar-benar beriman tinggalkanlah riba itu. Jika
kamu tidak menghentikannya berarti kamu telah berdusta kepada Allah swt,
dalam pengakuan imanmu. Mustahillah seseorang mengakui beriman dan
bertakwa melakukan riba, karena perbuatan-perbuatan itu mungkin ada pada
diri seseorang pada saat atau waktu yang sama.
Pada ayat 279 merupakan penegasan yang terakhir dari Allah kepada
pemakan riba. Nadanya pun sudah bersifat ancaman keras dan dihadapkan
kepada orang yang telah mengetahui hukum riba, tetapi mereka tetap terus
melakukannya. Ini berarti mereka tidak mengindahkan perintah-perintah
Allah. Mereka disamakan dengan orang yang memerangi agama Allah. Orang
yang memerangi agama Allah akan diperangi Allah dan Rasul-Nya.
4. Q.S Al-Baqarah : 276
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa (Allah menghancurkan riba)
dengan menguranginya dan melenyapkan berkahnya (dan menyuburkan
sedekah), maksudnya menambah dan mengembangkannya serta
melipatgandakan pahalanya. (Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
ingkar) yang menghalalkan riba (lagi banyak dosa), artinya yang durhaka
dengan memakan riba itu hingga akan menerima hukuman-Nya.
5. Sabda Nabi saw.
Dari sahabat Jabir dia berkata, “ Rasulullah saw. melaknat pemakan
riba, orang yang menyuruh memakan riba,juru tulisnya dan saksi-saksinya.”

8
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Sebagian Ahli Fikih menyebutkan : “Riba adalah sistem pertukaran yang
nilai kesamaan yang ditukar tidak diketahui dalam timbangan syariat ketika
terjadi transaksi dengan menangguhkan salah satu yang ditukar atau keduanya.
Macam-macam riba, yaitu : Riba fadli ,Riba qardi, Riba yad, dan Riba nasa’
Salah satu ayat yang menjelaskan tentang riba:

‫ض َعا فًا ُّمضٰ َع َفةً َّو َّات ُق ْوا اهللَ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْو َن‬ ِّ ُ‫يَۤاَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اََمُن ْوا الَ تَاٴْ ُكل‬
ْ َ‫واالر بَۤوا‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda, dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan.” (Al-Imran: 130)

9
Allah menjelaskan pada surat Al-Baqarah ayat 275 bahwa Dia
menghalalkan jual beli dan mengharamkan transaksi riba, karena dalam jual beli
terdapat manfaat bagi orang-orang secara individual dan masyarakat, dan karena
dalam praktek riba terkandung unsur pemanfaatan dalam kesempitan dan
hilangnya harta dan kehancuran.

B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikkan makalah yang telah kami buat. Mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Fauzan, SF. 2002. Perbedaan antara Jual Beli dan Riba dalam
Syariat Islam. Solo: At-Tibyan
Azzam, AAM. 2014. Fiqih Muamalat. Jakarta: AMZAH
Rasjid, Sulaiman. 2007. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensido

10

Anda mungkin juga menyukai